Kelompok : 3
Nama : Cut Shaula Ega (A 171 068)
Denia Alvira (A 171 070 )
Sherly Marlianti (A 171 097)
Purri Ardelia ( A 171 094)
Zat aktif : Chloroquine Phosphate
Bentuk Sediaan : Injeksi Intra Vena
Jumlah Sediaan : 2 Vial
Kekuatan sediaan : 30 mL
I. PREFORMULASI
1.1 Zat aktif
1.1.1 Chloroquine Phosphate
1
pH : 3,8-4,3.
Titik lebur : 218oC
OTT : Magnesium oksida,magnesium silikat, magnesium
trisilikat.
Stabilitas : Peka terhadap cahaya.
Penggunaan : Anti malaria.
terapi
(Farmakope Indonesia Ed V th 2014, Hal 708-709)
2
polyhydroxyethylmethacrylate, yang telah
digunakan dalam wadah yang lunak.
Stabilitas : Terdekomposisi ketika dipanaskan hingga
terdekomposisi, sehingga akan mengeluarkan asap
beracun/ hidrogen klorida.
Chlorobutanol mudah menguap dan mudah
menyublim. Dalam larutan air, terdegradasi menjadi
karbon monoksida, aseton dan ion klorida
dikatalisis oleh ion hidroksida. Stabil pada pH 3
menjadi semakin buruk dengan meningkatnya pH.
(Rowe, 2009 hal. 118- 122)
3
(Farmakope Indonesia ed.V th 2014 hal. 222; Rowe, 2009 : hal 64)
4
OTT : Larutan NaCl bersifat korosif dengan besi,
membentuk endapan bila bereaksi dengan perak,
garam merkuri, agen oksidasi kuat pembebas klorin
dari larutan asam sodium klorida, kelarutan
pengawet nipagin menurun dalam larutan sodium
klorida
Stabilitas : Larutan NaCl stabil tetapi dapat menyebabkan
perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah
kaca. Larutan cair ini dapat disterilkan dengan cara
autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil
dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sjuk, dan tempat kering.
Aplikasi dalam : Untuk pembuatan larutan isotonik intravena dan
teknologi preparat sediaan mata dengan konsentrasi kurang
dari 0.9%
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 : hal 584; Martindale: hal635
; Rowe,2009 hal. 637-639)
5
dipisahkan sebagai pigmen malaria yang tidak larut ,yang disebut hemozoin
dan kuinolin cenderung mengganggu penggunaan heme tersebut. kegagalan
menginaktivasi heme atau bahkan peningkatan toksisitas kompleks obat-
heme diduga membunuh parasit melalui kerusakan oksidatif terhadap
membran.
Resistensi bentuk aseksual eritrositik P.falciparum terhadap
antimalaria kuinolin,terutama klorokuin,saat ini umum ditemui. Resistensi
terhadap klorokuin,saat ini umum ditemui.resistensi terhadap klorokuin
merupakan hasil dari mutasi pada gen yang mengkode transporter resistensi
klorokuin yang disebut crt.untuk menghasilkan resistensi,harus terjadi
mutasi dalam jumlah banyak. Isolat P.vivax yang resisten terhadap
klorokuin tidak mengalami perubahan pada ortolog crt-nya dan mungkin
memiliki mekanisme resistensi yang berbeda P-glikoprotein dan transporter
lain dapat memodulasi resistensi klorokuin.
3. Metabolisme
Sebagian di hati
4. Eliminasi
Waktu paruh : 3-5 hari
6
Ekskresi : urin (70% sebagai obat tidak berubah),
pengasaman urin meningkatkan eliminasi. Sejumlah kecil mungkin
ada dalam urin setelah penghentian terapi. Pengeluatan chloroquine
dari kompartemen pusat yang kecil dapat mengakibatkan konsentrasi
obat dalam plasma yang berpotensi letal untuk sementara. Oleh
karena itum chloroquine parenteral diberikan melalui infus intravena
konstan atau dalam dosis kecil terbagi yang diberikan secara
subkutan atau intramuskular.
2.4.2 Dosis
a. Dosis umum untuk pengidap Malaria Prophylaxis
Dewasa : 500 mg chloroquine phosphate (300mg base) satu
kali 1 minggu pada hari yang sama setiap minggunya.
Anak-anak : 8,3 mg chloroquine phosphate diminum 1 kali/
minggu pada hari yang sama setiap minggunya.
b. Dosis umum untuk pengidap malaria
Dewasa : dengan berat badan 60kg/ lebih
Dosis awal: 1 g chloroquine phosphate (600 mg base) satu
kali/minggu pada hari yang sama tiap minggunya
7
Dosis pemeliharaan : 500 mg chloroquine phosphat (300mg
base) diminum setelah 6-8 jam, selanjutnya 500 mg
chloroquine phosphat diminum 1 kali/hari selama 2 hari
berturut-turut. Total dosis, 2,5 g chloroquine phosphate (1,5 g
base) dalam 3 hari
Bila berat badan kurang dari 60 kg dan anak-anak
1. Dosis awal : 16,7 mg chloroquine phosphat/kg
2. Dosis kedua : (6 jam setelah dosis awal ) 8,3 mg/kg
3. Dosis ketiga : (24 jam setelah dosis kedua) 8,3 mg/kg
4. Dosis keempat: (36 jam setelah dosis ketiga) 8,3 mg/kg
Total dosis 41,7 mg chloroquine phosphate/kg dalam 3 hari
c. Dosis umum untuk pengidap Amebiosis
Dewasa : 1 g chloroquin phosphate (600mg base) 1 kali sehari
selama 2 hari, kemudian diikuti oleh 500 mg chloroquine
phosphate 1 kali/ hari selama 2-3 minggu.
2.5 Kontraindikasi
Chloroquine dapat meningkatkan kada eliglustat dengan mempengaruhi
metabolism enzim hati CYP2D6. Kontraindikasi. Jika digunakan bersama
inhibitor CYP2D6 yang kuat atau sedang, kurangi dosis yang memenuhi
syarat 84 mg BID menjadi 84 mg sekali sehari dalam metabolism ekstensif
dan menengah. Hipersensitivitas terhadap chloroquine, 4-aminoquinolones
Psoriasis, porphyria, retina, bidang visual berubah.
8
Konsumsi obat 4 jam sebelum atau sesudah menggunakan obat tertentu
untuk diare (kaolin) atau antacid, seperti magnesium atau aliminium
hidroksida. Obat-obatan tersebut dapat terikat dengan chloroquine dan
mencegah tubuk untuk menyerap chloroquine dengan baik.
Penghentian dosis tiba-tiba akan menyebabkan obat tidak akan bekerja
secara optimal. Kondisi kesehatan akan berisiko memburuk akibat jumlah
parasite yang bertambah dan membuat infeksi menjadi kebal terhadap obat.
2.8 Toksisitas
Kardiotoksisitas dapat dilihat dengan kadar serum 1 mg / L (1000 ng/
mL); kadar serum yang dilaporkan dalam kasus janin berkisar antara 1
hingga 210 mg / L (rata-rata, 60 mg / L).
9
2.9 Interaksi obat
Tidak direkomendasikan penggunaan chloroquine dengan
Amifampridine, aurothioglucose, bepridil, dronedarone. Levomethadyl,
mesoridazine, dan pimozide
III. FORMULA
3.1 Formula
Chloroquin phosphate 4%
Chlorobutanol 0,5%
Benzil Alkohol 1%
Aqua pro injection ad 30mL
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations ed 6)
3.5 Perhitungan
3.5.1 Perhitungan tonisitas
Tabel 3.5.1 Perhitungan tonisitas
Zat ΔTb1% Konsentrasi C x ΔTb1%
10
zat % (C)
Chloroquine posfat 0,08 4 0,32
Chlorbutol 0,071 0,5 0,035
Benzyl Alkohol 0,09 1 0,09
a = ∆Tb x C
Chloroquine posfat : 0,08 x 4% = 0,32
Chlorbutol : 0,071 x 0,5% = 0,035
Benzyl Alkohol : 0,09 x 1% = 0,09
0,445 (a)
W=
= 0,1302 g/100ml
11
3.5.3 Perhitungan bahan untuk 1 Batch (2 vial)
3.6 Penimbangan
Chlroquine phosphate = 2,52 g
Chlorbutol = 0,315 g
Benzyl Alkohol = 0,63 g
NaCl = 0,08316 g
Aqua Pro injeksi = 59,53 mL
3.7 Pembuatan
Dinyalakan LAF, ditunggu selama 30 menit. Ditimbang semua bahan,
dilarutkan chloroquin dengan menggunakan API (C1). Kemudian dilarutkan
chlorbutol dan benzyl alkohol dengan menggunakan API panas (C2).
Setelah itu campurkan C1 dan C2 dan ditambahkan sisa API. Setelah seselai
sediaan disaring dengan menggunakan membran filter dan dimasukkan
kedalam vial.
12
penentuan volume dilakukan dengan cara mengambil sampel
dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke dalam gelas
ukur yang sesuai.
B. Pemeriksaan Bahan Partikulat(Farmakope Indonesia ed IV th 1995
hal 981-985)
Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lalu
membran tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
100x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 μm atau
lebih dan sama atau lebih besar dari 25 μm dihitung
C. Pemeriksaan pH (Farmakope Indonesia ed IV th 1995 hal 1039-
1040)
pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi.
D. Keseragaman Kandungan (untuk larutan/suspensi rekonstitusi)
( Farmakope Indonesia ed IV th 1995 hal. 999-1001)
Menetapkan kadar 10 satuan sediaan satu per satu sesuai penetapan
kadar
E. Evaluasi kejernihan (Farmakope Indonesia ed IV tahun... hal 998)
membandingkan kejernihan larutan uji dengan Suspensi Padanan,
dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah
bawah tabung dengan latar belakang hitam
F. Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)
untuk cairan bening tidak berwarna(a) wadah takaran tunggal yang
masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam
larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan
metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di
luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah
akan berwarna biru.
Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik,
wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas.
Jika terjjadi kebocoran, maka kertasa saring atau kapas akan basah.
13
3.8.2 Evaluasi Kimia
A. Identifikasi
Mereaksikan sediaan dengan reagen spesifik sehingga
menghasilkan hasil yang positif
B. Penetapan Kadar
Dengan cara titrasi sehingga kadar yang dihasilkan dapa dibuktikan
sesuai atauu tidak dengan kadar yang diinginkan.
3.9 Penyimpanan
14
Disimpan pada suhu kamar, dan terlindung dari cahaya.
IV. KEMASAN
4.1 Kemasan Primer
15
4.3 Label
4.4 Brosur
16
V. DAFTAR PUSTAKA
17
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan
Perluasan. Penerbit ITB : Bandung.
C, Raymond Rowe. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed,
USA: Pharmaceutical Press.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Martindale. (2009). Martindale The Complete Drug References, ed. 36th.
UK: Pharmaceutical Press
18