Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Pembahasan

2.1 Perilaku sehat sakit


2.1.1 Pengertian Perilaku

2.1.1.1 Perilaku sehat

Pengertian perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo (1997:121) adalah suatu


respon seseorang/organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan,makanan, serta lingkungan. Kesehatan menurut UU Kesehatan
No. 39tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Dalam wikipedia disebutkan perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang
dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi, dan atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar,
perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi perilaku
dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya
merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar Menurut Skinner
sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2010: 21) perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan
menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila
respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang
disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).
b. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk tindakan yang
dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek (practice) yang diamati orang lain
dati luar atau “observabel behavior”.

Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori ‘S-O-R” (Stimulus
Organisme-Respons).Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan
bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka
pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :

a. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut Pengetahuan


b. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi)
c. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan (practice)

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 118) perilaku adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri. Dan pendapat diatas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada
pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang
mengenai individu tersebut. Menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 120-121) perilaku dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan yang tidak
secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)
artinya seseorang yang memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia
belum melakukannya secara kongkrit.
b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung (melakukan tindakan),
misalnya: seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia
sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat
serupa.

2.1.1.2 Perilaku sakit

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia
yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti bisaanya,
sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalanai operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi
fisik.

Berikut beberapa definisi sakit menurut para ahli


1.Sakit menurut Parson (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan
organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
2.  Sakit menurut Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
a.    Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
b.    Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c.    Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3. Sakit menurut Perkin’s
 Sakit adalah sautu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun
sosial.
4. Sakit menurut Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.
5.Sakit menurut Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis
(jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi
tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.

2.1.2 Perilaku mencari pelayanan kesehatan (J.Young, 1980)


J. Young (1980) membuat model perilaku tentang “pilihan berobat”, dimana adaptasi
lintas budaya yang terdapat dalam model kepercayaan kesehatan ( health belief model )
digunakan untuk menjelaskan pengambilan keputusan tentang pengobatan. Perumusan
Young meliputi 4 unsur utama, yakni :
1. “Daya tarik” (gravity), yaitu tingkat keparahan yang dirasakan oleh kelompok
referensi individu ( anggapan bahwa hal itu adasebelum jatuh sakit, yakni kesamaan
pendapat dalam kelompok tentang berat ringannya tingkat keparahan dari berbagai
jenis penyakit).
2. Pengetahuan tentang cara – cara penyembuhan popular ( home remedy), yang
bersumber pada system rujukan awan ( yaitu jika pengobatan tidak diketahui, atau
setelah dicoba ternyata tidak efektif, maka individu akan beralih pada system
rujukan professional)
3. “Kepercayaan” (faith) atau tingkat kepercayaan terhadap keberhasilan daei berbagai
pilihan pengobatan ( terutama dari penyembuhan tradisional)
4. “Kemudahan” (accessibility), meliputi biaya dan tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan (sama halnya dengan “kendalayang dirasakan” pada model kepercayaan
kesehatan dan “factor kesanggupan”, pada model Anderson) (Muzaham,Fauzi
2007:75).
5. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe
penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang
diteliti. Karakteristik tersebut dapat berupa sifat – sifat suatu individu, keadaan,
gejala, atau kelompok tertentu, bahkan dapat pula untuk menentukan frekuensi
adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.
(Ulber Silalahi,2009:28-29) Pengambilan sampel merupakan elemen yang sangat
penting dalam suatu penelitian karena sampel inilah yang akan mewakili dan
merepresentasikan apa yang akan diteliti, jadi pemilihan sampel haruslah benar-
benar tepat dan sesuai dengan obyek penelitian.
6. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah purpossive sampling yaitu
dengan cara memilih sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan
penelitian. Pemilihan sampel dengan cara ini digunakan karena sudah mengetahui
karakteristik responden yang dibutuhkan untuk menjelaskan tentang judul yang
diteliti. Proses dalam pengambilan sampel ini adalah, peneliti datang langsung ke
tempat penelitian yaitu puskesmas gundih. Pada saat itu peneliti langsung
mewawancarai orang-orang yang cocok sebagai sumber data. Tentunya responden
yang dipilih oleh peneliti yaitu responden yang menggunakan pelayanan pengobatan
tradisional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 orang, hal ini dikarenakan
jumlah pasien yang berkunjung di puskesmas sebanyak 188 orang.

2.1.3 Pengertian masyarakat tentang sehat sakit

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional
yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek (6). Definisi WHO (1981): Health is
a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of
disease or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap
sempurna jasmaninya? Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai
disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan
oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak
dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia
merupakan fenomena yang dapat ikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit,
selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan
pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan
Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,
termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep
sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat
setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat. Konsep Personalistik menganggap
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa
makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang
sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara
perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala
sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan
yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di
tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten
Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis
menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah
seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut
tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim
saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang
menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal
derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga
yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh
berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam
dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat. Orang tua, keluarga sangat
menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
Provinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di
Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan
berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa,
seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak
badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil
diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari
keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas,
batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut
bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda-
tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang
yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal,
penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa
daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit
adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa
tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan
tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan
nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1.      Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2.      Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3.      Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.). Untuk mengobati sakit yang
termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan,
pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke
tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.

Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut:


a.Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin
atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas
tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena
gejalanya badan panas.

b.Sakit mencret (diare).


Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas,
makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah
ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah
Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal
hanya proporsi campurannya tidak tepat.

c.Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan
oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan
bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.

d.Sakit tampek (campak)


Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik,
atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam
kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut
kepercayaan dapat mengisap penyakit.

2.1.4 Pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap penyakit


Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah:
1. Tradisi
2. Sikap fatalism
3. Nilai
4. Ethnocentrisme
5. Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.

A.pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan.


Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit
ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas
pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar
karena adanya tadisi kanibalisme.

B.pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.


Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah
ttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari
kematian.

C.pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan


Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang
paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya
dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya
lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena
itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas
adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu
mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini
memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana 
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.

D.pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.


suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal tersebut
berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.

E. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.


Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma
tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi
layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan

F.pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan


Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-
nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.beberapa nilai yang
merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun
masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika
dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih
enak dan lebih bersih.
Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana  bahaya merokok terhadap kesehatan.

G.pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara
makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain.
kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi
tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk
diubah.

H.pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan


Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu
perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga.apabila
seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka
yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila
ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.

2.1.4.1 Perubahan sosial budaya


Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial budaya:
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar
3. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
4. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi
Syarat inovasi:
1. Masyarakat merasa membutuhkan perubahan
2. Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat
3. Perubahan dapat diajarkan
4. Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompok
6. Penyebab perubahan tidak meluas:
7. Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman
8. Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada

2.1.5 Definisi sakit di tentukan oleh kebudayaan

 Dalam pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang tidak
bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu
terhadap situasi tersebut, misalnya acara-acara ritual tertentu.
 Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda dan gejala yang
diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat mungkin diabaikan
pada masyarakat lain.
 Karena mendefinisikan penyakit secara berbeda-beda, maka penanganannya pun akan
berbeda pula untuk masing-masing budaya. Misalnya untuk penyakit karena
gangguan jiwa ada yang ditangani secara pasung, ada yang ditangani dengan cara di
mandikan air kembang, atau bahkan ada yang ditangani secara lebih tidak
manusiawi,karena dianggap kemasukan roh jahat. Jadi penyakit yang diyakininya
berasal dari kekuatan alam gaib, tidak akan dapat disembuhkan oleh ilmu kedokteran
 Untuk masyarakat yang mempunyai kebudayaan lebih tinggi, seperti masyarakat
tionghoa, dan bahkan masyarakat jawa menyelesaikan penyakit dengan menggunakan
ramuan-ramuan dari tumbuh-tumbuhan.

2.2 Pengobatan tradisional

2.1.1 Istilah “pengobatan tradisional”


Dalam 30 tahun terakhir berbagai istilah digunakan untuk cara-cara pengobatan yang
berkembang di tengah mayarakat. WHO menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healing”. Ada pula yang
menyebut “folk medicine”, “alternative medicine”, “ethnomedicine” dan “indigenous
medicine”. Dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah pengobatan dukun, penggunaan
ramuan asli, atau pengobatan tradisional, pengobatan alternatif dan lain-lain.

2.1.2 Definisi
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik
bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional
pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu
menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih
lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang,
buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk
kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
2.1.3 Jenis pengobatan tradisional di indonesia
Sebagai masyarakat asli Indonesia, tentunya kita telah mengenal berbagai pengobatan
tradisional khas dari berbagai suku di Indonesia. Selain karena dilakukan menggunakan cara-
cara tradisional, obat-obat yang digunakan juga berasal dari bahan-bahan alami. Harga yang
terjangkau juga menjadi daya tarik orang Indonesia masih percaya dengan pengobatan
tradisional.

Biasanya, pengobatan tradisional yang banyak dilakukan berdasarkan warisan turun-


temurun keluarga. Ada juga berdasarkan adat istiadat setempat dan kebiasaan masyarakat
sekitar. Menurut penelitian, pengobatan secara tradisional khas masyarakat Indonesia ini
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan terutama dalam hal penyembuhan.

Pengobatan tradisional tentunya tak lepas dari obat-obatan tradisional yang juga
merupakan paketan dari pengobatan tradisional. Sudah bayak pengobatan tradisional yang
berkembang di kalangan masyarakat Indonesia. Mulai dari pengobatan yang berasal dari
suku-suku setempat sampai pengembangan oleh masyarakat modern Indonesia bahkan
adajuga pengobatan tradisional dari luar negeri. Karena perkembangannya mulai banyak dan
ada juga sebagian pengobatan dilakukan hanya untuk mencari keuntungan dan tidak
bermanfaat bagi pasien, oleh karena itu kita harus selektif dalam memilih pengobatan
tradisional yang baik untuk kita.

Dibawah ini lima macam atau metode pengobatan tradisional asli Indonesia yang
bermanfaat dan takkan pernah punah oleh zaman serta masih ada sampai saat ini yaitu :

1. Jamu
Semua orang Indonesia pastinya mengenal obat yang satu ini. Obat tradisional dari Indonesia
ini sangat populer dikalangan masyrakat menengah kebawah. Obat ini terbuat dari bahan-
bahan alami yang bermanfaat seperti akar dari tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, buah, kulit
batang, kuning telur ayam kampung, empedu ular dan kambing, serta ada juga yang
menggunakan tangkur buaya. Biasanya obat-obatan ini dijual menggunakan sepeda dan ada
juga yang digendong yang biasa disebut jamu gendong.

2.Pijat
Pijat juga merupakan salah satu pengobatan tradisional ala orang Indonesia. Pengobatan ini
banyak memiliki manfaat seperti relaksasi untuk mengembalikan kebugaran, mengobati patah
tulang, meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan banyak lagi.

3. Ruwat
Ruwat merupakan pengobatan khas adat Jawa. Istilah ruwat berasal dari Ngaruati yang
berarti menjaga dari kecelakaan dewa Batara. Biasanya dilakukan ketika anak sedang sakit,
ada juga ketika sedang terkena sial, susah mencari kerja, dll. Pada umumnya pengobatan ini
dilakukan untuk menghilangkan segala sesuatu yang negatif di sekitar anda.

4. Gurah
Gurah merupakan pengobatan tradisional dengan mengeluarkan lendir dari dalam tubuh
menggunakan ramuan herbal yang berupa ekstrak dari daun srigunggu. Namun dalam
perkembangannya, ada juga beberapa pengobatan gurah menggunakan ekstrak daun
berkhasiat lainnya. Biasanya pengobatan ini dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak
daun tersebut kedalam mulut atau hidung untuk membersihkan tenggorokan. Kini pengobatan
ini juga dapat membersihkan bagian tubuh lainnya yang berlendir.
5. Kerokan
Kerokan juga merupakan pengobatan alternatif secara tradisional untuk menghilangkan
gejala masuk angin dengan metode pijat menggunakan koin atau bawang merah pada tubuh
yang telah dilumuri minyak seperti minyak kelapa, minyak olive, minyak telon, dll.
Pengobatan ini masih populer di kalangan anak kecil, dewasa bahkan orang tua di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai