Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu : Faridah Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB.

Oleh :

1. Ririn Asmoro Putri (010118A119)

2. Risna Yuni S. (010118A120)

3. Sita Dian Permata (010118A133)

4. Venny Indriana A. (010118A145)

5. Winda Eviyanti (010118A151)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata
utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %,
katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40
%, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta
kedua mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan
refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi
total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika serikat ada 2
juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya
mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta,
bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C.
Smeltzer, 2001).

B. Tujuan Penelitian
Makalah ini dibuat untuk memahami serta mengetahui tentang askep
luka bakar serta memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan utama di dunia
setelah katarak atau kekeruhan lensa, dengan jumlah penderita
diperkirakan sebanyak ±70.000.000 orang di seluruh dunia. Glaukoma
adalah penyakit mata yang dapat mengakibatkan neuropati optik yang
diikuti gangguan pada lapang pandang yang khas dan atrofi saraf optik.
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma
sekunder, dan glaukoma kongenital. Sebagian besar glaukoma merupakan
glaukoma primer yaitu glaukoma sudut terbuka (primary open angle
glaucoma) yang proporsinya paling banyak, diikuti glaukoma primer sudut
tertutup (primary angle closure glaucoma). Glaukoma akut merupakan
salah satu glaukoma sudut tertutup primer yang memerlukan penanganan
segera akibat terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut bilik
mata. Hal tersebut menghambat aliran akuos humor dan mengakibatkan
peningkatan tekanan intra okular (TIO).

2. Etiologi
Berdasarkan etiologi, glaukoma terdiri dari glaukoma primer,
sekunder, dan glaukoma kongenital.
1) Glaukoma primer
Merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan reabsorpsi akuos humor mengalami perubahan
patologi langsung atau belum diketahui penyebabnya.
2) Glaukoma sekunder Adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan
penyakit di dalam mata. Glaukoma sekunder dapat terjadi pada
keadaan berikut:
a) Katarak imatur ataupun hipermatur. Katarak imatur
menimbulkan glaukoma apabila terdapat kondisi lensa yang
mencembung (katarak intumesen) akibat menyerap air sehingga
mendorong selaput pelangi yang akan menutup sudut bilik mata.
Katarak hipermatur mengakibatkan glaukoma akibat lensa terlalu
matang bahan lensa yang degeneratif dari kapsul dan menutup
jalan keluar cairan mata pada sudut bilik mata.
b) Cedera mata dapat mengakibatkan pendarahan kedalam bilik
mata depan (hifema) ataupun hal lain yang menutup cairan mata
keluar.
c) Uveitis¸ radang didalam bola mata yang mengakibatkan
perlekatan antara iris dengan lensa (sinekia posterior) atau
perlekatan antara pangkal iris dan tepi kornea (goniosinekia).
d) Tumor didalam mata.
e) Diabetes yang membangkitkan glaukoma neovaskular.
f) Tetes mata steroid yang dipakai terlalu lama.

3) Glaukoma kongenital Glaukoma ini dapat tidak disertai kelainan mata


lain (primer) dan dapat bergabung menjadi dengan suatu sindrom,
pasca trauma, pasca operasi, dan radang. Beberapa istilah glaukoma
pada anak anak dibedakan berdasarkan gejala klinis dan usia penderita
pada saat diagnosis glaukoma ditegakkan :

a) Glaukoma developmental : yakni semua jenis glaukoma yang


disebabkan oleh kelainan perkembangan sistem aliran keluar cairan
akuos, yang dapat juga berhubungan dengan kelainan sistemik lain.

b) Glaukoma kongenital primer : yakni jenis glaukoma yang tejadi


pada anak usia tahun pertama, disebabkan oleh gagal atau
pembentukan tidak normal dari anyaman trabekulum. Yang
biasanya berjalan sporadik, terdapat 10% dengan herediter, diduga
bersifat autosomal resesif. Gejala mulai dilihat dengan tanda-
tanda :

(1) Bola mata membesar

(2) Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek


(3) Bayi tidak tahan sinar matahari

(4) Mata berair 18

(5) Silau

(6) Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata

Beberapa istilah yang lain :

(1) Primary newborn glaucoma yakni glaukoma kongenital


primer yang terdiagnosis sejak lahir.

(2) Primary infantile glaucoma yakni glaukoma kongenital


primer pada usia 1 bulan sampai dengan 2 tahun.

(3) Late-recognized primary infantile glaucoma yakni


glaukoma yang terdiagnosis lebih dari 2 tahun.

c) Juvenille glaucoma yakni glaukoma yang berusia lebih dari 3


tahun sampai dewasa muda dan berhubungan dengan pola
pewarisan autosomal dominan. Biasanya glaukoma jenis ini
bersifat herediter yang terdapat pada short arm chromosom 1. Dan
terlihat sebagai glaukoma sudut terbuka pada usia antara 10-35
tahun. Biasanya 35% menderita miopi tinggi .

3. Patofisiologi
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya
apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat
saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cawan
optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan
intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan
saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki
kisaran 10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada 5laucoma sudut tertutup
akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan
kerusakan nervus optikus (Ameliana and Rahmi 2014).

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari glaukoma akut berupa edema kornea,
penglihatan kabur mendadak, mual, kelopak mata bengkak hiperemi
konjungtiva, injeksi silier, dan pupil dilatasi. Pengobatan medika mentosa
harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan intra okular,
sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah dilakukan (Sari and
Aditya 2016).
Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya
asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak
pandang termasuk konstriksi jarak pandang peripheral general, skotomas
terisolasi atau bintik  buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan
akuitas, peripheral, dan  perubahan penglihatan warna.
Pada glaukoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom
prodromal intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar
cahaya dan biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala
berhubungan dengan kornea berawan, edematous, nyeri pada okular, mual,
muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis.

5. Penatalaksanaan
a. Terapi medikamentosa :
 Agen osmotic
 Karbonik anhydrase inhibitor
 Miotik kuat
 Beta-bloker
 Apraklonidin
b. Observasi respon terapi :
 Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil.
 Ukur tekanan intraocular setiap 15 menit
 Periksa sudut dengan gonioskopi
c. Parasintesis
d. Bedah laser :
 Laser iridektomi
 Laser iridoplasti
e. Bedah insisi
 Iridektomi bedah insisi
 Trabekulektomi
f. Ekstraksi lensa
g. Tindakan profilaksis (Atiyatul 2007)

6. Komplikasi
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi
kebutaan. Permasalahan paling umum setelah menjalani trabekulektomi
adalah luka pada lubang yang dapat menghalangi keluarnya cairan dari
mata dan mengganggu fungsi bleb. Jika bleb tidak berfungsi, operasi lain
mungkin akan diperlukan. Mitomycin  sering digunakan untuk mencegah
luka. Mitomycin lebih umum digunakan dibanding 5‐fluorouracil, namun
tidak dapat digunakan  setelah operasi. 5‐fluorouracil dapat digunakan
pada  saat operasi  atau disuntikkan pada jaringan tipis (conjunctiva) yang
melapisi mata setelah operasi, untuk menghindari luka.

Komplikasi lainnya yang dapat terjadi setelah operasi:

● pandangan kabur

● perdarahan pada mata


● kehilangan penglihatan sentral secara tiba‐tiba dan permanen.
Hal ini tergantung seberapa banyak penglihatan yang hilang
sebelum operasi

● infeksi mata

● tekanan tinggi  pada  mata,  menyebabkan  malignant  glaukoma.


Kasus  ini  jarang ditemukan
7. Pathway
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Meminta untuk mengulang pembicaraan
2. Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
3. Memalingkan kepala terhadap pembicara
4. Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lain yang
bergumam
5. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar
belakang yang bissing, bordering/berdesis yang konstan
6. Volume bicara meningkat

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidakcukupan
informasi yang dibuktikan dengan kesulitan memahami komunikasi,
kesulitan mempertahankan komunikasi, ketidaktepatan verbalisasi
2. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan ketidakadekuatan
pemahaman yang dibuktikan dengan tidak berdaya, tantangan situasi
terhadap harga diri, meremehkan kemampuan mengahdapi situasi
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak yang
dibuktikan dengan ketidaknyamanan setelah beraktivitas, kelemahan
umum

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL TINDAKAN


KEPERAWATAN KEPERAWATAN

1 Hambatan komunikasi Komunikasi (0902) Peningkatan Komunikasi:


verbal yang Definisi: penerimaan, Kurang Pendengaran
berhubungan dengan interpretasi, ekspresi lisan, (4974)
ketidakcukupan tertulis dan pesan non-verbal Definisi : penggunaan
informasi yang Setelah melakukan tindakan strategi untuk menambah
dibuktikan dengan keperawatan selama 3x24 kemampuan bagi individu
kesulitan memahami jam, komunikasi dapat yang memiliki
komunikasi, kesulitan kembali normal dengan pendengaran kurang
mempertahankan kriteria hasil : Aktivitas-Aktivitas :
komunikasi,  Lakukan atau atur
090206 Mengenali pesan yang
ketidaktepatan pengkajian dan
diterima dipertahankan pada 1
verbalisasi skrining rutin
ditingkatkan ke 5
terkait dengan
090210 interpretasi akurat fungsi
terhadap pesan yang diterima pendengaran
dipertahankan pada 1
 Catat dan
ditingkatkan ke 5
dokumentasikan
090208 pertukaran pesan yang metode
akurat dengan orang lain komunikasi yang
dipertahankan pada 1 disukai pasien
ditingkatkan ke 5  Dapatkan
perhatian pasien
sebelum berbicara
 Hindari
lingkungan yang
berisik saat
berkomunikasi
 Hindari
berkomunikasi
lebih dari 2-3 kaki
jauhnya dari
pasien
 Gunakan gerakan
tubuh bila
diperlukan
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Tahan diri untuk
berteriak ketika
berbicara pada
pasien
 Sederhanakan
Bahasa
 Verifikasi apa
yang dikatakan
atau dituliskan
dengan
menggunakan
respon pasien
sebelum
melanjutkan
berbicara
2 Harga diri rendah Harga Diri (1205) Peningkatan Harga Diri
situasional yang Definisi: penilaian harga diri (5400)
berhubungan dengan sendiri Definisi: membantu
ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan pasien untuk
pemahaman yang keperawatan selama 3x24 meningkatkan penilaian
dibuktikan dengan jam, harga diri dapat kembali pribadi mengenai harga
tidak berdaya, normal dengan kriteria hasil : diri
tantangan situasi 120501 Verbalisasi Aktivitas-aktivitas :
terhadap harga diri, penerimaan diri dipertahankan  Monitor
meremehkan pada 1 ditingkatkan ke 5 pernyataan pasien
kemampuan 120502 Penerimaan terhadap mengenai harga
mengahdapi situasi keterbatasan diri diri
dipertahankan pada 1  Tentukan focus
ditingkatkan ke 5 kontrol pasien
120504 Mempertahankan  Tentukan
kontak mata dipertahankan kepercayaan diri
pada 1 ditingkatkan ke 5 pasien dalam hal
120505 Gambaran diri penilaian diri
dipertahankan pada 1  Bantu pasien
ditingkatkan ke 5 untuk menemukan
120507 Komunikasi terbuka penerimaan diri
dipertahankan pada 1  Dukung kontak
ditingkatkan ke 5 mata saat
120511 Tingkat kepercayaan berkomunikasi
diri dipertahankan pada 1  Jangan mengkritisi
ditingkatkan ke 5 pasien secara
12019 Perasaan tentang nilai negative
diri dipertahankan pada 1  Monitor frekuensi
ditingkatkan ke 5 verbalisasinegatif
terhadap dirinya
 Monitor tingkat
harga diri dari
waktu ke waktu
3 Intoleran aktivitas Toleransi Terhadap Aktivitas Manajemen Lingkungan :
berhubungan dengan (0005) Kenyamanan (6482)
gaya hidup kurang Definisi: respon fisiologis Definisi: manipulasi
gerak yang dibuktikan terhadap pergerakan yang lingkungan pasien untuk
dengan memerlukan energy dalam mendapatkan
ketidaknyamanan aktivitas sehari-hari kenyamanan optimal
setelah beraktivitas, Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
kelemahan umum keperawatan selama 3x24  Tentukan tujuan
jam, toleransi terhadap pasien dan
aktivitas dapat kembali keluarga dalam
normal dengan kriteria hasil : mengelola
000518 Kemudahan dalam lingkungan dan
melakukan aktivitas hidup kenyamanan yang
harian dipertahankan pada 1 optimal
ditingkatkan ke 5  Mudahkan transisi
000514 Kemampuan untuk pasien dengan
berbicara ketika melakukan adanya sambutan
aktivitas fisik dipertahankan hangat di
pada 1 ditingkatkan ke 5 lingkungan
 Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
 Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
 Posisikan pasien
untuk
memfasilitasi
kenyamanan
 Berikan sumber-
sumber edukasi
yang relevan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan utama di dunia
setelah katarak atau kekeruhan lensa, dengan jumlah penderita
diperkirakan sebanyak ±70.000.000 orang di seluruh dunia. Glaukoma
adalah penyakit mata yang dapat mengakibatkan neuropati optik yang
diikuti gangguan pada lapang pandang yang khas dan atrofi saraf optik.
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma
sekunder, dan glaukoma kongenital.
Berdasarkan etiologi, glaukoma terdiri dari glaukoma primer,
sekunder, dan glaukoma kongenital.
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya
apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat
saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cawan
optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan
intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan
saraf pada bola mata.
Manifestasi klinik dari glaukoma akut berupa edema kornea,
penglihatan kabur mendadak, mual, kelopak mata bengkak hiperemi
konjungtiva, injeksi silier, dan pupil dilatasi. Pengobatan medika mentosa
harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan intra okular,
sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah dilakukan (Sari and
Aditya 2016).
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu, terapi medikamentosa,
Observasi respon terapi, parasintesis, bedah laser, bedah insisi, ekstraksi
lensa, dan tindakan profilaksis.
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi
kebutaan.
B. Saran
Hendaknya jika seseorang mengalami tanda gejala glaukoma, sesegera
mungkin untuk melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma data
ditangani.
DAFTAR PUSTAKA

Ameliana, D. and F. L. Rahmi (2014). Perbandingan Penurunan Tekanan


Intraokuler Pada Terapi Timolol Maleat Dan Dorsolamid Pasien Glaukoma, Faculty of
Medicine Diponegoro University.
Atiyatul, A. (2007). "Penatalaksanaan Glaukoma Akut."
Fidalia. Gambaran klinis dan penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup.
Med J Sriwijaya University.2000; 32(2):58-61.
Ismandari F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutaan pada pasien
baru dengan glaukoma primer di poliklinik penyakit mata RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, Januari 2007- Oktober 2009 [tesis].Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; 2010.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan analisis glaukoma.
Jakarta: Kemenkes RI;2015.
Sari, E. D. Y. and M. Aditya (2016). "Glaukoma Akut dengan Katarak Imatur Okuli
Dekstra et Sinistra." 4.

Anda mungkin juga menyukai