Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fungsi utama bahasa adalah sebagai media komunikasi. Kita


menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat
akan lumpuh tanpa bahasa. “Bahasa adalah media komunikasi antara
anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.” (keraf, 2004:1). Dengan demikian setiap warga dituntut untuk
terampil bebahasa. Bila setiap warga sudah terampil berbahasa, maka
komunikasi antar warga akan berlangsung dengan baik.
Dalam kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah tahun 2011,
siswa diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi: (a)
mendengarkan: memahami dan memberi tanggapan trhadap gagasan,
pendpat pikiran, kritikan dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk
wacana lisan, (b) berbicara secara efektif dan efisien untuk
mengungkapkan gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai
bentuk kepada berbagai mitra berbicara sesuai dengan tujuan dan konteks
pembicaraan, (c) membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik
secara tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan, dan (d) menulis
secara efektif fan efisien berbagai jenis karnagan dalam berbagai konteks
(Depdiknas, 2011:11). Kemampuan menulis merupakan salah satu
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Siswa dituntut mempunyai
kemapuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain apa
yang dirasakan, dikehendaki dan dipikirkan dengan bahasa tulis.
Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam
kehidupan modern seperti sekarang ini. Pembinaan yang sebaiknya
terhadap pengajaran menulis bukan saja menghasilkan siswa-siswa yang
memiliki kemampuan menulis yang baik, tetapi juga akan

Hal.
1
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

mengembangkan potensi pengajar bahasa Indonesia yang selama ini sering


dikatakan kurang efektif.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh dipahaminya materi
pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa
Indonesia di SDN I Sumberkolak, Situbondo, pada semester genap tahun
2012 masih standar, terutama dalam hal membuat karangan. Kesulitan
yang sering terlihat pada siswa khususnya dalam mengungkapkan ide
mereka, hal tersebut dikarenakan siswa tidak dapat melihat gambaran
tentang tema yang diminta oleh guru, sehingga siswa kesulitan dalam
membuat karangan. Ada juga siswa yang terkadang kurang berani
menanyakan kepada guru walaupun sebenarnya tidak mengerti. Beberapa
kali pemberian tugas pada mata pelajaran Bahasa Indonesoa dalam
merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat Bahasa Indonesia yang benar
hanya 5 anak dari 23 siswa atau hanya 23% saja, sedangakan 18 siswa
yang lainnya atau masih 77% masih belum menguasai materi. Selama
pembelajaran berlangsung siswa ada yang asyik mendengarkan penjelasan
guru dengan baik, namun tidak ada yang mengajukan pertanyaan bahkan
ada juga siswa yang asyik bermaik sendiri di tempat duduknya.Kondisi
seperti itu menyebabkan rencana pembelajaran yang sudah disusun tidak
dapat berjalan dengan baik, dan tujuan pembelajran tidak dapat tercapai
secara maksimal.
Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan
yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakekatnya
pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan
perasaan siswa. Guru dituntut untuk mampu memotivasi siswa agar mereka
dapat meningkatkan minat baca terhadap suatu karangan. Peranan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tidaklah mudah. Guru
harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar
tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya
ialah kemampuan memilih metode mengajar. Dalam memilih metode
Hal.
2
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

mengajar seorang guru harus dapat menyesuaikan antara metode yang


dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan sarana yang ada.
Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis metode megajar agar
proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai
dapat terwujud.
Dari uraian di atas maka penulis menggunakan metode mengajar
dengan menggunakan media gambar berseri dalam materi menyusun
karangan tentang berbagai topik sederhana. Maka dari itu, penulis
melakukan perbaikan pembelajaran dan melaporkannya dengan judul
laporan Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Menulis Karangan
Bahasa Indonesia melalui Penggunaan Media Gambar Berseri pada Siswa
Kelas IV di SDN I Sumberkolak, Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah


Mendasarkan diri pada hasil analisis masalah tersebut di atas, maka
rumusan masalah yang akan menjadi fokus dan dasar untuk merancang
tindakan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi menulis
karangan bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar seri pada
siswa kelas IV di SDN I Sumberkolak?

1.3 Tujuan Perbaikan


Tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara umum adalah
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4 Manfaat Perbaikan


Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
manfaat sebagai berikut:
 Bagi Guru sebagai Peneliti

Hal.
3
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

1. Menambah wawasan dalam menerapkan teknik gambar berseri dalam


kegiatan pembelajaran menulis karangan.
2. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan penerapan teknik
3. Penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas peneliti sebagai
tenaga pendidik.

 Bagi Siswa
1. Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki kemampuan menulis
karangan dengan baik dan benar.
2. Memperbaiki belajar siswa yang diakibatkan oleh adanya kesalahan
praktek pembelajaran guru dalam proses pembelajaran;

 Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang antara lain tercermin
pada:
1. Makin meningkatnya kemampuan profesional para gurunya;
2. Meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar siswanya;
3. Meningkatnya hubungan kolegial yang sehat, yang pada
gilirannya dapat membawa dampak pula pada meningkatnya
kondusivitas iklim dan suasana kerja di sekolah.

Hal.
4
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan


menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system
komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau
dilihat dengan nyata. Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1),
mengembangkan bahwa : “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai
oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang – lambanga
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut
“. Sedangkan Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1), mengatakan
bahwa : “Menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian
dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol –
simbol grafiknya”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang – lambang grafik
untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain.

2.2 Pengertian Mengarang

Apabila seseorang menggunakan buah pikiran, gagasan, perasaan,


pengalaman atau lainya kedalam bahasa tulis, kegiatan tersebut adalah
kegiatan mengarang. Untuk dapat menyampaikan suatu pikiran, gagasan,
perasaan, pengalaman atau lainya, seseorang perlu memiliki
pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata – kata
menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.
Hal.
5
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Dalam proses karang – mengarang setiap ide perlu dilibatkan pada suatu kata,
kata – kata dirangkai menjadi sebuah kalimat membentuk paragraf, dan
paragraf – paragraf akhirnya mewujudkan sebuah karanga. Sedangkan
karangan merupakan hasil dari kegiatan mengarang, yaitu perwujudan
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dipahami oleh
orang lain. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mengarang
adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat,
sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh,
dengan maksud menceritakan kejadiaan atau peristiwa, mempercakapkan
sesuatu, dan tujuan lainya.

2.2.1 Tujuan Pengajaran Mengarang


Menurut Ngalim Purwanto, dan Djeniah Alim (1997 : 58)
mengemukakan bahwa tujuan pengajaran mengarang sama dengan tujuan
pengajaran bercakap – cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu :
1. Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif
2. Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat
3. Latihan memaparkan pengalaman – pengalaman dengan tepat.
4. Latihan – latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk
bahasa).

2.2.2 Susunan Karangan


Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh
Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362) adalah : “ Wacana dibentuk oleh
paragraf – paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat – kalimat.
Kalimat – kalimat yang membentuk palagraf itu haruslah merangkai, kalimat
yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya.
Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah
gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh
membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh “.

2.2.2.1 Kata

Hal.
6
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata – kata.


Kata adalah unsur kata yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di
gunakan dalam bahasa. Untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran
dan perasaan dalam tulisan karangan. Seorang perlu memiliki
pembendaharaan kata yang memedai dan pemilihan kata yang tepat.
“Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok yaitu
(1) Ketepatan (2) Kesesuaian” (Suriamiharja et – al, 1996 : 25).
Persyaratan ketepatan yaitu kata – kata yang dipilih harus secara tepat
mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan sehingga pembaca juga
dapat menafsirkan kata – kata tersebut tepat seperti maksud penulis.
Persyaratan kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan
antara kata – kata yang dipakia dengan kesempatan / situasi dengan
keadaan pembaca. Apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merupakan suasana atau tidak menyinggung
perasaan orang yang hadir.

2.2.2.2 Kalimat
Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan
anak kalimat adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan
ungkapan itu sendiri merupakan rangkaina dari kata – kata .
Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa kalimat yang
efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami
orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pandangan atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau
pembaca. Suryamiharja et-al (1996 : 38), Mangemukakan bahwa :
Kaliamat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur –
unsur : 1) dapat mewakili gagasan penulis, 2) sanggup menciptakan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang
dipikirkan penulis.

Hal.
7
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

2.2.2.3 Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang
lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat : paragraf merupakan
kimpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraf akhadiah,
dkk (dalam Agus Suryamiharja, 1996 : 46), Menjelaskan bahwa
“dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas
sampai kalimat penutup”. Fungsi dari paragraf dalam karangan
adalah :
1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide
keseluruhan karangan.

2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan.


(Tarigan, 1996 : 48).

Menurut Suriamuharja (1996 : 48) “Paragraf baik dan efektif


harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan ) ; (2)
Koherensi (Kepaduan) ; dan (3) Pengembangan / Kelengkapan
paragraph”.

2.3 Media Pembelajaran


2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata “Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”.


Pengertian media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun
peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan” (Djamarah dan Zein, 1996 : 136).
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting.
Ketidak jelasan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili
dengan kehadiran media. Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu
berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat

Hal.
8
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah


mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan
media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas
dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media
pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai
penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan
pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa dalam proses belajar.

2.3.2 Fungsi Peranan Media Pengajaran

Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar, Nana Sudjana


( dalam Djamarah, 1996 : 152 ), Merumuskan fungsi media sebagai
berikut : 1) penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat
Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif , 2)
penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar, 3) media pengajaran, penggunaannya
dengan tujuan dari sisi pelajaran, 4) penggunaan media bukan semata –
mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih
menarik perhatian siswa, 5) penggunaan media dalam pengajaran lebih
dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu
siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru, 6) pengunaan
media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar
mengajar.
Ketika fungsi – fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam
proses belajar mengajar , maka terlihatlah perannya sebagai berikut :a)
media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap
suatu bahan yang guru sampaikan, b) media dapat memunculkan

Hal.
9
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa
dalam proses belajarnya, c) media sebagai sumber belajar bagi siswa.

2.3.3. Kriteria Pemilihan Media Pengajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Djamarah dan Zein, 1996 :
150), mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran,
sebagai berikut:
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan


pelajaran lebih mudah dipahami siswa.

c. Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan


praktis penggunaannya.

d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses


pengajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut


dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa.

2.4. Media Cerita Gambar Seri Sebagai Model Pembelajaran

Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media


digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula
dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar
seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan
mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan
dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997 :

Hal.
10
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

63), mengemukakan bahwa “Penggunaan media gambar untuk melatih


anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan –
karangan”, juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Mengarang
melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya
imajinasi siswa”. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau
menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan
visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.

2.5 Ciri – ciri Gambar Yang Baik dan Peranannya Sebagai Media
Pengajar
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar
adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman
et-al (1991 : 219), yaitu :
1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.

2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.

3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan


tentang obyek – obyek dalam gambar.

4. Berani dan dinamis.

Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.


Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu :
1.Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan
membantu siswa dalam belajar.

2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.

3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)

Hal.
11
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat


yang lain. (Sudirman et-al 1991 : 220)

Atas dasar uraian tersebut diatas, hendaknya guru mau


mempertimbangkan penggunaan media gambar seri didalam
pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran
menulis karangan. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi
seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya
sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis
karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadianya

BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN


PERBAIKAN PEMBELAJARAN

3.1 Subyek Penelitian

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan


sebagai berikut :
Tempat : SD Negeri I Sumberkolak, Kecamatan Panarukan,
Kabupaten Situbondo
Jumlah Siswa kelas IV : 23 Siswa terdiri dari
Laki – laki : 12 siswa
Perempuan : 11 siswa
Waktu Pelaksanaan : - Siklus I, Tangal 12 April 2012
- Siklus II, Tanggal 19 April 2012
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi : Membuat Karangan
Kelas : IV
Semester : Genap (2)
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
Hal.
12
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Adapun kharakteristik siswa di kelas IV SDN I Sumberkolak , Situbondo,


tersebut adalah:
 Kharakteristik berdasarkan jenis kelamin
Siswa laki-laki berjumlah 12 orang sedangkan siswa perempuan berjumlah 11
orang.
 Kharakteristik berdasarkan agama
Siswa kelas IV di SDN I Sumberkolak, Situbondo mayoritas beragama
muslim
 Kharakteristik berdasarkan status sosial-ekonomi dan pekerjaan orang tua
Untuk status ekonomi siswa kelas IV tersebut adalah berasal dari kalangan
menengah ke bawah, dengan pekerjaan orang tua bervariasi, yaitu sebagai
PNS, Wiraswasta, Pedagang, Petani dan sebagainya.

3.2. Prosedur Penelitian


Pada penelitian ini dilakukan 2 kali siklus yaitu siklus kesatu dan siklus
kedua. Masing – masing siklus ada 4 tahap kegiatan yaitu :
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan dan merencanakan persiapan
dalam pembelajaran di kelas agar dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan baik.
a. Menyusun Perangkat Pembelajaran, terdiri dari :
1) Satuan Pembelajaran ( SP )
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
3) Menyusun Media Benda Konkret
b. Menyusun Instrumen Penelitian
1) Tes
2) Observasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini masing – masing siklus menerapkan tahap – tahap
pembelajaran sesuai RPP.
3. Pengumpulan Data

Hal.
13
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan metode tes dan


observasi.
4. Refleksi

3.2.1 Prosedur Penelitian Siklus I


1. Rencana
Dari hasil dalam rencana perbaikan pembelajaran membuat karangan
ada beberapa alternatif lain:
1. Pembelajaran akan lebih bermakna kalau diberikan dengan
menggunakan media gambar berseri
2. Meningkatkan menggunakan Bahasa Indonesia dan kosa kata di
lingkungan sekolah.
3. Pemberian tugas yang menantang dan bervariatif.

Langkah-langkah perbaikannya:
Langkah I : Guru menentukan tujuan pembelajaran.
Langkah II : Menyiapkan bahan ajar.
Langkah III Merencanakan cara menyampaikan pembelajaran.
Langkah IV : Pengadaan Tanya jawab
Langkah V : Pemberian tugas “membuatkarangan dengan melihat
gambar yang terdapat di buku”
Langkah VI : Membacakan hasil karangan di depan kelas
Langkah V : Menanggapi hasil pekerjaan teman

2. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran.
2. Menyusun scenario tindakan yang akan dilaksanakan.
3. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan.
4. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung.
5. Menentukan cara mengobservasi dan menganalisis data yang akan
digunakan.
Hal.
14
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

6. Menentukan teman sejawat sebagai pengamat.


7. Menarik kesimpulan.
8. Menentukan tindakan perbaikan siswa denga hasil penelitian.
9. Menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan.

3. Tahap Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan kegiatan observasi, peneliti dibantu teman sejawat
bersamaan dengan tindakan. Data yang dikumpulkan berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya
terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan alat
bantu instrument pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
Untuk menggunakan beberapa jenis instrument untuk penelitian harus
benar-benar dipertimbangkan guna kepentingan triangulasi data.

Kriteria yang perlu diamati/diobservasi adalah:


 Persiapan guru yang harus sesuai dengan bahan yang akan disampaikan
(terlampir).
 Metode yang akan digunakan.
 Peran aktif siswa (mendengarkan, megajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan) (terlampir).
 Keberanian siswa.
 Hasil akhir pembelajaran membuat karangan berdasarkan media
gambar berseri.

4. Refleksi
Proses refleksi ini memgang peranan yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu kegiatan perbaikan pembelajaran.
Dengan refleksi yang dapat dipercaya, akan menjadi masukan yang
sangat berharga dan akurat untuk menentukan langkah tindak lanjut.
Penjelasan guru pada saat menjelaskan materi membuat karangan
kurang dipahami oleh siswa Karena media gambar kurang

Hal.
15
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

efektif.Bahkan guru kurang memancing atau merangsang siswa dengan


pertanyaan agar siswa lebih bersemangat untuk mengajukan pertanyaan
tentang materi tersebut. Dengan demikian pelajaran Bahasa Indonesia
dalam berbicara tingkat keberanian siswa masih rendah dan tidak sesuai
dengan harapan. Dengan adanya kelemahan-kelemahan dalam
pembelajaran di atas maka dapat dirumuskan untuk mengambil
tindakan sebagai berikut:
1. Menambah kosa kata sebanyak-banyaknya, disertai tes lisan setiap
mau pulang.
2. Memberi bimbingan dan latihan yang intensif.
3. Memberi motivasi untuk siswa yang kurang percaya diri.
4. Menciptakan suasana yang menarik dan pembelajaran yang
menantang membuat penasaran dan timbul semangat belajar.

3.2.2 Prosedur Penelitian Siklus II


Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini hampir sama dengan kegiatan
pada siklus I, yaitu:

1. Perencanaan
Kegiatan pada tahap perencanaan meliputi:
a. Guru menentukan tujuan pembelajaan yang akan disampaikan.
b. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran.
c) Menyiapkan lembar observasi.
d) Membimbing membuat karangan

2. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan tugas adalah:
a. Kegiatan Awal (10 menit)
 Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi sebelumnya
 Siswa dan guru bertanya jawab tentang penulisan judul yang benar.
b.Kegiatan Inti (50 menit)
Hal.
16
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

 Guru menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan.


 Guru member petunjuk tentang menulis karangan dengan media
gambar seri
 Siswa menyimak dengan baik penjelasan guru tentang menulis
karangan dengan media gambar seri.
 Siswa menentukan tema atau topik karangan berdasarkan media gambar
seri melalui kegiatan Tanya jawab
 Siswa menyusun karangan dengan menggunakan media gambar seri
yang telah disediakan oleh guru menjadi karangan yang utuh dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat melalui
kegiatan latihan dan penugasan
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
 Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan
 Guru memberikan pekerjaan rumah
 Guru menutup pelajaran
3. Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
Dalam pelaksanaan kegiatan observasi, peneliti dibantu teman sejawat
bersamaan dengan tindakan.Kriteria yang perlu diamati/diobservasi
adalah:
1. Persiapan guru yang harus sesuai dengan bahan yang akan disampaikan
2. Metode yang akan digunakan.
3. Peran aktif siswa (mendengarkan, megajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan)
4. Keberanian siswa.
5. Hasil akhir pembelajaran yaitu membuat karangan.

4. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat, jika
hasilnya tidak sesuai dengan tujuan perbaikan, maka dilakukan tindakan
selanjutnya, namun jika tujuan perbaikan pembelajaran tercapai kegiatan
ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Hal.
17
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

3.3 Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan lalu dianalisis, dengan cara mengatur
urutan data, memilih milih data yang diperlukan dan data yang tidak
diperlukan. Atau memakai data tersebut yang telah ditafsirkan atau data
yang telah diperoleh. Data yang telah tersusun dikaitkan dengan teori yang
relavan sesuai dengan data yang muncul.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus


Pengamatan yang peneliti lakukan secara intensif bersama-sama dengan
teman sejawat terhadap perilaku belajar siswa, khususnya respon mereka terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh guru, selama pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran pada siklus 1, menghasilkan temuan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
pada Siklus I
NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN
ULANGAN BELAJAR
HARIAN
Hal.
18
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

1 MOLYONO 60 Tidak Tuntas


2 SIHAP NAIROSI 50 Tidak Tuntas
3 AHMAD SANUSI 65 Tidak Tuntas
4 GOSI MATDIYANTO 75 Tuntas
5 IMRON JAZULI 60 Tidak Tuntas
6 ARIFATIL JANNA 65 Tidak Tuntas
7 AMELIA ISNAINI 75 Tuntas
8 LAILATUL KOMARIA 90 Tuntas
9 ABDUL JALIL 65 Tidak Tuntas
10 DEDI ARIF SETIAWAN 80 Tuntas
11 SITI ALFIATUS ZAHRO 75 Tuntas
12 DIAN ANTIKA SARI 90 Tuntas
13 JOFI HAERUL UMAM 75 Tuntas
14 HASAN SAMSUL ARIFIN 75 Tuntas
15 MOH. BUDI CAHYONO 70 Tidak Tuntas
16 ARI SANDY 65 Tidak Tuntas
17 INA AMALIA 65 Tidak Tuntas
18 SAFITRI 90 Tuntas
19 MIYATI APRILIA 60 Tidak Tuntas
20 SITI SOLEHA 65 Tidak Tuntas
21 SITI MAYSAROH 70 Tidak Tuntas
22 MOCH. FIRMANSYAH 70 Tidak Tuntas
23 KHOFIFATIL JANNAH 75 Tuntas

Sementara itu, pengamatan yang dilakukan secara intensif oleh teman


sejawat terhadap perilaku mengajar guru, khususnya media gambar berseri yang
digunakan guru, selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1,
menghasilkan temuan penelitian sebagai berikut:

-----------------------------------------------------------------------------------------------
No. Aspek yang Diamati Komentar
-----------------------------------------------------------------------------------------------

1. Ukuran Baik
2. Kejelasan Kurang
3. Permainan warna (variasi warna) Kurang

-----------------------------------------------------------------------------------------------
Hal.
19
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Pengamatan yang peneliti lakukan secara intensif bersama-sama dengan


teman sejawat serta supervisor terhadap perilaku belajar siswa, khususnya respon
mereka terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru, selama pelaksanaan
tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2, menghasilkan temuan penelitian
sebagai berikut:

Tabel 2
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
pada Siklus II
NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN
ULANGAN BELAJAR
HARIAN
1 MOLYONO 70 Tidak Tuntas
2 SIHAP NAIROSI 70 Tidak Tuntas
3 AHMAD SANUSI 80 Tuntas
4 GOSI MATDIYANTO 90 Tuntas
5 IMRON JAZULI 75 Tuntas
6 ARIFATIL JANNA 80 Tuntas
7 AMELIA ISNAINI 90 Tuntas
8 LAILATUL KOMARIA 100 Tuntas
9 ABDUL JALIL 75 Tuntas
10 DEDI ARIF SETIAWAN 90 Tuntas
11 SITI ALFIATUS ZAHRO 85 Tuntas
12 DIAN ANTIKA SARI 100 Tuntas
13 JOFI HAERUL UMAM 90 Tuntas
14 HASAN SAMSUL ARIFIN 85 Tuntas
15 MOH. BUDI CAHYONO 80 Tuntas
16 ARI SANDY 75 Tuntas
17 INA AMALIA 75 Tuntas
18 SAFITRI 90 Tuntas
19 MIYATI APRILIA 75 Tuntas
20 SITI SOLEHA 75 Tuntas
21 SITI MAYSAROH 85 Tuntas
22 MOCH. FIRMANSYAH 75 Tuntas
23 KHOFIFATIL JANNAH 90 Tuntas

Hal.
20
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Sementara itu, pengamatan yang dilakukan secara intensif oleh teman


sejawat serta supervisor terhadap perilaku mengajar guru, khususnya media flow
chart yang digunakan guru, selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada
siklus 2, menghasilkan temuan penelitian sebagai berikut:
-----------------------------------------------------------------------------------------------
No. Aspek yang Diamati Komentar
-----------------------------------------------------------------------------------------------

1. Ukuran Baik
2. Kejelasan Baik
3. Permainan warna (variasi warna) Baik

-----------------------------------------------------------------------------------------------

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus


4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Siklus 1
Kegiatan penelitian pada rencana perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang menulis karangan, guru hanya menyediakan gambar
yang kurang menarik bagi siswa, padahal siswa SD untuk dapat menulis
karangan masih membutuhkan gambar berseri yang menarik perhatian
siswa dan tidak membosankan. Dalam hal ini terlihat dari hasil
pengamatan ditunjukkan dengan adanya 3 siswa mencapat nilai 90, 1
siswa mendapat nilai 80, 6 siswa mendapat nilai 75, 3 siswa mendapat
nilai 70, 6 siswa mendapat nulai 65, 3 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa
lainnya mendapatkan nilai 50, sedangkan standar ketuntasan minimalnya
75. Artinya ada 10 siswa yang tuntas 43%) masih kurang dari standar
ketuntasan klasikal yaitu sebesar 85%. Perkembangan lain yang terjadi
dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah guru (dalam hal ini adalah
peneliti sendiri) sudah menunjukkan kemampuan cukup baik dalam hal
merancang media gambar berseri. Namun demikian, sebagaimana tampak
dari hasil pengamatan terhadap perilaku mengajar guru tersebut di atas,
Hal.
21
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

kualitas media gambar berseri yang dirancang guru masih kurang optimal.
Kekurangannya terutama ada pada tulisan yang kurang jelas, serta warna
gambar yang kurang kontras.
Atas dasar alasan tersebut di atas, secara reflektif peneliti
memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus
2. Pada siklus 2 lebih menekankan pada kekurangan/kelemahan
diantaranya pada rencana perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang menuls karangan dengan menggunakan gambar berseri yang lebih
menarik perhatian siswa. Adapun harapan dan target yang ingin dicapai
adalah baik jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan harian minimal
70 diupayakan meningkat lagi hingga mencapai minimal 85% dari jumlah
populasi seluruh siswa kelas IV di SDN I Sumberkolak , Situbondo.

4.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Siklus 2


Menindak lanjuti temuan hasil penelitian pada siklus 2, peneliti
melakukan diskusi intensif dengan teman sejawat dan supervisor.
Berdasarkan hasil diskusi tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus 2 peneliti memilih strategi dengan pendekatan
komunikatif dan dengan menggunakan media yang cukup menarik
.Dengan demikian siswa kelas tinggi ini lebih tertarik.Pada siklus kedua ini
lebih berhasil dan dapat memenuhi standart, karena lebih dari 85% yang
menguasai pembelajaran. Peningkatan nilai pada siklus 2 terlihat jelas, 2
siswa mendapat nilai 100, 6 siswa mendapat nilai 90, 3 siswa mendapat
nilai 85, 3 siswa mendapat nilai 80, 7 siswa mendapat nilai 75,dan 2 siswa
lainnya mendapat nilai 70, sedangkan standar ketuntasan minimalnya 75.
Artinya ada 21 siswa yang tuntas (90%) sudah melebihi dari standar
ketuntasan klasikal yaitu sebesar 85%, sehingga kegiatan perbaikan
pembelajaran tidak dilanjutkan lagi dan berhenti pada siklus3. Setelah
diberikan bimbingan dan latihan yang intensif dan pendekatan
keterampilan proses dan pendekatan komunikatif serta metode yang
bervariatif pada siklus-siklus yang dilalui maka motivasi dan minat siswa
mulai terlihat, terbukti dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa ada
Hal.
22
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

peningkatan yang semula 25 % menjadi 90%. Selain itu juga karena media
yang digunakan menentukan serta seringnya tugas dan latihan.
Progress lain yang terjadi dalam pembelajaran pada siklus 2
adalah guru (dalam hal ini adalah peneliti sendiri) sudah dapat merancang
media gambar berseri dengan baik. Kekurangan pada aspek kejelasan
(tulisan dan warna gambar) sudah dapat tertutupi dalam pelaksanaan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus 2 ini..

Hal.
23
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan 2 siklus tindakan
perbaikan pembelajaran, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Secara umum, hasil belajar siswa siswa dapat ditingkatkan melalui
penggunaan media pembelajaran;
b. Secara khusus, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
penggunaan media gambar berseri.

V.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka sebagai saran tindak


lanjut, ada beberapa hal yang seyogyanya dilakukan oleh guru dalam
upayanya meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya meningkatkan
hasil belajar .Pertama, guru perlu dan harus senantiasa berlatih untuk
dapat merancang media pembelajaran dengan baik. Kedua, dalam setiap
pelaksanaan proses pembelajaran guru perlu menggunakan media
pembelajaran. Ketiga, guru perlu mempersiapkan media pembelajaran
yang akan digunakan dalam setiap proses pembelajaran secara cermat,
hati-hati, dan bijaksana. Keempat, berdasarkan pengalaman melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran melalui PTK, kiranya perlu ada semacam
kelompok kerja di antara guru, sebagai forum untuk sharing pengalaman
dan bertukar pikiran berkenaan dengan masalah-masalah yang muncul
dalam pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari.

Hal.
24
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Djauzak dkk. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di

Sekolah dasar. Jakarta:Sepsikbud.

Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Chaer, Abdul. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek

Pembinaan Sekolah Dasar

Sabarti Akhadiah, Dr. Prof (1996 / 1997). Menulis. Jakarta : Depdikbud

Samsuri. (1991). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga

Suharyanto. 1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta:

Depdikbud

Suriamiharja Agus, M.Pd, dkk (1996 / 1997). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta :

Depdikbud

Tarigan, Djago, Drs (1996). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan

Pengembangannya. Bandung : Angkasa

Tim FKIP-UT. 2007. Pemantapan Kamampuan Profesional (PKP). Jakarta:

Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.K, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas

Terbuka

Hal.
25
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional

Winataputra, Udin. S. dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Hal.
26

Anda mungkin juga menyukai