Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL TENTANG KEMISKINAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 1

ANGGOTA: AGUS

ARI PURBA

ARLIUS BARASA

BINTANG SIMBOLON

BREMA PARANGIN-ANGIN

YESIKA SIMAREMARE

KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,


sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan
informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini
mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di
luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

Peta dunia memperlihatkan persentase manusi yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional.
Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda
menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat perbandingan.
Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.

Peta dunia memperlihatkan Indeks Pembangunan Manusia.

Peta dunia memperlihatkan Ko-efisien Gini, sebuah ukuran tentang kesenjangan pendapatan.

Mengukur kemiskinan
Gambaran kemiskinan di Mumbai, India oleh Antônio Milena/ABr.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan
Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah
persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh
manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD
$1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka
diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar
orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang
hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. [1]
Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis
kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan
dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum
tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin.
Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang
miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan tidak bisa dipahami dengan menggunakan satu dimensi atau satu indikator
saja. Kemiskinan sangat kompleks, sehingga diperlukan indikator atau ukuran yang multidimensi.
Indikator yang banyak digunakan adalah indikator global dengan menggunakan pendekatan
moneter seperti garis kemiskinan yang digunakan oleh World Bank dengan batas USD 1.25
Purchasing Power Parity (PPP) atau melalui pendekatan konsumsi dasar (basic need) yang
digunakan pula di Indonesia[2]. Sementara itu, pendekatan tersebut hanya melihat indikator
pendapatan atau konsumsi yang dilakukan masyarakat dan menurut Sen (2000) dianggap belum
menangkap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya [3].

Untuk melihat persoalan kemiskinan secara holistik, dikembangkan IKM (Indeks Kemsikinan
Multidimensi). Konsep tersebut pertama kali dikembangkan oleh Oxford Poverty and Human
Initiative (OPHI) berkolaborasi dengan Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2010.
Tujuan utama dari dikembangkannya konsep tersebut adalah untuk memetakan indikator-indikator
kemiskinan secara lebih komprehensif dan jelas. Hasilnya, ketika diadposi di Indonesia, ada tiga
indikator yang digunakan untuk memahami persoalan kemiskinan, yaitu kesehatan, pendidikan,
dan standar kualitas hidup[4]. Indikator-indikator tersebut menunjukan bahwa pedekatan moneter
dan konsumsi saja tidak cukup untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kemiskinan,
diperlukan indikator-indikator lain seperti kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup.
Diskusi tentang kemiskinan

 Dalam sebuah lingkungan belajar, terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari
keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow
dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan ini beralih ke kemiskinan pada umumnya,
yaitu efek Matthew.

Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual
seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social
yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

KEMISKINAN DUNIA

Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan
dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman,
fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."

Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan
kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari PPP$2 per hari.
Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin",
dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. [1]

Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
 penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah
penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
 penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding
dengan pemasukan keuangan keluarga.
 penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga
yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
 penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau
honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
 penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

 Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di Indonesia
salah satunya berbentuk BLT.
 Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
 Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan. Persiapan bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan
sehingga nanti yang bersangkutan dapat membuka usaha secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai