Anda di halaman 1dari 4

Evan Ghazali

1701619026

RESUME BUKU
FILSAFAT ILMU
JUJUN S. SURIASUMANTRI
BAB 5 Sarana Bepikir Ilmiah

Sarana Bepikir Ilmiah

Untuk dapat memelajari sarana berpikir ilmiah kita harus memerhatikan dua hal
berikut ini yang pertama, sarana berpikir ilmiah merupakann kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan
metode ilmiah.

Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah memungkinkan kita melakukan


penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
sehari-hari. Maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan
untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.

Bahasa

Ernst Cassurer menyebut manusia sebagai Animal symbolicum, makhluk yang


mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa maka kegiatan berpikir
secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Bahasa memungkinkan manusia
berpikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-
simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak
memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut.

Bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif.
Apakah Sebenarnya Bahasa?

Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Manusi


menggunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bagi mereka yang tidak
dianugerahi kemampuan bersuara harus menggunakan alat komunikasi lain seperti bahasa
isyarat. Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti
tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu objek tertentu.

Seni merupakan kegiatan estetik yang banyak mempergunakan aspek emotif dari
bahasa baik seni suara maupun seni sastra. Dalam hal ini bahasa bukan saja dipergunakan
untuk mengemukakan perasaan itu sendiri melainkan juga merupakan ramuan untuk
menjelmakan pengalaman yang ekspresif.

Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat lain dengan


komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi berupa
pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini tersampaikan dengan baik maka harus terbebas dari
unsur emotif karena komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif. Oleh sebab itu, komunikasi
ilmiah haruslah bersifat jelas dan objektif yang terbebas dari unsur-unsur emotif.

Beberapa Kekurangan Bahasa

Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat
simbolik, emotif dan afektif. Pada kenyataannya bahasa verbal mau tidak mau tetap
mengandung ketiga unsur tadi. Inilah salah satu sebab kekurangan bahasa sebagai sarana
komunikasi ilmiah.

Kekurangan yang kedua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung
kata-kata yang membangun bahasa. Kelemahan lain terletak pada sifat majemuk (pluralistik)
dari bahasa. Sifat majemuk dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan
kekacuan semantik.

Kelemahan ketiga, sering bersifat sirkular atau berputar-putar dalam menggunakan


kata-kata terutama dalam memberikan definisi.

Kelemahan lain dari bahasa adalah konotasi yang bersifat emosional seperti telah kita
bicarakan pada bagian terdahulu.

Matematika
Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan


yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Pernyataan matematika mempunyai sifat
informatif, jelas dan spesifik dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
Sifat Kuantitatif Matematika

Matematika mengembangkan bahas numerik yang memungkinkan kita untuk


melakukan pengukuran secara kuantitatif. Melalui pengukuran maka kita dapat mengetahui
dengan tepat berapa panjang sebatang logam(misalnya).

Matematika sebagai sarana berpikir deduktif

Seperti diketahui sarana berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan


berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika
menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. Pengetahuan
yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah merupakan konsekuensi dari pernyataan-pernyataan
yang telah kita temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika”
namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat berguna dan
memberikan kejutan yang sangat menyenangkan.

Perkembangan Matematika

Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni
sistematika, komparatif dan kuantitatif. Pada tahap sistematika maka ilmu mulai
menggolong-golongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Dalam tahap
kedua kita mulai membandingkan antara objek yang satu dengan objek lainnya, kategori yang
satu dengan kataegori lainnya dana seterusnya. Tahap selanjutnya adalah tahap adalah tahap
kuantitatif dimana kita mencari hubungan berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek
yang sedang diselidiki.

Berdasarkan perkembanganya maka masalah yang dihadapi logika semakin sulit dan
membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah maka logika
berkembang menjadi matematika “matematika adalah masa kedewasaan logika, logika adalah
masa kecil matamatika”.

Griffits dan Howson membagi sejarah matematika menjadi empat tahap. Tahap
pertama dimulai pada peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan
Mesopotamia. Waktu itu matematika telah dipergunakan dalam perdagngan, pertanian,
bangunan dan usaha mengontrol alam. Babak perkembangan matematika selanjutnya terjadi
di timur tengah dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa Arab, India dan Cina
mengembangkan ilmu hitung dan aljabar. Mereka mendapatkan angka nol dan cara
penggunaan desimal serta mengembangkan kegunaan praktis dari ilmu hitung dan aljabar
tesebut. Semula memang dianggap bahwa hanya terdapat satu sisstem matematika dimana
perubahan dari postulat-postulatnya akan mengakibatkan adanya terjadi inkonsistensi.
Statistika

Peluang merupakan dasar teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal
dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Konsep
statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu.

Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan ang ditarik adalah benar sekiranya
premis-premis yang dipergunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah.
Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premisnya benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya sah maka kesimpulan itu benar. Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita
amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Karakteristik Berpikir Induktif

Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk berpikir ilmiah dengan sah sering
sekali dilupakan. Kita cenderung untuk berpikir logis secara deduktif dan menerapkan
prosedur yang sama untuk kesimpulan induktif. Statistika merupakan sarana berpkir yang
diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat
metode ilmiah maka statistika membantu kita melakukan generalisasi dan menyimpulkan
karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

Anda mungkin juga menyukai