Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MENEJEMEN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI

NAMA KELOMPOK:

1. TANTI KUSUMA W (1130118014)


2. LAILI SOBACHAH (1130118019)
3. ENDAH PERMATASARI (1130118021)
4. DYAH WIDI SASMITANINGRUM (1130118024)
5. IVA WAHYUNI (1130118027)
6. JULIANTHI ROMIAN ERNA (1130118005)
7. RIZKY NAURAH F. SA (1130118002)
8. SAIFUL ISLAM (1130118001)
9. HERIANDI (1130118004)

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat, ridha dan hidayah dari-Nyalah sehingga apa dari ini kami
dapat menyelesaikan makalah kami. Tak lupa shalawat beriring salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari betul bahwa memang makalah ini belum sempurna
seutuhnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat dimanfaatkan di bidang pendidikan dan dunia kerja,
serta bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.

Surabaya, 24 Oktober 2019

Tim penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Komunikasi Efektif
B. Macam - Macam Komunikasi Efektif di Rumah sakit
C. Tata cara melakukan komunikasi efektif di Rumah Sakit

BAB III PEMBAHASAN


A. Komunikasi dengan keluarga pasien di UPI

B. Komunikasi antar staf klinis


BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan paripurna meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

gawat darurat. Salah satu tujuan pengaturan penyelenggaraan rumah sakit dalah

meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayan kesehatan ( Permenkes

No.147,2010).

Informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah

sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien

( Reisenberg, 2010). Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan

kesehatan membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan empati. Hal ini mencakup

mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan, bagaimana

mengatakannya dan memiliki kepercayaan diri serta kemampuan untuk

memeriksa bahwa informasi yang disampaikan telah diterima dengan baik dan

benar.

Kesalahan dalam melakukan komunikasi dapat menimbulkan dampak yang

serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang

mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan

karena buruknya komunikasi (Alvarado et al,2006).

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif.

2. Apa saja macam macam komunikasi di dalam rumah sakit.

3. Bagaimana cara melakukan komunikasi dalam rumah sakit.

C. Tujuan Penulisan

1. Ingin mengetahui tentang komunikasi efektif

2. Ingin mengetahui tentang macam macam komunikasi efektif di rumah sakit

3. Ingin mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi efektif di rumah

sakit

D. Manfaat Penulisan

1. Mengetahui tentang komunikasi efektif

2. Mengetahui macam macam komunikasi efektif di rumah sakit.

3. Mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi efektif di rumah sakit


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang

menghasilakan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik

antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengukuran efeltivitas dari suatu

proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.

B. Macam - Macam Komunikasi Efektif di Rumah sakit

1. Komunikasi efektif dengan masyarakat

Rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat untuk memfasilitasi

akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit dan informasi tentang

pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.

2. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga

Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang

jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan pelayanan.

Rumah sakit menyediakan edukasi untuk menunjang partisipasi pasien dan

keluarga dalam proses asuhan.

3. Komunikasi efektif antar staf klinis

Terdapat komunikasi efektif antar staf klinis untuk menyampaikan

informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh rumah sakit termasuk yang

urgent. Informasi asuhan pasien dan hasil asuhan dikomunikasikan antarstaf

klinis selama bekerja dalam sif atau antarsif.


C. Tata cara melakukan komunikasi efektif di Rumah Sakit

1. Komunikasi Efektif dengan Masyarakat

Komunikasi efektif antara rumah sakit dengan masyarakat diawali


dengan mengenali komunitas dan populasi pasiennya, serta merencanakan
komunikasi berkelanjutan dengan kelompok kunci (keygroup) tersebut.
Rumah sakit perlu memiliki data demografi dari populasi yang dilayani yang
diuraikan menurut usia, etnis, agama, tingkat pendidikan, serta bahasa yang
digunakan termasuk hambatan komunikasi. Data demografi dapat diperoleh
dari pejabat pemerintah setempat atau dari data yang dikumpulkan rumah
sakit sendiri dari rekam medis pasien rawat jalan maupun inap. Data
demografi kemudian dianalisa dan digunakan untuk menetapkan strategi
komunikasi dengan masyarakt menggunakan pedoman komunikasi efektif
Informasi yang dikomunikasikan kepada masyarakat meliputi:
a) Informasi tentang pelayanan, jam pelayanan, serta akses dan proses
mendapatkan pelayanan. Informasi dikomunikasikan menggunakan
baliho, papan pengumuman, maupun brosur.
b) Informasi tentang kualitas pelayanan yang diberikan kepada publik dan
kepada sumber rujukan.
c) Informasi kualitas pelayanan berupa data mutu dapat ditampilkan dalam
media elektronik berupa TV di ruang tunggu pasien.
d) Komunikasi dapat dilakukan kepada individu secara langsung atau
melalui media publik dan agen yang ada di komunitas atau pihak ketiga
melalui komunikasi efektif. Tujuan komunikasi efektif dengan
masyarakat adalah memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan di
rumah sakit.
2.Komunikasi Efektif dengan Pasien dan Keluarga
Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit maka rumah sakit
juga harus mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi
efektif pada pasien dan keluarga. Komunikasi efektif harus tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima. Komunikasi efektif
dengan pasien dan keluarga digunakan untuk memberikan informasi tentang
jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan pelayanan. Selain
itu komunikasi juga digunakan untuk memberikan edukasi untuk menunjang
partisipasi pasien dan keluarga dalam proses asuhan.
Edukasi terhadap pasien dan keluarga dimulai dari asesmen terhadap
kemampuan, kemauan belajar, dan kebutuhan edukasi. Asesmen dilakukan
oleh petugas admisi dan perawat dan dokter yang memberi asuhan terhadap
pasien. Asesmen adalah tahap pertama dari tiga tahap pemberian edukasi.
Tahapan pemberian edukasi :
a) Asesmen kemampuan, kemauan, kebutuhan edukasi.
Asesmen kemampuan, kemauan, kebutuhan edukasi pasien dan
keluarga dituangkan dalam form RM. 34. Asesmen awal dilakukan oleh
petugas admisi, lalu dilanjutkan oleh perawat dan dokter pemberi asuhan.
Asesmen kebutuhan edukasi meliputi bahasa, agama, kebutuhan
penterjemah, pendidikan, kemampuan baca dan tulis, pilihan tipe
pembelajaran, hambatan edukasi, kesediaan menerima informasi, budaya
dan nilai - nilai kepercayaan.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan asesmen
kebutuhan edukasi adalah sebagai berikut :
1. Asesmen harus mulai dikerjakan dari saat proses admisi.
2. Untuk pasien rawat jalan IGD asesmen diisi di RM. 05. Asesmen
diisi oleh perawat.
3. Hormati privasi pasien dan keluarga.
4. Hasil asesmen tersebut akan digunakan untuk merencanakan edukasi
kepada pasien dan keluarga.
5. Jenis asuhan yang diberikan di Rumah sakit dikomunikasikan
melalui komunikasi lisan, melalui media tulisan, maupun media
elektronik. Komunikasi lisan mengenai jenis layanan yang diberikan
rumah sakit merupakan tanggung jawab semua tenaga admisi dan
tenaga medis yang memberi pelayanan kepada pasien.
b) Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.
Cara menyampaikan informasi dan edukasi yang efektif tergantung pada
hasil asesmen pasien, yaitu :
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.
1. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan keterbatasan fisik (tuna
rungu dan wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga dan menjelaskannya
kepada mereka.
3. Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (labil atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca
leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa
menghubungi edukator berkaitan dengan informasi dan edukasi
yang diperlukan.
4. Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan kendala bahasa, maka
diperlukan keluarga yang mendampingi, atau bila diperlukan
hubungi untuk penerjemah.
5. Dokumentasikan pada rekam medis tentang kebutuhan pendidikan
yang dibutuhkan pasien dan keluarga pada formulir edukasi pasien
dan keluarga terintegrasi.
c) Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga
mengenai kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan
seperti yang telah dijelaskan di bab-bab di atas. Untuk pasien yang
mengalami hambatan emosional ( marah atau depresi ) maka verifikasi
dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai sejauh
mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d)Tata Laksana Pemberian Informasi dan Edukasi
Waktu pemberian edukasi pada pasien Rawat Jalan
1. Saat admisi (bagian informasi dan tempat penerimaan pasien).
2. Saat dilakukan tindakan medis.
3. Saat pasien dan atau keluarga mengantri untuk pemeriksaan di
poliklinik (minimal satu bulan sekali tim PKRS mengadakan penyuluhan
secara berkelompok sebagai cara pendidikan kesehatan yang
berkelanjutan)
Waktu edukasi pada pasien Rawat Inap :
1. Saat admisi (bagian informasi dan tempat penerimaan pasien)
2. Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum :
a) Fasilitas pelayanan yang dimiliki Rumah Sakit
b) Fasilitas dan tarif kamar perawatan
c) Daftar dokter yang merawat di Rumah Sakit
d) Hak dan kewajiban pasien
e) Tata tertib dan peraturan Rumah Sakit
f) Prosedur pasien Rawat Inap dan surat menyurat lainnya
g) Asuransi yang bekerja sama dengan Rumah Sakit
3. Saat dilakukan tindakan medis
Dokter IGD/Dokter yang bertugas di Poli Spesialis/Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan menjelaskan :
a) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa
tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b) Berbagai tindakan medis yang dilakukan untuk penegakan
diagnosis, termasuk manfaat, resiko, efek samping , dan
komplikasi.
c) Hasil dan interpretasi dari tindakan yang telah dilakukan.
d) Diagnosis dan Prognosis
e) Pilihan tindakan medis dan obat yang digunakan untuk tujuan
terapi (kekurangan dan kelebihan masing – masing cara).
4. Saat masuk di Instalasi Rawat Inap
a) Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukanan.
b) Informasi tentang biaya perawatan, biaya pemeriksaan
penunjang, biaya obat , dan lain – lain.
c) Jam kunjung dokter.
5. Saat pasien pulang
a) Prosedur pemulangan pasien dan perawatan di rumah.
b) Informasi tentang biaya Rumah Sakit secara keseluruhan.
a) Materi edukasi disampaikan kepada pasien dan atau keluarga sebanyak
yang dikehendaki atau diperlukan, agar tenaga kesehatan dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
b) Cara menyampaikan materi edukasi
1. Sebaiknya disampaikan secara langsung
2. Menggunakan buku panduan kumpulan materi informasi dan edukasi
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran .
3. Meluangkan waktu yang cukup antara 15 – 30 menit, kecuali untuk
pendidikan kolaboratif atau family gathering, waktu bisa
disesuaikan.
4. Persiapkan lingkungan yang kondusif (tenang, tidak banyak
interupsi, tidak menerima telepon atau mengerjakan tindakan lain
saat penyampaian edukasi)
5. Sebaiknya pasien didampingi oleh keluarga/orang yang ditunjuk .
c) Penyampaian edukasi dapat dilakukan di :
1. Di ruang praktek dokter.
2. Di bangsal/tempat pasien dirawat, di ruang dokter,di ruang perawat.
3. Di ruang tunggu untuk penyuluhan, pasien serta keluarga di Rawat
Jalan.
4. Di Auditorium, apabila dilakukan kegiatan family gathering.
d) Pemberian edukasi kolaboratif, yaitu edukasi yang membutuhkan
informasi dan edukasi lebih dari satu sub unit PKRS (melibatkan lebih
dari satu disiplin ilmu tenaga kesehatan). Pendidikan kesehatan
kolaboratif dapat terjadi karena kondisi pasien yang mengalami
penurunan atau tidak ada perubahan selama kurun waktu tertentu.
4. Komunikasi Antar Staf Klinis
a. Komunikasi lisan melalui telepon/sms/whatsapp
1. Petugas harus menerima pesan dengan cara TULBAKON (TULIS,
BACA ULANG, KONFIRMASI) atau write down – read back –
verification pada saat : Petugas menerima instruksi verbal baik
secara lisan maupun via telepon dan media elektronik lain.
2. Petugas/penerima pesan diminta untuk mengeja apabila
mendapatkan perintah mengenai obat NORUM LASA dengan
standart ejaan yang disepakati Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran
yaitu :

4. Y :
1. A : alpha 2. I : india 3. Q : quebec
yankee
5. B : bravo 6. J : Juliet 7. R : romeo 8. Z : zulu
9. C : charlie 10. K : kilo 11. S : sierra 12.
13. D : delta 14. L : lima 15. T : tango 16.
19. U:
17. E : echo 18. M: mike/mama uniform/ultr 20.
a
21. F: 22. N:
foxtrot/fan november/nan 23. V : victor 24.
ta o
27. W :
25. G : golf 26. O : Oscar 28.
whiskey
29. H : hotel 30. P : papa 31. X : x – ray 32.

3. Petugas harus menggunakan pola komunikasi SBAR (Situation –


Background – Assessment – Recomendation) pada saat :
a) Serah terima pasien antar petugas
b) Komunikasi melalui telepon dan media elektronik lain
4. Pendokumentasian dengan cara SOAP (Subyektif, Obyektif,
Asesmen, Perencanaan) dilakukan oleh Profesional Pemberi
Asuhan (PPA).
5. Komunikasi yang diterima melalui lisan dan melalui
6. Petugas wajib memintakan verifikasi kepada DPJP pada setiap
lembar CPPT di pojok kanan bawah dengan tanda tangan dokter yang
bersangkutan dengan menuliskan tanggal dan jam verifikasi.

b. Pengertian SBAR
SBAR adalah metode teknis yang terstruktur / pola berpikir untuk
mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian
segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien.
Kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam meyampaikan kondisi pasien.
FORMAT SBAR

SBAR
Individu yang terlibat dalam handoff,
INTRODUCTION
memperkenal diri, peran dan tugas/profesi.
Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
Termasuk diagnosis, rencana perawatan,
SITUATION
keinginan dan kebutuhan pasien, serta
komplain pasien.
Informasi penting apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini yaitu tanda-
BACKGROUND
tanda vital, obat-obatan, hasil pemeriksaan
laboratorium / radiologi.
ASSESSMENT Hasil pengkajian pasien terkini.
Apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini, termasuk mengindentifikasi
RECOMMENDATION hasil lab yang tertunda, dan apa yang perlu
dilakukan selama beberapa jam berikutnya
dan rekomendasi lain untuk perawatan.

5. Komunikasi tertulis
a. Hal hal yang harus diperhatikan :
1) Penulisan instruksi harus lengkap dengan pola SOAP dan di tulis di
CPPT, dapat terbaca dengan jelas, agar sumber instruksi dapat
dilacak apabila diperlukan verifikasi.
2) Harus menuliskan nama lengkap, tanda tangan baik si pemberi pesan
maupun penerima pesan, tanggal dan jam.
3) Tidak diperbolehkan menggunakan singkatan, akronim, dan symbol
yang berpotensi menimbulkan perbedaan persepsi/masalah lain
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis.
4) Apabila penggunaan singkatan tidak dapat dihindari atau sebagai
keharusan, maka penulisannya harus disesuaikan dengan standar
singkatan Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran yang tercantum
dalam buku singkatan Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran.
b. Hal – hal yang tidak diperbolehkan :
1) Menggunakan angka 0 dibelakang koma. Selalu hanya menempatkan
angka 0 sebelum koma. Karena 4,0 dapat salah persepsi menjadi 40
2) Tidak menuliskan angka 0 untuk penulisan angka yang kurang dari
1. Contoh : tulislah (0,9) ; jangan menulis (.9)
3) Menggunakan singkatan yang tidak sesuai dengan buku singkatan
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran.

6. Komunikasi Efektif pada Keadaan Urgent


Rumah sakit mengenal keadaan - keadaan urgent yang perlu dikomunikasikan
ke seluruh rumah sakit. Beberapa keadaan tersebut dituangkan dalam kode - kode
sebagai berikut :
CODE BLUE Keadaan henti jantung, henti nafas
CODE RED Kebakaran

CODE BLACK Kejadian emergensi akibat adanya


informasi ancaman bom dan benda-
benda yg dicurigai sebagai bom
CODE PINK Penculikan bayi
CODE GREEN Gempa bumi
CODE PURPLE Evakuasi massal

Komunikasi pada keadaan urgent tersebut harus efektif sehingga penyampaian


informasi dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu perlu disusun suatu ketentuan
sehingga pemanggilan dapat seragam. Hendaknya cara penyampaian informasi
pada keadaan urgent tidak disampaikan dalam keadaan panik. Berbicaralah
dengan intonasi yang jelas dan tidak terburu - buru.
Untuk beberapa keadaan tertentu seperti CODE BLUE, CODE PINK, dan CODE
RED telah disepakati cara penyampaian informasi yang baku, yaitu:
1. CODE BLUE Code Blue, (Nama Ruangan), (Nomor ruangan), diulang 3x.
Contoh : Code Blue, NSA, 201. Di ulang 3x
2. CODE PINK : Code Pink, (Usia), (Lokasi), diulang 3x.
3. CODE RED : Code Red, (Lokasi), SEGERA. diulang 3x.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Komunikasi dengan keluarga pasien di UPI

a. Asesmen kemampuan, kemauan, kebutuhan edukasi.

Asesmen kemampuan, kemauan, kebutuhan edukasi pasien dan keluarga

dituangkan dalam form RM. 34. Asesmen awal dilakukan oleh petugas

admisi, lalu dilanjutkan oleh perawat dan dokter pemberi asuhan. Asesmen

kebutuhan edukasi meliputi bahasa, agama, kebutuhan penterjemah,

pendidikan, kemampuan baca dan tulis, pilihan tipe pembelajaran, hambatan

edukasi, kesediaan menerima informasi, budaya dan nilai - nilai kepercayaan.

b. Edukasi kepada pasien dan keluarga

1. Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukanan.

2. Informasi tentang biaya perawatan, biaya pemeriksaan penunjang, biaya

obat , dan lain – lain.

3. Jam kunjung dokter.

4. Berbagai tindakan medis yang dilakukan untuk penegakan diagnosis,

termasuk manfaat, resiko, efek samping , dan komplikasi.

5. Hasil dan interpretasi dari tindakan yang telah dilakukan.

6. Diagnosis dan Prognosis

7. Pilihan tindakan medis dan obat yang digunakan untuk tujuan terapi

(kekurangan dan kelebihan masing – masing cara).

B. Komunikasi antar staf klinis


a. Komunikasi lisan melalui telepon/sms/whatsapp

1. Petugas harus menerima pesan dengan cara TULBAKON (TULIS,

BACA ULANG, KONFIRMASI) atau write down – read back –


verification pada saat : Petugas menerima instruksi verbal baik secara

lisan maupun via telepon dan media elektronik lain.

2. Petugas/penerima pesan diminta untuk mengeja apabila mendapatkan

perintah mengenai obat NORUM LASA dengan standart ejaan yang

disepakati Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran yaitu :

36. Y :
33. A : alpha 34. I : india 35. Q : quebec
yankee
37. B : bravo 38. J : Juliet 39. R : romeo 40. Z : zulu
41. C : charlie 42. K : kilo 43. S : sierra 44.
45. D : delta 46. L : lima 47. T : tango 48.
51. U:
49. E : echo 50. M: mike/mama uniform/ultr 52.
a
53. F: 54. N:
foxtrot/fan november/nan 55. V : victor 56.
ta o
59. W :
57. G : golf 58. O : Oscar 60.
whiskey
61. H : hotel 62. P : papa 63. X : x – ray 64.

3. Petugas harus menggunakan pola komunikasi SBAR (Situation –

Background – Assessment – Recomendation) pada saat :

a) Serah terima pasien antar petugas

b) Komunikasi melalui telepon dan media elektronik lain

4. Pendokumentasian dengan cara SOAP (Subyektif, Obyektif, Asesmen,

Perencanaan) dilakukan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA).

5. Komunikasi yang diterima melalui lisan dan melalui

telepon/sms/whatsapp harus dikonfirmasikan kepada DPJP ,dan

diverifikasi dengan tanda tangan dokter yang bersangkutan dengan

menuliskan tanggal dan jam verifikasi.


6. Petugas wajib memintakan verifikasi kepada DPJP pada setiap lembar

CPPT di pojok kanan bawah dengan tanda tangan dokter yang

bersangkutan dengan menuliskan tanggal dan jam verifikasi.

b. Komunikasi saat pergantian shift dan perpindahan pasien

Petugas harus menggunakan pola komunikasi SBAR (Situation-

Background – Assessment – Recomendation). Komunikasi menggunakan

form timbang terima, form transfer pasien, form pemindahan pasien ke

ruangan.

c. Komunikasi Efektif pada Keadaan Urgent


Rumah sakit mengenal keadaan - keadaan urgent yang perlu
dikomunikasikan ke seluruh rumah sakit. Beberapa keadaan tersebut
dituangkan dalam kode - kode sebagai berikut :
CODE BLUE Keadaan henti jantung
CODE RED Kebakaran

CODE BLACK Kejadian emergensi akibat adanya


informasi ancaman bom dan benda-
benda yg dicurigai sebagai bom
CODE PINK Penculikan bayi
CODE GREEN Gempa bumi
CODE PURPLE Evakuasi massal

Komunikasi pada keadaan urgent tersebut harus efektif sehingga


penyampaian informasi dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu perlu
disusun suatu ketentuan sehingga pemanggilan dapat seragam.
Hendaknya cara penyampaian informasi pada keadaan urgent tidak
disampaikan dalam keadaan panik. Berbicaralah dengan intonasi yang
jelas dan tidak terburu - buru.
Untuk beberapa keadaan tertentu seperti CODE BLUE, CODE PINK, dan
CODE RED telah disepakati cara penyampaian informasi yang baku,
yaitu:
a) CODE BLUE Code Blue, (Nama Ruangan), (Nomor ruangan), diulang
3x. Contoh : Code Blue, NSA, 201. Di ulang 3x
b) CODE PINK : Code Pink, (Usia), (Lokasi), diulang 3x.
c) CODE RED : Code Red, (Lokasi), SEGERA. diulang 3x.

BAB IV

PENUTUP
Komunikasi adalah bagian yang sangat vital dalam sebuah rumah sakit

agar rumah sakit dapat beroperasi dengan baik. Asuhan pasien adalah suatu upaya

yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi.

Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas (masyarakat), pasien

dan keluarganya, serta antarstaf klinis, terutama Profesional Pemberi Asuhan

(PPA). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang

paling sering menyebabkan insiden keselamatan pasien.

Agar proses penyampaian komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka

diperlukan suatu bentuk panduan dalam melakukan komunikasi. Panduan

komunikasi efektif ini meliputi : komunikasi efektif dengan masyarakat,

komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, komunikasi efektif antar staf

klinis.

DAFTAR PUSTAKA
Arnold, E., dan K. Boggs. 1989. Interpersonal Relationship: Professional
Communication Skills for Nurses. Philadelphia: W.B. Saunders.
Marquis, B.L., dan C.J. Huston.1998. Management Decision Making for Nurses:
124 Case Studies. Edisi 3. Philadelphia: JB. Lippincott.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and Management. Edisi 3. Philadelphia:
FA Davis.
Walker, G., S. Evans, dan J. Robbson. 1996. Best Practice Communication
Strategy. Sydney: Princess Alexandra Hospital.

Anda mungkin juga menyukai