Anda di halaman 1dari 13

BAB.I.

PENDAHULUAN

Emmetrop (mata normal) adalah suatu keadaan refraksi dimana cahaya


sinar sejajar dari objek tak berhingga bayangannya di fokuskan di retina tepatnya
di fovea sentralis(1,6,7,18). Jika cahaya sinar sejajar bayangannya tidak difokuskan
tepat di retina dinamakan Ametrop, bisa berupa miop dimana bayangan jatuh
didepan titik fokus, hipermetrop adalah bayangan jatuh di belakang titik fokus dan
astigmat jika bayangan yang difokuskan tidak berupa satu titik bisa didepan
maupun dibelakang atau campuran. (1,2,3,6,7).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai hipermetrop yaitu suatu kelainan
refraksi dimana cahaya sinar sejajar yang berasal dari objek tidak berhingga
bayangannya yang difokuskan dibelakang retina keadaan mata tidak dalam
akomodasi(1,2,3,4,6,7,18). Hipermetrop dapat dibagi 2 yaitu hipermetrop aksial dan
hipermetrop refraktif. Hipermetrop axial disebabkan oleh karena axial length
(panjang bola mata) lebih pendek dari 23 mm sehigga bayangan yang fokusnya
jatuh pada retina pada keadaan normal akan jatuh dibelakang titik fokus. Kalau
pada hipermetrop refraktif biasanya panjang bola mata normal tapi ada kelainan
atau penurunan kekuatan refraksi mata seperti afakia. (1,5,6)
Prevalensi hipermetrop tergantung pada usia. Rata rata bayi lahir dengan
(1,2,3,11)
hipermetrop +3D. Suatu penelitian menunjukkan bahwa 75 % bayi cukup
bulan adalah hipermetrop sedangkan 25% nya adalah miop .(5,6,13,15,16) Dalam
beberapa bulan, hipermetrop meningkat sedikit dan kemudian menurun, menjadi
kira kira +1 D pada usia 1 tahun. Ini terjadi karena perubahan pada power kornea
dan lensa, sesuai dengan pertumbuhan panjang bola mata. (1,2,,3,16) Kelainan refraksi
tinggi yang biasa terjadi pada masa bayi baru lahir, akan berkurang dengan cepat
pada tahun pertama kehidupan. Pergeseran dari hipermetrop waktu lahir yang
mencapai emetrop pada dewasa, memperlihatkan adanya proses emetropisasi.
(3,6,7,14,18)

1
Tidak diketahui perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi hipermetrop,
tapi terdapat bukti bahwa prevalensi hipermetrop dipengaruhi oleh etnik. Orang
Amerika , Amerika Afrika, dan Pasifik dilaporkan mempunyai prevalensi
hipermetrop yang tinggi. Suatu penelitian dari 1880 anak sekolah Cina di
Malaysia menuujukkan prevalensi hipermetrop yang lebih dari +1,25 D adalah
1,2 %. (3,4,9)

2
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelainan refraksi adalah manifestasi dari kombinasi antara komponen


optik mata (seperti kurvatura, indeks refraksi, dan jarak antara kornea, aquous,
lensa dan vitreus) dengan panjang bola mata. Karena pertumbuhan bola mata,
axial length bertambah sedangkan cornea dan lensa mendatar .(2,8,10,12,) Dan secara
anatomi, terdapat hubungan antara axial length bola mata dengan kelainan
refraksi, yang mengindikasikan adanya mata hipermetrop atau miop .(1,3)
Kekuatan kornea, lensa, kedalaman COA, dan axial length berperanan
dalam menetukan status refraksi individu. Keempat elemen tersebut berubah
secara terus menerus sesuai dengan pertumbuhan, tapi perubahan tersebut drastis
(1,4)
selama dua tahum pertama. Axial length pada waktu lahir lebih kurang 16,8
mm dan bertambah menjadi 23,6 mm pada dewasa. Nilai keratometri rata rata
pada waktu lahir adalah 51,2 D dan menurun menjadi 43,5 D pada dewasa.
Kekuatan refraksi lensa berkurang dari 34,4 D pada waktu lahir menjadi nilai
(2,3)
dewasa 18,8 D. Suatu penelitian menemukan bahwa kekuatan kornea
berkurang 0,1 – 0,2 D dan kekutan lensa berkurang kira kira 1,8 D antara umur 3-
14 tahun.(3,4) Begitu pula dengan kedalaman COA, mencapai proporsi dewasa
pada akhir tahun kedua, sehingga kelengkungan permukaan refraksi terus
berubah. (1,4,10)
Selama usia enam tahun pertama, karena panjang bola mata bertambah
kira kira 5 mm, ‘compensatory loss’ dari kekuatan kornea 4 D dan kekuatan lensa
2 D menjaga mata tetap emetrop. (6,18)

2.1. DEFINISI
Hipermetrop adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
berasal dari tak berhingga yang memasuki mata difokuskan di belakang retina.
(1,2,3,,6,7,18)
.
Besarnya hipermetrop digambarkan dengan kekuatan dioptri lensa
konvergen tambahan yang dibutuhkan untuk menfokuskan cahaya pada retina,
pada keadaan relaksasi akomodasi. Lensa koreksi bisa sferis atau sferosilinder,
tergantung sifat hipermetropnya dan besarnya astigmat yang ada dengan
hipermetrop.(2,3)

3
Hipermetrop (hyperopia) atau “long – sightedness” adalah suatu kelainan
refraksi daripada mata dimana sinar-sinar sejajar yang tidak terbatas difokuskan
dibelakang retina dengan mata tanpa akomodasi. Oleh karena dibiaskan di
belakang retina, bayangan yang dihasilkan kabur. Karena bayangan focus berasal
dibelakang retina, mata jadi pendek dan menjadi hyperopic. Keadaan ini disebut
juga “ far-sightedness”. Penglihatan dekat biasanya kabur kecuali dengan
akomodasi maksimal, misalnya pada anak-anak. Meskipun sistem optical mata
secara aktif meningkatkan powernya, mata yang hipermetrop sering juga
mempunyai bayangan kabur untuk melihat jauh. Kebanyakan anak-anak
dilahirkan dengan hyperopia +3 D, tetapi biasanya sembuh pada usia 12 tahun.(3,5)

2.2. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


Struktur huipermetrop berdasarkan konfigurasi anatomi bola mata :
2.2.1. Axial hipermetrop (hyperopia sumbu)
Bola mata lebih pendek dari normal pada diameter antero posterior,
meskipun media refraksi (misalnya lensa atau kornea) normal. Keadaan mata
begini lebih mudah untuk menyebabkan terjadinya glaukoma sudut tertutup
karena anterior segmen yang memendek dengan penyempitan dari sudut
filtrasinya. Setiap 1 mm pemendekan dari diameter antero-posterior mata
menghasilkan hipermetrop 3D.(1,2,3,4,)
2.2.2. Kurvatura hipermetrop (hyperopia kurvatur)
Keadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih tipis dari normal
dan power reflaksinya turun. Setai 1 mm penurunan dari radius kelengkungan
tersebut menghasilkan hipermetrop 6D. .(1,2,3,4,)
2.2.3. Index of refraction by hipermetrop (hyperopia indeks refraksi)
Terjadi penurunan indeks refraksi akibat penurunan dari densitas beberapa
atau seluruh bagian dari sistem optik mata, juga penurunan power refraksi mata.
Biasanya terjadi pada usia tua atau juga pada penderita diabetes terkontrol. .
(1,2,3,4,)

Hipermetrop dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur dan fungsinya.


Hipermetrop yang sering terjadi adalah jika satu atau lebih dari komponen refraksi
okuler berdeviasi sedang dari normal, ini disebut hipermetrop korelasional. Jika
satu atau lebih komponen refraksi bervariasi secara signifikan dari normal, ini

4
disebut hipermetrop komponen. Secara relatif, beberapa individu mempunyai
kelainan refraksi yang tinggi dari hipermetrop komponen. Klasifikasi ini hanya
(3).
berdasarkan struktur, bukan fungsi dari sistim visual. Klasifikasi hipermetrop
fungsional (fisiologis) meliputi orang orang dengan hipermetrop korelasional dan
hipermetrop komponen yang mempunyai anatomi okuler yang normal.
Di klinik, hipermetrop dibagi atas tiga kategori : (2,3,16)
1. Hipermetrop simple, berkaitan dengan variasi biologis, dapat disebabkan
oleh axial atau refraksi
2. Hipermetrop patologis , berkaian dengan perkembangan anatomi okuler
yang abnormal, penyakit okuler atau trauma.
3. Hipermetrop fungsional, akibat dari paralisis akomodasi

Klasifikasi hipermetrop yang berkaitan dengan peranan akomodasi


terhadap fungsi visual menambah dimensi penting dalam klasifikasi berdasarkan
struktur : (2,5,6)
1. Hipermetrop fakultatif : hipermetrop yang bisa diatasi dengan akomodasi
2. Hipermetrop absolute : hipermetrop yang tidak bisa diatasi dengan
akomodasi. Besarnya hipermetrop total adalah jumlah hipermetrop
absolute dan fakultatif.
Klasifikasi hipermetrop berdasarkan hasil refraksi dengan sikloplegik dan
nonsikloplegik: (2,5,6)
1. Hipermetrop manifest : ditentukan dengan refraksi non siklopegik, bisa
fakultatif atau absolut.
2. Hipermetrop latent : dideteksi hanya dengan siklpolegik, bisa diatasi
dengan akomodasi.
Jumlah hipermetrop latent dan hipermetrop manifest sama dengan hipermetrop
total.
Sistim klasifikasi hipermetrop yang paling sederhana adalah yang
(3)
berdasarkan ada atau tidaknya gejala yang ditimbulkannya. . Tipe kasus
hipermetrop terbanyak adalah fisiologis. Dari segi fisiologis optic, hipermetrop
terjadi jika axial length dari mata lebih pendek dari komponen refraksi yang
dibutuhkan sinar untuk difokuskan tepat pada retina. Hipermetrop bisa akibat dari

5
kombinasi atau tersendiri dari kurvatura kornea yang relatif lebih datar,
insufisiensi power lensa, peningkatan ketebalan lensa, axial length yang pendek,
atau variasi dari komponen optic yang normal relatif terhadap satu sama lainnya.
(2,3,5).

Penggunaan istilah patologis jika hipermetrop yang penyebabnya selain


dari variasi biologis normal dari komponen refraksi mata. Hipermetrop patologik
bisa berkaitan dengan maldevelopment mata selama masa prenatal dan postnatal
dini, perubahan kornea dan lensa, neoplasma atau peradangan orbita dan
korioretina, atau penyebab farmakologik atau neurologik. Ini jarang ditemukan
dibanding hipermetrop fisiologis. (2)
Dari segi klinis, tipe atau penyebab dari hipermetrop bukan masalah yang
sangat penting. Yang penting adalah apakah akomodasi, dengan penambahan
kekuatan plus mata, dapat selalu mengkoreksi hipermetropnya. Semakin muda
umur pasien, semakin besar kelainan refraksi hipermetrop yang bisa dikompensasi
dengan cara ini. Hipermetrop bisa diklasifikasikan latent atau manifest.
Hipermetrop manifest bisa fakultatif atau absolute. (4,6)
Hipermetrop Latent
Hipermetrop Latent adalah bagian dari hipermetrop yang bisa dikoreksi
penuh oleh akomodasi dan tidak bisa diketahui atau diukur dengan refraksi
manifest tanpa menggunakan sikloplegik. Semakin muda usia pasien, semakin
besar hipermetrop latent nya (2,3,4,6)
Hipermetrop Manifest
 Hipermetrop Fakultatif : adalah bagian dari hipermetrop yang yang bisa
diukur dengan refraksi manifest dan dikoreksi dengan lensa konvek, tapi
juga bisa dikoreksi dengan akomodasi . Contohnya pada pasien dengan
hanya hipermetrop latent mempunyai visus yang normal dan menolak
lensa konvek, karena penglihatannya menjadi kabur. Tapi pada pasien
yang mempunyai hipermetrop fakultatif, dian mempunyai visus yang
normal tanpa kacamata dan juga mempunyai visus yang normal dengan
lensa konvek yang mengkoreksi bagian fakultatif dari kelainan
refraksinya. (2,3,4,6)

6
 Hipermetrop Absolute : adalah bagian kelainan refraksi yang tidak bisa
dikompensasi oleh akomodasi. Penglihatan jauh menjadi kabur, dan pasien
dengan tipe ini bisa menerima lensa konvek. (2,3,4,6)
Hipermetrop latent didapatkan hanya dengan pemberian sikloplegik yang
adekuat. Metode refraksi lain, seperti teknik fogging dan retinoskopi, dapat
mengindikasikan adanya hipermetrop laten dan diketahui dalam derjat tertentu,
tapi hasil yang didapat tidak selalu konsisten. (4)
Karena amplitudo akomodasi berkurang sesuai dengan pertambahan umur,
begitu pula dengan proporsi hipermetrop latent terhadap hipermetrop total. Pada
anak usia sekolah, sebanyak dua pertiga sampai dengan tiga perempatnya adalah
hipermetrop latent tapi proporsi ini menurun sampai nol pada usia empat puluh
tahun, dimana akomodasi yang tinggal hanya 4 D. (6)

2.3. KLINIS HIPERMETROP.


Sebagian besar bayi baru lahir adalah hipermetrop ringan, hanya sedikit
kasus yang berada antara hipermetrop moderate dan high. Meskipun emetropisasi
menimbulkan penurunan bertahap dari kadar hipermetrop pada sebagian besar
pasien, perubahan terjadi lebih cepat pada pasien dengan hipermetrop tinggi. (1,2,5)
Bayi dengan hipermetrop moderate sampai high (>+3,50 D)
berkemungkinan 13 kali lebih sering menjadi strabismus dalam 4 tahun usianya.
dan 6 kali mungkin untuk penurunan visus dari pada bayi dengan hipermetrop
ringan atau emetropia. Kaitan hipermetrop dengan peningkatan resiko ambliopia
dan strabismus, merupakan penentu utama untuk evaluasi visus pada anak
Terdapat pula kaitan yang erat antara hipermetrop dengan dengan infantile
esotropia. Hipermetrop anisometrop dibawah 3 tahun juga merupakan faktor
resiko untuk berkembangnya ambliopia dan strabismus.(2,5,15)
(2,4,10)
2.3.1. Tanda Dan Gejala Hipermetrop
Gejala-gejalanya :
1. Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejalahyperopia
dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat.
2. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia) ketika pasien harus focus pada
suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya menonton

7
pertandingan baseball. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku
pada suatu level tertentu dari ketegangan.
3. Penglihatan dekat dan jauh kabur dengan kelainan refraksi tinggi dari 3-
4D atau pada pasien yang lebih tua, dengan penurunan amplitudo
akomodasi.
4. Penglihatan dekat kabur pada usia muda dibandingkan dengan
emmetropia, misalnya pada usia diakhir 30-an. Makin memburuk apabila
pasien lelah, cetakan kurang jelas atau kondisi penerangan kurang optimal.
5. Sensitifitas terhadap cahaya, merupakan hal yang umum pada hyperopia
yang etiologinya tidak diketahui dan sembuh hanya dengan mengoreksi
hipermetropnya tanpa perlu mewarnai lensa.
6. Penglihatan kabur tiba-tiba secara sebentar-sebentar disebabkan oleh
spasme akomodasi yang dapat menyebabkan pseudomiop. Penglihatan
jelas dengan lensa minus. Spasme akomodasi yang dapat dideteksi dengan
siklolegia refraksi yang mana dapat menampakkan hipermetrop paling
rendah.
7. Sensasi mata silang tanpa diplopia juga disebabkan oleh akomodasi yang
bertambah dari pasien dengan esophoria yang dipaksa oleh refleks
akomodasi konvergen ke suatu keadaan yang menghasilkan symptom “
mata yang bersilang”.
2.3.2. Tanda-tandanya:
1. Ukuran bola mata tampak lebih kecil secara keseluruhan.
2. Kornea lebih tipis dari normal
3. Segmen anterior dangkal.
4. Pemeriksaan fundus menunjukkan optic disc yang mengecil dan banyak
pembuluh darah.
5. A scan ultrasonography (biometry) menunjukkan pemendekan diameter
anteroposterior bola mata
Ada atau beratnya gejala ini bervariasi luas, tergantung pada derajat
hipermetrop, adanya astigmat atau anisometropia, usia pasien, kondisi akomodasi
dan konvergensi serta kebutuhan verja. Deteksi dini dan terapi hipermetrop
signifikan dapat mencegah dan mengurangi insiden dan beratnya komplikasi.

8
2.4. DIAGNOSIS HIPERMETROP.
Evaluasi pasien hipermetrop meliputi beberapa pemeriksaan, termasuk
anamnesa dan pemeriksaan mata. (1,2,3,4,16)
 Anamnesa : Dari anamnesa dapat diketahui tentang keluhan utama pasien, usia
pasien, riwayat keluarga, pemakaian obat obatan dan lain lain.
 Pemeriksaan mata.
 Pemeriksaan visus. Efek hipermetrop terhadap hipermetrop tergantung
pada besarnya hipermetrop dan usia pasien, kebutuhan visual, dan
akomodasi untuk mengatasi hipermetrop. Pasien muda dengan
hipermetrop fakultatif ringan sampai sedang, umumnya mempunyia visus
yang normal, tapi jika kebutuhan visualnya tinggi mereka akan
mengeluhkan penglihatan kabur dan asthenopia. Pasien dengan
hipermetrop sedang sampai tinggi mempunyai resiko untuk terjadinya
ambliopia strabismik. Pasien hipermetrop tinggi yang belum dikoreksi
dengan atau tanpa astigmat, beresiko untuk ambliopia isoametropik.
 Pemeriksaaan refraksi. Retinoskopi adalah prosedur yang paling sering
digunakan untuk pemeriksaan objektif hipermetrop. Prosedur
pemeriksaaan hipermetrop meliputi retinoskopi statis, refraksi subjektif,
dan autorefraksi.
 Gerakan okuler, binokular vision dan akomodasi. Pasien hipermetrop
sebaiknya menjalani pemeriksaan gerakan bola mata, penglihatan
binokular dan akomodasi. Kelainan dari fungsi visual ini akan
mempengaruhi visus dan hasil pemeriksaan. Prosedur yang digunakan
antara lain adalah versi, cover test monocular dan alternating, test untuk
nearpoint of convergence, dan stereopsis.
 Penilaian Kesehatan Okuler dan Screning Kesehatan Sistemik.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan atau untuk mendiagnosis
kelainan yang menyebabkan hipermetrop. penilaian ini meliputi respon
pupil, lapang pandang, penglihatan warna, pengukuran tekanan intraokuler
jika diperlukan, pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata dan
adnexa.

9
BAB. III. PENATALAKSANAAN HIPERMETROP.

Hipermetrop yang signifikan dapat menimbulkan gangguan penglihatan,


penglihatan kabur, ambliopia, dan disfungsi binokular termasuk strabismus.
Terapi sebaiknya dilakukan untuk mengurangi gejala dan mengurangi resiko
selanjutnya karena hipermetrop.
3.1. Koreksi optik (3,6,11,15,18)
Diantara beberapa terapi yang tersedia untuk hipermetrop, koreksi optik
dengan kacamata dan kontak lens adalah yang paling sering digunakan. Modal
utama dalam penatalaksanaan hipermetrop signifikan adalah koreksi dengan
kacamata. Lensa plus sferis atau sferosilinder diberikan untuk menfokuskan
cahaya dari belakang retina ke retina. Akomodasi berperan penting dala
peresepan. Beberapa pasien pada awalnya tidak bisa mentoleransi koreksi penuh
atas indikasi hipermetrop manifestnya, dan pasien lainnya dengan hipermetrop
latent tidak bisa mentoleransi koreksi penuh hipermetrop yang diberikan dengan
sikloplegik.
Namun, pada anak anak dengan esotropia akomodatif dan hipermetrop
umumnya memerlukan masa adaptasi yang singkat untuk mentoleransi koreksi
optik penuh.
Lensa kontak soft atau rigid merupakan alternatif lain bagi beberapa
pasien. Lensa kontak mengurangi aniseikonia dan anisophoria pada pasien dengan
anisometropia, meningkatkan binoklaritas. Pada pasien dengan esotropia
akomodatif, lensa kontak mengurangi kebutuhan akomodasi dan konvergensi,
mengurangi esotropia. Lensa kontak multifokal atau monovision bisa diberikan
pada pasien yang membutuhkan tambahan koreksi dekat tapi menolak memakai
kacamata multifokal karena alasan penampilan.
3.2. Bedah Refraktif. (3,6,11,12,15,18)
Beberapa teknik bedah refraktif untuk mengkoreksi hipermetrop masih
dikembangkan. Diantara prosedur yang mungkin untuk terapi koreksi hipermetrop
adalah Holmium: YAG laser thermal keratoplasty, automated lamellar
keratoplasty, keratotomi hexagonal spiral, excimer laser, dan ekstraksi lensa
dengan implantasi lensa intraokuler.

10
Pedoman umum bagi hipermetrop anak anak
Koreksi tepat untuk hipermetrop pada anak anak lebih sulit dari pada
miop. Anak anak dengan hipermetrop signifikan lebih mengalami gangguan
visual daripada miop, karena setidaknya masih dapat melihat dekat. Kaitan erat
antara hipermetrop anak anak dengan ambliopia, dan strabismus, membuat
hipermetrop mempunyai faktor resiko yang lebih besar daripada miop. Koreksi
optik sebaiknya didasarkan retinoskopi sikloplegik dan statis, akomodasi dan
binokular, rasio akomodasi konvergensi/ akomodasi (AC/A), usia, beratnya
gejala, besarnya hipermetrop, visus dan modifikasi koreksi untuk memudahkan
binokular dan keluhan. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi kebutuhan
akomodasi dan untuk penglihatan yang nyaman, jelas dan binokular normal(3)
Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada
total fakultatif dan absolute hipermetrop yang diberikan kepada pasien dengan
tidak ada ketidak seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotropia
(convergence), koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hipermetoropnya
harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya
1D atau kurang, koreksi diberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala .Prinsip
optical pada pengobatan hipermetrop adalah memberikan lensa convex (plus),
maka sinar akan difokuskan pada retina.(2,3,6)

Peraturan-peraturan pokok dalam pemberian kaca mata pada penderita


hipermetrop :
1. Keseluruhan hipermetrop harus dilindungi dengan pemberian sikloplegia
yang sempurna
2. Koreksi spherical yang diberikan harus diterima senyaman mungkin oleh
pasien. Walupun demikian astigmatisme harus dikoreksi juga.
3. Secara berangsur-angsur dinaikkan koreksi spherical dalam selang waktu 6
bulan sampai pasien bisa menerima hipermetrop manifest.
4. Kalau terjadi penglihatan juling convergen, koreksi harus diberikan pada
saat kunjungan pertama.
5. Kalau terjadi amblyopia, koreksi dengan therapy occlusi harus segera
dimulai.
Cara-cara pemberian resep lensa convex : (3)

11
A. Kaca mata harus nyaman,aman dan simple dalam mengoreksi
hipermetrop.
B. Lensa kontak diindikasikan untuk unilateral hipermetrop
(anisometrop). Untuk alasan kosmetik, lensa kontak diberikan
ketika keadaan stabil kalau tidak dapat berubah-ubah berkali-kali
Koreksi hipermetrop pada masa anak-anak lebih rumit dari pada miop : (3)
1. Anak-anak dengan hipermetrop 5 D, penglihatannya dapat terganggu
(lebihjelek) dibandingkan dengan anak-anak dengan myopia 5 D, yang
mana setidaknya dapat melihat dekat dengan jelas.
2. Hipermetrop masa anak-anak sering dikaitkan dengan strabismus dan
abnormalitas dari akomodasi convergen/ratio akomodasi.

Petunjuk dalam memperbaiki hipermetrop pada anak-anak : (3,15)


1. Kecuali telah terjadi esodeviasi atau terbukti telah terjadi penurunan
penglihatan, tidak perlu mengoreksi hyperopia. Tetapi astigmatisme harus
dikoreksi.
2. Apabila hipermetrop dan esotropia terjadi bersamaan, penatalaksanaan
awal adalah koreksi dengan sikloplegia secara penuh kelainan refraksi.
Kemudian penurunan dari jumlah koreksi adalah yang utama, berdasarkan
tingkat deviasi pada penglihatan dekat dan jauh dengan menempatkan
secara penuh koreksi sikloplegia.
3. Anak-anak usia sekolah, korelasi refraksi secara penuh dapat
menyebabkan penglihatan jauh kabur akibat ketidakmampuan
mengistirahatkan akomodasi, Penurunan dalam jumlah koreksi mungkin
diperlukan anak untuk mendapatkan kaca mata.

12
BAB.V. KOMPLIKASI

Jika hipermetrop tidak dikoreksi untuk waktu yang lama, akan timbul
komplikasi yaitu : (3,8,9,16)
1. Recurrent styes (timbil), blepharitis atau chalazion dapat timbul,
kemungkinan infeksi yang terjadi akibat mengososk-gosok mata, yang
mana sering dilakukan untuk menghilangkan fatique dan kelelahan.
2. Juling convergen akomodatif dapat timbul pada anak (biasanya pada usia
2– 3 tahun) akibat pemakaian akomodasi yang berlebihan.
3. Amblyopia dapat timbul dalam beberapa kasus. Biasanya anisometropia,
strabismus atau ametropia (terlihat pada anak-anak dengan bilateral
hipermetrop yang tinggi yang tidak dikoreksi).
4. Predisposisi sebagai penyebab glaucoma sudut sempit primer. Mata
hypermetropia yang kecil dengan segmen anterior yang dangkal.
Berhubungan dengan peninggian reguler ukuran lensa sesuai
meningkatnya usia, mata jadi lebih mudah diserang oleh glaucoma sudut
sempit. Keadaan ini harus diperhatikan dalam pemberian midriatikum
pada penderita hipermetrop usia tua.

13

Anda mungkin juga menyukai