PENDAHULUAN
1
Tidak diketahui perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi hipermetrop,
tapi terdapat bukti bahwa prevalensi hipermetrop dipengaruhi oleh etnik. Orang
Amerika , Amerika Afrika, dan Pasifik dilaporkan mempunyai prevalensi
hipermetrop yang tinggi. Suatu penelitian dari 1880 anak sekolah Cina di
Malaysia menuujukkan prevalensi hipermetrop yang lebih dari +1,25 D adalah
1,2 %. (3,4,9)
2
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hipermetrop adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
berasal dari tak berhingga yang memasuki mata difokuskan di belakang retina.
(1,2,3,,6,7,18)
.
Besarnya hipermetrop digambarkan dengan kekuatan dioptri lensa
konvergen tambahan yang dibutuhkan untuk menfokuskan cahaya pada retina,
pada keadaan relaksasi akomodasi. Lensa koreksi bisa sferis atau sferosilinder,
tergantung sifat hipermetropnya dan besarnya astigmat yang ada dengan
hipermetrop.(2,3)
3
Hipermetrop (hyperopia) atau “long – sightedness” adalah suatu kelainan
refraksi daripada mata dimana sinar-sinar sejajar yang tidak terbatas difokuskan
dibelakang retina dengan mata tanpa akomodasi. Oleh karena dibiaskan di
belakang retina, bayangan yang dihasilkan kabur. Karena bayangan focus berasal
dibelakang retina, mata jadi pendek dan menjadi hyperopic. Keadaan ini disebut
juga “ far-sightedness”. Penglihatan dekat biasanya kabur kecuali dengan
akomodasi maksimal, misalnya pada anak-anak. Meskipun sistem optical mata
secara aktif meningkatkan powernya, mata yang hipermetrop sering juga
mempunyai bayangan kabur untuk melihat jauh. Kebanyakan anak-anak
dilahirkan dengan hyperopia +3 D, tetapi biasanya sembuh pada usia 12 tahun.(3,5)
4
disebut hipermetrop komponen. Secara relatif, beberapa individu mempunyai
kelainan refraksi yang tinggi dari hipermetrop komponen. Klasifikasi ini hanya
(3).
berdasarkan struktur, bukan fungsi dari sistim visual. Klasifikasi hipermetrop
fungsional (fisiologis) meliputi orang orang dengan hipermetrop korelasional dan
hipermetrop komponen yang mempunyai anatomi okuler yang normal.
Di klinik, hipermetrop dibagi atas tiga kategori : (2,3,16)
1. Hipermetrop simple, berkaitan dengan variasi biologis, dapat disebabkan
oleh axial atau refraksi
2. Hipermetrop patologis , berkaian dengan perkembangan anatomi okuler
yang abnormal, penyakit okuler atau trauma.
3. Hipermetrop fungsional, akibat dari paralisis akomodasi
5
kombinasi atau tersendiri dari kurvatura kornea yang relatif lebih datar,
insufisiensi power lensa, peningkatan ketebalan lensa, axial length yang pendek,
atau variasi dari komponen optic yang normal relatif terhadap satu sama lainnya.
(2,3,5).
6
Hipermetrop Absolute : adalah bagian kelainan refraksi yang tidak bisa
dikompensasi oleh akomodasi. Penglihatan jauh menjadi kabur, dan pasien
dengan tipe ini bisa menerima lensa konvek. (2,3,4,6)
Hipermetrop latent didapatkan hanya dengan pemberian sikloplegik yang
adekuat. Metode refraksi lain, seperti teknik fogging dan retinoskopi, dapat
mengindikasikan adanya hipermetrop laten dan diketahui dalam derjat tertentu,
tapi hasil yang didapat tidak selalu konsisten. (4)
Karena amplitudo akomodasi berkurang sesuai dengan pertambahan umur,
begitu pula dengan proporsi hipermetrop latent terhadap hipermetrop total. Pada
anak usia sekolah, sebanyak dua pertiga sampai dengan tiga perempatnya adalah
hipermetrop latent tapi proporsi ini menurun sampai nol pada usia empat puluh
tahun, dimana akomodasi yang tinggal hanya 4 D. (6)
7
pertandingan baseball. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku
pada suatu level tertentu dari ketegangan.
3. Penglihatan dekat dan jauh kabur dengan kelainan refraksi tinggi dari 3-
4D atau pada pasien yang lebih tua, dengan penurunan amplitudo
akomodasi.
4. Penglihatan dekat kabur pada usia muda dibandingkan dengan
emmetropia, misalnya pada usia diakhir 30-an. Makin memburuk apabila
pasien lelah, cetakan kurang jelas atau kondisi penerangan kurang optimal.
5. Sensitifitas terhadap cahaya, merupakan hal yang umum pada hyperopia
yang etiologinya tidak diketahui dan sembuh hanya dengan mengoreksi
hipermetropnya tanpa perlu mewarnai lensa.
6. Penglihatan kabur tiba-tiba secara sebentar-sebentar disebabkan oleh
spasme akomodasi yang dapat menyebabkan pseudomiop. Penglihatan
jelas dengan lensa minus. Spasme akomodasi yang dapat dideteksi dengan
siklolegia refraksi yang mana dapat menampakkan hipermetrop paling
rendah.
7. Sensasi mata silang tanpa diplopia juga disebabkan oleh akomodasi yang
bertambah dari pasien dengan esophoria yang dipaksa oleh refleks
akomodasi konvergen ke suatu keadaan yang menghasilkan symptom “
mata yang bersilang”.
2.3.2. Tanda-tandanya:
1. Ukuran bola mata tampak lebih kecil secara keseluruhan.
2. Kornea lebih tipis dari normal
3. Segmen anterior dangkal.
4. Pemeriksaan fundus menunjukkan optic disc yang mengecil dan banyak
pembuluh darah.
5. A scan ultrasonography (biometry) menunjukkan pemendekan diameter
anteroposterior bola mata
Ada atau beratnya gejala ini bervariasi luas, tergantung pada derajat
hipermetrop, adanya astigmat atau anisometropia, usia pasien, kondisi akomodasi
dan konvergensi serta kebutuhan verja. Deteksi dini dan terapi hipermetrop
signifikan dapat mencegah dan mengurangi insiden dan beratnya komplikasi.
8
2.4. DIAGNOSIS HIPERMETROP.
Evaluasi pasien hipermetrop meliputi beberapa pemeriksaan, termasuk
anamnesa dan pemeriksaan mata. (1,2,3,4,16)
Anamnesa : Dari anamnesa dapat diketahui tentang keluhan utama pasien, usia
pasien, riwayat keluarga, pemakaian obat obatan dan lain lain.
Pemeriksaan mata.
Pemeriksaan visus. Efek hipermetrop terhadap hipermetrop tergantung
pada besarnya hipermetrop dan usia pasien, kebutuhan visual, dan
akomodasi untuk mengatasi hipermetrop. Pasien muda dengan
hipermetrop fakultatif ringan sampai sedang, umumnya mempunyia visus
yang normal, tapi jika kebutuhan visualnya tinggi mereka akan
mengeluhkan penglihatan kabur dan asthenopia. Pasien dengan
hipermetrop sedang sampai tinggi mempunyai resiko untuk terjadinya
ambliopia strabismik. Pasien hipermetrop tinggi yang belum dikoreksi
dengan atau tanpa astigmat, beresiko untuk ambliopia isoametropik.
Pemeriksaaan refraksi. Retinoskopi adalah prosedur yang paling sering
digunakan untuk pemeriksaan objektif hipermetrop. Prosedur
pemeriksaaan hipermetrop meliputi retinoskopi statis, refraksi subjektif,
dan autorefraksi.
Gerakan okuler, binokular vision dan akomodasi. Pasien hipermetrop
sebaiknya menjalani pemeriksaan gerakan bola mata, penglihatan
binokular dan akomodasi. Kelainan dari fungsi visual ini akan
mempengaruhi visus dan hasil pemeriksaan. Prosedur yang digunakan
antara lain adalah versi, cover test monocular dan alternating, test untuk
nearpoint of convergence, dan stereopsis.
Penilaian Kesehatan Okuler dan Screning Kesehatan Sistemik.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan atau untuk mendiagnosis
kelainan yang menyebabkan hipermetrop. penilaian ini meliputi respon
pupil, lapang pandang, penglihatan warna, pengukuran tekanan intraokuler
jika diperlukan, pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata dan
adnexa.
9
BAB. III. PENATALAKSANAAN HIPERMETROP.
10
Pedoman umum bagi hipermetrop anak anak
Koreksi tepat untuk hipermetrop pada anak anak lebih sulit dari pada
miop. Anak anak dengan hipermetrop signifikan lebih mengalami gangguan
visual daripada miop, karena setidaknya masih dapat melihat dekat. Kaitan erat
antara hipermetrop anak anak dengan ambliopia, dan strabismus, membuat
hipermetrop mempunyai faktor resiko yang lebih besar daripada miop. Koreksi
optik sebaiknya didasarkan retinoskopi sikloplegik dan statis, akomodasi dan
binokular, rasio akomodasi konvergensi/ akomodasi (AC/A), usia, beratnya
gejala, besarnya hipermetrop, visus dan modifikasi koreksi untuk memudahkan
binokular dan keluhan. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi kebutuhan
akomodasi dan untuk penglihatan yang nyaman, jelas dan binokular normal(3)
Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada
total fakultatif dan absolute hipermetrop yang diberikan kepada pasien dengan
tidak ada ketidak seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotropia
(convergence), koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hipermetoropnya
harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya
1D atau kurang, koreksi diberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala .Prinsip
optical pada pengobatan hipermetrop adalah memberikan lensa convex (plus),
maka sinar akan difokuskan pada retina.(2,3,6)
11
A. Kaca mata harus nyaman,aman dan simple dalam mengoreksi
hipermetrop.
B. Lensa kontak diindikasikan untuk unilateral hipermetrop
(anisometrop). Untuk alasan kosmetik, lensa kontak diberikan
ketika keadaan stabil kalau tidak dapat berubah-ubah berkali-kali
Koreksi hipermetrop pada masa anak-anak lebih rumit dari pada miop : (3)
1. Anak-anak dengan hipermetrop 5 D, penglihatannya dapat terganggu
(lebihjelek) dibandingkan dengan anak-anak dengan myopia 5 D, yang
mana setidaknya dapat melihat dekat dengan jelas.
2. Hipermetrop masa anak-anak sering dikaitkan dengan strabismus dan
abnormalitas dari akomodasi convergen/ratio akomodasi.
12
BAB.V. KOMPLIKASI
Jika hipermetrop tidak dikoreksi untuk waktu yang lama, akan timbul
komplikasi yaitu : (3,8,9,16)
1. Recurrent styes (timbil), blepharitis atau chalazion dapat timbul,
kemungkinan infeksi yang terjadi akibat mengososk-gosok mata, yang
mana sering dilakukan untuk menghilangkan fatique dan kelelahan.
2. Juling convergen akomodatif dapat timbul pada anak (biasanya pada usia
2– 3 tahun) akibat pemakaian akomodasi yang berlebihan.
3. Amblyopia dapat timbul dalam beberapa kasus. Biasanya anisometropia,
strabismus atau ametropia (terlihat pada anak-anak dengan bilateral
hipermetrop yang tinggi yang tidak dikoreksi).
4. Predisposisi sebagai penyebab glaucoma sudut sempit primer. Mata
hypermetropia yang kecil dengan segmen anterior yang dangkal.
Berhubungan dengan peninggian reguler ukuran lensa sesuai
meningkatnya usia, mata jadi lebih mudah diserang oleh glaucoma sudut
sempit. Keadaan ini harus diperhatikan dalam pemberian midriatikum
pada penderita hipermetrop usia tua.
13