PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Kanker Paru
2. Untuk Mengetahui Tingkatan Dari Kanker Paru
3. Untuk Mengetahui Tahapan Dari Kanker Paru
4. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Kanker Paru
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Kanker Paru
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Dan Pathway Dari Kanker Paru
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dan Proses Penatalaksana Dari Kanker Paru
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Kanker Paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pemeriksaan untuk menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi
masing-masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera
dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang. Staging (Penderajatan atau Tingkatan)
kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC.
Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien.
Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding
dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).
4
2.4 Etiologi Dari Kanker Paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). Berikut beberapa penyebab dari kanker paru, yaitu :
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko
terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih
rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).\
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
5
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).
7
Berikut PathwayKanker Paru
Bronchus (percabangan segmen atau
subsegmen)
Trauma oleh arus udara (Tar. Rokok,
paparan industri)
Bahan karsinogenik
si
Cell cadangan (reserve cell) basal
Ketidakefektifan Bersihan
mukosa bronchus
Hyperplasi, Jalan Napas
metaplasi
Cell
Kanker
Manifestasi
Klinis
Proksim
Dista
Sumbatan
Bronkiektasis/Aktel
Sesak nafas
Ketidakefektifan
Pola Nafas Gangguan Pertukaran
8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada, merupakan pemeriksaan
awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran
dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkografi, untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe), dilakukan untuk mengkaji adanya atau tahap
karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA, dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit, dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi, memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB), biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi, biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi, untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi, totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MR
9
Ca Paru/ Kanker Paru
10
k) Dekortikasi, merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi, pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi, kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian menurut Doenges dalam rencana asuhan keperawatan,1999, yaitu :
a. Pernafasan
1) Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum,
nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat
merokok.
2) Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada
inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan
trakeal (area yang mengalami lesi), Hemoptisi.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Peningkatan Vena Jugularis.
2) Bunyi jantung : Gesekan perikordial (menunjukkan efusi), takikardia / disritmia.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Ansietas (perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran), takut akan kematian, menolak
kondisi yang berat.
2) Tanda : Kegelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d. Eliminasi
1) Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi/jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal), tumor (epidermoid).
e. Makanan/cairan
1) Gejala : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan
menelan, haus/peningkatan masukan cairan
2) Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil), Glukosa dalam urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
f. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispneo karena
aktivitas
2) Tanda : Kelesuan biasanya tahap lanjut.
12
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalupada tahap lanjut)
dimana dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu/tangan (khususnya
pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.
13
3. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1. Ketidakefektifan respiratory status: Airway Suction:
Bersihan Jalan Nafas ventilation Informasikan pada klien dan
Definisi: respiratory status: airway keluarga tentang suctioning
Ketidakmampuan untuk patency Minta klien nafas dalam sebelum
memberikan sekresi atau kriteria hasil: suctioning
obstruksi dari saluran Mendemonstrasikan Auskultasi suara nafas sebelum dan
pernafasan untuk batuk efektif dan suara sesudah suctioning
mempertahankan nafas yang bersih, tidak Airway Management:
kebersihan jalan nafas ada sianosis dan dyspneu Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: (mampu mengeluarkan memaksimalkan ventilasi
Tidak ada batuk sputum, mampu Keluarkan sekret dengan batuk atau
Suara nafas tambahan bernapas dengan mudah, suction
Perubahan frekuensi tidak ada pursed lips) Auskultasi suara nafas, catat
nafas Menunjukkan jalan nafas adanya suara tambahan
Perubahan irama yang paten (frekuensi
nafas pernafasan rentang
Sianosis normal, tidak ada suara
Kesulitann berbicara nafas abnormal)
atau mengeluarkan Mampu
suara mengidentifikasikan dan
Penurunan buni nafas mencegah faktor yang
yang berlebihan
Batuk yang tidak
efektif
Orthopneu
Gelisah
14
Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Lingkungan :
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Merokok
Obstruksi jalan nafas:
- Spasme jalan nafas
- Mokus dalam
jumlah berlebihan
- Eksudat dalam jalan
alveoli
- Materi asing dalam
jalan nafas
- Adanya jalan nafas
buatan
- Sekresi
bertahan/sisa sekresi
- Sekresi dalam
bronki
Fisiologis :
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- Hiperplasi dinding
bronkial
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskular
15
2. Gangguan Pertukaran Respiratory status : gas Airway management
Gas exchange (pertukaran Lakukan fisoterapi dada jika perlu
Definisi: kelebihan atau gas) Keluarkan sekret dengan batuk
sdefisit pada oksigenasi Respiratory status: atau suction
dan atau eliminasi ventilation Auskultasi suara napas, catat
karbondioksida pada Vital sign adanya suara napas tambahan
membran alveolar- Kriteria hasil : Berikan pelembap udara
kapiler Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik: peningkatan ventilasi
pH darah arteri dan oksigenasi yang
abnormal adekuat
pH arteri abnormal Memelihara kebersihan
Pernapasan abnormal paru-paru dan bebas dari
(mis. Kecepatan, tanda- tanda distres
irama, kedalaman) pernafasan
Warna kulit abnormal Mendemonstrasikan
(mis. Pucat, batuk efektif dan suara
kehitaman) nafas yang bersih, tidak
Konfusi ada sianosis, dan
Sianosis (pada dispneu, mampu
neonatus saja) bernafas dengan mudah.
Penurunan Tanda - tanda vital
karbondioksida dalam batas normal
Diaforesis
Dypsnea
Sakit kepala saat
bangun
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
16
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Samnole
Takikardi
Gangguan
penglihatan
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Perubahan membran
alveolar-kapiler
Ventilasi perfusi
3. Ketidakefrektifan Pola respiratory status: Airway Management:
3
Nafas ventilation Lakukan fisoterapi dada jika perlu
3
Definisi: Inspirasi dan respiratory status: airway Keluarkan sekret dengan batuk
atau ekspirasi yang tidak patency atau suction
memberi ventilasi vital sign status Auskultasi suara napas, catat
Batasan karakteristik: kriteria hasil: adanya suara napas tambahan
Perubahan kedalaman Mendemonstrasikan Oxygen Therapy
pernapasan batuk efektif dan suara Bersihkan mulut, hidung, dan
Perubahan ekskursi nafas yang bersih, tidak sekret trakea
dada ada sianosis dan dyspneu Pertahankan jalan napas yang paten
Mengambil posisi tiga (mampu mengeluarkan Monitor aliran oksigen
titik sputum, mampu Pertahankan posisi klien
Bradipneu bernapas dengan mudah, Vital Sign Monitoring
penurunan tekanan tidak ada pursed lips) Monitor TD, nadi, dan RR
ekspirasi Menunjukkan jalan nafas Monitor suara paru
penurunan ventilasi yang paten (frekuensi
semenit pernafasan rentang
penurunan kapasitas normal, tidak ada suara
vital nafas abnormal)
17
dypsneu Tanda-tanda vital dalam
peningkatan diameter rentang normal (tekanan
anterior-posterior darah, nadi, pernapasan)
pernapasan cuping
huidung
ortopneu
fase ekspirasi
memanjang
pernapasan bibir
takipneu
penggunaaan otot
aksesorius untuk
bernapas
faktor yang
berhubungan:
ansietas
posisi tubuh
deformitas tulang
deformitas dinding
dada
keletihan
hiperventilasi
sindrom hipoventilasi
gangguan
muskuloskeletal
kerusakan neurologis
imaturirtas neurologis
disfungsi
neoromuskular
obesitas
18
nyeri
keletihan otot
pernapasan cedera
medula spinalis
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
19
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson,
1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam
paru. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Etiologinya antara lain : Merokok, Perokok pasif, polusi udara, Paparan zat karsinogen, Diet,
Genetik, Penyakit paru
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus memahami dan bisa membuat konsep dasar dan asuhan
keperawatan dari berbagai macam penyakit agar pada waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit
kita bisa melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar.
20
Daftar Pustaka
21