PKK LP Hiperemesis Gravidarum Lufi
PKK LP Hiperemesis Gravidarum Lufi
DISUSUN OLEH :
1814401071
TINGKAT II REGULER II
B. ETIOLOGI
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah.
Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis
gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
Ibu merasa lemah
Nafsu makan tidak ada
Berat badan menurun
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 per menit
Tekanan darah menurun
Turgor kulit berkurang
Lidah mengering
Mata cekung
b. Tingkatan II (sedang)
Penderita tampak lebih lemah dan apatis
Turgor kulit mulai jelek
Lidah mengering dan tampak kotor
Nadi kecil dan cepat
Suhu badan naik (dehidrasi)
Mata mulai ikterik
Berat badan turun dan mata cekung
Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
c. Tingkatan III (berat)
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma)
Dehidrasi hebat
Nadi kecil, cepat dan halus
Suhu badan meningkat dan tensi turun
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
D. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung ( sindroma mollary-weiss ), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.
PATHWAY
Faktor Predisposisi
-Kehamilan ganda Pemberian Fe Vili Faktor
-Molahidatidosa khorialis psikologis
stress
Masuk Mempengaruhi
HCG meningkat Efek samping sirkulasi system saraf
pemberian Fe maternal/ simpatis
berlebihan peredaran
darah ibu
Estrogen meningkat
Peningkatan
Perubahan mengeluaran
Estrogen metabolic H.epineprin,nor
merangsang SSP dan meningkat epineprin dan
pengosongan kortisol
lambung berkurang
As.lambung
meningkat
Asam lambung
meningkat
Dehidrasi
Dehidrasi
Penurunan Memperlambat
Gangguan Tekana
transportasi peredaran darah
integritas kulit n
CO2 COP menurun
hidrost
atik
O2 dijantung tidak mening
Hipoksia Sirkulasi
adekuat kat
kejaringan GFR ↓
menurun
Gangguan Iskemik
perfusi jaringan Reabsor
psi NaCl
Ganggua
↓
n perfusi
Vasokons
jaringan
triksi
Janin Ibu ginjal
Ketidak
seimbangan NaCl
Kekurangan Metabolic antara suplai ↑
O2 anaerob dan
kebutuhan Umpan
Intolera balik
Kematian As.laktat nsi tubulogl
aktivitas omerulus
Volume
cairan
tubulus ↓
Nyeri
Gangguan
keseimban
gan cairan
dan
elektrolit
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a. Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
b. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
c. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
d. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
2. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
5. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
6. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
7. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin dapat teratasi
dengan
Kriteria Hasil:
Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam
R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ;
EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC