Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN:
STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas–Tugas dan Memenuhi
Syarat – Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :

ARWINDA SETYA MURTI


J200 110 028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI

(Arwinda Setya Murti, 2014, 58 halaman)

ABSTRAK

Latar Belakang :Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia


karena setiap manusia berhak untuk memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak
semua orang dapat memiliki kesehatan yang optimal disebabkan oleh lingkungan
yang buruk, sosial ekonomi yang rendah, gaya hidup yang tidak sehat mulai dari
makanan, kebiasaan, maupun lingkungan sekitarnya. Hal ini yang memicu
berbagai macam penyakit diantaranya adalah stroke
Tujuan : Untuk mengetahui gambaranasuhan keperawatan pada pasien dengan
stroke non hemoragik yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
Metode : Metode yang digunakan adalah dengan melakukan proses asuhan
keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
Hasil :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah perfusi
jaringan serebral dan gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian sedangkan untuk
masalah hambatan komunikasi verbal dan gangguan eliminasi fekal: konstipasi
sudah teratasi.
Kesimpulan : 2 diagnosa yang telah teratasi dan ada 2 diagnosa atau masalah
keperawatan yang hanya teratasi sebagian, yaitu untuk diagnosa ketidakefektifan
gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
otak (spasme arteri) serta diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular. Sehingga membutuhkan perawatan lebih lanjut
Kata kunci :Stroke, saraf, non hemoragik, iskemik, infark, pembuluh darah.

i
NURSING CARE OF Tn.M WITH NEUROLOGIC SYSTEM PROBLEM: NON
HAEMORRAGIC STROKE IN ANGGREKWARD PANDANARANG
HOSPITAL BOYOLALI

(Arwinda Setya Murti, 2014, 58 pages)

ABSTRACT

Backgrond : health is a main necessity of human being because every human


need to have a health. But in fact not every people have an optimal healthy cause
of bad environment, low of social economy, insanitary life style from food, bad
habit, or environment. So these tag many kind of illness like stroke.
Goal : to knowthe description of nursing care on patient with non haemorragic
stroke covers investigation, data analysis, intervention, implementation, and
nursing evaluation.
Method :the method is using nursing care on non haemorragic stroke patient.
Result : after doing nursing care for 3x24 hours, cerebral tissue perfusion
problem and physical mobility disorders resolved some problems while for attend
verbal communication and fecal elimination disorders : constipation has been
resolved.
Conclusion : two diagnoses that have been resolved and there are two nursing
diagnosis or problem that only partially resolved, that are the ineffectiveness of
cerebral tissue perfusion disorders associated with impaired blood flow to the
brain (spasm artery) as well as diagnose of associated with impaired mobility
physical damage neuromuscular junctions.
Keyword : stroke,neurologic, non haemorragic, ischemic, infarct, blood vessel.

ii
iii
I.PENDAHULUAN dengan jumlah penderita stroke
A. Latar Belakang terbesar di Asia (Yastroki, 2007)
Kesehatan merupakan salah Kasus stroke di RSUD
satu kebutuhan manusia yang Pandan Arang Boyolali pada
sangat utama, oleh karena itu tahun 2013 sudah mencapai 934
setiap manusia berhak memiliki kasus dengan rincian 401 pasien
kesehatan. Namun pada stroke hemoragik dan 533 pasien
kenyataannya tidak semua orang stroke non hemoragik. Kejadian
memiliki derajat kesehatan yang stroke pada tahun 2014 ini antara
optimal dikarenakan berbagai bulan Januari sampai bulan
masalah, misalnya lingkungan Februari sudah ada 184 kasus
yang tidak baik, sosial ekonomi dengan rincian 90 kasus stroke
yang rendah, pola hidup yang hemoragik dan 94 kasus stroke
tidak sehat mulai dari makanan, non hemoragik (Rekam Medis
kebiasaan maupun lingkungan RSUD Pandan Arang Boyolali)
sekitarnya. Hal tersebut Untuk mengatasi hal tersebut
merupakan pemicu berbagai diperlukan penanganan yang
macam penyakit, salah satunya komprehensif demi mencegah
adalah stroke (Misbach, 2011) terjadinya tahap penyakit yang
Stroke merupakan penyebab lebih lanjut atau bahkan
kematian nomor tiga di negara kematian. Disini diperlukan peran
maju setelah penyakit jantung perawat sebagai pelayanan dan
dan kanker pada kelompok usia juga pendidik yang mampu
lanjut, sedangkan di Indonesia memberikan asuhan keperawatan
menduduki peringkat pertama. kepada klien dengan stroke
Stroke juga penyebab utama melalui pendekatan proses
kecacatan didunia (Sutrisno, keperawatan yang benar.
2007). Angka kejadian stroke di II.TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia meningkat tajam. Saat A. Pengertian
ini Indonesia merupakan negara Menurut Corwin (2009),
Stroke non hemoragik adalah

iv
terjadinya penyumbatan arteri otak oleh bekuan darah, lemak
akibat thrombus (bekuan darah di dan udara. Emboli
arteri serebri) atau embolus menyebabkan edema dan
(bekuan darah yang berjalan ke nekrosis diikuti thrombosis.
otak dari tempat lain di tubuh). (Muttaqin, 2008)
Sedangkan menurut Batticaca c. Iskemia
(2008) Stroke iskemik atau stroke Penurunan aliran darah ke
non hemoragik adalah infark atau area otak. (Smeltzer, 2005)
kematian jaringan yang C. Klasifikasi Stroke non
serangannya terjadi pada usia 20- Hemoragik
60 tahun dan biasanya timbul Pengklasifikasian stroke
setelah beraktifitas fisik atau iskemik atau stroke non
karena psikologis (mental) yang hemoragik menurut Saputra
disebabkan karena thrombosis (2009) adalah:
maupun emboli pada pembuluh a. TIA (Transient Ischemic
darah di otak. Attack)
B. Etiologi b. Gangguan neurologik
Stroke biasanya diakibatkan iskemik reversible
dari salah satu kejadian di bawah c. Stroke in evolution
ini diantaranya : d. Stroke lengkap
a. Trombus Serebral D. Manifestasi Klinis Stroke Non
Trombosis ini terjadi pada Hemoragik
pembuluh darah yang Manifestasi klinis Stroke Non
mengalami oklusi sehinnga Hemoragik menurut Misbach
menyebabkan iskemi jaringan (2011) antara lain :
otak yang dapat menimbulkan a. Hipertensi
oedema dan kongesti b. Gangguan motorik
disekitarnya. (Muttaqin, 2008) (kelemahan otot,
b.Emboli hemiparese)
Emboli serebri merupakan c. Gangguan sensorik
penyumbatan pembuluh darah d. Gangguan visual

v
e. Gangguan keseimbangan dan glukosa akan menyebabkan
f. Nyeri kepala (migran, asidosis lalu asidosis akan
vertigo) mengakibatkan natrium,
g. Muntah klorida, dan air masuk ke dalam
h. Disatria (kesulitan berbicara) sel otak dan kalium
i. Perubahan mendadak status meninggalkan sel otak sehingga
mental (apatis, somnolen, terjadi edema setempat.
delirium, suppor, koma) Kemudian kalsium akan masuk
E. Patofisiologi dan memicu serangkaian
Stroke non hemoragik radikal bebas sehingga terjadi
disebabkan oleh trombosis perusakan membran sel lalu
akibat plak aterosklerosis yang mengkerut dan tubuh
memberi vaskularisasi pada mengalami defisit neurologis
otak atau oleh emboli dari lalu mati (Esther, 2010).
pembuluh darah diluar otak Ketidakefektifan perfusi
yang tersangkut di arteri otak jaringan yang disebabkan oleh
yang secara perlahan akan trombus dan emboli akan
memperbesar ukuran plak menyebabkan iskemia pada
sehingga terbentuk trombus jaringan yang tidak dialiri oleh
(Sudoyo, 2007). darah, jika hal ini berlanjut
Trombus dan emboli di terus-menerus maka jaringan
dalam pembuluh darah akan tesebut akan mengalami infark.
terlepas dan terbawa hingga Dan kemudian akan
terperangkap dalam pembuluh mengganggu sistem
darah distal, lalu menyebabkan persyarafan yang ada di tubuh
pengurangan aliran darah yang seperti : penurunan kontrol
menuju ke otak sehingga sel volunter yang akan
otak akan mengalami menyebabkan hemiplagia atau
kekurangan nurisi dan juga hemiparese sehingga tubuh
oksigen, sel otak yang akan mengalami hambatan
mengalami kekurangan oksigen mobilitas, defisit perawatan diri

vi
karena tidak bisa c. Magnetic Resonance
menggerakkan tubuh untuk Imaging (MRI)
merawat diri sendiri, pasien d. Ultrasonografi Doppler
tidak mampu untuk makan (USG Doppler)
sehingga nutrisi kurang dari e. Elektroensefalogram
kebutuhan tubuh. Defisit (electroencephalogram-
neurologis juga akan EEG)
menyebabkan gangguan lesi yang spesifik (Batticaca,
pencernaan sehingga 2008)
mengalami disfungsi kandung f. Sinar tengkorak
kemih dan saluran pencernaan G. Komplikasi
lalu akan mengalami gangguan Komplikasi stroke menurut
eliminasi. Karena ada Sudoyo (2006) meliputi
penurunan kontrol volunter hipoksia serebral, penurunan
maka kemampuan batuk juga aliran darah serebral dan
akan berkurang dan luasnya area cidera, embolisme.
mengakibatkan penumpukan a. Hipoksia serebral
sekret sehingga pasien akan b. Penurunan aliran darah
mengalami gangguan jalan serebral
nafas dan pasien kemungkinan c. Luasnya area cidera
tidak mampu menggerakkan d. Distritmia dapat
otot-otot untuk bicara sehingga mengakibatkan curah
pasien mengalami gangguan jantung tidak konsisten dan
komunikasi verbal berupa penghentian trombus lokal.
disfungsi bahasa dan H. Penatalaksanaan Medis
komunikasi. menurut Esther (2010)
F. Pemeriksaan Penunjang a. Terapi trombolitik
(Batticaca, 2008) b. Terapi antikoagulan
a. Serebral Angiografi c. Terapi antitrombosit.
b. Computerized Tomografi d. Terapi suportif
Scanning(CT-Scan)

vii
TINJAUAN KASUS dirumah, sedang menonton
Pengkajian dilakukan pada hari televisi tiba-tiba pasien merasa
Selasa tanggal 11 Maret 2014 pukul badannya lemas lalu pasien
11.00 di ruang Anggrek RSUD Pandan tidur dan saat bangun tidur
Arang Boyolali. Data diperoleh dari pasien merasa pusing, sulit
pasien dan keluarga, rekam medis menggerakkan tangan serta
pasien, dan perawat jaga. Data kaki kirinya, bibir merot kekiri
didapatkan dengan cara observasi, oleh karena itu pasien dibawa
pemeriksaan fisik dan data-data ke Rumah Sakit Dr.Oen, dari
pendukung yang ada seperti hasil lab rumah sakit tersebut kemudian
dan CT Scan. Dan data yang diperoleh dirujuk ke Rumah Sakit Pandan
adalah sebagai berikut : Arang Boyolali. Pasien dan
1. Identitas Pasien keluarga kurang tahu
Pasien bernama Tn.M, umur penyebabnya hingga tiba-tiba
57 tahun, jenis kelamin laki- kaki dan tangan kirinya susah
laki,agama Islam, pendidikan SD, untuk digerakkan. Pasien belum
status kawin, alamat Kateguhan, pernah menderita sakit seperti
Sawit, Boyolali, dirawat sejak hari ini. Dari IGD Rumah Sakit
Sabtu, 08 Maret 2014 jam 16.00 Pandan Arang pasien mendapat
WIB, no RM 4364xx, pasien terapi infus RL 20 tetes
dirawat di ruang Anggrek, dengan permenit. Kemudian pasien
diagnosa medik SNH (Stroke Non dipindah di ruang Anggrek dan
Hemoragik). dilakukan tindakan pengukuran
2. Keluhan utama TTV didapat hasil TD:
Pasien mengatakan anggota 170/100mmHg, S: 36,5°C, RR:
gerak sebelah kiri lemah, tidak 22 kali permenit serta N: 80
dapat digerakkan. kali permenit.
3. Riwayat Kesehatan 4. Diagnosa Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang a. Ketidakefektifan perfusi
Sebelum dirawat di rumah jaringan serebral berhubungan
sakit pada waktu Tn.M

viii
dengan aliran darah ke otak sebagian maupun seluruh bagian
(spasme arteri). tubuh, tubuh tiba-tiba lemas tanpa
b. Gangguan mobilitas fisik diketahui penyebabnya dan itu
berhubungan dengan sesuai dengan hasil pengkajian
kerusakan neuromuscular. yang penulis lakukan (Muttaqin,
c. Hambatan komunikasi verbal 2008).
berhubungan dengan B. Diagnosa Keperawatan
perubahan pada susunan saraf Berikut ini penulis akan
pusat membahas beberapa diagnosa
d. Gangguan eliminasi fekal: yang ada pada teori dan muncul
konstipasi berhubungan pada kasus kelolaan, dan diagnosa
dengan kurang serat dan yang ada pada teori tetapi tidak
cairan dalam tubuh penulis munculkan pada kasus
PEMBAHASAN kelolaan.
A. Pengkajian Keperawatan 1. Diagnosa yang muncul pada
Secara umum data yang kasus dan terdapat pada teori
ditemukan dalam kasus tidak jauh adalah sebagai berikut :
berbeda dengan data fokus dalam a. Ketidakefektifan perfusi
teori. Namun masih ada beberapa jaringan serebral
data yang tidak sama dengan teori. berhubungan gangguan
Berikut pembahasannya adalah aliran darah ke otak
sebagai berikut : (spasme arteri).
Keluhan utama : pada kasus Diagnosa ini penulis
ditemukan bahwa pasien tegakkan karena penulis
mengalami kelemahan anggota melihat bahwa pasien
gerak pada sebelah kiri hal mengatakan pusing saat
tersebut sesuai dengan teori yang sebelum dibawa ke rumah
telah dijelaskan bahwa pasien sakit dan data-data lain
biasanya mengalami nyeri kepala yang mendukung diagnose
disertai gangguan bicara, ini adalah pemeriksaan
kelemahan anggota gerak baik tanda-tanda vital, tekanan

ix
darah darah mengakibatkan infark pada
170/100mmHg, suhu otak (Batticaca, 2008)
36,5°C, pernafasan 22 kali b. Gangguan mobilitas fisik
permenit serta nadi 80 kali berhubungan dengan
permenit, GCS : 3, 4, 5, kerusakan neuromuscular.
hasil CT Scan : lacunar Diagnosa ini penulis
infark di pericornu anterior, tegakkan karena penulis
ventrikel lateralis dextra, menemukan data-data
awal atrofi cerebri. keluarga mengatakan
Penulis semua kegiatan pasien di
memprioritaskan diagnosa tempat tidur maupun yang
ini sebagai diagnosa lain harus dibantu oleh
pertama karena kondisi keluarga, ekstremitas atas :
yang menyebabkan ekstremitas kiri lemah uji
perubahan perfusi darah kekuatan otot tangan kiri
pada otak akan hanya berupa perubahan
menyebabkan keadaan dari tonus otot dan tidak
hipoksia. Hipoksia yang dapat menggerakkan sendi
berlangsung lama dapat nilai 1, tangan kanan
menyebabkan iskemik mampu diangkat namun
otak. Iskemik yang terjadi tidak dapat menahan
dalam waktu yang singkat tangan pemeriksa nilai 4,
kurang dari 10-15 menit capilarry refil test 2 detik.
dapat menyebabkan deficit Ekstremitas bawah :
sementara dan bukan sebelah kiri tidak bisa
defisit permanen. digerakkan, uji kekuatan
Sedangkan iskemik yeng otot kaki kanan mampu
terjadi dalam waktu yang mengangkat kaki kanan
lama dapat menyebabkan namun tidak dapat
sel mati permanen dan menahan tangan pemeriksa
nilai 4 kaki kirihanya

x
berupa perubahan dari kiri, pasien terdengar tidak
tonus otot nilai 1. jelas saat berbicara, mulut
Diagnosa ini tampak merot ke kanan,
diprioritaskan menjadi lidah tidak simetris.
diagnosa kedua karena Diagnosa ini dapat
apabila gangguan mobilitas diprioritaskan sebagai
fisik yang terjadi pada diagnosa ketiga karena bila
pasien stroke tidak segera tidak diatasi maka akan
diatasi maka akan berakibat ketidakmampuan
menyebabkan atrofi otot, individu untuk
serta menyebabkan mengekspresikan keadaan
penurunan sirkulasi yang dirinya dan dapat berakibat
berakibat lebih lanjut dan lanjut pada penurunan
akan mengakibatkan harga diri pasien
iskemik jaringan dan (Batticaca, 2008)
dengan adanya kerusakan d. Gangguan eliminasi fekal :
sirkulasi ini akan konstipasi berhubungan
mengakibatkan terjadinya dengan kurangnya cairan
kerusakan pada kulit dan serat dalam tubuh
(dekubitus) (Batticaca, Diagnosa ini penulis
2008) tegakkan karena penulis
c. Hambatan komunikasi mendapat data bahwa
verbal berhubungan dengan pasien tidak bisa BAB
perubahan pada sistem selama 4hari. Penulis
saraf pusat. memprioritaskan ini
Penulis menegakkan sebagai diagnosa keempat
diagnosa ini karena karena apabila konstipasi
didapatkan data pendukung ini tidak segera diatasi
keluarga pasien maka akan menyebabkan
mengatakan pasien bicara ketidaknyamanan pada
pelo dan mulut merot ke pasien.

xi
2. Evaluasi yang penulis lakukan b. Gangguan mobilitas fisik
adalah membandingkan antara berhubungan dengan
tujuan yang ingin dicapai kerusakan neuromuscular
dengan hasil nyata. Gambaran Dari hasil evaluasi hari
umum keadaan pasien diakhir ketiga didapatkan data
penerapan proses keperawatan subyektif pasien
sebagai berikut : mengatakan sudah lebih
a. Ketidakefektifan gangguan lancar untuk tirah baring
perfusi jaringan serebral dengan bantuan keluarga.
berhubungan dengan Data obyektif, pasien
gangguan aliran darah ke tampak menunjukkan
otak (spasme arteri) usaha tirah baringnya
Dari hasil evaluasi dengan bantuan keluarga,
terakhir didapatkan data belum mampu melakukan
subyektif pasien rentang pergerakan penuh
mengatakan sudah tidak seluruh sendi. Berdasarkan
pusing.. data obyektif, hasil evaluasi tersebut
tekanan darah 140/100 maka penulis
mmHg. Berdasarkan hasil menyimpulkan bahwa
tersebut penulis masalah teratasi sebagian.
menyimpulkan bahwa Penulis menyimpulkan
masalah pada diagnosa masalah teratasi sebagian
pertama teratasi sebagian karena menurut penulis ada
dengan kriteria hasil, tidak beberapa kriteria hasil tidak
ada keluhan pusing, penulis temukan pada
tekanan darah 120/80 evaluasi tersebut, yaitu
mmHg. Maka untuk pasien mampu melakukan
planningnya intervensi rentang pergerakan penuh
dilanjutkan pantau seluruh sendi sehingga
peningkatan intrakranial. intervensi dilanjutkan, beri
penguatan positif terhadap

xii
pasien dan keluarga saat d. Gangguan eliminasi fekal:
pasien berusaha untuk konstipasi berhubungan
bergerak. dengan kurangnya cairan
c. Hambatan komunikasi dan serat dalam tubuh
verbal berhubungan dengan Dari hasil evaluasi
perubahan pada sistem terakhir didapatkan data
saraf pusat subyektif pasien
Dari hasil evaluasi mengatakan sudah bisa
didapatkan data subyektif BAB setelah diberi obat
pasien mengatakan kaku suppositoria. Data obyektif,
pada lidahnya berkurang. tidak teraba massa pada
Obyektif, bicara pasien abdomen di kuadran kiri
terdengar lebih jelas, bibir bawah. Penulis
tidak perot lagi, pasien menyimpulkan bahwa
tampak mampu mengenali masalah teratasi karena
pesan yang diterima. sesuai dengan criteria hasil
Berdasarkan evaluasi yaitu tidak teraba massa
tersebut penulis pada abdomen. Maka
menyimpulkan bahwa intervensi dihentikan.
masalah teratasi. Penulis
memberikan kesimpulan Kesimpulan dan saran
tersebut karena penulis A. Simpulan
menemukan keadaan yang Hasil pengkajian yang penulis
sesuai dengan kriteria hasil dapatkan pada Tn.M adalah keadaan
yang diharapkan, yaitu umum pasien lemah, pasien
pasien mampu mengenali mengalami kelemahan pada anggota
pesan yang diterima dan gerak sebelah kiri, terjadi hambatan
pasien mampu komunikasi verbal pada pasien,
menggunakan bahasa pelo, dan bibir terlihat merot ke kiri
isyarat atau verbal. serta mengalami gangguan pada
Intervensi dihentikan. pada pola eliminasinya selama 4hari

xiii
di rumah sakit tidak bisa BAB. sebagian, yaitu untuk diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan gangguan perfusi
saat dilakukan pengkajian oleh jaringan serebral dan diagnosa
penulis adalah ketidakefektifan gangguan mobilitas fisik. Diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral keperawatan hambatan komunikasi
berhubungan dengan gangguan verbal dan diagnosa gangguan
aliran darah ke otak (spasme arteri), eliminasi fekal: konstipasi sudah
gangguan mobilitas fisik teratasi. Penulis melakukan proses
berhubungan dengan kerusakan keperawatan ini tidak lepas dari
neuromuscular, hambatan kerjasama antara penulis, pasien,
komunikasi verbal berhubungan keluarga pasien, dan perawat
dengan perubahan pada susunan maupun tim kesehatan lainnya.
saraf pusat dan gangguan eliminasi B. Saran
fekal: konstipasi berhubungan Berdasarkan asuhan
dengan kurang serat dan cairan keperawatan yang telah dilakukan
dalam tubuh sudah teratasi. pada Tn.M di ruang Anggrek RSUD
Intervensi keperawatan disusun PandanArang Boyolali dan
berdasarkan rumusan masalah dan kesimpulan yang telah penulis susun
sesuai dengan refrensi yang ada. seperti diatas, maka penulis
Implementasi keperawatan memberikan saran-saran sebagai
disesuaikan dengan intervensi berikut :
keperawatan yang telah disusun, 1. Bagi Perawat
namun ada beberapa intervensi yang Sebagai perawat harus
tidak bisa dilakukan antara lain memberikan pelayanan yang
meminimalkan stimulus lingkungan baik kepada pasien, melakukan
dan kolaborasi tentang kebutuhan semua implementasi sesuai
terapi wicara. Pada evaluasi proses dengan apa yang sudah
asuhan keperawatan ini ada 2 direncanakan dan berkolaborasi
diagnosa yang telah teratasi dan ada dengan tim medis yang lain.
2 diagnosa atau masalah
keperawatan yang hanya teratasi

xiv
2. Bagi Pembaca Persarafan.Jakarta : Salemba
Medika
Pembaca disarankan banyak
mencari informasi tentang Carpenito, L.J. 2006.Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
penyakit yang dialami, harus Penerbit Buku Kedokteran EGC.
menjaga pola hidup sehat
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku
dengan makan makanan sehat Patofisiologi. Jakarta : EGC
sesuai kebutuhan, melakukan
Eliana, Arifa. 2007. Hubungan Tingkat
olah raga yang teratur, selalu Pengetahuan Stroke dengan
memeriksakan keadaan Perilaku Mencegah Stroke Pada
Klien Hipertensi Di RSU PKU
kesehatan ke pusat pelayanan Muhammadiyah Yogyakarta,
kesehatan terdekat seperti Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan. Vol. 3, No. 2,
puskesmas yang teratur untuk Desember 2007: 88. Kanker, dan
mengetahui status kesehatan. Stroke. Yogyakarta : Kirana
Publisher
3. Bagi Universitas
Endriyani, L dan
Muhammadiyah Surakarta
Harmilah.2011.Hubungan
Memperbanyak koleksi buku- Dukungan Keluarga dengan
Kemandirian activities of Daily
buku tentang asuhan
Living Pasien Post Stroke, Jurnal
keperawatan pada stroke non Kebidanan dan Keperawatan.
Vo.7, No.2, Desember 2011:153.
hemoragik dengan pengarang
buku-buku yang berkualitas. Esther, Chang. 2010. Patofisiologi
Aplikasi pada Praktek
Sehingga akan memperbanyak Keperawatan.Jakarta : EGC
litelatur bagi pembaca untuk
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes
meningkatkan pengetahuannya Neurologi.Jakarta : Erlangga
tentang perawatan pasien stroke
Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis
non hemoragik dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :
Penerbit Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, I. 2004. Panduan Praktis
Ariani, April T. 2012. Sistem
Pencegahan dan Pengobatan
Neurobehaviour. Jakarta : Salemba
Stroke.Edisi 2.Jakarta : PT
Medika
Bhuana Ilmu Popular, Kelompok
Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Gramedia
Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem

xv
Koni, Endang. 2009. Penerbitan Departemen Ilmu
Mengenal&Mencegah Penyakit Penyakit Dalam Fakultas
Jantung, Kanker, Stroke.Yogyakarta : Kedokteran Universitas
Kirana Publisher. Indonesia

Kozier, B., Berman, A.and Shirlee J. Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2007.
Snyde, alih bahasa Pamilih Eko Keperawatan Medikal Bedah
Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar Gangguan Sistem
Fundamental Keperawatan Persarafan.Jakarta : CV. Sagung
Konsep Proses dan Praktik edisi Seto.
VII Volume 1. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku
Misbach, Jusuf. 2011. Stroke : Aspek Diagnosis Keperawatan.Jakarta
Diagnosis, patofisiologi, : EGC
Manajemen. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar


Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika

Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC

Price, S.A. 2006. Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta : EGC

Purwanti, Okti S dan Maliya, A.


2008.Rehabilitasi Pasca Stroke,
Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan.Vol. 1, No. 1,
Maret 2008: 43

Saputra ,Lyndon. 2009. Kapita Selekta


Kedokteran Klinik. Jakarta :
Binarupa Aksara Publisher

Smeltzer, Suzanne. 2005. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Sudoyo, Aru. 2006. Buku Ajar


Penyakit Dalam.Jakarta : Pusat

xvi

Anda mungkin juga menyukai