Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan
pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian
akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami
penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya
(tuberculosis fibrosis) di dalam paru. Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran
napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat
dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu
peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan
bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi
kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di
Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Kanker Paru?
2. Apa Saja Tingkatan Dari Kanker Paru?
3. Bagaimana Tahapan Dari Kanker Paru?
4. Bagaimana Etiologi Dari Kanker Paru?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Dari Kanker Paru?
6. Bagaimana Patofisiologi Dan Pathway Dari Kanker Paru?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Dan Proses Penatalaksana Dari Kanker Paru?
8. Bagaiman Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Kanker Paru?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Kanker Paru
2. Untuk Mengetahui Tingkatan Dari Kanker Paru
3. Untuk Mengetahui Tahapan Dari Kanker Paru
4. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Kanker Paru
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Kanker Paru
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Dan Pathway Dari Kanker Paru
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dan Proses Penatalaksana Dari Kanker Paru
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Kanker Paru

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kanker Paru


Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan
di sekitarnya  dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal
yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang
letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan
tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk penyakit.
Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui beberapa proses yang sama
yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik secara krusial. (elizabeth, 2008)
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat
terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993,
karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu
pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.

2.2 Tingkatan Kanker Paru


Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer getah
bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter
spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto
toraks (poto polos dada). Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada umumnya
akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor,
dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat
menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps, bagian
luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama seperti pada
pencarian jenis histologis Kanker,

3
pemeriksaan untuk menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi
masing-masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera
dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang. Staging (Penderajatan atau Tingkatan)
kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC.
Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien.
Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding
dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

2.3 Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Tahapan kanker paru jenis  karsinoma sel kecil (SLCC/ small lung cell cancer)
a) Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitanya.
b) Tahap ekstensi, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
2. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC/non-small lung cell lung
cancer)
a) Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum)
pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
b) Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif.
c) Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
d) Stadium II, merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah
bening di dekatnya.
e) Stasium III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti 
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama
ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
f) Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ tubuh
lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin, hati dan tulang.

4
2.4 Etiologi Dari Kanker Paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). Berikut beberapa penyebab dari kanker paru, yaitu :
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko
terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih
rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).\
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada

5
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).

2.5 Manifestasi Klinis


a. Gejala Awal
Stridor (suara pernapasan bernada tinggi) lokal dan dispnea (sesak) ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus.
b. Gejala Umum
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu:
1) Batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa
membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum (dahak) yang
kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder .
2) Hemoptisis (batuk berdarah), Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi (luka ada jaringan)
3) Anoreksia (kehilangan nafsu makan), lelah sehingga berkurangnya berat badan.
c. Gejala klinis
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi
saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan
harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe (batuk darah), febris (demam),
6
berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala
ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma). Rata-rata lama
hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2-5 tahun. Alasannya adalah pada
saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia
dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.

2.6 Patofisiologi Dari Penyakit Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi (pengelupan lapisan paling luar dari suatu jaringan kulit) sehingga terjadi
pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia
(meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ tertentu) dan displasia (perkembangan sel dan
jaringan yang tidak normal).
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura (kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara
dua lapisan pleura), dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur -struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

7
Berikut PathwayKanker Paru
Bronchus (percabangan segmen atau
subsegmen)
Trauma oleh arus udara (Tar. Rokok,
paparan industri)
Bahan karsinogenik

Perubahan epitel silla dan mukosa/ulserasi

Deskuama Produksi mukus meningkat

si
Cell cadangan (reserve cell) basal
Ketidakefektifan Bersihan
mukosa bronchus
Hyperplasi, Jalan Napas
metaplasi
Cell
Kanker
Manifestasi
Klinis

Intrapulmoner Intratorasik Ekstrapulmonar Ektratorasik Non Ekstratorasik Metasik


Metastatik
Kanker Lumen
Branchus

Proksim
Dista
Sumbatan
Bronkiektasis/Aktel
Sesak nafas

Ketidakefektifan
Pola Nafas Gangguan Pertukaran

8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada, merupakan pemeriksaan
awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran
dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkografi, untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe), dilakukan untuk mengkaji adanya atau tahap
karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA, dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit, dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi, memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB), biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi, biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi, untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi, totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MR

9
Ca Paru/ Kanker Paru

2.8 Penatalaksanaan Kanker Paru


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif, memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b) Paliatif, yaitu mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal, untuk mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d) Supotif, yaitu menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, 
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam,
2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
e) Pembedahan, tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru-paru yang tidak terkena kanker.
f) Toraktomi eksplorasi, untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g) Pneumonektomi (pengangkatan paru), karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi
tidak semua lesi bisa diangkat.
h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru), karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i) Resesi segmental, merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j) Resesi baji,tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).

10
k) Dekortikasi, merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi, pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi, kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian menurut Doenges dalam rencana asuhan keperawatan,1999, yaitu :
a. Pernafasan
1) Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum,
nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat
merokok.
2) Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada
inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan
trakeal (area yang mengalami lesi), Hemoptisi.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Peningkatan Vena Jugularis.
2) Bunyi jantung : Gesekan perikordial (menunjukkan efusi), takikardia / disritmia.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Ansietas (perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran), takut akan kematian, menolak
kondisi yang berat.
2) Tanda : Kegelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d. Eliminasi
1) Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi/jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal), tumor (epidermoid).
e. Makanan/cairan
1) Gejala : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan
menelan, haus/peningkatan masukan cairan
2) Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil), Glukosa dalam urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
f. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispneo karena
aktivitas
2) Tanda : Kelesuan biasanya tahap lanjut.
12
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalupada tahap lanjut)
dimana dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu/tangan (khususnya
pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.

2. Diagnosa Keperawatan Kanker Paru, yaitu :


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan pola nafas

13
3. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1. Ketidakefektifan  respiratory status: Airway Suction:
Bersihan Jalan Nafas ventilation  Informasikan pada klien dan
Definisi:  respiratory status: airway keluarga tentang suctioning
Ketidakmampuan untuk patency  Minta klien nafas dalam sebelum
memberikan sekresi atau kriteria hasil: suctioning
obstruksi dari saluran  Mendemonstrasikan  Auskultasi suara nafas sebelum dan
pernafasan untuk batuk efektif dan suara sesudah suctioning
mempertahankan nafas yang bersih, tidak Airway Management:
kebersihan jalan nafas ada sianosis dan dyspneu  Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: (mampu mengeluarkan memaksimalkan ventilasi
 Tidak ada batuk sputum, mampu  Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Suara nafas tambahan bernapas dengan mudah, suction
 Perubahan frekuensi tidak ada pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat
nafas  Menunjukkan jalan nafas adanya suara tambahan
 Perubahan irama yang paten (frekuensi
nafas pernafasan rentang
 Sianosis normal, tidak ada suara
 Kesulitann berbicara nafas abnormal)
atau mengeluarkan  Mampu
suara mengidentifikasikan dan
 Penurunan buni nafas mencegah faktor yang

 Dispneu dapat menghambat jalan

 Sputum dalam jumlah nafas

yang berlebihan
 Batuk yang tidak
efektif
 Orthopneu
 Gelisah

14
 Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Lingkungan :
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Merokok
 Obstruksi jalan nafas:
- Spasme jalan nafas
- Mokus dalam
jumlah berlebihan
- Eksudat dalam jalan
alveoli
- Materi asing dalam
jalan nafas
- Adanya jalan nafas
buatan
- Sekresi
bertahan/sisa sekresi
- Sekresi dalam
bronki
 Fisiologis :
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- Hiperplasi dinding
bronkial
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskular

15
2. Gangguan Pertukaran  Respiratory status : gas  Airway management
Gas exchange (pertukaran  Lakukan fisoterapi dada jika perlu
Definisi: kelebihan atau gas)  Keluarkan sekret dengan batuk
sdefisit pada oksigenasi  Respiratory status: atau suction
dan atau eliminasi ventilation  Auskultasi suara napas, catat
karbondioksida pada  Vital sign adanya suara napas tambahan
membran alveolar- Kriteria hasil :  Berikan pelembap udara
kapiler  Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik: peningkatan ventilasi
 pH darah arteri dan oksigenasi yang
abnormal adekuat
 pH arteri abnormal  Memelihara kebersihan
 Pernapasan abnormal paru-paru dan bebas dari
(mis. Kecepatan, tanda- tanda distres
irama, kedalaman) pernafasan
 Warna kulit abnormal  Mendemonstrasikan
(mis. Pucat, batuk efektif dan suara
kehitaman) nafas yang bersih, tidak
 Konfusi ada sianosis, dan
 Sianosis (pada dispneu, mampu
neonatus saja) bernafas dengan mudah.
 Penurunan  Tanda - tanda vital
karbondioksida dalam batas normal
 Diaforesis
 Dypsnea
 Sakit kepala saat
bangun
 Hiperkapnia
 Hipoksemia
 Hipoksia

16
 Iritabilitas
 Napas cuping hidung
 Gelisah
 Samnole
 Takikardi
 Gangguan
penglihatan
Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Perubahan membran
alveolar-kapiler
 Ventilasi perfusi
3. Ketidakefrektifan Pola  respiratory status: Airway Management:
3
Nafas ventilation  Lakukan fisoterapi dada jika perlu
3
Definisi: Inspirasi dan  respiratory status: airway  Keluarkan sekret dengan batuk
atau ekspirasi yang tidak patency atau suction
memberi ventilasi  vital sign status  Auskultasi suara napas, catat
Batasan karakteristik: kriteria hasil: adanya suara napas tambahan
 Perubahan kedalaman  Mendemonstrasikan Oxygen Therapy
pernapasan batuk efektif dan suara  Bersihkan mulut, hidung, dan
 Perubahan ekskursi nafas yang bersih, tidak sekret trakea
dada ada sianosis dan dyspneu  Pertahankan jalan napas yang paten
 Mengambil posisi tiga (mampu mengeluarkan  Monitor aliran oksigen
titik sputum, mampu  Pertahankan posisi klien
 Bradipneu bernapas dengan mudah, Vital Sign Monitoring
 penurunan tekanan tidak ada pursed lips)  Monitor TD, nadi, dan RR
ekspirasi  Menunjukkan jalan nafas  Monitor suara paru
 penurunan ventilasi yang paten (frekuensi
semenit pernafasan rentang
 penurunan kapasitas normal, tidak ada suara
vital nafas abnormal)

17
 dypsneu  Tanda-tanda vital dalam
 peningkatan diameter rentang normal (tekanan
anterior-posterior darah, nadi, pernapasan)
 pernapasan cuping
huidung
 ortopneu
 fase ekspirasi
memanjang
 pernapasan bibir
 takipneu
 penggunaaan otot
aksesorius untuk
bernapas
faktor yang
berhubungan:
 ansietas
 posisi tubuh
 deformitas tulang
 deformitas dinding
dada
 keletihan
 hiperventilasi
 sindrom hipoventilasi
 gangguan
muskuloskeletal
 kerusakan neurologis
 imaturirtas neurologis
 disfungsi
neoromuskular
 obesitas

18
 nyeri
 keletihan otot
pernapasan cedera
medula spinalis

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

19
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson,
1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam
paru. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Etiologinya antara lain : Merokok, Perokok pasif, polusi udara, Paparan zat karsinogen, Diet,
Genetik, Penyakit paru

4.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus memahami dan bisa membuat konsep dasar dan asuhan
keperawatan dari berbagai macam penyakit agar pada waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit
kita bisa melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar.

20
Daftar Pustaka

https://kupdf.net/download/askep-ca-paru_59d34ab808bbc546626871e2_pdf, diakses pada


tanggal 03 Oktober 2018, 12:55
https://datenpdf.com/download/askep-kanker-parupdf_pdf, diakses pada tanggal 03 Oktober
2018, 12:55

https://weenbee.files.wordpress.com/2011/10/askep-ca-paru.pdf, diakses pada tanggal 03


Oktober 2018, 12:55
https://www.academia.edu/9852232/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_PARU, diakses pada
tanggal 03 Oktober 2018, 12:55
Nurarif, Amin Huda & Hadrhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

21

Anda mungkin juga menyukai