Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Keperawatan
Maternitas yang Dibimbing
Oleh:
Ns. Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa

DISUSUN OLEH :

LUFI FUADAH AZAR NASFA

1814401071

TINGKAT II REGULER II

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita


hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan
bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas
sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion,
MD,hal : 232) Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
(Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan
karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan
di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis
kurang dan timbul aseton dalam air kencing
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai
dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada
minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah
Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda

B.     ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi


kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1. Faktor Organik,
Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap janin.
2. Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Faktor Endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

C. TANDA DAN GEJALA

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis  gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah.
Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis
gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

a. Tingkatan I (ringan)
 Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
 Ibu merasa lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Berat badan menurun
 Merasa nyeri pada epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100 per menit
 Tekanan darah menurun
 Turgor kulit berkurang
 Lidah mengering
 Mata cekung

b. Tingkatan II (sedang)
 Penderita tampak lebih lemah dan apatis
 Turgor kulit mulai jelek
 Lidah mengering dan tampak kotor
 Nadi kecil dan cepat
 Suhu badan naik (dehidrasi)
 Mata mulai ikterik
 Berat badan turun dan mata cekung
 Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
 Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
c. Tingkatan III (berat)
 Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma)
 Dehidrasi hebat
 Nadi kecil, cepat dan halus
 Suhu badan meningkat dan tensi turun
 Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati
 wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
 Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

D. PATOFISIOLOGI

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung ( sindroma mollary-weiss ), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.
PATHWAY

Faktor Predisposisi
-Kehamilan ganda Pemberian Fe Vili Faktor
-Molahidatidosa khorialis psikologis
stress

Masuk Mempengaruhi
HCG meningkat Efek samping sirkulasi system saraf
pemberian Fe maternal/ simpatis
berlebihan peredaran
darah ibu
Estrogen meningkat
Peningkatan
Perubahan mengeluaran
Estrogen metabolic H.epineprin,nor
merangsang SSP dan meningkat epineprin dan
pengosongan kortisol
lambung berkurang

As.lambung
meningkat
Asam lambung
meningkat

Mual dan muntah Gangguan


Merespon perubahan
peningkatan peristaltic
nutrisi
lambung

Dehidrasi
Dehidrasi

Serebal Pembuluh darah Integumen Kardiovaskul Ginjal


er

Penurunan Hemokonsentrasi Turgor kulit Penurunan Kapiler


vaskulerisasi menurun menurun kontruktililitis glomer
keserebal jantung ulus

Penurunan Memperlambat
Gangguan Tekana
transportasi peredaran darah
integritas kulit n
CO2 COP menurun
hidrost
atik
O2 dijantung tidak mening
Hipoksia Sirkulasi
adekuat kat
kejaringan GFR ↓
menurun
Gangguan Iskemik
perfusi jaringan Reabsor
psi NaCl
Ganggua

n perfusi
Vasokons
jaringan
triksi
Janin Ibu ginjal
Ketidak
seimbangan NaCl
Kekurangan Metabolic antara suplai ↑
O2 anaerob dan
kebutuhan Umpan
Intolera balik
Kematian As.laktat nsi tubulogl
aktivitas omerulus
Volume
cairan
tubulus ↓
Nyeri
Gangguan
keseimban
gan cairan
dan
elektrolit
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

F. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a. Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
b. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
c. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
d. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.

2.  Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3.   Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4.   Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
5.   Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
6.   Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
7.  Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

G.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.gangguan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin

H.    TUJUAN KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL


1.      gangguan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
 Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
 Klien tidak muntah lagi
 Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
2.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
 Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
 Klien tidak mengalami mual muntah
 Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
3.     Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
 Rasa nyaman terpenuhi
4.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi dapat
teratasi dengan
Kriteria Hasil:
 Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan

5.      Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin dapat teratasi
dengan
Kriteria Hasil:
 Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin

I. INTERVENSI DAN RASIONAL


1.      gangguan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan
Intervensi:
a. Kaji status intake dan output cairan
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi
b. Timbang BB setiap hari
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien

2.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam
R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin

3.     Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang dapat teratasi


Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri
R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya
b. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal
c. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan
R/ Dapat melupakan rasa nyeri
d. Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen
rasa mint
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil
e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri

4.    Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi


Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan
klien dalam memenuhi kebutuhannya
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan
kondisi sehat serta sejahtera
5.      Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin
Intervensi:
a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi terbuka
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit
dan efek-efeknya
d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ;
EGC

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta ; Arcan

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai