Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIFAL NARDO LAODE

NIM. : A201801101

KELAS : D3 TLM

MATA KULIAH : TOKSIKOLOGI II

Jenis toksin dan Efeknya :

1. Natrium Sianida

Sianida termasuk ke dalam kategori racun karena merupakan zat kimia yang bukan dari sel organisme.
sianida memiliki kadar bahaya yang sangat tinggi. Zat sianida dapat berupa gas, serbuk, dan kristal.
Baunyapun cukup mudah dideteksi, hampir menyerupai bau kacang-kacangan almond dan ada bau
menyengat yang terkesan pahit. Terpapar zatnya saja bisa menyebabkan pusing, mual dan muntah-
muntah.

Ketika sianida masuk ke dalam tubuh manusia ataupun hewan, zat ini akan bekerja dengan cara
mengikat oksigen-oksigen yang mengalir dalam darah makhluk hidup sehingga menyebabkan orang atau
hewan tersebut meninggal karena kehabisan oksigen. Penggunaan dosis sehingga sianida dikategorikan
beracun pun cukup rendah. Hanya dengan 5 miligram dengan etimasi waktu 1-15 menit saja sudah
mampu membunuh manusia. Zat ini biasanya digunakan sebagai racun ketika memburu binatang liar
secara ilegal.

2. Arsenix

Pada mulanya, Arsenik digunakan sebagai zat komposisi dalam pembuatan obat-obatan. Zat yang masuk
ke dalam kategori racun ini dapat mengobati penyakit kulit seperti bisul hingga sifilis. Akan tetapi
penggunaan yang lebihi aturan dosis yang sudah ditentkan akan menyebabkan seseorang yang terkena
racun jenis ini akan mengalami muntah-muntah, kejang, pusing dan beberapa jam kemudian dapat
menyebabkan kematian.

3. Digoxin

Digoxin merupakan salah satu jenis toksin yang dapat ditemukan pada tumbuhan bunga foxglove. Bunga
jenis ini banyak dijumpai di inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Toksin
ini dikategorikan sebagai toksin yang paling mematikan karena zat digoxin yang terserap tubuh bekerja
dengan cepat. Zat ini akan masuk ke aliran darah dan berhenti di jantung.

Selama proses tersebut, korban akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sakit kepala, mual,
muntah, bahkan halusinasi. Beberapa saat kemudian zat digoxin yang sudah mengendap di jantung akan
menyebabkan penurunan dan pelambatan fungsi jantung yang kemudian berujung pada terhenti
totalnya aktifitas jantung.

4. Botolinum

Toksik jenis ini dapat ditemukan dalam bakteri tertentu. Botalium pada umumnya digunakan sebagai
bahan obat-obatan medis untuk botox. Dosis botolium yang digunakan untuk botox sangat kecil. Apabila
dosis yang digunakan melanggar aturan dosis yang sudah ditentukan dan dianjurkan sebelumnya, maka
zat ini akan otomatis berubah menjadi zat beracun yang teramat mematikan.

Botolium dapat merusak sel saraf mahluk hidup. Efek samping dari penggunaan botolium yang
berlebihan yaitu dapat menyebabkan kelumpuhan, mengganggu otot pernafasan sehingga korban akan
mengalami gagal pernafasan, dan yang lebih fatal tentunya kematian.

5. Tetrodotoxin

Toksin jenis ini banyak dijumpai pada hewan berupa ikan buntal atau ikan fugu. Zat beracun mematikan
yang ada pada ikan buntal ini merupakan zat tetrodotoxin. Apabila mengkonsumsi atau terkena toksin
ini maka akan menyebabkan mulut terasa panas seperti terbakar. Beberapa saat kemudian korban akan
mengalami kejang-kejang karena seluruh fungsi tubuh menjadi lumpuh. Apabila tidak langsung ditangani
dengan cepat, zat toksin ini akan menyebabkan kematian dalam jangka waktu beberapa jam saja.

6.Aflatoksin

Aflatoksin merupakan mikotoksin utama yang secara alami tersebar luas dan dapat mengontaminasi
bahan baku ransum. Terdapat empat jenis aflatoksin, yaitu B1, B2, G1 dan G2. Namun aflatoksin B1 yang
paling sering ditemukan mencemari bahan ransum terutama jagung maupun pakan jadi di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei Biomin pada tahun 2019, diperoleh hasil bahwa sampel ransum jadi dan bahan
baku ransum di Asia Tenggara 60% terkontaminasi aflatoksin dengan rata-rata cemaran 47ppb, lalu
diikuti fumonisin dan zealarenone.

7.Okratoksin
Okratoksin Jamur yang memproduksi okratoksin adalah Aspergillus dan Penicilium. Okratoksin A
diproduksi optimal pada suhu 25-28oC (Widiastuti, 2014). Toksin jenis ini merupakan toksin yang paling
berbahaya dibandingkan dengan jenis toksin lainnya pada unggas. Target organ dari okratoksin adalah
ginjal, sehingga ayam yang terkontaminasi okratoksin tingkat mortalitasnya sangat tinggi. Santin et al.
(2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kontaminasi okratoksin A sebanyak 2 ppm secara
signifikan dapat menurunkan berat badan, meningkatkan FCR, berat hati dan ginjal. Disamping itu,
Sauvant et al. (2005) menyatakan bahwa okratoksin A bersifat nefrotoksin yang menyebabkan
kerusakan ginjal dan anemia pada ayam broiler muda

Ahmad (2009) menyampaikan dampak kontaminasi aflatoksin pada unggas adalah pembesaran hati,
limpa dan ginjal, bursa fabricius mengecil, perubahan tekstur dan warna hati (pucat), anemia, blood spot
(bintik darah)pada telur, fatty liver syndrome dan adanya efek imunosupresif. Aflatoksin juga
menyebabkan erosi pada ampela (gizzard erotion), perdarahan pada otot paha, pigmen warna kaki
menjadi pucat dan rontoknya bulu.

Anda mungkin juga menyukai