Anda di halaman 1dari 4

Nama : Silvia Usmania

NIM : 17630054
Kelas : Kimia B
TUGAS 1 MATA KULIAH ANALISIS DAN SINTESIS SENYAWA ANORGANIK

1. Berikut adalah hasil isotermis N2 adsorption-desorption (a) dan distribusi pori (b) pada
nanokristal zeolit NaY.

(Hong K.D. Nguyen et al /Journal of Applicable Chemistry, 2017, 6 (1):50-68)

a) Tipe isoteherm pada kurva diatas adalah tipe IV dimana nilai adsorpsi dan desorpsi
terdapat perbedaan sehingga memunculkan adanya loop histerisis. Hysterisis Effect
merupakan sebuah grafik yang membentuk kurva yang arahnya berlawanan tapi
membentuk sebuah loop. Perbedaan antara desorpsi dan asorpsi yang disebabkan
oleh kondensasi kapiler dalam mesopori. Berdasarkan grafik terlihat bahwa pada
tekanan (P/P0) = 0 gas yang teradsorp sangat sedikit, dan daerah monolayer belum
terisi penuh. Ketika ditingkatkan tekanannnya sampai P/P0 < 0,1, mulai terjadi
adsorpsi gas yang menjenuhi monolayer dengan jumlah gas yang teradsorp adalah
kecil. Ketika tekanan dinaikkan lagi sampai P/P0 kira-kira 0,6 adsorpsi multilayer
mulai terjadi, tetapi jumlah yang teradsorp tidak terlalu banyak, sehingga kenaikan
tidak tajam (slope grafik kecil). Interaksi molekul-molekul gas yang teradsorp pada
dinding pori yang saling berhadapan mulai terjadi pada tekanan P/P0 = 0,7. Apabila
diaplikasikan pada tekanan yang lebih tinggi lagi, yaitu sampai P/P0 = 1 yang
menyebabkan molekul-molekul gas memenuhi mesopori (kenaikan grafik tajam).
Kemudian ketika tekanan diturunkan untuk desorpsi gas, kurva isotermal
menunjukkan terjadinya loop histerisis di mana jumlah gas yang terdesorpsi tidak
sama dengan jumlah yang teradsorpsi di awal.
b) Terdapat dua ukuran pada distribusi ukuran pori nanokristal zeolit NaY
menggunakan BJH. Ukuran pertama yaitu sebesar 0.7 nm yang termasuk dalam tipe
mikropori karena mempunyai ukuran pori < 2 nm. Sedangkan ukuran yang kedua
memiliki ukuran pori sebesar 3,6 nm yang termasuk dalam tipe mesopori . Hal ini
menunjukkan ukuran kedua termasuk dalam tipe mesopori karena memiliki ukuran
pori antara 2 – 50 nm.
c) Bentuk pori zeolit NaY berdasarkan bentuk loop histerisis menurut klasifikasi
IUPAC termasuk tipe H4 karena mengandung material mikropori dan mesopori.

2. Berikut adalah hasil isoterm dan distribusi ukuran pori zeolit SBA-16, (d) SBA-16, (e) Ni-S-
16, dan (f) Ni-I-16.

a) Tipe isotherm zeolit SBA-16, Ni-S-16, dan Ni-I-16 termasuk dalam tipe IV,
dikarenakan terdapat perbedaan nilai adsorpsi dan desorpsi yang disebabkan oleh
kondensasi kapiler dalam mesopori. Ciri mesopori adalah memiliki pori yang lebar,
dimana ketika ditambahkan tekanan yang kecil maka akan menyisakan banyak ruang
sehingga yang teradsorp sangat kecil. Kemudian saat dinaikkan tekanannya mencapai
sekitar 0,4 dapat terlihat munculnya multilayer pada kurva tetapi jumlah yang teradsorp
tidak terlalu banyak, sehingga kenaikan tidak tajam (slope grafik kecil). Interaksi
molekul-molekul gas yang teradsorp pada dinding pori yang saling berhadapan mulai
terjadi pada tekanan sekitar 0,6. Jika diaplikasikan pada tekanan yang lebih tinggi lagi,
yaitu sampai P/P0 = 1 yang menyebabkan molekul-molekul gas memenuhi mesopori
(kenaikan grafik tajam).
b) Distribusi ukuran pori zeolit SBA-16, Ni-S-16, dan Ni-I-16 menggunakan BJH adalah
sekitar 5 nm yang sesuai dengan material mesopori yang memiliki ukuran pori antara 2
sampai 50 nm.
c) Menurut klasifikasi IUPAC, bentuk pori zeolit SBA-16, Ni-S-16, dan Ni-I-16
berdasarkan bentuk loop histerisisnya adalah termasuk tipe H2 karena mengandung
struktur pori yang sangat kompleks. Tipe H2 yang sesuai dengan grafik adalah H2 yang
memiliki mulut pori lebih kecil sehingga jika ada material dengan tekanan tertentu
kemudian dimasukkan dalam pori maka akan membentuk kavitasi sehingga loop
histerisis yang dihasilkan menjadi lebih besar.

3. Berikut adalah hasil isoterm dan distribusi ukuran pori (a) Fe2O3 dan (b) CeO2 secara
berturut-turut

Fe2O3 :
a) Tipe isotherm dari Fe2O3 adalah tipe IV yang ditandai dengan loop histerisis, dimana
loop histerisis ini mengindikasikan adanya kondensasi kapiler dalam mesopori.
Berdasarkan grafik terlihat bahwa pada tekanan (P/P0) = 0 gas yang teradsorp sangat
sedikit, dan daerah monolayer belum terisi penuh. Ketika ditingkatkan tekanannnya
sampai P/P0 < 0,1, mulai terjadi adsorpsi gas yang menjenuhi monolayer dengan
jumlah gas yang teradsorp adalah kecil. Ketika tekanan dinaikkan lagi sampai P/P0
kira-kira 0,5 adsorpsi multilayer mulai terjadi, tetapi jumlah yang teradsorp tidak terlalu
banyak, sehingga kenaikan tidak tajam. Interaksi molekul-molekul gas yang teradsorp
pada dinding pori yang saling berhadapan mulai terjadi pada tekanan P/P0 = 0,8.
Apabila diaplikasikan pada tekanan yang lebih tinggi lagi, yaitu sampai P/P0 = 1 yang
menyebabkan molekul-molekul gas memenuhi mesopori (kenaikan grafik tajam).
b) Distribusi ukuran pori Fe2O3 menggunakan BJH adalah sekitar 6.5 nm. Hal ini sesuai
dengan material mesopori yang memiliki ukuran pori antara 2 – 50 nm.
c) Bentuk pori Fe2O3 berdasarkan bentuk loop histerisis menurut klasifikasi IUPAC
termasuk tipe H2 karena mengandung struktur pori yang sangat kompleks. Tipe H2
yang sesuai dengan grafik adalah H2 yang memiliki mulut pori lebih kecil sehingga jika
ada material dengan tekanan tertentu kemudian dimasukkan dalam pori maka akan
dihasilkan loop histerisis yang lebih besar sehingga dapat membentuk kavitasi.

CeO2 :
a) Tipe isotherm dari Fe2O3 adalah tipe IV yang ditandai dengan loop histerisis, dimana
loop histerisis ini mengindikasikan adanya kondensasi kapiler dalam mesopori.
Berdasarkan grafik terlihat bahwa pada tekanan (P/P0) = 0 gas yang teradsorp sangat
sedikit, dan daerah monolayer belum terisi penuh. Ketika ditingkatkan tekanannnya
sampai P/P0 < 0,1, mulai terjadi adsorpsi gas yang menjenuhi monolayer dengan
jumlah gas yang teradsorp adalah kecil. Ketika tekanan dinaikkan lagi sampai P/P0
kira-kira 0,4 adsorpsi multilayer mulai terjadi, tetapi jumlah yang teradsorp tidak terlalu
banyak, sehingga kenaikan tidak tajam. Interaksi molekul-molekul gas yang teradsorp
pada dinding pori yang saling berhadapan mulai terjadi pada tekanan P/P0 = 0,6.
Apabila diaplikasikan pada tekanan yang lebih tinggi lagi, yaitu sampai P/P0 = 1 yang
menyebabkan molekul-molekul gas memenuhi mesopori (kenaikan grafik sangat
tajam).
b) Distribusi ukuran pori CeO2 menggunakan BJH adalah sekitar 4.6 nm yang sesuai
dengan material mesopori yang memiliki ukuran pori antara 2 – 50 nm.
c) Menurut klasifikasi IUPAC, bentuk pori CeO2 berdasarkan bentuk loop histerisisnya
adalah termasuk tipe H3 karena memiliki partikel seperti plate-like atau agregates non
rigid sehingga dapat diketahui bentuk porinya adalah slit.

Anda mungkin juga menyukai