• Sekolah dasar harus dapat berkembang didalam masyarakat agar dapat memberikan
pelayanan dalam mendidik siswa dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
• Masalah gizi pada anak sekolah dasar saat ini masih cukup tinggi
• Di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat anak yang mengalami kurang gizi mengalami
perut membuncit, wajah pucat, rambut jarang, dan kulit keriput.
• Kabupaten Sumba Barat secara nasional menduduki peringkat 478 dan 479 dalam IPKM
tahun 2018
Latar belakang
• Berdasarkan Kemenkes 2018, status gizi anak 5-12 tahun menurut IMT/U. Prevalensi kurus
terhitung tinggi yaitu 14,7 terdiri dari 3,9% sangat kurus dan 10,8% kurus. Masalah gemuk
sebanyak 5,74 terdiri dari gemuk 4,03% dan sangat gemuk 1,71%.
• Salah satu penyebab menurunnya gizi adalah infeksi cacing yang merupakan salah satu
penyebab defisiensi zat gizi. Cacing dewasa pada usus akan menyerap zat gizi dan sangat
berpengaruh terhadap status gizi
• Anak yang terinfeksi tersebut apabila BAB ditanah, mencemari tanah dengan tinja yang
terdapat telur infektif maka akan menginfeksi anak lainnya apabila tertelan telur Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura. Sedangkan Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale infeksi terjadi apabila telur menetas di tanah menjadi larva yang masuk ke dalam
tubuh melalui kulit
Latar belakang
• Berdasarkan penelitian saudara Annisa et al., (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan status gizi pada siswa SD.
• Namun, berdasarkan penelitian Dini A (2018) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan status gizi pada siswa
SD.
• Alasan dilakukannya penelitian ini karena ingin mengetahui adanya hubungan antara infeksi
cacing dan status gizi siswa sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat. Karena, gizi buruk
pada merupakan masalah yang cukup besar di Kabupaten Sumba Barat.
1.2 Rumusan masalah
Apakah terdapat hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Terdapat hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa sekolah
dasar Kabupaten Sumba Barat
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Manfaat hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan adalah dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya
mengenai hubungan antara infeksi cacing dan status gizi pada siswa sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat .
- Penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang tidak memadai, sanitasi, air
bersih atau pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.
- Penyebab mendasar atau akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis ekonomi, politik, dan social.
Termasuk bencana alam yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan
pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, pada akhirnya mempengaruhi status gizi.
2.2 Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH)
Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan penyebab kecacingan terbanyak di dunia,
terutama spesies cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan
(Ancylostoma duodenale), dan cacing cambuk (Trichurus trichiura)
• Diagnosis
Ditegakkan dengan menemukan telur pada sediaan basah tinja langsung atau
menemukan cacing dewasa pada pemeriksaan kolonoskopi. Telur T. Trichiura memiliki
karakteristik seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih di kedua
katup sehingga mudah untuk diintefikasi. Penghitungan telur per gram tinja dengan
teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk menentukan ringannya infeksi
2.2.3 Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Telur cacing tambang berbentuk lonjong, tidak berwarna, berukuran sekitar 65x40
mikron..
• Patofisiologi dan Gejala klinis
a. Stadium Larva
Bila banyak larva filariform menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit berupa ground itch yaitu reaksi
local eritematosa dengan papul papul disertai rasa gatal. Infeksi larva A.duodenale secara oral
menyebabkan penyakit wakana dengan gejala mual, muntah, iritasi faringeal, batuk, sakit leher, dan suara
serak. Larva cacing di paru dapat menimbulkan pneumonitis
b. Stadium Dewasa
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari kehilangan darah karena invasi parasite di
mukosa dan submocasa usus halus. Seekor N. americanus menyebabkan kehilangan darah 0,005 – 0,1
cc/hari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc/hari. Biasa terjadi anemia hipokrom mikrositer dan
eusinofilia.
• Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin
ditemukan larva. Penghitungan telur per gram tinja dengan teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan berat ringannya infeksi.
Hubungan antara infeksi cacing dan status gizi
Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama pada negara beriklim tropis dan yang sedang berkembang.
(Lalangpuling et al., 2017) Kelompok cacing yang umunya menyerang manusia adalah kelompok cacing Soil Transmitted Helminths (STH)
karena pada umumnya bersifat jangka panjang (kronis) dan tidak menyebabkan kematian secara langsung (Lalangpuling et al., 2017).
Departemen Kesehatan Jakarta di suatu daerah terutama pada anak sekolah dasar menyebutkan sekitar 49,5 % dari 3160 siswa di 13
SD menderita cacingan (Lalangpuling et al. 2017). Cacingan mempengaruhi asupan (intake), pencernaan (digestive), penyerapan
(absorbsi), dan metabolism makanan.6. Infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian terhadap kebutuhan zat gizi karena
kurangnya kalori dan protein, serta kehilangan darah. Menurut Ahmed et al. (2012) dan Cabada et al. (2015), infeksi kecacingan
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan
seperti penurunan kecepatan pertumbuhan, lemahnya kesehatan fisik, penurunan aktivitas, lemahnya fungsi kognitif, hingga malnutrisi
pada anak. (Annisa et al.,2018)
2.2 Ringkasan pustaka
2.3 Kerangka teori
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel tergantung (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang apabila
berubah akan mempengaruhi variabel lain. Variabel tergantung adalah variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas.
Keterangan :
= Besar sampel
= Tingkat kemaknaan sebesar 95 %.Untuk nilai a
sebesar 95 %. Nilai (derajat kesalahan) adalah
1,96
= Prevalensi kelompok yang menderita peristiwa yang
diteliti yaitu gizi kurang.
= Prevalensi yang tidak menderiya peristiwa didapat
dari
= Tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki,
ditetapkan sebesar 5 %.
• Rumus Populasi Finit
Keterangan :
Jumlah sampel yang diperlukan untuk populasi finit
Besar sampel populasi
Diketahui jumlah siswa sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Barat sebanyak 550 jiwa, maka besar
sampel minimal sebagai berikut
4.3.4 Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI di SD Kabupaten Sumba Barat
yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sampel akan dipilih secara simple random sampling.
Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.
4.4.3 Penilaian jenis kelamin
Data jenis kelamin didapatkan dengan melalui wawancara langsung kepada responden dan
berdasarkan data di sekolah kemudia hasilnya dikelompokkan menjadi :
1. Laki – Laki
2. Perempuan
Jenis kelamin dibutuhkan untuk pengukuran Z-Score sebagai penentuan gizi pada anak
4.5 Analisis data
4.6 Alur penelitian
4.7 Etika penelitian
11. Depkes RI. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacing;2006
12. Annisa S, Dalilah, Anwar C. Hubungan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths (STH) dengan Status Gizi pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri 200 Kelurahan Kemasrindo Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2008 Apr. (2)
Link : https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/download/8553/4541