Anda di halaman 1dari 9

Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.

6, Oktober 2019 583

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN TEKANAN


DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA
LEILEM
Malfin Rumerung *, Sri Seprianto Maddusa*, Ricky C. Sondakh*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Kebisingan adalah suara yang dianggap mengganggu yang bisa menyebabkan seseorang
mengalami gangguan kesehatan. Paparan intensitas kebisingan yang tinggi dapat memicu
terjadinya kenaikan tekanan darah serta denyut nadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah dan denyut nadi
pekerja industri mebel di Desa Leilem. Penelitian ini adalah penelitian survei analitik
menggunakan pendekatan cross sectional, yang dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2019.
Subjek penelitian adalah 34 orang. Instrumen penelitian yaitu sound levelmeter,
spigmomanometer dan kuesioner. Analisis data menggunakan Fisher Exact dan Chi-Square. Rata-
rata intensitas kebisingan yang didapat adalah 86,8 dB. Hasil pengukuran tekanan darah
menunjukkan bahwa tekanan darah tertinggi yaitu 140/90 mmHg dimiliki 3 responden dengan
persentase 8,8% sedangkan tekanan darah terendah sebesar 110/70 mmHg dimiliki 3 responden
dengan persentase 8,8%. pengukuran denyut nadi menunjukkan bahwa denyut nadi tertinggi
sebesar 102 kali/menit dimiliki 1 responden (2,9%) dan denyut nadi terendah sebesar 76
kali/menit dimiliki 1 responden (2,9%). Uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara
intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja industri mebel dengan nilai p = 0,048 <
0,05 dan ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan denyut nadi pada pekerja industri
mebel dengan nilai p = 0,031 < 0,05. Pemilik perusahaan sebaiknya menyediakan APT ataupun
APD lain berupa masker agar para pekerja terlindungi dari paparan kebisingan maupun paparan
debu serta memperhatikan durasi bekerja setiap hari agar tidak lebih dari 8 jam.

Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Tekanan Darah, Denyut Nadi

ABSTRACT
Noise is sound that is considered disturbing that can cause health problems. Exposure to high
intensity noise can trigger an increase in blood pressure and pulse. The purpose of this study was
to determine the relationship between noise intensity with blood pressure and pulse rate of
furniture industry workers in Leilem Village. This research is an analytic survey research using
cross sectional approach, which was conducted in July-October 2019. The research subjects were
34 people. The research instruments were sound level meter, spigmomanometer and
questionnaire. Data analysis using Fisher Exact and Chi-Square. The average noise intensity
obtained was 86,8 dB. The results of blood pressure measurements show that the highest blood
pressure of 140/90 mmHg is owned by 3 respondents with a percentage of 8.8% while the lowest
blood pressure of 110/70 mmHg is owned by 3 respondents with a percentage of 8.8%. pulse
measurement shows that the highest pulse rate of 102 times / minute is owned by 1 respondent
(2.9%) and the lowest pulse rate is 76 times / minute owned by 1 respondent (2.9%). Statistical
tests indicate that there is a relationship between noise intensity and blood pressure in furniture
industry workers with a value of p = 0.048 <0.05 and there is a relationship between noise
intensity and the pulse in furniture industry workers with a value of p = 0.031 <0.05. Company
owners should provide ear protection equipment or other personal protective equipment in the
form of masks so that workers are protected from exposure to noise or dust exposure and pay
attention to the duration of work every day so that no more than 8 hours.

Keywords: Noise Intensity, Blood Pressure, Pulse Rate


Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 584

PENDAHULUAN 2016). Pemantauan kebisingan yang


Faktor lingkungan dapat menjadi dilakukan pada tahun 2008 yang
sumber bahaya sehingga bisa memicu dilakukan di lima kota di Indonesia
terjadinya gangguan kesehatan. Faktor menunjukkan bahwa 95% titik
bahaya lingkungan dapat dibagi menjadi pengukuran telah berada di atas nilai
faktor fisik, kimia, biologi dan sosial. ambang batas kebisingan lingkungan
Faktor fisik terdiri dari kebisingan, suhu, siang malam sebesar 55 dB(A)
tekanan, dan getaran. Kebisingan adalah (MENLH RI, 2009).
salah satu bagian dari faktor fisik Penelitian yang dilakukan Imas,
lingkungan yang mempengaruhi Hartanti, dan Wahjudi (2015) pada para
kesehatan manusia (Sumantri, 2010). pekerja mebel di Kelurahan Bukir
Kebisingan dapat menyebabkan menunjukkan bahwa kebisingan yang
terjadinya gangguan kesehatan seperti ada memiliki intensitas tinggi berkisar
meningkatnya tekanan darah dan denyut >85 dB bahkan bisa mencapai 92,1 dB.
jantung yang berpotensi menyebabkan Hal ini menyebabkan terjadinya
terjadinya serangan jantung. Tekanan gangguan fisiologis berupa naiknya
darah yang tinggi dapat menyebabkan tekanan darah, emosi meningkat, dan
jantung lebih keras bekerja dan dapat nadi menjadi cepat. Penelitian oleh
menimbulkan keluhan berupa badan Makalalag, Kalesaran dan Kawatu
menjadi lemas dan pusing (Sugiono, (2017) juga menunjukkan bahwa
Putri, dan Sari, 2018). intensitas kebisingan dapat berpengaruh
Berdasarkan temuan World Health terhadap kelelahan para pekerja
Organization (WHO) kebisingan adalah sehingga mempengaruhi produktivitas
faktor lingkungan kedua terbesar yang kerja.
menyebabkan masalah kesehatan, Desa Leilem menjadi salah satu
setelah efek dari pencemaran udara. kawasan industri mebel di Indonesia dan
Seseorang yang terpapar kebisingan di mulai beroperasi sejak tahun 1930-an.
atas 40 dB rata-rata sepanjang tahun Produk yang dihasilkan bermacam-
ketika tidur bisa mengalami gangguan macam mulai dari meubelair untuk
tidur berupa sulit tidur. Paparan rumah, kantor, tempat ibadah, hotel dan
kebisingan di atas 55 dB untuk jangka kantor (Sepang, 2018). Laporan data
waktu panjang dapat memicu yang berasal dari Puskesmas Sonder
peningkatan tekanan darah dan mengenai 10 penyakit yang paling
menyebabkan terjadinya penyakit menonjol di Desa Leilem ditemukan
jantung iskemik (EU Environment, bahwa Hipertensi menjadi penyakit
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 585

nomor 1 paling menonjol dengan jumlah (Perusahaan D) dan CV Defmel


penderita sebanyak 205 orang dengan (Perusahaan E) yang dilakukan pada
persentase 28%. Tingginya penderita bulan Juli-Agustus 2019. Populasi dalam
penyakit hipertensi dapat menjadi pekerja ini adalah para pekerja di 5
indikator adanya gangguan tekanan perusahaan mebel di desa Leilem yang
darah. berjumlah 41 orang. Sampel yang
Berdasarkan observasi awal yang diambil adalah total populasi. Adapun
dilakukan ada beberapa sumber kriteria inklusi dan eksklusi telah
kebisingan yang dihasilkan oleh industri ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi
mebel di Desa Leilem yang berasal dari adalah para pekerja yang bersedia
pengoperasian alat-alat produksi seperti menjadi responden dari penelitian dan
mesin gergaji kayu, mesin bor kayu dan kriteria eksklusi yaitu para pekerja yang
mesin compressor untuk pengecatan. sebelumnya memiliki riwayat hipertensi.
Para pekerja yang ada juga mengalami Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
gejala naiknya tekanan darah seperti yang ada, sampel yang didapatkan
pusing, sulit berkomunikasi dan mudah berjumlah 34 responden. Uji statistik
marah. Selain itu para pekerja yang ada menggunakan uji Chi-Square untuk
juga tidak memakai alat pelindung mengetahui hubungan intensitas
telinga pada saat bekerja. kebisingan dengan tekanan darah yang
Berdasarkan uraian di atas penulis menggunakan taraf signifikan atau
ingin melakukan penelitian untuk α=0,05. Sedangkan untuk melihat
menganalisis apakah ada hubungan hubungan antara intensitas kebisingan
antara intensitas kebisingan dengan dengan denyut nadi digunakan uji Fisher
tekanan darah dan denyut nadi pada Exact karena belum memenuhi
pekerja industri mebel di Desa Leilem. persyaratan dari uji Chi-Square yaitu
adanya cell yang memiliki expected
METODE value kurang dari 5.
Penelitian ini adalah jenis penelitian
survei analitik yang memakai HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan cross sectional. Penelitian Karektiristik Responden
ini dilakukan pada 5 perusahaan mebel Penelitian ini dilakukan terhadap 34
di desa Leilem yaitu Gav Furniture responden. Hasil penelitian melalui
(Perusahaan A), CV. Putri Tunggal wawancara didapatkan bahwa umur
(Perusahaan B), CV. Pikindo pekerja terendah yaitu 30 tahun dan
(Perusahaan C), UD. Sinar Jaya tertinggi yaitu 62 tahun. Data kelompok
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 586

umur menunjukkan bahwa pekerja kerja sangat berhubungan dengan lama


paling banyak berada pada kelompok paparan kebisingan karena semakin
umur 31-40 tahun dengan persentase lama seseorang bekerja, semakin lama
35,3%. pula para pekerja akan terpapar
Selain itu ditemukan bahwa dari 34 kebisingan. Makin lama seseorang
responden, ada sebanyak 29 responden terpapar kebisingan semakin besar juga
(85,3%) yang dari awal memang telah risiko terkena gangguan kesehatan
bekerja sebagai tukang mebel. Hal ini (Salami, 2016).
disebabkan responden umumnya sudah Unit kerja para pekerja industri
mulai dilatih untuk membuat mebel dari mebel di desa Leilem terbagi atas 2 unit
bangku SMP dan mulai bekerja sejak kerja yaitu bagian produksi sebanyak 30
dari bangku SMA/SMK sampai telah responden (88,2%) dan bagian
berkeluarga hingga ada juga yang telah pengecatan sebanyak 4 responden
memiliki usaha mebel sendiri. Hal ini (11,8). Kebiasaan merokok para pekerja
juga berhubungan dengan tingkat baik yang merokok dan tidak merokok
pendidikan terakhir responden yang sama banyak masing-masing berjumlah
paling banyak pada tingkat SMP dan 17 responden (50%). Pekerja yang
SMA/SMK masing-masing 13 mengonsumsi alkohol sebanyak 22
responden (38,2%). responden (64,7%) dan tidak
Responden memiliki masa kerja mengonsumsi alkohol sebanyak 12
terbanyak pada kategori 15-22 tahun responden (35,3%).
sebanyak 11 responden (32,4%). Masa

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan


Intensitas Kebisingan (dB) Rata-Rata Intensitas Nilai Ambang
Lokasi Pengukuran
1 2 3 4 Kebisingan (dB) Batas
Perusahaan Mebel A 85,4 85,6 85,2 84,5 85,1 ≤NAB
Perusahaan Mebel B 88,2 86,2 85,3 84,4 85,2 ≤NAB
Perusahaan Mebel C 87,8 84,3 90,1 87,5 87,4 >NAB
Perusahaan Mebel D 89,2 90,6 88,8 90,3 89,2 >NAB
Perusahaan Mebel E 85,2 89,3 87,3 88,4 87,5 >NAB
Rata-Rata 86,8

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui sebanyak 4 titik, dengan jumlah seluruh


bahwa pengukuran kebisingan di titik pengukuran sebanyak 20 titik.
lakukan di 5 perusahaan industri mebel Hasil pengukuran menunjukkan
di desa Leilem. Setiap perusahaan bahwa ratarata intensitas kebisingan
dilakukan pengukuran kebisingan tertinggi kebisingan sebesar 89,2 dB dan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 587

intensitas kebisingan terendah sebesar NAB. Rata-rata kebisingan yang


85,1 dB. Selain itu dapat dilihat dari 5 didapatkan telah melebihi Nilai Ambang
perusahaan ada 3 perusahaan yang Batas (85 dB) yaitu sebesar 86,8 dB.
memiliki intensitas kebisingan di atas

Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Pekerja Industri
Mebel di Desa Leilem
Tekanan Darah p Value
Intensitas Jumlah
Normal Tidak Normal
Kebisingan
n % n % n % (nilai probability)
≤NAB 9 64,3 5 35,7 14 100
0,048
>NAB 6 30 14 70 20 100
Jumlah 15 44,1 19 55,9 34 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa pekerja menggunakan APT (Alat Pelindung


yang terpapar kebisingan ≤NAB ada 5 Telinga) sehingga mengakibatkan lebih
responden (35,7%) dengan tekanan mudah untuk terpapar dengan
darah yang tidak normal. Sedangkan kebisingan. Selain itu kebanyakan para
yang terpapar kebisingan >NAB ada 14 pekerja juga memiliki jam kerja yang
responden (70%) dengan tekanan darah cukup tinggi yang telah melebihi 8
tidak normal. jam/hari, di mana semakin lama jam
Hasil uji statistik menunjukkan kerja maka akan semakin lama pula para
bahwa hubungan antara intensitas pekerja akan terpapar dengan
kebisingan dengan tekanan darah kebisingan. Makin lama seseorang
didapatkan hasil nilai p = 0,048 < 0,05, terpapar kebisingan semakin besar juga
jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas risiko terkena gangguan kesehatan
kebisingan memiliki hubungan yang (Salami, 2016).
signifikan dengan tekanan darah pada Penelitian ini memiliki hasil yang
pekerja industri mebel. sama dengan penelitian Hartanto (2011)
Paparan intensitas kebisingan yang bahwa ada hubungan antara intensitas
tinggi dapat menyebabkan terjadinya kebisingan dengan tekanan darah
peningkatan tekanan darah (± 10 dengan nilai p = 0,000. Hal ini didukung
mmHg) dan kenaikan denyut nadi oleh hasil rata-rata pengukuran
(Sucipto, 2014). kebisingan di Unit Compressor yang
Selain itu para tukang mebel di desa telah melebihi NAB yaitu 89,3 dB,
Leilem saat bekerja semuanya tidak sedangkan hasil pengukuran tekanan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 588

darah menunjukkan bahwa responden nilai p = 0,000. Hasil penelitian


memiliki tekanan darah yang tinggi ditemukan bahwa para pekerja memiliki
lebih banyak daripada yang memiliki tekanan darah yang tidak normal lebih
tekanan darah normal. Responden yang banyak pada pekerja yang terpapar
memiliki tekanan darah tinggi (tidak kebisingan di atas NAB (75%)
normal) sebanyak 12 responden dan dibandingkan dengan yang terpapar
tekanan darah normal sebanyak 8 kebisingan di bawah NAB (15,6%). Hal
responden. Penelitian yang dilakukan ini disebabkan para pekerja memiliki
oleh Harahap, Marisdayana dan Zamiati lingkungan kerja yang kebisingannya
(2016) di PLTD/G juga menemukan >NAB namun masih ada pekerja yang
bahwa ada hubungan antara intensitas tidak mau menggunakan Alat Pelindung
kebisingan dan tekanan darah dengan Telinga (APT).

Tabel 3. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Denyut Nadi Pekerja Industri
Mebel di desa Leilem
Denyut Nadi p Value
Intensitas Jumlah
Normal Tidak Normal
Kebisingan
n % n % n % (nilai probability)
≤NAB 0 0 14 100 14 100
0,031
>NAB 6 30 14 70 20 100
Jumlah 6 17,7 28 82,3 34 100

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dan Tantan (2007) yang menjelaskan


pekerja yang terpapar kebisingan ≤NAB bahwa kebisingan dapat mengakibatkan
ada 14 responden (78,6%) memiliki seseorang mengalami stres. Saat stres
denyut nadi tidak normal. Sedangkan yang disebabkan oleh kebisingan
yang terpapar kebisingan >NAB ada 14 menyerang seseorang, otak akan
responden (70%) memiliki denyut nadi merespon dengan melepaskan hormon
tidak normal dan 6 responden (30%) epinefrin atau adrenalin dan hormon
memiliki denyut nadi normal. kortisol. Hormon-hormon ini dapat
Hasil uji statistik hubungan antara mengakibatkan pembuluh darah
intensitas kebisingan dengan denyut menyempit dan memicu terjadinya
nadi didapatkan hasil nilai p = 0,031 < peningkatan denyut jantung/nadi
0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa (Anizar, 2009).
intensitas kebisingan memiliki hubungan Penelitian ini sejalan dengan
yang signifikan dengan denyut nadi. Hal penelitian yang dilakukan oleh Siswati
ini sejalan dengan pendapat Marliani dan Adriyani (2017) yang menunjukkan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 589

bahwa ada hubungan yang signifikan sebesar 89,2 dB dan intensitas


antara kebisingan dan denyut nadi kebisingan terendah sebesar 83,2.
dengan nilai p= 0,017 (<0,05). Hal ini Rata-rata kebisingan telah melebihi
disebabkan para pekerja terpapar dengan NAB (85dB) yaitu 86,8 dB.
kebisingan yang telah melebihi Nilai 2. Ada hubungan antara intensitas
Ambang Batas yaitu 90,8 dB. kebisingan dengan tekanan darah
Kebisingan dengan intensitas tinggi pada pekerja industri mebel di desa
mengakibatkan terjadinya peningkatan Leilem dengan nilai p = 0,048 <
hormon stres yang membuat jantung 0,05.
lebih cepat memompa darah ke seluruh 3. Ada hubungan antara intensitas
organ tubuh. Proses inilah yang kebisingan dengan denyut nadi pada
mengakibatkan terjadinya peningkatan
denyut nadi. Penelitian ini juga sama
dengan penelitian Martini (2014) pada pekerja industri mebel di desa Leilem
operator alat berat di PT. Karebet Mas dengan nilai p = 0,031 < 0,05.
Indonesia Mutiara bahwa intensitas
kebisingan memiliki hubungan yang SARAN
bermakna dengan denyut nadi dengan 1. Perlu dilakukan penelitian
nilai p= 0,032 (<0,05). Hal ini lanjutan untuk melihat apakah
diakibatkan kabin dari beberapa alat ada hubungan variabel-variabel
berat sudah terbuka serta alat berat yang lain selain intensitas kebisingan
ada sudah tua menyebabkan para yang dapat menyebabkan
operator langsung terpapar dengan kenaikan tekanan darah dan
kebisingan yang dikeluarkan dari alat denyut nadi pada para pekerja.
berat tersebut. Selain itu para operator 2. Pemilik perusahaan sebaiknya
tidak memakai alat pelindung telinga menyediakan APT dan APD
untuk meminimalisir intensitas berupa masker agar para pekerja
kebisingan yang diterima telinga. Hal ini lebih terlindungi dari paparan
menyebabkan para pekerja lebih kebisingan maupun paparan
rawan/mudah untuk terpapar dengan debu serta memperhatikan
kebisingan. durasi bekerja setiap hari agar
tidak lebih dari 8 jam.
KESIMPULAN 3. Hasil pengukuran intensitas
1. Pengukuran kebisingan menunjukkan kebisingan menunjukkan bahwa
bahwa intensitas kebisingan tertinggi ada beberapa perusahaan
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 590

memiliki kebisingan yang telah Jember,(Online),(http://repository.u


nej.ac.id/bitstream/handle/1234567
melewati NAB, sehingga dapat
89/75195/Muhamma%20Robith%2
dilakukan penelitian selanjutnya 0Rifqi%20Imas.pdf?sequence=1,
diakses 30 Mei 2019)
untuk menganalisis apakah ada
hubungan antara kebisingan Makalalag, Kalesaran, Kawatu. 2017.
Hubungan Antara Intensitas
dengan nilai ambang dengar Kebisingan Dengan Kelelahan
para pekerja. Kerja Pada Tenaga Kerja Ground
Handling PT. GAPURA
ANGKASA Bandar Udara
DAFTAR PUSTAKA Internasional Sam Ratulangi Kota
Manado. Jurnal FKM Unsrat, Vol.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan 9, No. 3, (Online),
Kesehatan Kerja Di Industri. (https://ejournalhealth.com/index.p
Yogyakarta : Graha ilmu hp/medkes/article/view/262 diakses
21 Juli 2019)
Anonim. 2009. Pengkajian Kebisingan
Pemukiman, (Online), Marliani L dan Tantan H.100 Questions
(http://www.menlh.go.id/pengkajia & Answers Hipertensi. Jakarta:
n-kebisingan-pemukiman/ diakses Elex Media Komputindo
26 Juli 2019)
Martini. 2014. Hubungan Kebisingan
EU Environment. 2016. Health Effect Of Dan Stress Kerja dengan
Noise, (Online), Peningkatan Denyut Nadi pada
(http://ec.europa.eu/environment/no Operator Alat Berat di PT. Karebet
ise/health_effects_en.html, diakses Mas Indonesia Mutiara Kecamatan
20 Mei 2019) Muara Jawa Kabupaten Kutai
kartanegara tahun 2014. Jurnal
Harahap P, Marisdayana R, Zamiati Z.
UMKT, (Online),
2016. Faktor-Faktor yang
(https://dspace.umkt.ac.id/handle/4
Berhubungan dengan Tekanan
63.2017/1046 diakses 11 Oktober
Darah Pekerja di PLTD/G. Jurnal
2019)
Enduranc, Vol 1. No. 3,
(Online),(http://ejournal.kopertis10. Salami, I. 2016. Kesehatan dan
or.id/index.php/endurance/article/vi Keselamatan Lingkungan Kerja.
ew/487/438 di akses 10 Oktober Yogyakarta: Gajah Mada
2019) University Press.
Hartanto, D. 2011. Hubungan Sepang, R. 2018. Produk Unggulan
Kebisingan dengan Tekanan Darah Kawasan Pedesaan (PRUKADES),
Pada Karyawan Unit Compressor (Online),(https://desaleilem414m.w
PT. INDO ACIDITAMA. TbK, ordpress.com/ diakses 21 Juli 2019)
KEMIRI, Kebakkramat
Karanganyar. Skripsi. Fakultas Siswati dan Adriyani. 2017. Hubungan
Kedokteran Universitas Sebelas Pajanan Kebisingan dengan
Maret Surakarta Tekanan Darah dan Denyut Nadi
pada Pekerja Industri Kemasan
Imas M, Hartanti R, Wahjudi P. Semen. Jurnal Kesehatan
Tekanan Darah dan Kebisingan Lingkungan Indonesia, Vol. 16
(Studi pada Pekerja Mebel di No.1, (Online),
Kelurahan Bukir Kecamatan (https://ejournal.undip.ac.id/index.p
Gadingrejo Kota Pasuruan). E- hp/jkli/article/view/13530 diakses 9
Journal Universitas September 2019)
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019 591

Sucipto, C. 2014. Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Sugiono, Putri W, Sari S. 2018.
Ergonomi untuk Pemula; Prinsip
Dasar dan Aplikasinya. Malang:
UB Press
Sumantri. 2010. Kesehatan Lingkungan.
Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri

Anda mungkin juga menyukai