Pak Jumarinsjh
Pak Jumarinsjh
Semar berwatak sabar, pengasih, penyayang, dan tak pernah susah. Tetapi kalau dia
sudah marah, tak ada seorangpun yang bisa mencegahnya dan dewa-dewapun dianggapnya
lebih rendah daripada telapak kakinya. Semar selalu merendahkan diri terhadap anak-anak
asuhannya dan berbahasa lemah lembut sebagaimana layaknya hamba, bila ia bercakap-
cakap dengan tuannya. Tetapi jika bergaul dengan para Dewa, ia bersikap seperti
menghadapi orang-orang sejajarnya. Semar melambangkan akhlak
2
JENIS – JENIS TEMBANG MACAPAT
Tembang macapat memiliki beberapa jenis, yang mana masing-masing jenis tersebut
dibedakan dengan aturan-aturan yang membentuknya yakni Guru Lagu, Guru Wilangan dan
Guru Gatra.
Terdapat 11 jenis tembang macapat yang dikenal luas masyarakat kita. Setiap jenis
tembang ini memiliki makna, berdasarkan dari orang tua terdahulu menjelaskan bahwa,
kesebelas tembang macapat tersebut sebenarnya menggambarkan tahap-tahap kehidupan
manusia manusia dari mulai alam Rahim sampai dengan meninggalnya.
1. Maskumambang ( Janin),
Tembang maskumambang mengisahkan sebuah awal mula perjalanan hidup seorang
manusia yang masih berupa embrio di dalam kandungan sang ibu. Masih belum jelas
diketahui jati dirinya atau apakah ia berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Maskumambang berasal dari mas dan kumambang. Kata mas atau emas berarti sesuatu
yang sangat berharga, yang dapat diartikan bahwa anak meskipun masih dalam
kandungan merupakan sebuah anugerah yang besar tak ternilai harganya.
Mambang atau kemambang berarti mengambang. Maskumamang ini mengambarkan
bayi yang hidup mengambang di dalam Rahim ibunya. Hidup dan tumbuh selama 9
bulan di dalam dunianya yaitu Rahim ibunda.
Tembang maskumambang memiliki watak dan sifat rasa atau karakter yang
menggambarkan kesedihan, belas kasihan (welas asih), dan kesusahan. Tembang ini
biasanya digunakan untuk lagu-lagu yang isinya tentang suasana duka.
2. Mijil (Terlahir)
Mijil mempunyai arti keluar. Tembang ini melambangkan bentuk sebuah biji atau
benih yang baru lahir. Mijil menggambarkan awal hadirnya anak manusia di dunia ini,
dia begitu suci dan lemah sehingga masih sangat membutuhkan perlindungan.
Tembang mijil memiliki watak yaitu sebuah pengharapan, welas asih, perhatian dan
tentang cinta. Tembang ini biasanya digunakan sebagai media dalam memberikan
nasehat, cerita cinta, pengharapan dan ajaran ketabahan dalam menjalani setiap laku
kehidupan.
3. Sinom (Muda)
Sinom memiliki arti sebuah pucuk yang baru tumbuh dan bersemi. Tembang sinom
menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi
pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.
Ada juga yang menafsirkan bahwa tembang sinom berkaitan dengan upacara bagi
anak-anak muda zaman dahulu. Tembang sinom memiliki watak bersemangat,
bijaksana dan sering digunakan untuk piwulang (mangajari) dan wewarah 3
(membimbing).
4. Kinanthi (Dituntun)
Kata kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti menggandeng atau menuntun.
Tembang ini menggambarkan kehidupan anak muda yang masih membutuhkan
tuntunan agar bisa menjadi orang yang baik di dunia ini.
Di usianya ini, biasanya ia sedang dalam masa pencarian jati diri, masih banyak
pertanyaan pada dirinya tentang “siapa aku”, sehingga ia mencari sosok yang bisa
menjadi panutan atau teladan.
Tembang kinanthi memiliki watak yang cenderung untuk mengungkapkan nuansa
yang menyenangkan, kasih sayang dan kecintaan serta tauladan hidup.
6. Gambuh ( Sepaham/Cocok)
Gambuh berasal dari kata “Jumbuh” yang dapat diartikan sebagai sebuah kecocokan
antara pria dan wanita yang didasari dengan cinta. Tembang gambuh menggambarkan
tentang sebuah perjalanan hidup seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya
yang cocok dan keduanya akan membina rumah tangga.
Watak yang terdapat pada tembang ini ialah tentang keramahan dan persahabatan.
Gambuh juga sering digunakan untuk menyampaikan kisah kisah kehidupan.
8. Durma (Memberi )
Tembang Durma berasal dari kata “Derma” dalam bahasa Jawa yang memiliki arti
suka memberi dan berbagi rezeki kepada orang lain. Namun ada juga yang
menafsirkan bahwa durma sebagai mundurnya tata krama atau etika.
Durma menggambarkan tentang kisah manusia yang telah mendapatkan segala
kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika manusia dalam kondisi yang serba
kecukupan ia seharusnya akan bersyukur dan selalu melihat serta memberi pertolongan
4
saudara dan tetangganya yang masih dalam kekurangan .
Durma memiliki watak yang tegas, keras, dan penuh dengan amarah yang bergejolak.
Selain itu tembang ini juga menggambarkan semangat perang dan berontak.
9. Pangkur ( Menarik Diri)
Tembang pangkur berasal dari kata “mungkur” yang berarti pergi dan meninggalkan.
Tembang ini bagi orang jawa sering dimaknai sebagai proses mengurangi hawa nafsu
dan mundur dari urusan keduniawian.
Pangkur juga mengisahkan manusia yang sudah memasuki usia senja dimana
seseorang tersebut akan lebih intropeksi tentang dirinya, tentang masa lalunya, tentang
pribadinya dan Tuhannya.
Watak pada tembang pangkur berbicara tentang karakter yang gagah, kuat, perkasa dan
hati yang besar.