Anda di halaman 1dari 4

How Important performing direct examination in corneal ulcer cases?

Dalam menegakkan diagnosis ulkus kornea, anamnesis yang teratur dan


detail serta pemeriksaan klinis pasien dengan menggunakan slit-lamp
biomicroscope merupakan langkah penting yang harus dilakukan.
Tampilan klinis dari keratitis, spesifik pada ulkus kornea dapat berbeda-
beda pada setiap variabelnya, dan sangat sulit membedakan etiologi
penyebab hanya dengan berdasarkan pemeriksaan fisik saja. Contohnya
pada kasus keratitis yang disebabkan oleh infeksi Acanthamoeba dengan
gambaran ring-shaped infiltrate-nya yang juga dapat ditemukan pada
infeksi keratitis jamur, keratitis HSV (Herpes simplex), atau bahkan keratitis
akibat infeksi Pseudomonas. Contoh lainnya yaitu pada keratitis Nocardia
dengan tampilan klinis khas adalah infiltrate putih berukuran kecil dengan
jumlah multipel yang dapat juga dikelilingi filamen halus di sekitar kornea
menyerupai keratitis fungal. Tampilan klinis akan sulit dibeakan apabila lesi
terdapat di bagian perifer atau bahkan merupakan lesi lanjut yang
melibatkan seluruh bagian dari korea. Oleh karena itulah pemeriksaan
laboratorium dan mikroskopik langsung mikroba patogen penyebab
keratitis penting dilakukan karena akan berpengaruh pada tatalaksana dan
prognosis pasien.

Pemeriskaan laboratorium ini terdiri atas pemeriksaan visualisasi langsung


dari organisme dan inokulasi material mikroba di bawah kondisi yang
sesuai untuk organisme bereplikasi. Pemeriksaan yang biasanya dilakukan
di bawah mikroskop adalah pemeriksaan Gram dan Giemsa, serta
pemeriksaan KOH (pottasiom hydroxide 10%) atau pemeriksaan calfofluor
white. Pemeriksaan Gram dan KOH merupakan pemeriksaan yang
sederhana dan cepat yang dapat membantu klinisi dan memberikan
informasi terkait etiologi ulkus kornea sehingga manajemen awal akan
lebih tepat. Pemeriksaan yang lebih spesifik dengan kultur terkadang
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan laboratorium yang cukup
canggih sehingga akan berdampak pada keterlambatan pemberian terapi
dan meningkatkan progresivitas ulkus apabila menunggu hasil dari kultur.
Menurut studi sebelumnya didapatkan bahwa hanya sebanyak <4% kasus
ulkus kornea yang harus merubah terapi inisial awal sesuai hasil kultur
dengan alasan respon klinis yang tidak adekuat. Oleh karena itulah
pemeriksaan kultur atau sensitivitas antibiotik jarang dilakukan untuk
manajemen keratitis supuratif. Sumber lainnya mengatakan bahwa pada
daerah-darah tropik dengan insidensi keratitis fungal yang cukup tinggi,
pemeriksaan mikroskopik dengan Gram dan KOH 10% saja sudah dapat
membantu klinisi paling tidak pada manajemen awal penyakit untuk kasus
keratitis supuratif yang berdampak pada perbaikan prognosis pasien. 1,2

Studi lain oleh Moshirfar et al menunjukkan bahwa standar terapi yang


direkomendasikan untuk ulkus oleh American of Ophthalmology (AAO)
kornea didasarkan pada hasil dari pemeriksaan pewarnaan dan kultur jika
dapat dilakukan. Indikasi dilakukannya kultur adalah apabila ulkus
berukuran >2mm dan terletak di sentral, terdapat stromal melting, tidak
membaik dengan antibiotik empiris, memiliki riwayat operasi kornea,
dengan infiltrasi multipel pada stromal, dan tampilan klinis yang atipikal.
Hanya 35% kasus dari ulkus kornea yang pada akhirnya membutuhkan
kultur dan hanya sekitar 13% saja dokter mata yang menunggu hasil kultur
untuk pemberian terapi pada pasien.
Pemeriksaan mikroskopik secara langsung dengan Gram, Giemsa,
maupun KOH 10% dapat sangat berguna dalam menentukan pemberian
terapi awal atau antibiotik empiris pada kasus ulkus kornea. Meskipun
sensitivitas dari pemeriksaan Gram berkisar 36% - 67% namun diagnosis
dan informasi etiologi yang cukup cepat dari pemeriksaan ini akan sangat
berguna dalam mencegah progresivitas dari ulkus kornea. Sedangkan
pemeriksaan KOH dengan sensitivitas hingga 100% yang juga dapat
membatu klinisi untuk manajemen awal ulkus kornea akibat jamur. 3
1. Zago VV, Perez-Balbuena AL. Laboratory in the Diagnosis of Bacterial
and Fungal Keratitis. Common Eye Infections [Internet]. 2013 May 8
[cited 2020 Nov 6]; Available from:
https://www.intechopen.com/books/common-eye-infections/laboratory-
in-the-diagnosis-of-bacterial-and-fungal-keratitis

2. Garg P, Rao GN. Corneal Ulcer: Diagnosis and Management.


Community Eye Health. 1999;12(30):21–3.

3. Moshirfar M, Hopping GC, Vaidyanathan U, Liu H, Somani AN,


Ronquillo YC, et al. Biological Staining and Culturing in Infectious
Keratitis: Controversy in Clinical Utility. Med Hypothesis Discov Innov
Ophthalmol. 2019;8(3):145–51.

Anda mungkin juga menyukai