Anda di halaman 1dari 41

Hubungan antara infeksi cacing dan status gizi

pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Sumba


Barat

Nabiila Ghaniyya Al Rasyid 030002000087


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
• Sekolah dasar merupakan masa anak-anak pada usia emas (golden age) sehingga penting
untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur.

• Sekolah dasar harus dapat berkembang didalam masyarakat agar dapat memberikan
pelayanan dalam mendidik siswa dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

• Masalah gizi pada anak sekolah dasar saat ini masih cukup tinggi

• Di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat anak yang mengalami kurang gizi mengalami
perut membuncit, wajah pucat, rambut jarang, dan kulit keriput.

• Kabupaten Sumba Barat secara nasional menduduki peringkat 478 dan 479 dalam IPKM
tahun 2018
Latar belakang
• Berdasarkan Kemenkes 2018, status gizi anak 5-12 tahun menurut IMT/U. Prevalensi kurus
terhitung tinggi yaitu 14,7 terdiri dari 3,9% sangat kurus dan 10,8% kurus. Masalah gemuk
sebanyak 5,74 terdiri dari gemuk 4,03% dan sangat gemuk 1,71%.

• Salah satu penyebab menurunnya gizi adalah infeksi cacing yang merupakan salah satu
penyebab defisiensi zat gizi. Cacing dewasa pada usus akan menyerap zat gizi dan sangat
berpengaruh terhadap status gizi

• Anak yang terinfeksi tersebut apabila BAB ditanah, mencemari tanah dengan tinja yang
terdapat telur infektif maka akan menginfeksi anak lainnya apabila tertelan telur Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura. Sedangkan Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale infeksi terjadi apabila telur menetas di tanah menjadi larva yang masuk ke dalam
tubuh melalui kulit
Latar belakang

• Berdasarkan penelitian saudara Annisa et al., (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan status gizi pada siswa SD.
• Namun, berdasarkan penelitian Dini A (2018) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan status gizi pada siswa
SD.
• Alasan dilakukannya penelitian ini karena ingin mengetahui adanya hubungan antara infeksi
cacing dan status gizi siswa sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat. Karena, gizi buruk
pada merupakan masalah yang cukup besar di Kabupaten Sumba Barat.
1.2 Rumusan masalah

Apakah terdapat hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk meningkatkan kesehatan siswa sekolah dasar dengan menentukan hubungan antara
infeksi cacing dan status gizi.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Menentukan prevalensi Soil Transmitted Helminths (STH) pada siswa SD
b. Menentukan gambaran status gizi pada siswa SD Kabupaten Sumba Barat
c. Menilai hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa SD Kabupaten Sumba
Barat
1.4 Hipotesis

Terdapat hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa sekolah
dasar Kabupaten Sumba Barat
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Manfaat hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan adalah dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya
mengenai hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat .

1.5.2 Manfaat untuk Profesi


Manfaat untuk profesi adalah untuk menambah ilmu dan pengetahuan tentang salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi pada siswa sekolah dasar.

1.5.3 Manfaat untuk Masyarakat


Manfaat untuk masyarakat adalah untuk memberikan pengetahuan tentang infeksi cacing dan
hubungannya dengan status gizi pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, RINGKASAN PUSTAKA, DAN
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara asupan dengan
kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Status gizi dibedakan menjadi status gizi
buruk, kurang, baik, dan lebih.

2.1.2 Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi merupakan interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai
metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk.

Gizi dan Antroprometri


Gizi merupakan salah satu poin penting yang sangat dibutuhkan bagi anak dalam tumbuh kembangnya,
kecukupan asupan gizi yang baik dan optimal. Pertumbuhan anak menjadi salah satu bagian penting
yang harus diperhatikan.
antropometri anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang atau tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi :

- Berat Badan menurut umur (BB/U)


Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal. Mengingat karakterstik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (current nutritional status).

- Tinggi Badan menurut umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertumbuhan umur.

- Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memliki hubungan linier dengandengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator
yang baik untuk menilai status gizi saat tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah kini sekarang.

- Indeks Massa Tubuh (IMT)


Untuk mempertahankan berat badan ideal atau normal. Berat di bawah batas minimum dinyatakan sebagai underweight kemudian diatas maksimal
disebut overweight. Orang yang berada di bawah ukuran normal beresiko terhadap penyakit infeksi. Sementara yang tinggi beresiko terhadap
penyakit degeneratif
- Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
- Berat badan memliki hubungan linier dengandengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah kini sekarang.

- Indeks Massa Tubuh (IMT)


- Untuk mempertahankan berat badan ideal atau normal. Berat di bawah batas minimum dinyatakan
sebagai underweight kemudian diatas maksimal disebut overweight. Orang yang berada di bawah
ukuran normal beresiko terhadap penyakit infeksi. Sementara yang tinggi beresiko terhadap penyakit
degeneratif
-
• Status Gizi Anak Umur 5 – 12 tahun
Indikator status gizi yang digunakan untuk
kelompok umur ini didasarkan pada hasil
pengukuran antropometri Indeks Massa
Tubuh menurut umur (IMT/U). Berdasarkan
Surat Keputusan Kementerian Kesehatan RI
tahun 2010 untuk anak umur 5 – 18 tahun
ditentukan dengan nilai Z-score IMT/U
tentang standar pengukuran antropometri
sebagai penilaian status gizi pada anak.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
- Penyebab langsung gizi buruk yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi, kurangnya asupan gizi
dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah asupan makanan yang dikonsumsi atau makanan yang tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan. Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ
tubuh, sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

- Penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang tidak memadai, sanitasi, air
bersih atau pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.
- Penyebab mendasar atau akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis ekonomi, politik, dan social.
Termasuk bencana alam yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan
pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, pada akhirnya mempengaruhi status gizi.
2.2 Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH)
Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan penyebab kecacingan terbanyak di dunia,
terutama spesies cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan
(Ancylostoma duodenale), dan cacing cambuk (Trichurus trichiura)

2.2.1 Ascaris lumbricoides


Telur Ascaris lumbricoides (cacing gelang) mempunyai ciri-ciri : bentuk bulat atau oval, ukuran 60 x 45
mikron, warna kecoklatan, dinding telur yang kuat terdiri dari bagian luar (dibentuk dari lapisan selaput
albumin dengan permukaan berupa tonjolan – tonjolan atau bergerigi yang berwarna kecoklatan
karena pigmen empedu ) dan bagian dalam dinding telur terdiri dari lapisan vitelin yang liat, sehingga
telur dapat tetap tahan lama sampai 1 tahun.
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkan disebuat
askariasis. Cacing ini ditemukan kosmopolit (diseluruh dunia) terutama di daerah tropis erat hubungannya
dengan hygiene dan sanitasi. Lebih saring ditemukan pada anak-anak. Di Indonesia frekuensinya berkisar
antara 20-90 %
• Epidemiologi Ascaris lumbricoides
di Indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak-anak. Frekuensinya 60-90 %
• Gejala klinis
- Fase migrasi larva : larva mencetus timbulnya reaksi pada jaringan yang dilaluinya. Di paru, antigen
larva menimbulkan respons inflamasi berupa infiltrate yang tampak pada foto toraks dan akan menghilang
dalam waktu tiga minggu.
- Fase Intestinal : cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang menimbulkan gejala klinis yitu
mual, nafsu makan berkurang, diare, lesu, tidak bergairah, kurang konsentrasil. Pada anak infeksi kronis
menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat dari penurunan nafsu makan terganggunya proses
pencernaan dan malabsorbsi.
• Diagnosis Ascaris lumbricoides
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur Ascaris lumbricoides pada sediaan basah tinja langsung.
Penghitungan telur per gram tinja dengan teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk menentukan
berat ringannya infeksi. Selain itu, diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut,
hidung, atau anus.
2.2.2 Trichuris trichiura
Telur cacing cambuj mempunyai ciri : ukuran 50 x 25 mikron, warna kecoklatan,
bentuk seperti guci, terdapat operculum dikedua kutub, mengandung ovum yang
fertile. Cacing jantan Trichuris trichiura lebih kecil dan lebih pendek disbanding cacing
betina.

• Patofisiologi dan gejala klinis


Trikuriasis ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali
tanpa gejala. Pada infeksi berat terutama pada anak. Cacing tersebar di seluruh kolon
dan rectum sehingga dapat menimbulkan prolapsus rekti (keluarnya dinding rectum
dari anus). Penderita juga mengalami diare yang diselingi sindrom disentri (colitis
kronis). Dapat juga mengakibatkan anemia

• Diagnosis
Ditegakkan dengan menemukan telur pada sediaan basah tinja langsung atau
menemukan cacing dewasa pada pemeriksaan kolonoskopi. Telur T. Trichiura memiliki
karakteristik seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih di kedua
katup sehingga mudah untuk diintefikasi. Penghitungan telur per gram tinja dengan
teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk menentukan ringannya infeksi
2.2.3 Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

Cacing tambang dewasa berbentuk silindris berwarna putih keabuan, ukuran


panjang cacing betina antara 5-10 mm. Di ujung posterior tubuh cacing jantan
terdapat bursa kopulatriks (suatu alat bantu kopulasi).

Tubuh cacing Ancylostoma duodenale dewasa mirip huruf C. Rongga mulutnya


memiliki dua pasang gigi dan satu pasang tonjolan. Tubuh bagian anterior cacing
melengkung berlawanan dengan lengkungan bagian tubuh lainnya sehingga
bentuk tubuh mirip huruf S.

Telur cacing tambang berbentuk lonjong, tidak berwarna, berukuran sekitar 65x40
mikron..
• Patofisiologi dan Gejala klinis
a. Stadium Larva
Bila banyak larva filariform menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit berupa ground itch yaitu reaksi
local eritematosa dengan papul papul disertai rasa gatal. Infeksi larva A.duodenale secara oral
menyebabkan penyakit wakana dengan gejala mual, muntah, iritasi faringeal, batuk, sakit leher, dan suara
serak. Larva cacing di paru dapat menimbulkan pneumonitis

b. Stadium Dewasa
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari kehilangan darah karena invasi parasite di
mukosa dan submocasa usus halus. Seekor N. americanus menyebabkan kehilangan darah 0,005 – 0,1
cc/hari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc/hari. Biasa terjadi anemia hipokrom mikrositer dan
eusinofilia.

• Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin
ditemukan larva. Penghitungan telur per gram tinja dengan teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan berat ringannya infeksi.
Hubungan antara infeksi cacing dan status gizi

Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama pada negara beriklim tropis dan yang sedang berkembang.
(Lalangpuling et al., 2017) Kelompok cacing yang umunya menyerang manusia adalah kelompok cacing Soil Transmitted Helminths (STH)
karena pada umumnya bersifat jangka panjang (kronis) dan tidak menyebabkan kematian secara langsung (Lalangpuling et al., 2017).

Departemen Kesehatan Jakarta di suatu daerah terutama pada anak sekolah dasar menyebutkan sekitar 49,5 % dari 3160 siswa di 13
SD menderita cacingan (Lalangpuling et al. 2017). Cacingan mempengaruhi asupan (intake), pencernaan (digestive), penyerapan
(absorbsi), dan metabolism makanan.6. Infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian terhadap kebutuhan zat gizi karena
kurangnya kalori dan protein, serta kehilangan darah. Menurut Ahmed et al. (2012) dan Cabada et al. (2015), infeksi kecacingan
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan
seperti penurunan kecepatan pertumbuhan, lemahnya kesehatan fisik, penurunan aktivitas, lemahnya fungsi kognitif, hingga malnutrisi
pada anak. (Annisa et al.,2018)
2.2 Ringkasan pustaka
2.3 Kerangka teori
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel tergantung (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang apabila
berubah akan mempengaruhi variabel lain. Variabel tergantung adalah variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas.

Kecacingan Status Gizi


(Variabel bebas) (Variabel tergantung)
3.2 Definisi operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini salah satunya adalah untuk mengetahui hubungan antara infeksi
cacing dan status gizi siswa sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat. Berdasarkan tujuan dari
penelitian tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
desai penelitian cross-sectional.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat. Data diambil pada tanggal 23
September 2021 hingga 3 Desember 2021.
4.3 Populasi dan subjek penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang dipilih adalah siswa sekolah dasar kelas IV, V, dan VI di sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat

4.3.2 Subjek penelitian


Subjek pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV, V, dan VI di sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

4.3.3 Besar sampel dan pengambilan sampel


Jumlah sampel yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan antara infeksi cacing dan status gizi
pada siswa sekolah dasar dalam penelitian ini sesuai dengan perhitungan berdasarkan rumus populasi
infinit dan finit
• Rumus Populasi Infinit
- Prevalensi gizi buruk di sekolah dasar Hasil perhitungan
sebesar 29,4 % . Dengan besar populasi
siswa sekolah dasar sebesar 550
- Sehingga, nilai

Keterangan :
= Besar sampel
= Tingkat kemaknaan sebesar 95 %.Untuk nilai a
sebesar 95 %. Nilai (derajat kesalahan) adalah
1,96
= Prevalensi kelompok yang menderita peristiwa yang
diteliti yaitu gizi kurang.
= Prevalensi yang tidak menderiya peristiwa didapat
dari
= Tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki,
ditetapkan sebesar 5 %.
• Rumus Populasi Finit

Keterangan :
Jumlah sampel yang diperlukan untuk populasi finit
Besar sampel populasi
Diketahui jumlah siswa sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat sebanyak 550 jiwa, maka besar
sampel minimal sebagai berikut
4.3.4 Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI di SD Kabupaten Sumba Barat
yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sampel akan dipilih secara simple random sampling.
Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.

4.3.5 Kriteria inklusi dan eksklusi


4.3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Siswa Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 di Kabupaten Sumba Barat
b. Bersedia untuk diambil sampel (feses)
c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
d. Tidak mengonsumsi obat cacing 6 bulan terakhir

4.3.5.2 Kriteria Eksklusi


a. Subjek tidak mengembalikan pot feses
b. Mengundurkan diri dari penelitian
c. Mengonsumsi obat cacing dalam 6 bulan terakhir
4.4 Bahan dan instrumen penelitian
Data primer diperoleh dari pengambilan sampel, dan pengukuran IMT berdasarkan perhitungan Z-score
dengan menggunakan program WHO Antroplus. Sampel yang digunakan adalah feses dari siswa dan
pengukuran berat badan dan tinggi badan menggunakan weighing scale dan tinggi badan menggunakan
microtoise staturmeter.

4.4.1 Pemeriksaan cacing


Pemeriksaan cacing Soil Transmitted Helminths (STH) dilakukan di laboratorium dengan
menyiapkan alat yaitu mikroskop, object glass, wadah kecil tertutup (tempat untuk feses), kertas selofan,
lidi. Kemudian, bahan yang disiapkan adalah sampel berupa feses dan juga larutan Kato. Metode yang
digunakan adalah metode Kato-Katz dan Harada Mori untuk mendeteksi adanya telur ataupun cacing
pada sampel. Hasil ukurnya dikelompokkan menjadi :
1. Positif (+) terdapat telur cacing pada feses
2. Negatif (-) tidak terdapat telur cacing pada feses
4.4.2 Penilaian status gizi
Melakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari tinggi badan dan berat badan siswa
yang dilakukan oleh enumerator yang berkompeten. Setelah dari tinggi badan dan berat badan
dikumpulkan, dilakukan perhitungan Z-Score dengan menggunakan program WHO Antroplus untuk
menentukan status gizi. WHO Antroplus merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai
kalkulator antropometri (Anthropometric Calculator) , pengkajian gizi secara individu (Individual
Assessment), dan untuk survey status gizi (Nutrional Survey).
Cara menghitung IMT anak dengan
 IMT = BB / TB (m) x TB (m)
Pastikan tinggi badan dalam meter
Pencarian Z-score dilakukan setelah mendapatkan nilai IMT

 
4.4.3 Penilaian jenis kelamin
Data jenis kelamin didapatkan dengan melalui wawancara langsung kepada responden dan
berdasarkan data di sekolah kemudia hasilnya dikelompokkan menjadi :
1. Laki – Laki
2. Perempuan
Jenis kelamin dibutuhkan untuk pengukuran Z-Score sebagai penentuan gizi pada anak
4.5 Analisis data

4.5.1 Analisis Univariat


Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing masing
variabel yang akan diteliti yaitu hubungan infeksi cacing dan status gizi. Dengan menggunakan
persentase.
 
 
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yakni hubungan infeksi
cacing dengan status gizi. Data akan dianalisis menggunakan uji Chi Square yang kemudian akan
dihitung menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Batas kemaknaan
yang digunakan (p-value) adalah <0,05.

 
4.6 Alur penelitian
4.7 Etika penelitian

4.7.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)


Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan.
 
4.7.2 Ethical Clearance
Proposal yang telah disetujui untuk dilakukan penelitian akan diajukan Ethical Clearance kepada
Komisi Etik Riset Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Data responden akan terjamin
kerahasiaannya dan responden sudah diminta persetujuan terlebih dahulu setelah diberikan
penjelasan (Informed Consent) untuk ikut serta dalam penelitian.
Daftar Pustaka
1.Teguh M. Aktualisasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Melalui Gerakan Literasi Sekolah untuk Menyiapkan
Generasi Unggul dan Berbudi Pekerti. Prosiding Seminar Nasional.2017Mar15.
Link : https://training.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/download/217/120
2. Hayati F. Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar : Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan
Tambusai. 2021: 1809-1815
Link : https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/1181/1056
3. Widiastiwi Y, Zaidiah A, Devianti I. Pelatihan Dan Sosialisasi Pemanfaatan Tik Penilaian Status Anak
Berdasarkan Status Antropometri. Jurnal Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.2021 Jul;4(2)
Link:https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITHABDIMAS/article/download/976/766
4. Septikasari M. Status Gizi Anak.1 st:UNY Press,2018.9-10 p.
Link : https://books.google.co.id/books?id=gjxsDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl
5. Bedah S, Syafitri A. Infeksi Kecacingan Pada Anak Usia 8-14 Tahun Di RW 007 Tanjung Lengkong Kelurahan
Bidaracina Jatinegara Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2018 Mar;10(1):20-25
Link : http://journal.thamrin.ac.id/index.php/jikmht/article/download/13/12
Daftar Pustaka
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2017
Link : http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._15_ttg_Penanggulangan_Cacingan_.pdf
7. Direktorat Jendral PP dan PL. Pedoman Pengendalian Kecacingan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2012
8. Susanto I, Ismid S, Sjarifuddin P, Sungkar S. Parasitologi Kedokteran. 4 th ed. Departemen Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. 6-25 p.
9. Webber R. Communicable Disease Epidemiology and Control : Global Perspective. 3 rd ed. London : CABI Publishing.
Massaschusetts; 2009
10. Lembong E, Utama G, Ardiansah I. Penilaian Status Gizi Balita dan Ibu Hamil RW 01 Desa Cileles Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Universitas Padjadjaran.
Link : https://jurnal.unpad.ac.id/pkm/article/download/20308/9833

11. Depkes RI. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacing;2006
12. Annisa S, Dalilah, Anwar C. Hubungan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths (STH) dengan Status Gizi pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri 200 Kelurahan Kemasrindo Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2008 Apr. (2)
Link : https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/download/8553/4541

Anda mungkin juga menyukai