Anda di halaman 1dari 61

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Bayi baru lahir/newborn/neonatus adalah bayi yang dilahirkan sampai

dengan umur 28 hari, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai

42 minggu (Wong, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru

dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dengan berat badan bayi antara 2500

sampai dengan 4000 gram & tanpa tanda asfiksia & penyakit penyerta lainya.

Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat

tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan

dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam

kandungan) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)

ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala

kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

Karakteristik Bayi Baru Lahir yaitu pada waktu lahir bayi sangat aktif,

pada menit pertama bunyi jantung. Jantung kira-kira 180x/menit kemudian

turun sampai 120 – 140x/menit. Pada waktu 30 menit setelah lahir.

Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit biasanya disertai

rintihan yang berlangsung 10-15 menit. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

adalah metode yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap dokter atau

bidan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi fisik bayi, apakah normal

ataukah ada tanda-tanda cacat serta gangguan kesehatan lainnya.

Sebagaimana diketahui, kondisi bayi baru lahir sangat lemah. Setelah

berbulan-bulan hidup dalam rahim dan bernafas lewat cairan ketuban


(amniom), saat lahir bayi harus beradaptasi dengan dunia. Organ paru-

parunya juga mulai bekerja untuk mengatur sistem pernafasan. Initnya, ada

banyak perubahan fisiologik yang dialami bayi. Maka itu, perlu adanya

pemeriksaan fisik secara lengkap sebelum bayi dipulangkan ke rumah.

1. Macam-macam Perubahan yang Terjadi

Menurut Pusdiknakes perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah:

1) Perubahan pada Sistem Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas

melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru –

paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur

percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8

tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya

berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas

sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan

mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan

sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi

menurut Leveno adalah:


1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru -

paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke

dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system

pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan

pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang

diperlukan untuk kehidupan.

3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2

meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.

Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,

tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan

tingkat gerakan pernapasan janin.

4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

Singkatnya rangsangan untuk gerak pernafasan disebabkan oleh:

 Tekanan mekanik dari thoraks

 Penurunan Pa O2 & kenaikan Pa CO2

 Rangsangan dingin pada daerah muka

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya bernafas pertama seorang bayi berfungsi untuk:

1. Mengeluarkan cairan dalam paru–paru

2. Mengembangkan jaringan alveolus paru–paru untuk

pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan

(lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru–

paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan

jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34

minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi

tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding

alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan (Leveno,

2009).

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap

saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.

Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres

pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu (Leveno,2009).

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada

saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga

cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang

dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari

kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam

jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang

pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa

cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh

pembuluh limfe dan darah.


e. Beberapa penyebab depresi pernapasan pada bayi baru lahir

1. Hipoksemia atau asidosis janin apapun sebabnya

2. Obat yang diberikan kepada ibu

3. Imaturitas janin yang nyata

4. Obstruksi saluran nafas atas

5. Pneumotoraks

6. Kelainan paru lainnya baik intrinsic (mis, hypoplasia) atau

ekstrinsik (mis, hernia diafragamatika)

7. Aspirasi cairan amnion yang tersemar oleh meconium

8. Kelainan perkembangan sistem saraf pusat

9. Septikemia

f. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat

penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika

terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah

yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,

sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan

memperburuk hipoksia (Farrer, 2009).

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar

pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan

cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi

sirkulasi luar rahim (Farrer, 2009).


2) Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen

dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke

jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim

harus terjadi 2 perubahan besar:

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Penutupan duktus arteriosus antara paru-paru dan aorta

Gambar 2.1 Perubahan kardiovaskuler dari janin ke pola sirkulasi

bayi baru lahir ; VKn: ventrikel kanan; VKr : ventrikel kiri, Akn : atrium

kanan, Akr : atrium kiri, VKI: vena kava inferior (Henderson, 2006).

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh

mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya,

sehingga mengubah aliran darah (Henderson, 2006). Dua peristiwa yang

merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:


1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik

meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium

menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan

tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan

atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah

dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk

menjalani proses oksigenasi ulang (Henderson, 2006).

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah

paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen

pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system

pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium

kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan

pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,

foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali

pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir

dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa

berlangsung 2-3 bulan (Winknjsastro,2005).

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi menurut Farrer:

1. sirkulasi darah fetus

1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami

deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar


b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai

hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami

oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat

atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra

d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari

venrtriculuc dexter dan aorta desendens

e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan

darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini

dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut

dikenal sebagai arteri hypogastica.

2) Sistem sirkulasi fetus

a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta

ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan

mengembalikan darah ke vena cava inferior

b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan

mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke

dalam vena cava inferior

c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar

dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari

vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium

dextrum

d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang

mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke


atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke

ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam

cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan

ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum

menerima darah baru yang mengalami oksigenase

e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan

ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa

aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula

tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter

f) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru

yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena

ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah

bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,

membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih

banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah

maternal

2. Perubahan pada saat lahir

1) Penghentian pasokan darah dari plasenta

2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3) Penutupan foramen ovale

4) Fibrosis

a) Vena umbilicalis
b) Ductus venosus

c) Arteriae hypogastrica

d) Ductus arteriosus

Denyut jantung BBL 120-180 kali/menit

Volume darah BBL berkisar 80–110 ml/kg

3) Perubahan pada Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam

rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini

menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang

dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha

utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan

lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di

seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk

membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna

mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak

coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak

coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.

Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat

bayi

Mekanisme kehilangan panas tubuh BBL:

a. Konveksi
b. Radiasi
c. Evaporasi
d. Konduksi
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami

hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan

kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan

(perawat dan bidan) berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas

pada BBL (Varney, 2010).

Menurut Varney (2010) metode yang digunakan bayi baru lahir

untuk menciptakan panas dapat dilihat pada tabel berikut:

Menggigil a. Tidak efisien


b. Hanya terjadi pada stres
dingin berat
Aktivitas otot volunter c. Manfaatnya terbatas, bahkan
pada bayi cukup bulan yang
kekuatan ototnya cukup
untuk menangis dan tetap
dalam posisi fleksi

Termogenesis tanpa menggigil ada 2 a. Norepinefrin mencetuskan


cara: pemecahan asam lemak, yang
Cara pertama dioksidasi dan dilepas ke
a. Peningkatan laju metabolik sirkulasi darah, menyebabkan
peningkatan penggunaan
oksigen secara mencolok dan
membuat kelelahan meskipun
neonatus sudah cukup bulan
dan sehat

a. Jumlah lemak cokelat


Cara kedua tergantung pada usia
b. Penggunaan lemak coklat kehamilan dan berkurang
untuk menghasilkan panas pada bayi baru lahir yang
mengalami retriksi
pertumbuhan
b. Sumber yang tidak dapat
diperbaharui
c. Penggunaan cadangan lemak
cokelat tidak efisien pada
bayi baru lahir yang
mengalami hipoglikemi atau
disfungsi tiroid
4) Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir

seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu

cepat (1 sampai 2 jam).

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang

cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya

terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang

sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,

selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami

hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan

menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.

Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama

kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen

digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi

yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang

mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan

risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir)

(Varney, 2010).

Adapun bayi yang berisiko mengalami hipoglikemia (Varney, 2010):

a. Bayi baru lahir yang mengalami retriksi pertumbuhan intrauteri

b. Bayi lewat waktu

c. Bayi kurang bulan


d. Bayi yang mengalami gawat napas

e. Bayi dari ibu penyandang diabetes

Menurut Varney (2010), hipoglikemia pada bayi yaitu:

a. Kadar glukosa <40-50 mg/dl

b. Ditentukan dengan tusukan tumit dan setrip tes

c. Dipastikan dengan mengulang sampel serum jika <45 mg/dl

Gejala hipoglikemi menurut Varney (2010) meliputi; gelisah, sianosis,

apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makan. Hipoglikemi

juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi

adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

Metode intervensi hipoglikemi (Varney, 2010):

a. melalui penggunaan ASI/formula

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

Intervensi dilakukan jika <45 mg/dl pada bayi simtomatis dan <35 mg/dl

pada bayi simtomatis.

5) Perubahan pada Sistem Renal

Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan

ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan

dengan mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih

belum matang, yang dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam

jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak

mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urin, yang mencerminkan

pada berat jenis urin yang rendah (Behrman, 2000).


Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam

pertama kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau

darah tidak boleh terdapat di dalam urin bayi baru lahir. Bidan harus

senantiasa ingat bahwa masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan

fisik acapkali sebenarnya ginjal dan bisa jadi sebuah tumor, pembesaran

atau penyimpangan pertumbuhan ginjal (Behrman, 2000).

a. Ginjal sudah berfungsi, tetapi belum sempurna.

b. BBL harus BAK dalam 24 jam pertama, jumlah urin 20–30

ml/hari dan meningkat menjadi 100–200 ml/hari pada akhir

minggu pertama

6) Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk

baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk

menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan

antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas

lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup

bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan

dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh

bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand .

Kapasitas lambung BBL 30–90 ml. Pengosongan lambung antara 2–4

jam setelah pemberian makanan. Dipengaruhi oleh:

a.Waktu dan volume makanan


b. Jenis dan suhu makanan

c.Stres fisik

7) Perubahan pada Sistem Hepar

Fungsi hepar BBL:

a. penyimpanan zat besi

b. metabolisme KH

c. konjugasi bilirubin

d. koagulasi

Hepar belum matur untuk membentuk glukosa sehingga BBL mudah

terkena hipoglikemi. Neonatus telah memiliki kapasitas fungsional untuk

mengubah bilirubin, namun sebagian besar BBL ada yg mengalami

hiperbilirubinemia fisiologis.

8) Perubahan pada Sistem Imunitas

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di

dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang

mencegah atau meminimalkan infeksi (Winknjsastro, 2005).

Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung


Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah

yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL

se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu

melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien (Winknjsastro, 2005).

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan

kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi

antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan

sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi

dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (Behrman, 2000).

9) Perubahan pada Sistem Hematopoiesis

Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama

hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai

rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal

orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5-22,5 gr/dl,

hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar antara 5-

7,5 juta/mm3. Leukosit janin dengan nilai hitungsel daerah putih sekitar

18.000/mm3, merupakan nilai normal saat bayi lahir (Behrman, 2000).

10) Perubahan pada Sistem Integumen

Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih

belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat

tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit

bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang

cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi

normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak


terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik

(Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis

kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat

sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada

udara dingin (Behrman, 2000). Singkatnya pada sistem integument terjadi

perubahan:

a. Semua struktur kulit sudah ada tapi belum matur

b. Epidermis & dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis

c. Verniks caseosa bersatu dengan epidermis

d. Bayi aterm memiliki kulit erithemathous

e. Kulit sering kelihatan berbintik & lurik-lurik

f. Tangan dan kaki sedikit sianosis (acrosianosis)

11) Perubahan pada Sistem Reproduksi

Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel germinal

primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa.

Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan

penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah

melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai

hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora

kecil dan terbuka (Behrman, 2000).

Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki.

Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara

uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama

3-4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi
baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya.

Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi

dan akan mengecil tanpa pengobatan.

Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh

peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru

lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis,

tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu

dalam tubuh bayi.

a. Labia mayora & minora mengaburkan vestibulum dan menutupi

klitoris pada bayi perempuan

b. Bayi laki-laki, preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk

c. Bayi perempuan biasa ditemukan pseudomenstruasi

12) Perubahan pada Sistem Skeletal

a. Tubuh BBL kelihatan sedikit tidak proposional

b. Tangan sedikit lebih panjang dari kaki

c. Punggung BBL kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah

d. BBL dapat mengangkat & memutar kepala ketika menelungkup

13) Perubahan pada Sistem Neuromuskular

Pertumbuhan otak sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2

yang adekuat. Bayi baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek

muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan

sistem syaraf yang baik. Berikut beberapa refleks pada BBL:


1. Refleks Moro/Peluk

Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek

ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai

menghilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-

tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat

bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan

melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan

telapak tangan keatas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Singkatnya, kedua

lengan akan terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau

memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras. Reflek ini normalnya

akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan, meskipun

terkadangakan menetap hingga usia enam bulan.

Tidak adanya reflek moro ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral

(kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat

bayi, sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja)

dapat menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula

atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis

paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus.

Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan

meletakkan bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan

biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan

suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini akan membantu bayi

untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya sepanjang hari.

Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi


memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya. Hilang pada usia 4

tahun.

3. Refleks rooting

Reflek primitif pada bayi baru lahir ini ditunjukkan pada saat kelahiran

dan akan membantu proses menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat

pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur akan terbawa di

bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya

menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek

tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia

berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini

(jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi

akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk

menemukan obyek tanpa harus mencari-cari. Dan akan hilang saat dia

sudah melihat objek. Apabila tidak terjadi maka sistem pencernaannya

belum aktif.

4. Refleks menghisap & menelan (sucking)

Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai

sejak lahir. Reflek ini berhubungan dengan reflek rooting dan

menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap

apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada 2 tahapan dari reflek ini,

yaitu:

a. Tahap expression: dilakukan pada saat puting susu diletakkan

diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi

akan secara langsung menekan (mengenyot) puting dengan


menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air

susunya.

b. Tahap milking :saat lidah bergerak dari areola menuju puting,

mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi

5. Refleks blinking

Reflek blinking merupakan reflek yang terjadi bila bayi menutupkan

kedua matanya ketika terkena kilatan cahaya atau hembusan udara.

Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata berfungsi

untuk melindungi mata dari cahaya dan benda-benda asing. Permanen

dalam kehidupan.

6. Refleks grasping

Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram

benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang

normal dan hilang setelah 3-4 bulan. Bayi akan otomatis menggenggam

jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek

menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi.

Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat-kuat. Pada

akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi

memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering

dihasilkan dari rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu

gerakan yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan

mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya semakin

lancar, bayi akan menggenggam benda-benda, menggunakannya secara

hati-hati, dan mengamati benda-benda tersebut.


7. Refleks stepping

Reflek walking atau stepping merupakan reflek yang muncul sejak

lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat

tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan

terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan

kaki yang lain. Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon

otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan secara sadar pada

sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan

kemampuan berjalan.

8. Refleks neck tonis

Reflek ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan

dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi

digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan

yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan

sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk

melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia

6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik

atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda

awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi

untuk mencapai gerak sadar. apabila tidak terjadi maka terjadi

kerusakan motorik bagian atas.

9. Refleks Babinski

Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira

satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak
kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol

kaki ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus

corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga merupakan tanda

abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang dewasa.

2. Adaptasi Fisiologis pada Tubuh Bayi Baru Lahir

1) Mata

a. Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada

pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika

tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.

b. Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus

sepanjang hidup.

c. Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan

mata menutup dengan rapat.

2) Mulut dan tenggorokan (Varney, 2010)

a. Menghisap

Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral

sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama

masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau

masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah,

reflek ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan

menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai

menghisap, harus hilang pada usia kira–kira 3 - 4 bulan

d. Menguap

Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan

jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.

e. Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan

mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.

f. Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini

harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.

g. Reflek deflasi Hering Breur

Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal dalam waktu 30

detik setelah lahir. Tekanan pada rongga dada bayi pada saat melalui jalan

lahir pervaginam mengakibatkan kelahiran kehilangan cairan paru 1/3 dari

jumlahnya (jumlah pada bayi normal 80-100 ml). Sehingga cairan ini

diganti dengan udara. Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi


baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah pernafasan mulai berfungsi,

nafas bayi menjadi dangkaldan tidak teratur, bervariasi 30-60 kali/menit.

3) Ekstremitas

a. Menggenggam

Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki

menyebabkan fleksi tangan dan jari.

b. Babinski

Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan

menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan

haluks dorso fleksi

c. Masa tubuh

(1). Reflek moro

Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang

menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta

mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti

dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.

(2). Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan

fleksi siku tangan tetap tergenggam

(3). Tonik leher

Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan

kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan

dan kaki fleksi.


(3). Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan

batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.

(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang

menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir

Menurut Stright faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir:

1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat

toksik dan sikap orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).

2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama

persalinan, tipe analgesik atau anestesia intrapartum).

3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan

ekstrauterin

4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons masalah

dengan tepat pada saat terjadi

4. Tanda – Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Ciri – ciri bayi BBL Normal

a. Berat badan 2500 – 4000 gram

b. panjang badan lahir 48 – 52 cm

c. Lingkar dada 30 – 38 cm

d. Lingkar kepala 33 – 35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama cepat kira-kira 180x/menit

kemudian turun sampai 120 – 140x/menit pada waktu 30 menit setelah lahir.
f. Pernapsan pada menit pertama cepat kira-kira 80x /menit kemudian

menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan diliputi vernix caseosa.

h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan)

sedangkan pada laki-laki testis sudah turun berada di skortum

k. Reflek menghisap dan menelan, rooting refleks, walking refleks, graft

refleks, moro refleks atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, tonic

neck refleks,dll sudah terbentuk dengan baik.

l. Eliminasi baik, dan mekonium akan keluar 24 jam pertama.

5. Tanda – Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

a. Pernafasan (sulit atau lebih dari 60x/ menit)

b. Suhu tubuh (lebih dari 380C atau kurang dari 360C)

c. Warna (kuning terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat memar)

d. Pemberian makanan (Hisapan lemah, mengantuk berlebihan dan banyak

muntah)

e. Tali pusat (merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk atau berdarah)

f. Infeksi (suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan nanah, bau busuk

dan pernafasan sulit)

g. Eliminasi (tidak berkemih dalam 24 jam tinja lembek sering hijau tua,

terdapat lendir atau darah)


h. Aktifitas (menggigil atau tangis tidak biasa sangat mudah tersinggung,

lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang tidak bisa tenang dan menangis

terus menerus).

6. Penilaian Awal Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia

kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40

minggu. Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari

kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemahaman terhadap

adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam

memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke luar rahim

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang

menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru

lahir.

a. Penilaian awal bayi baru lahir

Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi

apakah:

1) Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36–40

minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk

beradaptasi di luar rahim (uterus)

2) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam

pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang

berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam

kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion,


verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari

jaringan tubuh.

3) Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan.

Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas

cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila

frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan

bayi segera menangis kuat pada saat lahir.

4) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi

lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan

untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang

mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi

secara anatomi dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga

bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot

yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

5) Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna

merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit

atau adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak

kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan

lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat

pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi

lebih kemerahan ketika bayi menangis.

b. Diagnosis bayi baru lahir

Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau

mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk


mendeteksi kelainan janin dapat menimbulkan masalah pada jam–jam pertama

kehidupan bayi diluar rahim. Dengan mengetahui kelainan pada janin dapat

membantu untuk mengambil tindakan serta memberikan asuhan keperawatan

yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat

sejak awal kehidupannya.

Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas

fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang

bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti

pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks–refleks primitive

seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,

cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan

mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan

spontan dalam 10–30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko

tinggi untuk cacat.

Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR

Score) yang merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir

meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas

reflek). Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran

untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan, kemudian menit

ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada

nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10

memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah

berhubungan dengan kondisi neurologis.


Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan

penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha

napas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR

hanya pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya

hipoksia dan anoksia.

APGAR Score

TANDA 0 1 2

Appearance Biru,pucat Badan Semuanya merah


pucat,tungk muda
ai biru
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lump Gerakan Aktif/fleksi
uh sedikit/fleks tungkai
i tungkai baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, Baik, menangis

tidak teratur kuat

Penilaian 

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik

b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan

tindakan resusitasi

c. Nilai 0–3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan

resusitasi segera sampai ventilasi (Johson, 2005) dan (Pusdinakes, 2003)

c. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan Antropometri yang meliputi:

a. Penimbangan berat badan.

b. Pengukuran panjang badan.

c. Pengukuran lingkar kepala.

d. Pengukuran lingkar dada.

e. Pengukuran lingkar lengan atas.

Menurut Winknjsastro (2005) dan Varney (2010) yang perlu

diperhatikan pada bayi baru lahir adalah:

1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling perlu dikenali kurangnya reaksi

terhadap rayuan, rangsangan sakit atau suara keras yang mengejutkan atau

suara mainan.

2) Keaktifan

Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris

pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu

menangis adalah normal, tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan

gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.

3) Simetris

Apakah secara keseluruhan badan seimbang.

4) Kepala

Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang atas yang

menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran,

atau tumor lunak hanya dibelahan kiri atau kanan saja, atau dikiri dan kanan

tetapi tidak melampoi garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala.

5) Muka wajah
Bayi tanpa ekspresi. Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah

bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan

kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin.

Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi

N.fasialis.

6) Mata

Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang

akan menghilang pada waktu 6 minggu. Goyangkan kepala bayi secara

perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.

a. Periksa jumlah, posisi atau letak mata

b. Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum

sempurna

c. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea

d. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.

Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti

lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek

retina

e. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau

retina

f. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman

gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan

g. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi

mengalami sindrom down


7) Hidung

a. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus

lebih dari 2,5 cm.

b. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus

diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia

koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang

menonjol ke nasofaring

c. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah ,

hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital

d. Periksa adanya pernapasan cuping hidung

8) Mulut

Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang

berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.

a. Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.

Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut

yang kecil menunjukkan mikrognatia

b. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak

yang berasal dari dasar mulut)

c. Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara

palatum keras dan lunak

d. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang

biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi


e. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan

edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya

keluar masuk (tanda foote)

9) Telinga

a. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya

b. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang

c. Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang

jelas dibagia atas

d. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah

(low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu

(Pierre-robin)

e. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat

berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

10) Leher

a. Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.

Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan

kemungkinan ada kelainan tulang leher

b. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad

fleksus brakhialis

c. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya

pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena

jugularis

d. Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher

menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.


11) Klavikula

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi

yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa

kemungkinan adanya fraktur

12) Dada

a. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak

simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis

diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal

dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan

sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan

b. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan

tampak simetris

c. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal

13) Abdomen

a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan

gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan

b. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika

c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-

splenomegali atau tumor lainnya

d. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,

omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten

14) Punggung

Adakah benjolan / tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang

sempurna.
15) Bahu, tangan, sendi, tungkai

a. Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan

kedua lengan ke bawah

b. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang

kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur

c. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili

d. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu

buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21

e. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau

tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan

16) Kulit dan kuku

Dalam keadan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang-kadang

didapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan

harus dipikirkan kemungkinan ada kelainan. Waspada dengan kulit atau

kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning, bercak-bercak

besar biru yang sering terdapat pada sekitar bokong (Mongolian spot).

17) Kelancaran menghisap dan pencernaan harus diperhatikan.

18) Genetalia perempuan : Vagina berlubang atau tidak, uretra ada atau tidak,

labia mayora sudah menutupi labia minora belum.

19) Genitalia laki – laki : Apakah testis sudah masuk apa belum, penis

berlubang dibagian mana, skrotum besar atau tidak.

a. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa

posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan

menyebabkan fimosis
b. Periksa adanya hipospadia dan epispadia

c. Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua

d. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora

e. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina

f. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini

disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)

20) Tinja dan kemih

Diharapkan keluar 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba

membesar,tanpa keluarnya tinja, disertai muntah dan mungkin dengan kulit

kebiruan, harap segera konsultasi untukpemeriksaan lebih lanjut.

21) Anus dan Rektum

Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya. Mekonium secara umum

keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan

adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran

pencernaan

22) Tungkai

a. Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki

dengan meluruskan keduanya dan bandingkan

b. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan

berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan

neurologis.

c. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki


23) Spinal

Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda

abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil

berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis

atau kolumna vertebra.

24) Kulit

Perhatikan kondisi kuli bayi.

 Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir

 Periksa adanya pembekakan

 Perhatinan adanya vernik kaseosa

 Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi

kurang bulan

25) Refleks

a) Refleks Rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.

b) Refleks Hisap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang

disertai refleks menelan.

c) Refleks Moro, timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila

kepala tiba-tiba digerakan.

d) Refleks Mengeluarkan Lidah, terjadi apabila diletakan benda di

dalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/

minuman.

26) Berat badan

Sebaiknya tiap hari dipantau. Penerunan berat badan lebih dari 5% berat

badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.(Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001). BBL (Berat badan

Bayi) adalah berat badan bayi pada saat lahir yang normalnya berkisar

antara 2500 – 3500 gram.

7. Kondisi atau Masalah yang Mungkin Terjadi pada Bayi Baru Lahir

a) Hipotermia

Hipotermia adalah suatu keadaan ketika bayi diletakkan di lingkungan

yang lebih dingin dari suhu lingkungan netralnya, dan ketika bayi menggigil

hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan oksigen dan penggunaan glukosa

untuk proses fisiologis (Ladewig, 2006).

 Klasifikasi Hipotermia

1) Hipotermia ringan, suhu <36,5oC

2) Hipotermia sedang, suhu antara 320C – 360C

3) Hipotermia berat, suhu kurang dari 320C

 Gejala dan tanda hipotermia

1) Gejala hipotermia bayi baru lahir:

a) Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin

b) Mottling pada kulit

c) Bintik-bintik pada kulit

d) Sianosis

e) Gelisah

f) Takipnea

2) Tanda-tanda hipotermia berdasarkan ringan beratnya:


a) Hipotermia sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah, kulit

berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menghisap

lemah dan kaki teraba dingin.

b) Hipotermia berat: sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku

kebiruan, pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat,

selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik.

 Faktor penyebab

Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya

pengetahuan tentang mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi dan

pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Dan resiko untuk

terjadinya hipotermia dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah

bayi lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, berat badan

bayi yang kurang dan memandikan bayi segera setelah lahir. Dan faktor

pencetus terhadap timbulnya hipotermia adalah faktor lingkungan, syok,

infeksi, KEP (Kekurangan Energi Protein), gangguan endokrin metabolik,

cuaca, dan obat-obatan (Wiwik, 2010).

 Mekanisme kehilangan panas

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat

dengan cepat kehilangan panas apabila tidak segera dicegah. Bayi yang

mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian. Mekanisme

kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi melalui:

Gambar Mekanisme

Kehilangan Panas
1) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan

dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari

temperatur tubuh bayi, contohnya bayi ditempatkan dekat jendela yang

terbuka.

2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin, contohnya bayi diletakkan di atas

timbangan atau tempat tidur bayi tanpa alas.

3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi

terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin, contohnya angin dari

kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.

4) Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban

pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera

dikeringkan.

b) Asfiksia

Oksigen sangatlah penting untuk kehidupan baik sebelum dan sesudah

persalinan. Selama didalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien

dari ibu melalui mekanisme difusi plasenta dari ibu yang diberikan kepada

janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru

janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen ataupun jalan untuk

mengeluarkan CO2 sehingga darah tidak perlu mengaliri paru dalam jumlah

besar. Namun, setelah bayi lahir plasenta tidak lagi berhubungan, sehingga
bayi akan segera bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen

(Depkes, 2005).

Bayi baru lahir dalam masa transisi ke kehidupan ekstrauterin akan

mengalami beberapa adaptasi yang fisiologis, salah satunya adalah adaptasi

pernapasan. Pernapasan awal bayi baru lahir dipicu oleh faktor-faktor fisik,

sensorik, dan kimia. Faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya

perubahan dalam gradien tekanan). Faktor-faktor sensorik dalam adaptasi

pernapasan bayi baru lahir meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan

suhu, sedangkan faktor kimia meliputi perubahan dalam darah misalnya,

penurunan kadar O2, peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH sebagai akibat

asfiksia sementara selama  kelahiran. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir

berkisar antara 30 sampai 60 kali per menit (Barbara, 2004).

Asfiksia menurut Ilyas (1994), adalah suatu keadaan ketidakmampuan

bayi untuk bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang mana

keadaan tersebut disertai dengan hipoksia, hiperkapnea, dan berakhir dengan

asidosis. Faktor-faktor yang timbul pada kehamilan, persalinan, atau segera

setelah lahir sangat berhubungan dengan keadaan hipoksia. Asfiksia akan

menimbulkan dampak yang buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan

secara sempurna, sehingga tujuan dari tindakan yang dilakukan yaitu untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala lanjutan yang

mungkin timbul. Asfiksia kelahiran merupakan konsekuensi dari hipoksia

intrapartum dimana bayi membutuhkan resusitasi lebih lanjut dan berlanjut

pada keadaan ensefalopati hipoksik iskemik (hypocix ischemic


enshefalophaty, HIE). HIE muncul pada 1-2 kasus pada setiap 1000 kelahiran.

Bayi yang dilahirkan setelah hipoksia intrapartum memiliki gambaran yang

khas. Bayi menjadi bradikardi, pucat, lemas, dan apnu, dan mengalami

asidosis metabolik yang parah, yang telah terakumulasi selama periode

glikolisis anaerob. Keadaan ini memerlukan tindakan resusitasi segera

(Meadow & Newell, 2002).

 Etiologi

Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menit-menit

pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur,

namun bila terjadi gangguan pertukaran gas atau angkutan oksigen dari ibu

ke janin akan memicu terjadinya asfiksia janin atau neonatus. Gangguan

tersebut dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah

lahir.

Towell (1966) dalam Ilyas (1994), menggolongkan penyebab

kegagalan pernapasan pada bayi asfiksia yang terdiri dari :

1) Faktor ibu

Ibu merupakan subjek yang berperan dalam persalinan,

berbagai kondisi dan keadaan ibu akan banyak mempengaruhi bayi

saat dilahirkan. Berikut beberapa situasi pada ibu yang dapat

menimbulkan masalah pada bayi :

a) Hipoksia pada ibu, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi

akibat pemberian obat analgetik atau anestesia umum.

b) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan organ dalam


rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin

dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ

reproduksinya belum sempurna secara keseluruhan, disertai

kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu (Llewellyn &

Jones, 2001).

Usia perempuan untuk hamil dan melahirkan memiliki pengaruh

yang berbeda pada kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan dan

persalinan di bawah umur 20 tahun memiliki resiko yang sama

tingginya dengan kehamilan umur 35 tahun keatas sehingga dapat

menimbulkan resiko. Usia berkaitan dengan masalah kesehatan,

resiko akan meningkat sejalan dengan usia. Persalinan pada ibu

usia tua dapat menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan

persalinan yang lebih sulit dan lama (Kasdu, 2005)

c) Gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit

pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin.

Contohnya kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-

paru/tbc, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.

2) Faktor plasenta,

Plasenta merupakan suatu organ serba guna dan vital bagi janin yang

berfungsi sebagai alat pernapasan, alat pemenuhan nutrisi, dan alat

pertahanan dan pembentukan hormon-hormon. Pertukaran gas antara

ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Apabila

terjadi gangguan mendadak pada plasenta maka akan terjadi asfiksia


janin. Gangguan plasenta tersebut seperti solusio plasenta, perdarahan

plasenta (plasenta previa).

a) Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah lahir dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

internum.

b) Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan.

3) Faktor janin atau neonatus

Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali

pusat antara janin dan jalan lahir, gameli, IUGR (intra uterin growth

retardation), premature, kelainan kongenital pada neonatus, dan lain-

lain.

a) Prematur adalah keadaan bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan

minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi yang

lahir kurang bulan memiliki organ dan alat-alat tubuh yang belum

berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Prognosis

bayi prematur tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,

misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi maka makin

tinggi angka kematian. Terutama disebabkan oleh seringnya

dijumpai kelainan komplikasi seperti asfiksia, pneumonia,

perdarahan intra kranial, dan hipoglikemia (Saifuddin, 2002).

b) Gangguan tali pusat, kompresi umbilikus akan mengakibatkan

terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan

menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran


darah tersebut dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir

dan janin (Saifuddin, 2002).

4) Faktor persalinan

Menurut Saifuddin (2002), persalinan normal adalah poses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin. Faktor persalinan yang dimaksud adalah meliputi partus

lama, persalinan dengan tindakan/buatan.

a) Partus lama menurut Mochtar (2004), yaitu persalinan yang

berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18

jam pada multipara. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6

jam daripada multi. Insiden partus lama menurut penelitian

berkisar 2,8% sampai 4,9%. Bila persalinan lama, dapat

menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun bayi, dan

dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

b) Persalinan buatan yakni persalinan dengan rangsangan/bantuan

tenaga dari luar sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.

Misalnya forcep/vakum/SC. Menurut Hamilton (1995), forcep

digunakan untuk mempercepat persalinan ketika hidup ibu atau

janin terancam, untuk mempersingkat persalinan kala II. Persalinan

dengan forcep menyebabkan adanya tekanan pada kepala yang bisa


menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata dan hal tersebut

dapat menyebabkan asfiksia.

c) Persalinan cesarea adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan

insisi uterus. Persalinan cesarea dipilih karena indikasi distres

janin, posisi sungsang, distosia, dan persalinan cesarea

sebelumnya. Tindakan cesarea bisa dilakukan pada kejadian

plasenta previa, solutio plasenta, gawat janin, letak lintang. Yang

mana hal tersebut berpengaruh terhadap pernapasan bayi

(Saifuddin, 2002). Persalinan buatan juga bisa dengan induksi

yakni tindakan/langkah untuk memulai persalinan yang

sebelumnya belum terjadi. Metode yang digunakan ialah

amniotomi, infus oxytocin, dan pemberian prostaglandin.

Pemberian prostaglandin akan menimbulkan kontraksi otot rahim

yang berlebihan yang mana dapat mengganggu sirkulasi darah

sehingga menimbulkan asfiksia janin (Hamilton, 1995).

8. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir Lengkap Normal

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah metode yang sangat

penting untuk dilakukan oleh setiap dokter atau bidan. Hal ini bertujuan

untuk mengidentifikasi fisik bayi, apakah normal ataukah ada tanda-tanda

cacat serta gangguan kesehatan lainnya. Sebagaimana diketahui, kondisi

bayi baru lahir sangat lemah. Setelah berbulan-bulan hidup dalam rahim

dan bernafas lewat cairan ketuban (amniom), saat lahir bayi harus

beradaptasi dengan dunia. Organ paru-parunya juga mulai bekerja untuk


mengatur sistem pernafasan. Initnya, ada banyak perubahan fisiologik

yang dialami bayi. Maka itu, perlu adanya pemeriksaan fisik secara

lengkap sebelum bayi dipulangkan ke rumah.

Umumnya pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3

kali, yakni:

a) Pemeriksaan awal yang dilakukan sesegera mungkin setelah bayi

dilahirkan

b) Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan saat kondisi bayi sudah stabil,

sekitar 7-24 jam ketika bayi berada dalam kamar perawatan

c) Pemeriksaan tahap akhir, dilakukan sebelum bayi pulang ke rumah

1) Pemeriksaan tahap awal

Pemeriksaan tahap awal dilakukan segera setelah bayi dilahirkan.

Umumnya saat bayi berada di ruang bersalin. Pemeriksaan ini meliputi:

a) Pemeriksaan score APGAR

Pemeriksaan score APGAR adalah metode akurat untuk

menentukan kondisi bayi baru lahir secara cepat. Pemeriksaan ini

meliputi warna kulit, denyut jantung, kepekaan reflek bayi, tonus otot

dan sistem pernafasannya. Dengan dilakukannya penentuan nilai

APGAR, nantinya dokter bisa memutuskan untuk melakukan tindakan

darurat pada bayi atau tidak.


Penilaian APGAR ini dilakukan secara berulang-ulang, pada 5

menit pertama bayi dilahirkan, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 24

menit. Apabila bayi memperoleh total keseluruhan nilai APGAR 10,

maka bayi dinyatakan sehat. Sebaliknya jika nilai APGAR dibawah 5

berarti bayi membutuhkan perawatan intensif.

Cara menentukan nilai APGAR:

1) Warna Kulit (Appearance)

Nilai APGAR 0 : kulit bayi berwarna biru pucat (sianosis)

Nilai APGAR 1 : kulit bayi kemerahan dengan tangan dan kaki

berwarna biru

Nilai APGAR 2: kulit bayi berwarna kemerahan atau merah muda

2) Denyut Jantung (Pulse)

Nilai APGAR 0 : tidak ada denyut jantung

Nilai APGAR 1 : denyut jantung kurang dari 100 per menit

Nilai APGAR 2: denyut jantung lebih dari 100 per menit

3) Kepekaan Reflek (Gremace)

Nilai APGAR 0 : tidak ada respon

Nilai APGAR 1 : meringis atau menangis lemah


Nilai APGAR 2: respon kuat

4) Tonus Otot (Pulse)

Nilai APGAR 0 : tidak ada gerakan

Nilai APGAR 1 : gerakan lemah pada tangan dan kaki

Nilai APGAR 2: gerakan akti

5) Pernafasan (Respiration)

Nilai APGAR 0 : tidak ada nafas

Nilai APGAR 1 : nafas tidak teratur

Nilai APGAR 2: nafas normal dna teratur

B. Pemeriksaan anamnese

Pemeriksaan ini meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan

dengan kondisi bayi. Nantinya data tersebut dijadihan bahan dasar untuk

penentuanya adanya kelainan kongenital atau tidak. Ibu akan ditanya

beberapa hal meliputih riwayat kehamilan dan keluarga. Serta bagaimana

pola hidup selama mengandung.

Beberapa hal yang menjadi poin penting di pemeriksaan ini, yakni:

1) Riwayat kehamilan : apakah ada penyakit yang diidap, bagaimana

kondisi psikis dan fisik ibu, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, dan

sebagainya
2) Riwayat persalinan : bagaimana proses persalinan, adakah trauma dan

gangguan selama persalinan, tanggal lahir dan jam persalinan, dsb.

3) Faktor genetik : meliputi riwayat penyakit pada keluarga

C. Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan tali pusat dilakukan untuk mendukung data

amnanesis. Dengan melihat kondisi tali pusat (mulai dari teksturnya,

kesegarannya, jumlah pembuluh darah arteri dan vena, serta ada tidaknya

tali simpul) dokter dapat mendiagnosis gangguan pada sistem

kardiovaskular bayi. Serta pada sistem pernafasan, urogenital (organ

reproduksi dan sistem kemih) dan pencernaan.

D. Pemeriksaan cairan ketuban (amniom)

Selain dilakukan pada saat kehamilan, pemeriksaan cairan ketuban

juga masuk prosedur pemeriksaan setelah melahirkan. Pemeriksaan ini

meliputi vomule dan warna ketuban. Tujuannya untuk mengetahui adanya

kelainan kromosom atau gangguan lain pada si bayi, misalnya gangguan

ginjal, paru-paru dan sendi.

E. Pemeriksaan plasenta

Pemeriksaan plasenta juga dilakukan untuk memastikan kondisi

bayi baru lahir. Apakah benar-benar sehat ataukah ada gangguan

kesehatan. Cara pemeriksaan plasenta ini meliputi beberap hal, yakni:

1) Pengukuran berat plasenta


2) Pengurkuran ketebalan plasenta

3) Mengukur diameter dan melihat ukuran plasenta

4) Menghitung jumlah kotiledon

5) Pemeriksaan bagian martenal, fetal, selaput untuk memastikan

keutuhannya ataukah ada yang robek

6) Pemeriksaan jumlah korion untuk bayi kembar

7) Pemeriksaan trauma, kerusakan sel, perkapuran dan sebagainya pada

plasenta

8) Melakukan rangsangan taktil untuk memantau kontraksi

9) Dan sebagainya

2) Pemeriksaan fisik secara lengkap

Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan saat kondisi bayi sudah

stabil dan berada di ruang perawatan yang terang, hangat dan bersih.

Pemeriksaan fisik ini meliputi:

A. Pemeriksaan Komponen Pertumbuhan (atropometrik)

Pertama dilkaukan pemeriksaan paling ringan, yaitu komponen-

komponen pertumbuhan pada bayi yang terdiri dari berat badan, tinggi,

lingkar dada dan lingkar kepala.

Berat badan normal: 2,5 – 4 kg

Tinggi badan normal: 48- 52 cm

Lingkar dada normal: 32 – 35 cm


Lingkar kepala normal: 32 – 37 cm

B. Pemeriksaan Bagian Kepala

Saat dilahirkan, terkadang bayi mengalami cedera ringan di bagian

kepalanya akibat tekanan-tekanan tertentu. Misalnya kondisi wajah yang

sedikit tidak rata (asimetris), caput suksedangeum (pembengkakan pada

kulit kepala yang berisi getah bening) atau cephal hematoma (pendarahan

dari lapisan subperiosteum).

C. Pemeriksaan Mulut

Pemeriksaan mulut juga dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan

kongenital pada bayi, seperti hipersaliva (produksi air liur yang berlebihan),

labiopalatoskisis (kelainan pada daerah mulut, misalnya bibir sumbing) dan

sebagainya. (baca:

D. Pemeriksaan Sistem Indera

Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya gangguan sistem

sensorik pada bayi, serta diagnosis cacat fisik. Pemeriksaan ini meliputi:

 Indera pengelihatan (mata) – visual

 Indera pengecap (lidah) – gustatory

 Indera pendengaran (telinga) -auditori

 Indera penciuman (hidung) – okfaktori

 Indera peraba (kulit) – taktil


E. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Dada

Kondisi organ bagian dalam tubuh juga penting untuk diperiksa guna

memastikan tidak ada kelainan. Umumnya pemeriksaan pada bagian dada

dilakukan melalui pengukuran denyut jantung, pernafasan, dan payudara.

 Pernafasan bayi baru lahir, sekitar 60-40 kali per menit

 Denyut jantung bayi baru lahir, sekitar 120-160 kali per menit

 Payudara, normalnya payudara berada pada posisi sejajar satu dengan

yang lain, ukurannya cenderung sama dan puting pada tiap payudara hanya

berjumlah satu

E. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Perut (Abdomen)

Organ di bagian perut juga memerlukan pemeriksaan untuk memastikan

fungsi kerjanya normal dan tidak ada kelainan. Organ-organ tersebut

meliputi ginjal, hati, limpa, lambung, dan usus. Salah satu cara untuk

memastikan kondisi organ pencernaan bayi sehat, yakni bayi

mengeluarkan air kencing dan mekonium (feses yang bewarna hijau

kehitaman) dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan.

F. Pemeriksaan Leher

Struktur dan bentuk leher juga perlu diperiksa untuk mendeteksi ada

tidaknya kelainan kongetinal. Bagaimana refleks leher, apakah ada

pembengkakan kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid, semuanya akan

diperiksa secara mendetail.

Baca juga:
 penyebab bayi sungsang

 ciri bayi sungsang

 cara agar bayi tidak sungsang

 bahaya melahirkan bayi sungsang

H. Pemeriksaan Tulang Belakang

Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat apakah ada gangguan tulang,

seperti skoliosis, kifosis dan lordosis. Selain itu, dokter juga

memperhatikan adanya pembangkakan, kemerahan atau keabnormalan

lain.

I. Pemeriksaan Panggul, Paha dan Betis

Selain tulang belakang, bagian tubuh lain seperti panggul, paha dan

betis juga dilakukan pemeriksaan. Dokter akan melakukan gerakan-

gerakan tertentu pada bayi untuk menguji fungsi kerja bagian-bagian

tubuh tersebut.

J. Pemeriksaan Genetelia (Alat Kelamin)

Pemeriksaan genetelia dilakukan dengan cara melihat kelengkapan

dan struktur kelamin bayi. Apabila dia berkelamin laki-laki, maka

normalnya memliki dua skrotum (pembungkus testis atau buah zakar)

diantara anus dan penis. Sedangkan perempuan terdapat labia minora (di

bagian dalam) dan labia mayora (di bagian luar).

K. Pemeriksaan Anus

Pada bayi normal, posisi anus berada di belakang kemaluan.

Dokter juga perlu mematiskan apakah ada masalah anus buntu atau tidak.
Seorang bayi yang mengalami gangguan anus buntu biasanya tidak bisa

mengeluarkan mekonium.

L. Pemeriksaan Suhu Tubuh

Untuk mendeteksi adanya gangguan hipotermia, hipertermia,

dehidrasi, infeksi atau gangguan lain, perlu dilakukan pemeriksaan suhu

tubuh bayi. Umumnya seorang bayi normal memiliki suhu sekitar 36,5 0C–

37 0C.

M. Pemeriksaan Syaraf

Untuk memeriksa fungsi kerja syaraf bayi biasanya dokter melakukan

pengujian gerak refleks, yang meliputi:

 Refleks menghisap: meletakkan benda di dekat mulut bayi, dan seharusnya

bayi menghisapnya

 Refleks moro : bayi dikejutkan, maka seharusnya posisi kaki dan tangan

telentang, kepala mendongak ke belakang dan jari-jari menggengam

 Refleks Mencucur: menyentuh salah satu sisi mulut bayi, maka seharusnya

kepala bayi menoleh ke arah tersebut

N. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan tensimeter atau

sfignomanometer ai raksa. Alat ini dipasang pada lengan atas bayi secara

perlahan saat bayi telentang. Normalnya bayi baru lahir memiliki tekanan

darah 60-80/40-50 mmHg.


O. Pemeriksaan Denyut Nadi

Pemeriksaan denyut nadi umumnya dilakukan saat bayi dalam

kondisi tidur. Dokter melakukan pengukuran dengan meraba pembuluh

darah arteri yang terletak pada tangan kanan bayi. Normalnya denyut nadi

bayi baru lahir berkisar 140 kali per menit.

P. Pemeriksaan Ekstremitas

Pemeriksaan ini meliputi tulang gerak bagian atas (ekstremitas

atas-lengan tangan) dan bagian bawah (ekstremitas bawah – kaki).

 Ekstremitas atas: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari

sendi bahu, siku, tangan, dan jari. Dokter juga melihat strukturnya,

bagaimana reflek genggam tangan, jumlah jari, panjang kuku dan

sebagainya.

 Ekstremitas bawah: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh mulai dari

paha, lutut, tungkai, pergelangan kaki, tumit hingga jari-jari kaki. Dokter

akan melihat kelengkapan jari, menguji reflek, dan adakah kelainan bentuk

pada tulang atau sendi.

3) Pemeriksaan tahap akhir

Pemeriksaan tahap akhir dilakukan beberapa jam sebelum bayi

pulang. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan dari hasil

pemeriksaan sebelumnya. Sehingga nantinya dokter bisa memutuskan ada

tidaknya kelainan pada bayi. Pemeriksaa ini meliputi:


 Pemeriksaan tali pusat

 Pemeriksaan denyut jantung

 Pemeriksaan sistem pernafasan

 Pemeriksaan abdomen

 Pemeriksaan kulit

 Pemeriksaan syaraf pusat

Apabila tidak ditemukan adanya kelaianan maka bayi akan segera

diperbolehkan pulang, kira-kira hanya sekitar 1-2 hari. Sedangkan jika

bayi didiagnosis mengidap kelainan tertentu, biasanya dokter akan

melakukan pemeriksaan tahap lanjut untuk si bayi. Dengan demikian, bayi

perlu dirawat lebih lama lagi.


BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan
terhadap ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral untuk
mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap penyakit
atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering
menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia perinatal
di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa gestasi dan
berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5 %,sedangkan bayi
prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3 % kelahiran
(1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan keadaan
asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia
yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara. 2004. Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK


Behrman,dkk. 2000.Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta
Farrer, Helen.1999. Perawatan Maternitas: Ed. 2. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC
Henderson, Christine. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC
Ilyas, Yaslis. 1994. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Depok: Badan
Penerbit FKM UI
Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
Kasdu, D. 2005. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Ladewig, Patricia W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri William Panduan Ringkas, Ed 21. Jakart: EGC
Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6.
Jakarta: Hipokrates
Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta: EGC
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdiknakes
Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC
Varney, H., Kriebs, J. M., Gegor, C.L. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney. Jakarta: EGC
Winknjsastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwon Prawirohardjo
Wiwik. 2010. Hipotermia. Jakarta: YBS-SP
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit
Media Aesculapius. Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi,
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai