0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan4 halaman
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop seperti Gram, Giemsa, dan KOH sangat penting untuk menentukan pengobatan awal dan antibiotik empiris pada kasus ulkus kornea. Meskipun sensitivitasnya berkisar antara 36-100%, diagnosis cepat dan informasi etiologi yang didapat dapat mencegah perburukan kondisi. Kultur hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu dan tidak selalu mengubah pengobatan awal.
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop seperti Gram, Giemsa, dan KOH sangat penting untuk menentukan pengobatan awal dan antibiotik empiris pada kasus ulkus kornea. Meskipun sensitivitasnya berkisar antara 36-100%, diagnosis cepat dan informasi etiologi yang didapat dapat mencegah perburukan kondisi. Kultur hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu dan tidak selalu mengubah pengobatan awal.
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop seperti Gram, Giemsa, dan KOH sangat penting untuk menentukan pengobatan awal dan antibiotik empiris pada kasus ulkus kornea. Meskipun sensitivitasnya berkisar antara 36-100%, diagnosis cepat dan informasi etiologi yang didapat dapat mencegah perburukan kondisi. Kultur hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu dan tidak selalu mengubah pengobatan awal.
How Important performing direct examination in corneal ulcer cases?
Dalam menegakkan diagnosis ulkus kornea, anamnesis yang teratur dan
detail serta pemeriksaan klinis pasien dengan menggunakan slit-lamp biomicroscope merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Tampilan klinis dari keratitis, spesifik pada ulkus kornea dapat berbeda- beda pada setiap variabelnya, dan sangat sulit membedakan etiologi penyebab hanya dengan berdasarkan pemeriksaan fisik saja. Contohnya pada kasus keratitis yang disebabkan oleh infeksi Acanthamoeba dengan gambaran ring-shaped infiltrate-nya yang juga dapat ditemukan pada infeksi keratitis jamur, keratitis HSV (Herpes simplex), atau bahkan keratitis akibat infeksi Pseudomonas. Contoh lainnya yaitu pada keratitis Nocardia dengan tampilan klinis khas adalah infiltrate putih berukuran kecil dengan jumlah multipel yang dapat juga dikelilingi filamen halus di sekitar kornea menyerupai keratitis fungal. Tampilan klinis akan sulit dibeakan apabila lesi terdapat di bagian perifer atau bahkan merupakan lesi lanjut yang melibatkan seluruh bagian dari korea. Oleh karena itulah pemeriksaan laboratorium dan mikroskopik langsung mikroba patogen penyebab keratitis penting dilakukan karena akan berpengaruh pada tatalaksana dan prognosis pasien.
Pemeriskaan laboratorium ini terdiri atas pemeriksaan visualisasi langsung
dari organisme dan inokulasi material mikroba di bawah kondisi yang sesuai untuk organisme bereplikasi. Pemeriksaan yang biasanya dilakukan di bawah mikroskop adalah pemeriksaan Gram dan Giemsa, serta pemeriksaan KOH (pottasiom hydroxide 10%) atau pemeriksaan calfofluor white. Pemeriksaan Gram dan KOH merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat yang dapat membantu klinisi dan memberikan informasi terkait etiologi ulkus kornea sehingga manajemen awal akan lebih tepat. Pemeriksaan yang lebih spesifik dengan kultur terkadang membutuhkan waktu yang lama dan peralatan laboratorium yang cukup canggih sehingga akan berdampak pada keterlambatan pemberian terapi dan meningkatkan progresivitas ulkus apabila menunggu hasil dari kultur. Menurut studi sebelumnya didapatkan bahwa hanya sebanyak <4% kasus ulkus kornea yang harus merubah terapi inisial awal sesuai hasil kultur dengan alasan respon klinis yang tidak adekuat. Oleh karena itulah pemeriksaan kultur atau sensitivitas antibiotik jarang dilakukan untuk manajemen keratitis supuratif. Sumber lainnya mengatakan bahwa pada daerah-darah tropik dengan insidensi keratitis fungal yang cukup tinggi, pemeriksaan mikroskopik dengan Gram dan KOH 10% saja sudah dapat membantu klinisi paling tidak pada manajemen awal penyakit untuk kasus keratitis supuratif yang berdampak pada perbaikan prognosis pasien. 1,2
Studi lain oleh Moshirfar et al menunjukkan bahwa standar terapi yang
direkomendasikan untuk ulkus oleh American of Ophthalmology (AAO) kornea didasarkan pada hasil dari pemeriksaan pewarnaan dan kultur jika dapat dilakukan. Indikasi dilakukannya kultur adalah apabila ulkus berukuran >2mm dan terletak di sentral, terdapat stromal melting, tidak membaik dengan antibiotik empiris, memiliki riwayat operasi kornea, dengan infiltrasi multipel pada stromal, dan tampilan klinis yang atipikal. Hanya 35% kasus dari ulkus kornea yang pada akhirnya membutuhkan kultur dan hanya sekitar 13% saja dokter mata yang menunggu hasil kultur untuk pemberian terapi pada pasien. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung dengan Gram, Giemsa, maupun KOH 10% dapat sangat berguna dalam menentukan pemberian terapi awal atau antibiotik empiris pada kasus ulkus kornea. Meskipun sensitivitas dari pemeriksaan Gram berkisar 36% - 67% namun diagnosis dan informasi etiologi yang cukup cepat dari pemeriksaan ini akan sangat berguna dalam mencegah progresivitas dari ulkus kornea. Sedangkan pemeriksaan KOH dengan sensitivitas hingga 100% yang juga dapat membatu klinisi untuk manajemen awal ulkus kornea akibat jamur. 3 1. Zago VV, Perez-Balbuena AL. Laboratory in the Diagnosis of Bacterial and Fungal Keratitis. Common Eye Infections [Internet]. 2013 May 8 [cited 2020 Nov 6]; Available from: https://www.intechopen.com/books/common-eye-infections/laboratory- in-the-diagnosis-of-bacterial-and-fungal-keratitis
2. Garg P, Rao GN. Corneal Ulcer: Diagnosis and Management.
Community Eye Health. 1999;12(30):21–3.
3. Moshirfar M, Hopping GC, Vaidyanathan U, Liu H, Somani AN,
Ronquillo YC, et al. Biological Staining and Culturing in Infectious Keratitis: Controversy in Clinical Utility. Med Hypothesis Discov Innov Ophthalmol. 2019;8(3):145–51.