BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep teori Plasenta Previa
1.1.1 Pengertian
1. Plasenta Previa adalah placenta berimplantasi pada segmen bawah uteri
sehingga menutupi sebagaian hingga seluruh ostium uteri internum (Tanto,
2014: 444).
2. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen-
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2010: 365 ).
3. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Implantasi yang normal adalah pada dinding
depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri (Sofian, 2012: 187).
1.1.2 Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas
tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, miomektomi, dan
sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko bagi terjadinya plasenta
previa (Saifuddin, 2014: 492).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa :
1. Umur penderita
a. Umur muda karena endometrium masih belum sempurna
b. Umur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
a. Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
1
2
1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa menurut Saifuddin (2014: 495-496) :
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak kurang 2 cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal.
Sedangkan klasifikasi menurut Ani Triana, dkk (2012:93) yaitu :
1. Tingkat I : Lateral Plasenta Previa pinggir bawah plasenta berinserasi
sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II : Marginal Plasenta Previa plasenta mencapai pinggir
pembukaan (ostium)
3. Tingkat III : complete plasenta previa plasenta menutupi ostium waktu
tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat IV : central plasenta previa plasenta menutupi seluruhnya pada
pembukaan hampir lengkap.
1.1.5 Diagnosis
Menurut Tanto (2014: 444) diagnosis placenta previa sebagai berikut :
1. Perdarahan warna merah
segar tanpa rasa nyeri.
2. Awalnya sedikit lalu berhenti
sendiri kemudian akan berulang tanpa sebab jelas dan lebih banyak, seperti
mengalir
3. Pada kehamilan lanjut bagian
bawah janin tidak masuk pintu atas panggul tempat umumnya kondisi janin
baik hingga terjadi perdarahan agak banyak.
4
7. Komplikasi lain yairu solusio plasenta (13,8%), perdarahan pasca salin (1,7%),
kematian maternal akibat perdarahan (50%) dan disseminated intavascular
coagulation (DIC) (15,9%).
1.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Rukiah (2010:289) yaitu :
1. Perhatian
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial)
harus dikirim kerumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal
apalagi vaginal.
2. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin dibawah 2500 gr
maka kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian obat-obatan
seperti spasmolitika, progestin, atau progesteron, observasi dengan teliti.
3. Periksalah golongan darah yang tertera pada buku KIA atau tanyakan pada ibu
dan siapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan
dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
4. Bila dijumpai ibu hamil diduga plasenta previa, rujuk segera kerumah akit
dimana terdapat fasilitas operasi, transfusi darah. Bila kekurangan darah,
berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.
1.2 Tinjauan Askeb Plasenta Previa
1.1.1. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata / Identitas
1) Umur
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun (Saifuddin, 2014: 496).
b. Keluhan utama
6
1). Sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang. Perdarahan
timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang
perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat
tidur sudah dipenuhi darah. Perdarahan cenderung berulang dengan
volume yang labih banyak dari sebelumnya (Sofian, 2012: 189).
2). Darahnya bersifat merah segar (Wiknjosastro, 2010 : 368).
c. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat kesehatan yang lalu
Miometrium dan polip sangat rentan pula terhadap placenta previa
(Manuaba, 2012: 254).
2). Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan keluar pervaginam berwarna merah segar, tanpa nyeri
(Sofian, 2012: 189).
d. Riwayat kebidanan
1). Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
b) Endometrium yang cacat oleh bekas persalinan berulang dengan jarak
pendek yaitu <2 tahun, bekas operasi caesar, bekas curretage atau
plasenta manual (Manuaba, 2012).
2). Riwayat Kehamilan sekarang
Usia > 28 minggu yang mana segmen bawah mulai terbentuk. Untuk
membantu memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan USG.
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan
lanjut (TM III). Sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri dan
berulang. Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun.
Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu tidur dan saat bangun tidur,
pada usia kehamilan 7 bulan yang disebabkan oleh pergerakan plasenta
dan dinding rahim. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang
labih banyak dari sebelumnya (Sofian, 2012:189).
e. Pola kebiasaan sehari-hari
7
1). Nutrisi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa salah
satunya endometrium yang cacat disebabkan oleh malnutrisi (Sofian,
2012: 189). Ibu hamil dengan plasenta previa ini mudah sekali
mengalami penurunan kadar Hemoglobine dalam darah akibat
perdarahan (Romana, 2015).
2). Seksual
Penyebab non obstetrik plasenta previa luka-luka jalan lahir akibat
terjatuh, coitus atau varises yang pecah (Sastrawinata, 2005).
3). Aktivitas
Pada ibu hamil dengan plasenta previa dianjurkan untuk memperbanyak
istirahat (Sastrawinata, 2005)
4). Ketergantungan
Hipoksemi akibat karbon monoxida akan dikompensasi dengan hipertrofi
plasenta hal ini terjadi terutama pada perokok berat lebih dari 20 batang
perhari (Sastrawinata, 2005).
f. Psikososial
Cemas dengan keadaan bayinya karena perdarahan yang banyak dan tiba-
tiba. (Sulistyawati, 2012).
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum
Pada pasien plasenta previa keadaan umum ibu lemah (Sulistyawati, 2012).
b. Tanda-tanda vital
1). Tekanan darah
Pada kasus placenta previa tekanan darah rendah antara 90/70 mmHg
sampai 120/80 mmHg karena perdarahan (Saifuddin, 2014 : 243 ).
2). Suhu
Pada pasien placenta previa suhu tubuh meningkat tidak lebih dari 38oC
(Saifuddin, 2014: 243)
3). Nadi
8
1. Kecemasan
2. Perdarahan pervaginam
3. Kelainan letak
4. Anemia
1.1.3. Perencanaan
G........PAPIAH, usia kehamilan....... minggu, janin hidup, tunggal/ganda, intrauterin,
situs membujur/melintang, habitus fleksi/defleksi, posisi puka/puki, presentasi
kepala/bokong, Keadaan umum baik/lemah, Prognosa baik/buruk, dengan
masalah :
1. Kecemasan
2. Perdarahan pervaginam
3. Kelainan letak
4. Anemia
Tujuan : Ibu dan janin sehat, sejahtera sampai melahirkan.
Kriteria :
- Tidak terjadi perdarahan sampai akhir kehamilan aterm (38-40
minggu).
- Ibu dan janin dalam kondisi baik
- Kesadaran komposmentis
- TTV dalam batas normal
TD : 110/70 sampai 130/90 mmHg
N : 76-88 x/menit
S : 36oC- 37oC
R : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal (120-160 x/mnt)
Perencanaan menurut Rukiah (2010, 289)
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
R/ Ibu lebih tenang karena telah mengetahui kondisinya, sehingga ibu juga
lebih kooperatif.
2. Periksa tanda-tanda vital
R/ Untuk mengetahui kondisi pasien
11
3. Berikan dukungan mental dan emosional, bila perlu pasien selalu didampingi
R/ Ibu lebih tenang dan percaya diri karena banyak yang mendukungnya.
4. Evaluasi kondisi ibu dan janin setelah perdarahan terjadi
R/ Memastikan perkembangan kondisi ibu
5. Anjurkan ibu untuk Bedrest (istirahat) total
R/ Mencegah pergerakan plasenta sehingga mencegah perdarahan
6. Anjurkan ibu untuk menghindari hubungan seksual dan kerja rumah tangga
kecuali jika setelah pemeriksaan USG ulangan dan dianjurkan minimal setelah
4 minggu
R/ Memperlihatka ada migrasi plasenta menjauhi OUI, mulai usia kehamilan
lebih dari 28 minggu.
7 Anjurkan ibu untuk menjalankan perawatan di rumah sakit apabila terjadi
perdarahan berulang atau sudah saatnya untuk melahirkan
R/ Mendapatkan penanganan yang lebih baik dan komprehensif
8 Segera dilakukan Kolaborasi jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
R/ Menyelamatkan jiwa ibu dan janin
Masalah I : Cemas sehubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : - Cemas berkurang
Kriteria : - Ibu tenang
- Ibu kooperatif dalam setiap tindakan
- Ekspresi wajah tidak tegang
Intervensi ( Rukiah,2010) :
1. Lakukan pendekatan psikososial dengan melaksanakan komunikasi terapeutik.
R/ Menjalin hubungan saling percaya dengan klien sehingga mau
mengutarakan perasaannya.
2. Berikan dukungan moril kepada klien.
R/ Klien lebih siap menerima kehamilannya.
3. Anjurkan klien untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
R/ Dapat memberi ketenangan psikis bagi ibu.
4. Anjurkan keluarga menemani dan memberi dukungan pada ibu.
R/ Memberikan ketenangan pada ibu.
12
2. Berikan dukungan mental dan emosional, bila perlu pasien selalu didampingi
R/ Ibu lebih tenang dan percaya diri karena banyak yang mendukungnya.
3. Lakukan inform consent pada suami atau keluarga jika akan dilakukan
operasi sectio caesaria
R/ sebagai pertanggung jawaban atas tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan operasi sectio caesaria
R/ mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah rahim (SBR).
1.1.4. Pelaksanaan
Menurut Kemenkes (2011), tentang Standar Asuhan Kebidanan adalah
bidan dalam melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteria pelaksanaan rencana asuhan kebidanan
adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-
kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keuarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien atau pasangan dalam setiap tindakan
5. Menjaga privasi klien/ pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
1.1.5. Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2011:7-8) tentang Standar Asuhan Kebidanan,
bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
14
Petugas
15
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2. Keluhan utama
Mengeluarkan darah agak banyak dari jalan lahir sekitar ½ pembalut pada
tanggal 17-07-2017 pukul 19.00 WIB yang berwarna merah segar dan tidak
nyeri.
3. Riwayat kesehatan
16
Selama hamil : Ibu tidur siang pukul 13.00-15.00 WIB. Tidur malam
pukul 22.00-04.00 WIB (8 jam), tidak ada gangguan tidur. Saat MRS mulai
tanggal 17-07-2017 ibu tidur pukul 23.00-05.00 (6 jam).
d. Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu mengajar mulai pukul 07.00-13.00 WIB dan
melakukan aktivitas rumah tangga, setiap pagi jalan-jalan sambil belanja
sayuran.
Selama hamil : Ibu mengajar mulai pukul 07.00-11.00 WIB dan juga
melakukan aktivitas rumah tangga yang ringan, setiap pagi jalan-jalan
sambil belanja sayuran. Saat MRS, hanya berbaring di tempat tidur
terkadang miring kanan dan miring kiri.
e. Personal hygiene
Sebelum hamil : Ibu mandi 2x sehari, keramas 2x seminggu, sikat gigi 2x
sehati, setelah BAK & BAB Ibu cebok dari arah depan ke belakang.
Selama hamil : Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x
sehati, setelah BAK & BAB Ibu cebok dari arah depan ke belakang. Saat
MRS, ibu disibin dan dilakukan vulva hygiene pada pagi hari.
f. Kehidupan seksual
Sebelum hamil : Ibu melakukan hubungan seksual 2-3x seminggu, tidak
ada keluhan.
Selama hamil : Ibu melakukan hubungan seksual 1x seminggu, tidak ada
keluhan. Terakhir melakukan hubungan seksual 1 minggu yang lalu, tidak
ada keluhan.
6. Pola ketergantungan
Ibu maupun suami tidak mempunyai ketergantungan terhadap obat-obatan
tertentu, tidak merokok dan tidak minum alkohol
7. Latar belakang sosial budaya
Ibu tidak mempunyai pantangan makanan tertentu, tidak mempunyai kebiasaan
meminum jamu dan pijat perut
8. Psikososial
Ibu dan keluarga cemas dengan perdarahan yang dialami.
19
3. Pemeriksaan obstetri
BB sebelum hamil = 54 Kg TB = 150 cm IMT : 24 kg/m2 (Normal)
BB terakhir periksa = 61 Kg Lila = 24 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak mudah rontok, tidak ada
benjolan abnormal
b. Muka : Tidak sembab, tidak pucat, tidak oedema
c. Mata : Simetris, konjungtiva palpebra merah muda, sklera putih, kelopak
mata tidak oedema
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
e. Mulut : bibir lembab, merah muda, tidak stomatitis, tidak ada caries gigi
f. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen berlebih
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
h. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Dada : Pernapasan normal, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak
ada wheezing dan ronchi
j. Payudara : Payudara membesar simetris, puting susu menonjol dan bersih,
tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar
k. Abdomen : Membesar tidak sesuai usia kehamilan, melintang, gerakan
janin aktif, tidak ada luka bekas operasi
20
- HbsAg : Negatif
- Protein Urine : Negatif
- PITC : NR
7. SPR : 18 (skor awal ibu hamil=2; terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun)=4; terlalu
tua (umur ≥35 tahun)=4; perdarahan dalam kehamilan ini=8). Resiko sangat
Tinggi
8. Terapi yang didapat: - Infus RL 20 tpm habis setiap 8 jam 30 menit.
1 x 24 jam ganti 3 kolf infuse RL
- Inj. Dexametasone 16mg/IV 1 x 24 jam pukul
21.00 WIB
2.1.3 Analisa Data
Tanggal : 8-7-2017 pukul 08.40 WIB
Diagnosa / Masalah Data Dasar
DS :
G3P20002 Usia Kehamilan 28-29 - Hamil ke tiga UK 7 bulan
minggu, janin tunggal, hidup, intra - HPHT: 02-01-2017 dan HPL: 09-
uterine, situs lintang, habitus fleksi, 10-2017
presentasi bahu, punggung bawah, - Tadi malam pukul 19.00
kesan panggul dan jalan lahir normal mengeluarkan darah merah segar
dengan kehamilan resiko sangat agak banyak sekitar ½ pembalut
tinggi plasenta previa marginalis, melalui jalan lahir tanpa nyeri.
keadaan umum ibu dan janin baik. DO :
Prognosa baik. - Ku ibu baik, kesadaran
komposmentis
- TTV
TD : 130/80mmHg, S : 36,6o C,
N : 80x/menit, R : 20 x/menit
- Mata : Konjungtiva palpebra merah
muda, sklera putih
- Abdomen pembesaran tidak sesuai
usia kehamilan melintang, gerakan
22
R : 20x/menit
- DJJ dalam batas normal 120-160x/menit
- Pergerakan janin normal 10x dalam 24 jam
- TBJ sesuai usia kehamilan
- USG tidak terdapat perdarahan yang tersembunyi
Intervensi :
1. Jelaskan tentang hal pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ Ibu dan keluarga mengetahui keadaannya dan bisa kooperatif
2. Jelaskan tentang plasenta previa meliputi pengertian, penyebab, dan akibatnya
R/ Pemahaman terhadap kondisi kehamilannya, meningkatkan kerjasama ibu
dan keluarga dalam segala tindakan yang akan diberikan
3. Anjurkan ibu untuk dapat bedrest total sampai perdarahan berhenti
R/ Dapat mengurangi pergerakan plasenta sehingga mencegah perdarahan
4. Jelaskan tentang kebutuhan dasar ibu hamil sehubungan dengan plasenta previa
meliputi nutrisi, aktivitas, istirahat dan hubungan seksual
R/ Ibu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya selama hamil
5. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan
R/ Ibu bisa segera datang ke petugas kesehatan bila menemui hal tersebut
6. Lanjutkan advis dokter SpOG bahwa kehamilan tetap dipertahankan serta
mengatur tetesan infus dan pemberian terapi sesuai jadwal
R/ Untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut
2.4. Pelaksanaan
Tanggal : 18 Juli 2017 pukul 08.45 WIB
Implementasi :
1. Menganjurkan ibu untuk bedrest total di kamar bersalin hingga perdarahan
berhenti dan menganjurkan BAB dan BAK di pispot.
2. Menjelaskan mengenai kebutuhan dasar ibu hamil sehubungan dengan plasenta
previa
3. Melanjutkan advis dokter SpOG bahwa kehamilan tetap dipertahankan,
pemberian terapi sesuai jadwal yaitu :
- Terapi Dexamentason 1 x 24 jam pada pukul 21.00 WIB
24
Petugas