Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegak tidak dibentuk pada retina
(macula lutea atau bintik kuning). Pada kelaian refraksi terjadi ketidakseimbangan
system optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata
normal, korena dan lensa membelokkan sinar pada titik focus yang tepat pada sentral
retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan
panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik
kuning, tetapi dapat dibiaskan di depan atau di belakang bintik kuning dan bahkan tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopi,
hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopi.
Hipermetropi adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan
di belakang retina. Hipermetropi terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang
bola mata, dan kekuatan pembiasan kornea, serta lensa lemah sehingga titik focus sinar
terletak dibelakang retina.
Hipermetropi juga dikenal dengan hyperopia atau rabun dekat. Pasien dengan
hipermetropi mendapat kesukaran untuk melihat dekat dan akan bertambah berat dengan
bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan
berkurangnya kekenyalan lensa.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep hipermetropi ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipermetropi ?

1.3. Tujuan penulisan


1.3.1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan
hipermetropi sehingga dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan
dapat di terapkan dalam praktik dilapangan.

1.3.2. Tujuan khusus


1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi hipermetropi
2. Agar mahasiswa mampu menyebutkan etiologi, dan manifestasi klinis
hipermetropi
3. Agar mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis hipermetropi
4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan dan komplikasi
hipermetropi
5. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
hipermetropi
6. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan pada
klien dengan hipermetropi
7. Agar mahasiswa mampu menyusun intervensi dan implementasi
keperawatan pada klien dengan hipermetropi
8. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi klien dengan hipermetropi
1
1.4. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi hipermetropi
2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi, dan manifestasi klinis hipermetropi
3. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis hipermetropi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan dan komplikasi hipermetropi
5. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipermetropi
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan pada klien dengan
hipermetropi
7. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan implementasi keperawatan pada klien
dengan hipermetropi
8. Mahasiswa mampu mengevaluasi klien dengan hipermetropi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi hypermitropi


Hipermetropi dikenal dengan rabun dekat yang merupakan keadaan gangguan
kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup

2
dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Hipermetropi terjadi apabila
berkas sinar sejajar difokuskan dibelakang retina.

2.2 Etiologi hypermitropi


Hipermetropi terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan
kekuatan pembiasaan kornea dan lensa lemah, sehingga titik focus sinar terletak
dibelakanf retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurun panjang sumbu bola mata
( hipermetropi aksial ), seperti pada kelaianan kongenital tertentu, atauapu penurunan
indeks bias refaktif (hipermetropi refaktif), seperti pada afakia. Penyebab hipermetropi,
diantaranya :
a. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetopi jenis ini disebut hipermetropi axial, merupakan bentuk yang
paling umum. Pada kondisi ini, indeks refraksi mata normal, namun terdapat
pemendekan bola mata. Pemendekan 1 mm diameter anteroposterior mata
mengakibatkan hipermetropi +3D. kondisi ini dapat terjadi karena pemendekan
panjang sclera atau sclera terdorong ke depan karena massa retrobulbar atau
ablasio retina. Sebab lain pendeknya bola mata adalah karena mikroftalmus dan
nanoftalmus.

b. Daya pembiasaan bola mata yang terlalu lemah.


Hipermetropi jenis ini disebut hipermetropi refraksi, dimana dapat terjadi
gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan viterus humor.

c. Kelengkungan kornea dan lensa tidak terlalu kuat.


Hipermetropi jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura, dimana
kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan
difokuskan dibelakang retina. Sekitar 1 mm peningkatan radius kurvatura
mengakibatkan hipermetropi +6D. Berkurangnya kurvatura pada kornea lebih
umum dijumpai ketimbang pada lensa. Sebab pendataran kornea adalah kornea
plana, mikro kornea, mikroftalmus, setelah operasi dan setelah trauma.
Pendataran lensa dijumpai pada buftalmus.

d. Perubahan posisi lensa


Hipermetropi jenis ini disebut hipermetropi posisional. Dalam hal ini didapati
pergeseran posisi lensa kristalina menjadi lebih posterior. Dapat diakibatkan
trauma ataupun kongenital.
e. Hipermetropi indeks, terjadi karena penurunan indeks refraksi lensa pada usia
tua. Kondisi ini juga didapatkan pada penderita diabetes dalam perawatan.

f. Tidak adanya lensa baik kongenital ataupun didapat menyebabkan afakia, kondisi
dengan hipermetropi tinggi.

2.3 Klasifikasi hipermeropi


2.3.1. Secara klinis ada 3 jenis hipermetropi, yaitu :
a. Hipemetropi sederhana atau perkembangan

3
Merupakan bentuk yang paling umum. Bentuk ini diakibatkan oleh
variasi biologis normal dalam perkembangan bola mata. Bentuk ini
termasuk hipermetropi aksial dan kurvatur.

b. Hipemetropi patologik
Dapat terjadi karena kongenital ataupun didapat, dimana bola mata
berada diluar variasi biologis perkembangannya. Bentuk ini termasuk :
1) Hipermetropi indeks : akibat seklerosis korteks yang didapat.
2) Hipermetropi posisional : akibat subluksasi posterior lensa
3) Hipermetropi afakia kongenital ataupun didapat
4) Hipermentropi konsekutif : akibat koreksi mopi yang berlebihan
secara berbeda.

c. Hipermetropi fungsional
Diakibatkan oleh paralisis akomodasi. Hal ini dapat ditemukan pada
pasien dengan paralisis nervus tiga dan oftalmoflegia internal.

2.3.2. Berdasarakan derajat kelaianan refraksi


a. Hipermetropi rendah ( ≤ + 2D )
b. Hipermetropi sedang ( +2,2,5D hingga +5D )
c. Hipermetropi tinggi ( ≥ +5D)

2.3.3. Berdasarkan akomodasi


a. Hipermetropi total
Seluruh jumlah hipermetropi laten dan manifest yang didapatkan
sesudah diberikan siklopegia.

b. Hipemetropi laten
Hipermetropi (sekitar 1D) yang normalnya dikoreksi oleh m.silaris.
derajat hipermetropi laten tinggi pada anak-anak, dan secara bertahap
menurun dengan bertambahnya usia. Hipermetropi laten hanya bisa
diukur bila diberikan siklopegia.

c. Hipermetropi manifest
Sisa dari hipermetropi total yang tidak dikoreksi oleh m. siliaris.
Hipermetropi ini terdiri dari :
1) Hipemetropi absolut
Merupakan sisa hipermetropi manifest yang tidak dapat
dikoreksi dengan usaha akomodasi pasien.

2) Hipermetropi fukultatif
Merupakan bagian yang dapat dikoreksi dengan usaha
akomodasi pasien .

2.4 Manifestasi klinis hypermitropi


a. Secara objektif susah melihat jarak dekat atau penglihatan pasien akan rabun dan
tidak jelas.

4
b. Sakit kepala fronta, fronto-temporal semakin memburuk pada waktu mulai
timbul gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan mata dekat.
c. Penglihatan tidak nyama (asthenopia), lakrimasi, fotofobia, terjadi ketika harus
focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
d. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada satu level tertentu dari
ketegangan.
e. Bila 3 dioptri atau lebih atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh
kabur.
f. Penglihatan dekat lebih suram, akan enih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau
penerangan yang kurang ( factor predisposisi).
g. Sensitive terhadap cahaya, karena cahaya yang terfokus di retina divergen karena
titik focus cahayanya dibelakang retina.
h. Spasme akomodasi yaitu terjadinya kram m.siliaris diikuti penglihatan suram
intermiten.

2.5 Penatalaksanaan hypermitropi


Pengobatan hipermetropi adalah diberikan koreksi hipermetropi manifest, dimana
tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal. Bila terdapat esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetorpi
total. Bila terdapat tanda eksoforia, maka diberikan kacamata koreksi positif kurang.
Pada pasien dengan hipermetorpi sebaiknya diberikan kaca,ata sferis positif terkuat
atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Pada
pasiem dimana akomodasi masih sangat kuat, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan
dengan memberikan siklopegia. Pada terapi awal pektrum luas dipakai lensa plus
minimal untuk mereduksi gejala dan relaksasi akomodasinya. Lensa plus dengan
kekuatan ½ hingga 2/3 dipakai bagi pasien yang laten hiperopis dengan manifest
hyperopia. Kedua koreksi kelianan optic atau visual terapi, penting dalam terapi
akomodatif atau disfunfsi binocular yang berhubungan dengan derajat rendah sampai
sedang.
Koreksi kelainan refraksi :
a. Lensa kacamata
Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena
mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas dan plastic kacamata atau lensa
kontak akan mempengaruhi pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat
dengan mata telanjang, disbanding dengan kacamata. Lensa cekung kuat akan
memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil, sedangkan lensa
cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kacamata
diantaranya : kacamata tidak selalu bersih, coating kacamata mengurangkan
kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit
pada telinga dan kepala.

b. Lensa kontak
Lensa kontak juga merupaka alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan.
Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan didataran depan kornea
untuk memperbaiki kelaianan refraksi atau pengobatan. Lensa ini mempunya
diameter 8-10mm, nyaman dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas
5
yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea,
maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea.
Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat
(agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan
kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air
mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini
diperlukan untuk mmebawa makanan seperti oksigen.

c. Bedah keratorefraktif
Salah satu terapi pembedahan yang cukup popular adalah dengan cara LASIK
atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah bagian tipis dari
permukaan kornea yang kemudian jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat
terjadi hal-hal berikut : kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea,
ataupun keluahan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara
lain penanaman lensa buatan didepan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal
keratotomy, dan automated lamellar keratoplasti (ALK).

d. Lensa intra okuler


Penanaman lensa intraokuler menjadi pilihan koreksi kelainan refraksi pada
afakia. Terdapat sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat yang terbuat dari
plastic hydrogel yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu insisi kecil,
dan lensa kaku yang paling sering terdiri atas suatu optic terbuat dari polymetyle
metacrilat, dan lengkungan optic.

2.6 Komplikasi hypermitropi


a. Rekuren styes, blepharitis atau kalazion
Muncul karena infeksi yang disebabkan karena berulang kali menggosok
mata, untuk mereduksi dari kecapekam dan kelelahan.

b. Strabismus korvergen akomodasi


Bias muncul pada anak-anak (biasanya pada umur 2-3 tahun) karena kegunaan
akomodasi berlebihan. Esotropia terjadi akibat pasien selamanya melakukan
akomodasi.

c. Amblyopia
Biasanya karena anisometropia (dalam hipermetropi unilateral), strabismus
(dalam anak yang ada juling akomodatif) atau ametropik (terlihat oada
hipermetrop derajat tinggi bilateral).

d. Glaucoma sudut tertutup


Mata yang hipermetrop kecil dengan ruangan kamera anterior okuli yang
dangkal. Karena oeningkatan ukuran lensa, mata lebih rentan untuk mendapat
glaucoma sudut tertutup akut. Glaucoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot
siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

6
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HYPERMITROPI

3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Data Demografi
1) Biodata
- Nama : Mr. A
- Usia : 30 Thn
- Jenis kelamin : Laki - Laki
- Alamat : Jln. Gatot Subroto
- Suku / bangsa : Bugis,Muna/INA
- Status pernikahan : Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Diagnosa medik : Hipermetropi
- No. medical record :-
- Tanggal masuk :-
- Tanggal pengkajian :-
2) Penanggung jawab

7
- Nama : Ny. H
- Usia : 27 Thn
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Hubungan dengan klien : Istri

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan Utama
Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.
- Riwayat Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat,
keluhan ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin
menurun, klien juga tidak mengetahui penyebap matanya kabur. Dan
Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi keluhannya yaitu
menjauhkan bahan bacaan, dan yang memperberat yaitu ketika
membaca dalam waktu yang lama klien mengalami pusing dan sakit
kepala, dengan skala 3 (0-5).

2) Riwayat kesehatan lalu


- Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.
- Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak
merokok.

3) Riwayat kesehatan keluarga


- Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 37,50 c
Nadi : 100 X/Menit
Pernafasan : 20 X/Menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak
ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris,

8
pernapasan 20 X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada
retraksi otot - otot dada.

3) Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi
terdengar atau teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg
CRT<2 detik, tidak ada pembesaran area jantung.

4) Sistem perncernaan
Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas
bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak
ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien,
terdengar bunyi timpani.

5) Sistem indra
a) Mata
Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil,
menjauhkan bacaan pada saat membaca, mampu membedakan
warna, bisa menggerakan bola mata kesegala arah, mata tampak
bersih, tidak ada nyeri tekan.
b) Hidung
- Mampu membedakan berbagai macam aroma.
- Tidak ada sekret.
c) Telinga
- Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret
dan bau pada telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga
tampak bersih, tidak ada nyeri tekan pada telinga.
6) Sistem saraf
- Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.
- Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat
dekat.
- Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen )
: fungsi kontraksi terhadap
cahaya baik.
- Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan
- Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin,
manis dan pahit.
- Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak
bisa mendengar dengan baik.
- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan
- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara
- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan
mengangkat bahu.
- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.
9
7) Sistem muskuloskeletal
- Ekstremitas Atas
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot
4/4
- Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot
4/4

8) Sistem integumen
Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.

9) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.

10) Sistem perkemihan


Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung
kemih.

d. Aktivitas Sehari-Hari
1) Nutrisi
Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan
pantang.

2) Cairan
Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.

3) Eliminasi ( BAB & BAK )


BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.

4) Istirahat Tidur
Klien cepat tidur dan rutin.

5) Olahraga
Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.

6) Rokok / alkohol dan obat-obatan


Klien tidak merokok dan mengonsumi alkohol atau obat – obat terlarang
lainya.

7) Personal hygiene
Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas 3
kali seminggu.

e. Data psikososial

10
- Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya
dan saling membutuhkan satu sama yang lain.

f. Data psikologis
Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang
penyakitnya.

g. Data spritual
Klien beragama Islam dan taat beribadah.

2. Pengelompokan data
a. Data subyektif :
- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat
- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit
kepala.
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

b. Data obyektif :
- Klien tampak cemas dan gelisah
- Gangguan nervus II (Optikus)
- Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat
- Menjauhkan bacaan pada saat membaca
- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat
- Skala nyeri 3 (0-5)

3. Analisa data

No Problem Etilogi Simpton

1 2 3 4

1. Nyeri Tidak bisa melihat Ds :


pada jarak dekat - Klien
mengatakan apabila
↓ lama membaca dia
sering pusing dan sakit
Lensa berakomodasi kepala.
terus menerus Do :
- Skala nyeri 3 (0-
↓ 5)
- Ekspresi wajah
Kelelahan otot-otot tampak meringis
penggerak lensa

Nyeri

11
2 Gangguan Adanya faktor Ds :
persepsi penyebap - Klien
sensori : mengatakan susah
(Sumbu utama bola membaca huruf pada
penglihatan
mata yang terlalu jarak dekat
pendek, daya Do :
- Kerusakan
pembiasan bola mata
nervus II (Optikus)
yang terlalu lemah, - Kesulitan
kelengkungan kornea mebaca tulisan
dan lensa tidak - Menjauhkan
adekuat perubahan bacaan pada saat
posisi lensa) membaca
- Fungsi
↓ penglihatan menurun
pada jarak dekat
Penurunan retraksi
lensa

Cahaya masuk yang


melewati lensa jatuh
dibelakang retina

Tidak bisa melihat


dekat

Penurunan
penglihatan

Gangguan persepsi
sensori : Penglihatan

3 Ansietas Penurunan fungsi Ds :


penglihatan
- Klien sering
↓ menanyakan tentang
penyakitnya
Perubahan status Do :
kesehatan
- Klien tampak
↓ cemas dan gelisah

Merupakan stresor
psikologis

12

Ansietas

4. Prioritas masalah
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot
penggerak lensa
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan
retraksi lensa
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot
penggerak lensa yang ditandai dengan :
Ds :

- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit
kepala
Do :

- Skala nyeri 3 (0-5)


- Ekspresi wajah tampak meringis.

2. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan penurunan


retraksi lensa yang ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat
Do :
- Kerusakan nervus II (Optikus)
- Kesulitan mebaca tulisan
- Menjauhkan bacaan pada saat membaca
- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai


dengan :
Ds :
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya
Do :
- Klien tampak cemas dan gelisah

3.3 Intervensi keperawatan

DX Tujuan Intervensi Rasional

1 Tupan : 1. Observasi keadaan, 1. Dapat membantu


Setelah dilakukan intensitas nyeri dan dalam menentukan
tindakan keperawatan tanda-tanda vital intervensi selanjutnya
13
selama satu minggu, 2. Ajarkan Klien untuk 2. Metode pengalihan
Kelelahan otot – otot mengalihkan suasana suasana dengan
penggerak lensa dengan melakukan melakukan relaksasi
berkurang. metode relaksasi saat bisa mengurangi
nyeri yang teramat nyeri yang diderita
Tupen : sangat muncul, klien.
Setelah dilakukan
relaksasi yang seperti
tindakan keperawatan
menarik nafas panjang.
selama tiga hari, nyeri 3. Kolaborasi dengan 3. Analgesik merupakan
berangsur-angsur dokter dalam pereda nyeri yang
berkurang dengan pemberian analgesic efektif pada pasien
criteria : untuk mengurangi
- Klien mengatakan 4. Kolaborasi untuk sensasi nyeri dari
nyeri berkurang pemeriksaan dalam.
- Ekspresi wajah kemampuan otot - otot 4. Penyebap nyeri
tenang penggerak lensa. adalah kelelahan otot
- Nyeri skala 2 (0-5 – otot penggerak
lensa, dengan
mengetahui
kemampuanya dapat
menentukan tindakan
selanjutnya.
2 Tupan : 1. Kaji kemampuan 1. Dapat membantu
Setelah dilakukan penglihatan dan jarak untuk menentukan
tindakan keperawatan pandang klien intervensi
selama satu minggu, 2. Anjurkan klien untuk selanjutnya.
penggunaan retraksi tidak membaca terlalu 2. Membaca terlalu
lensa dapat lama lama dapat menyakiti
dimaksimalkan 3. Berikan penerangan mata
Tupen : yang cukup
Setelah dilakukan 3. Membantu
tindakan keperawatan 4. Kolaborasi untuk memperjelas objek
selama tiga hari, sedikit penggunaan alat bantu
demi sedikit gangguan penglihatan seperti 4. Kacamata membantu
penglihatan klien kacamata memfokuskan
teratasi, dengan kriteria bayangan obyek agar
: tepat jatuh di retina
- Klien bisa
membaca lagi
- Penglihatan Jelas
3 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Dapat membantu
Setelah dilakukan
kecemasan klien dalam menentukan
tindakan keperawatan
selama dua hari, status intervensi selanjutnya
2. Dengarkan dengan
2. Mendengar
kesehatan klien
14
meningkat cermat apa yang di memungkinkan
Tupen :
katakan klien tentang deteksi dan koreksi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan penyakit dan mengenai
selama satu hari, tindakanya. kesalahpahaman dan
ansietas berangsur- 3. Berikan penyuluhan
kesalahan informasi.
angsur berkurang tentang penyakit klien 3. Menambah
dengan criteria :
- Klien dapat pengetahuan klien
mengerti tentang tentang penyakit yang
penyakit yang
dideritanya
dideritanya.
- Wajah klien tampak
tenang
- Klien tidak gelisah

3.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Hari/ Evaluasi


Tgl Dx Tgl

1 1. Mengobservasi S:
- Klien mengatakan
keadaan, intensitas
nyeri agak
nyeri dan tanda- berkurang
tanda vital O:
Hasil : Skala nyeri 3 - Ekspresi wajah
tenang
(0-5)
- Nyeri skala 3 (0-
2. Mengajarkan Klien
5)
untuk mengalihkan A:
suasana dengan - Masalah belum
teratasi tetapi ada
melakukan metode kemajuan
relaksasi saat nyeri P:
- Lanjutkan semua
yang teramat sangat
intervensi 1,2,3, ,5
muncul, relaksasi
yang seperti menarik
nafas panjang.
Hasil : Klien mau
melakukan saat nyeri
datang
3. Kolaborasi dengan
dokter dalam
15
pemberian analgesic
Hasil : Paracetamol
500 mg 3 kali satu
hari
4. Kolaborasi dalam
pemeriksaan
kemampuan otot -
otot penggerak lensa.
2 1. Mengkaji S:
kemampuan - Klien mengatakan
penglihatan dan bisa membaca dari
jarak pandang klien jarak dekat saat
Hasil : klien tidak memakai
bisa membaca pada kacamata
jarak dekat. O:
2. Menganjurkan klien - Bisa membaca
untuk tidak pada jarak dekat
membaca terlalu setelah memakai
lama kacamata
Hasil : Klien A:
mengerti - Masalah teratasi
3. Memberikan P:
- Hentikan
penerangan yang
intervensi
cukup
Hasi: menyediakan
lampu khusus untuk
klien membaca

4. Berkolaborasi untuk
penggunaan alat
bantu penglihatan
seperti kacamata
Hasil : kacamata
lensa Positif

3 1. Mengobservasi S:
tingkat kecemasan - Klien mengatakan
klien sudah mengerti
Hasil : tentang penyakit
Cemas ringan yang dideritanya
2. Mendengarkan O:
dengan cermat apa - Tidak gelisah
yang di katakan klien - Ekspresi wajah
tentang penyakit dan tenang

16
tindakanya. A:
Hasil : - Masalah teratasi
Klien bercerita P:
tentang penyakitnya - Hentikan
3. Memberikan intervensi
penyuluhan tentang
penyakit klien
Hasil : Klien
mengerti dengan
keadaanya dan mau
menerima

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipermetropi adalah keadaan gangguan pembiasan mata, dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan ehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Hipermetropi
terjadi jika kekuatan tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasaan
kornea, dan lensa lemah sehingga titik focus sinar terletak dibelakang retina. Hal ini
dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropi aksila), lebih
datarnya kurvatura korenea lensa ataupun keduanya (hipermetropi kurvatura),
penururnan indeks refraksi lensa((hipermetropi indeks), letak lensa kristalina yang lebih
posterior (hipermetropi indeks)) ataupun akibat tidak adanya lensa.
Berdasarkan akomodasi, hipermetropi dibedakan secara klinis menjadi hipermetropi
total, hipermetropi laten, dan hipermetropi manifest. Hipermetropi manifest terditri dari
hipemetropi absolut dan fakulatif.
Setelah ditemukan bentuk kelainan refraksi pada pasien berupa hipermetropi,maka
selanjtnya penatalaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara sepeti penggunaan
kacamata, lensa konta, atau tindakan pemvedahan.

4.2 Saran

a. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,


tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh,
meliputi : biopsikososialkultural.

17
b. Bagi mahasiswa diharapkan data semakin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi mengenai konsep dan asuhan keperawatan dengan masalah
hipermetropi

c. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas


perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah untuk perawat dalam
memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan yang semakin maju.

DAFTAR PUSTAKA

Riordan, Paul dan John P.Whitcher.2007. Vaughan & Asbury Oftalmologi


Umum.Jakarta:EGC

Ilyas, Sidarta.2010.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Gondhowiardjo, Tjahjono D dan Gilbert WS Simanjuntak.2006.Panduan Manajemen Klinis


Perdani.Jakarta :CV ONDO

Abercrimble, Diane D,dkk.2010. Professional Guide to


Pathophysiology.Baltomore:Lippincott Williams & Wilkins

Guyton, Arthur A dan John E.Hall.2008 Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

18
Pengertian Rabun Dekat (Hipermetropi)
Hipermetropi atau rabun dekat adalah salah satu jenis cacat mata pada
penglihatan manusia yang tampak buram apabila melihat benda yang dekat.
Mata yang mengalami rabun dekat tersebut tidak dapat melihat benda-benda
yang jaraknya itu dekat. Penderita hipermetropi ini mempunyai titik dekat yang
lebih jauh dari titik dekat pada mata normal yakni lebih dari 25 cm dan juga
titik jauh berjarak tak berhingga.

Cara mengatasi rabun dekat adalah penderita rabun dekat dibantu dengan
menggunakan kacamata yang berlensa cembung (plus/positif). Salah Satu
Penyebab dari hipermetropi ini adalah penuaan. Gejala dari hipermetropi ini
adalah Kabur waktu melihat dekat namun jelas saat melihat jauh, sakit kepala
penderita cenderung menyempitkan mata pada saat melihat dekat.

Cara pencegahan orang yang terkena hipermetropi, adalah :


1. Mengkonsumsi makanan yang mendukung kesehatan mata
2. Menjaga mata dari terpaan cahaya matahari langsung
3. Melihat objek yang dekat secara periodik

Cara pengobatan orang yang terkena hipermetropi :


1. Menggunakan lensa positif
2. Operasi bedah mata
3. Terapi pengobatan
https://materibelajar.co.id/cacat-mata/

19
Hipermetropi berbeda dengan presbiopi atau mata tua, meskipun kedua kondisi ini
menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek yang dekat. Hipermetropi terjadi
akibat bentuk kornea maupun lensa mata yang tidak normal, sedangkan presbiopi
disebabkan oleh otot di sekitar lensa yang menjadi kaku akibat faktor penuaan.

Gejala Hipermetropi
Penderita hipermetropi akan mengalami gejala berikut ini:
 Penglihatan tidak fokus ketika melihat objek yang dekat.
 Harus menyipitkan mata untuk melihat sesuatu lebih jelas.

 Mata terasa tegang, sakit atau terbakar

 Mata lelah atau sakit kepala usai melihat pada jarak dekat dalam waktu lama,
misalnya menulis, membaca atau menggunakan komputer.

Kapan harus ke dokter


Seseorang yang berisiko tinggi menderita penyakit mata, misalnya glaukoma,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan mata rutin setiap satu atau dua tahun sekali
sejak usia 40 tahun.
Pemeriksaan mata rutin juga disarankan pada bayi dan anak-anak serta orang
dewasa yang tidak memiliki masalah pada mata. Pemeriksaan bisa dimulai pada
usia 6 bulan, 3 tahun, dan setiap 1 atau 2 tahun sekali sejak masuk usia sekolah.
Segera periksakan diri ke dokter mata apabila gejala hipermetropi sampai
mengganggu aktivitas. Pemeriksaan mata harus segera dilakukan bila penglihatan
terganggu secara tiba-tiba.

20
Penyebab Hipermetropi
Hipermetropi terjadi akibat cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus ke tempat
yang semestinya (retina), tetapi terfokus ke belakangnya. Hal ini disebabkan oleh
bola mata yang terlalu pendek, atau bentuk kornea maupun lensa mata yang tidak
normal.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita
hipermetropi, yaitu:
 Memiliki orang tua yang menderita hipermetropi.
 Berusia di atas 40 tahun.

 Menderita diabetes, kanker di sekitar mata, gangguan pada pembuluh darah di


retina, atau sindrom mata kecil (micropthalmia).

Diagnosis Hipermetropi
Dokter dapat menentukan seseorang menderita hipermetropi melalui tes tajam
penglihatan. Dalam tes ketajaman penglihatan, seseorang akan diminta membaca
huruf yang ukurannya bervariasi, dari jarak yang berbeda-beda.
Selain digunakan untuk mendeteksi hipermetropi, tes ketajaman penglihatan juga
dapat memberitahu dokter apakah pasien menderita miopi, mata silinder,
atau presbiopi.
Jika hasil tes ketajaman penglihatan menunjukkan pasien menderita rabun dekat,
dokter akan menjalankan pemeriksaan retinoskopi untuk melihat retina mata. Dokter
akan menggunakan tetes mata khusus untuk melebarkan pupil pasien, agar bagian
dalam mata lebih mudah diperiksa.

Pengobatan Hipermetropi
Tujuan pengobatan hipermetropi atau rabun dekat adalah membantu memfokuskan
cahaya ke retina. Pengobatan bisa dilakukan melalui beberapa metode berikut:

Penggunaan kacamata atau lensa kontak


Kacamata dan lensa kontak adalah cara paling sederhana untuk mengatasi
hipermetropi. Cara kerja dua alat bantu tersebut adalah dengan memfokuskan
cahaya ke retina, sehingga penglihatan menjadi lebih jelas.
Agar jenis serta ukurannya cocok dan aman, konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter sebelum menggunakan kacamata atau lensa kontak. Khusus untuk pengguna
lensa kontak, tanyakan pada dokter cara penyimpanan dan perawatan lensa kontak.

21
Operasi laser
Meskipun lebih sering digunakan untuk mengatasi rabun jauh, operasi laser juga
bisa memperbaiki hipermetropi ringan hingga sedang. Ada 3 jenis operasi laser yang
dapat dilakukan untuk membentuk ulang kornea agar penglihatan penderita menjadi
lebih baik, yaitu:
 Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK)
 Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)

 Photorefractive keratectomy (PRK)

Semua operasi laser di atas bersifat permanen, sehingga melepaskan penderita dari
ketergantungan kepada kacamata atau lensa kontak. Tetapi sebelum memilih untuk
menjalani operasi, bicarakan terlebih dahulu dengan dokter mengenai kemungkinan
komplikasi yang dapat muncul pasca operasi.

Cara Merawat Kesehatan Mata


Meskipun hipermetropi tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk membantu menjaga kesehatan mata dan penglihatan, yaitu:
 Memeriksakan mata secara rutin.
 Mengonsumsi makanan bernutrisi

 Menggunakan penerangan yang baik.

 Menggunakan kacamata hitam saat terpapar sinar matahari langsung.

 Menggunakan kacamata yang tepat.

 Memakai pelindung mata saat melakukan aktivitas tertentu seperti mengecat,


memotong rumput, atau saat menggunakan produk kimia.

 Mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah, bila menderita hipertensi
atau diabetes.

 Berhenti merokok.

Komplikasi Hipermetropi
Penglihatan yang buruk akibat hipermetropi dapat mengakibatkan penderitanya
mengalami cedera, terutama saat mengemudi atau mengoperasikan alat berat.
Hipermetropi juga dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut bila tidak cepat
ditangani:
 Mata juling, atau tidak sejajarnya posisi kedua mata.
 Mata lelah, akibat sering menyipitkan mata untuk mempertahankan fokus.

 Mata malas, di mana salah satu mata lebih dominan daripada mata yang lain.

https://www.alodokter.com/rabun-dekat

22
Hipermetropi atau rabun dekat adalah salah satu masalah penglihatan paling
umum. Penderita hipermetropi dapat melihat objek dari jarak jauh dengan
baik, tetapi kesulitan melihat objek dari jarak dekat.

Ada berbagai tingkat keparahan hipermetropi, tergantung pada kemampuan


mata untuk fokus melihat benda dekat. Jika Anda hanya dapat melihat
dengan jelas objek yang sangat jauh, dan sulit sekali melihat objek yang
dekat, maka berarti Anda memiliki rabun dekat yang parah. Untungnya
kondisi ini mudah untuk memperbaiki.

Gejala Hipermetropi

Rabun dekat juga bisa terjadi jika bola mata lebih pendek dari normal.
Kondisi-kondisi ini menyebabkan cahaya yang masuk difokuskan di belakang
retina mata, padahal normalnya cahaya harus difokuskan di permukaan
retina. Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang biasanya terjadi:

 Perlu menyipitkan mata untuk melihat dengan jelas.


 Kelelahan mata, termasuk mata terbakar, dan sakit di sekitar mata.

23
 Ketidaknyamanan mata atau sakit kepala setelah melihat dari
dekat, seperti membaca, menulis, kerja komputer atau
menggambar

Jika Anda tidak memakai kacamata atau lensa kontak dan tidak memiliki
gejala dari masalah mata serta memiliki risiko yang lebih rendah, lakukan
pemeriksaan mata dasar pada usia sekitar usia 40 tahun. Kemudian lakukan
kembali pemeriksaan mata dengan interval waktu sebagai berikut:

 Setiap 2–4 tahun antara usia 40-54 tahun.


 Setiap 1–3 tahun antara usia 55-64 tahun.

 Setiap 1–2 tahun dimulai pada usia 65 tahun.

Jika Anda berisiko tinggi penyakit memiliki penyakit mata tertentu, seperti
riwayat keluarga dengan glaukoma, atau memiliki penyakit kronis seperti
darah tinggi atau kencing manis, frekuensi kunjungan harus ditingkatkan
menjadi:

 Setiap 2-4 tahun sebelum usia 40 tahun.


 Setiap 1-3 tahun pada usia 40-54 tahun.

 Setiap 1-2 tahun dari usia 55 tahun ke atas.

Sedangkan jika Anda mengenakan kacamata atau lensa kontak, maka Anda
perlu memeriksakan mata setiap tahun.

Anak-anak dan Remaja

Pada usia ini, seseorang perlu diskrining untuk penyakit mata. Pengelihatan
anak mampu diuji oleh dokter anak, dokter mata atau screener lain yang
sudah dilatih. Selain itu, dianjurkan bahwa anak-anak usia sekolah juga perlu
diadakan pengecekan mata setiap 2 tahun dan hal ini sebaiknya
diselenggarakan oleh pihak sekolah agar semua anak dapat diperiksa.

Seperti diketahui, mata memiliki dua bagian untuk memfokuskan cahaya/


gambar:
24
 Kornea, permukaan depan mata.
 Lensa, struktur yang jelas dalam mata yang berubah bentuk
mencembung atau mencekung (daya akomodasi) untuk membantu
memfokuskan pada objek.

https://doktersehat.com/hipermetropi-rabun-dekat-mata-jauh/

Makanan untuk Menyehatkan Mata


Nah, untuk memaksimalkan fungsi mata, ada 15 makanan dan buah untuk
kesehatan mata yang bisa Anda coba sehari-hari di rumah maupun di tempat
kerja:

1. Jeruk

Buah untuk kesehatan mata yang pertama adalah buah jeruk yang
mengandung vitamin C, merupakan kunci untuk kesehatan mata. Vitamin
yang ditemukan terutama dalam buah-buahan dan sayuran segar,
bermanfaat pada pembuluh darah yang nenyehatkan mata.

Bahkan vitamin C dapat memerangi perkembangan katarak, dan bila


dikombinasikan dengan nutrisi lainnya dapat mengatasi degenerasi makula
terkait usia – penurunan penglihatan.

25
2. Buah naga

Buah untuk kesehatan mata yang satu ini memiliki bentuk dan warna yang
unik, berkulit merah muda dan memiliki sisik besar berwarna hijau cerah.
Buah naga adalah keluarga dari tanaman kaktus yan paling berwarna dari
keluarga kaktus karena warna daging buahnya berwarna merah dan putih.
Ini mengandung banyak vitamin C, yang membantu menyehatkan dan
melindungi kornea mata.

3. Srikaya

Buah ini memiliki rasa yang manis dan bertekstrur lembut. Selain vitamin C
dan B, buah srikaya juga mengandung kalium. Penelitian menunjukkan
makanan kaya kalium ini membantu mengurangi kelebihan cairan di bawah
kulit yang menyebabkan mata bengkak.

4. Manggis

Sama seperti jeruk, daging buah untuk kesehatan mata ini dapat dipisahkan
menjadi beberapa bagian. Nutrisi yang terkandung termasuk vitamin B
kompleks, yang tampaknya mengurangi risiko degenerasi makula di
kalangan wanita, menurut sebuah studi baru-baru ini.

5. Nangka

Memiliki kulit yang berduri, buah nangka juga kaya akan vitamin C.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet yang kaya akan vitamin C
dapat mengurangi risiko katarak dan kehilangan penglihatan karena
degenerasi makula.

6. Paprika merah

Makanan untuk kesehatan mata ini memberi Anda banyak vitamin C per
kalori. Itu bagus untuk pembuluh darah di mata, dan sains menunjukkan
bahwa hal tersebut bisa menurunkan risiko terkena katarak. Vitamin C
ditemukan di banyak sayuran dan buah-buahan, termasuk bok choy,
26
kembang kol, pepaya, dan stroberi. Namun bila dimasak telalu panas, akan
memecah vitamin C, jadi menikmatinya selagi mentah lebih baik. Paprika
berwarna cerah juga mengandung vitamin A dan E yang baik untuk mata.

7. Biji bunga matahari

Sebanyak 1 ons biji-bijian seperti, biji bunga matahari atau kacang almond
memiliki setengah dari jumlah vitamin E yang dianjurkan United State
Department of Agricultural (USDA) untuk orang dewasa setiap hari.

Sebuah studi besar menemukan bahwa vitamin E, bersama dengan nutrisi


lainnya dapat membantu memperlambat degenerasi makula terkait
usia Age-related Macular Degeneration (AMD) agar tidak bertambah parah.
Makanan untuk kesehatan mata ini juga bisa membantu mencegah katarak.
Kacang lainnya seperti hazelnut, kacang polong, dan selai kacang juga
merupakan sumber vitamin E.

8. Sayuran hijau

Makanan untuk kesehatan mata selanjutnya adalah sayur terdiri dari kale,
bayam, dan sayuran collard, yang kaya akan vitamin C dan E. Sayuran
tersebut juga memiliki lutein karotenoid dan zeaxanthin. Bentuk dasar
vitamin A ini menurunkan risiko penyakit mata jangka panjang,
termasuk Age Macular Degeneration (AMD) dan katarak.

9. Ikan salmon

Retina membutuhkan dua jenis asam lemak omega 3 untuk bekerja dengan
benar: Docosehaxaenoic Acid (DHA) dan Eicosapentaenoic acid (EPA). Anda
bisa menemukan keduanya dalam ikan berlemak, seperti salmon, tuna, dan
trout (ikan air tawar), serta makanan laut lainnya. Omega 3 juga dapat
melindungi mata dari AMD dan glaukoma. Tingkat rendah asam lemak ini
telah dikaitkan dengan mata kering.

27
10. Ubi jalar

Makanan yang baik untuk mata terdiri dari buah dan sayuran berwarna
oranye, seperti ubi, wortel, melon, mangga, dan aprikot – mengandung beta
karoten yang tinggi, suatu bentuk vitamin A yang membantu penglihatan
malam hari, kemampuan mata Anda untuk menyesuaikan diri dengan
kegelapan.

Ubi jalar bisa menjadi makanan untuk kesehatan mata karena memiliki lebih
dari setengah vitamin C yang Anda butuhkan dalam sehari dan sedikit
vitamin E.

11. Daging dan unggas

Seng membawa vitamin A dari hati ke retina Anda, di mana itu digunakan
untuk membuat pigmen pelindung melanin. Tiram juga menjadi makanan
untuk kesehatan mata karena memiliki lebih banyak seng per porsi daripada
makanan lainnya, tapi Anda tidak harus mengonsumsi kerang untuk
mendapatkan cukup: Daging sapi dan ayam bisa menjadi sumber yang
bagus untuk kesetan mata.

12. Kacang-kacangan

Lebih suka pilihan vegetarian, rendah lemak, dan tinggi serat untuk
membantu menjaga penglihatan tetap tajam di malam hari dan
memperlambat AMD? Buncis juga mengandung seng tinggi sehingga cocok
menjadi makanan untuk kesehatan mata, seperti kacang polong hitam,
kacang merah, dan kacang lentil. Makan sekaleng kacang panggang juga
bagus, lho!

13. Telur

Makanan sehat untuk mata ini adalah paket yang bagus: kandungan seng di
dalam telur akan membantu tubuh menggunakan lutein dan zeaxanthin dari
kuning telurnya. Warna kuning-oranye dari senyawa ini menghalangi sinar
biru berbahaya untuk merusak retina. Mereka membantu meningkatkan
28
jumlah pigmen pelindung pada makula, bagian mata Anda yang
mengendalikan penglihatan sentral.

14. Labu

Tubuh Anda tidak bisa membuat lutein dan zeaxanthin, tapi Anda bisa
mendapatkannya dari labu. Labu musim panas memiliki vitamin C dan seng.
Sementara labu musim dingin atau hujan mengandung vitamin A dan C serta
asam lemak omega 3, yang bermanfaat menyehatkan mata.

15. Brokoli dan kubis brussel

Makanan untuk kesehatan mata ini dilengkapi dengan kombinasi nutrisi-


nutrisi unggulan lainnya: Vitamin A (seperti lutein, zeaxanthin, dan beta-
karoten), vitamin C, dan vitamin E. Mereka semua adalah antioksidan yang
melindungi sel-sel di mata dari radikal bebas, sejenis dari molekul tidak
stabil yang memecah jaringan sehat. Karena retina sangat rentan.

29

Anda mungkin juga menyukai