Anda di halaman 1dari 122

Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

PENDAHULUAN
Salah satu indikator derajat kesehatan Indonesia dapat dinilai dari Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini naik dibandingkan AKI tahun 2007 yang mencapai 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini naik jika dibandingkan dengan AKB tahun 2007 yang
berjumlah 28 per 1000 kelahiran hidup. Angka-angka ini sangat jauh dari hasil yang
ingin dicapai Indonesia berdasarkan target yang sudah ditetapkan oleh MDG (Millenium
Development Goal) WHO yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia antara lain perdarahan
(29%), eklampsi (27%), infeksi (5%), komplikasi puerperium (10%), partus lama (5%),
trauma obstetric (5%), emboli obstetrik (3%), komplikasi abortus (5%), dan lain-lain
(11%). Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah asfiksia
(27%), komplikasi pada bayi berat badan lahir rendah (29%), tetanus neonatorum
(10%), infeksi (5%), masalah pemberian makan (10%), gangguan haematologik (6%),
dan lain-lain (13%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi di Indonesia dibedakan dalam
dua sisi yaitu dari sisi pemberdayaan masyarakat (Demand side) dan sisi cakupan dan
kualitas pelayanan (Supply side). Demand side dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
yang rendah, tingkat sosial ekonomi ibu rendah, kedudukan dan peranan wanita tidak
mendukung, sosial budaya tidak mendukung dan system transportasi yang tidak
mendukung. Sedangkan pada sisi supply ditandai dengan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan ibu rendah, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu
belum memadai karena kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten, fasilitas
kesehatan yang belum memenuhi standar dan sistem rujukan maternal dan perinatal
yang belum mantap. Kedua aspek tersebut dapat mengakibatkan kematian ibu dan
perinatal karena tiga terlambat dan empat terlalu. Tiga terlambat yang dimaksud

1
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

adalah: terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat


mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan.
Empat terlalu yang mengakibatkan kematian ibu dan perinatal adalah: terlalu muda
punya anak/umur kurang dari 20 tahun (0,3%), terlalu banyak melahirkan/anak lebih
dari 3 orang (37%), terlalu rapat jarak melahirkan/kurang dari 2 tahun (9,4%), terlalu
tua/umur lebih dari 35 tahun (13,9%).
Pada modul ini, Anda akan mempelajari tentang Penanganan Komplikasi, Sistem
Rujukan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penanganan komplikasi, sistem rujukan
kebidanan dan bayi baru lahir, pada Modul 1 ini akan diuraikan tentang:
1. Komplikasi Kebidanan dan Penanganannya
2. Komplikasi Bayi Baru Lahir dan Penanganannya
3. Sistem Rujukan
Dari uraian diatas, diharapkan Anda dapat menjelaskan tentang Penanganan
Komplikasi, Sistem Rujukan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir .

JUMLAH ALOKASI WAKTU:


Pada praktik klinik ini jumlah SKS yang ditempuh adalah 4 SKS, dimana 2 Teori setara
dengan 28 jam dan 2 Praktek setara dengan 56 jam efektif untuk tutorial di laboratorium
sampai dengan evaluasi. Keterampilan yang terdapat di dalam buku petunjuk Asuhan
Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir ini harus dikuasai dalam waktu 56 jam
dengan tutorial oleh pembimbing atau instruktur, praktikum mandiri dan berkelompok di
laboratorium dan evaluasi akhir dengan uji tulis dan praktik.

Jadwal pelaksanaan praktikum dilakukan setelah pemberian materi Asuhan Kebidanan


pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir selesai diberikan.

PEMBIMBING PRAKTIK:
Selama di laboratorium mahasiswa akan dibimbing oleh pembimbing laboratorium.
Pembimbing laboratorium ditunjuk dan ditetapkan dengan latar belakang pendidikan
minimal DIII Kebidanan dan berpengalaman diklinik minimal 2 tahun.

2
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

TEKNIS BIMBINGAN:
Sebelum melakukan praktikum di laboratorium maka mahasiswa harus perhatikan alur
kerja seperti di bawah ini :
1. Pada awal perkuliahan yang dilakukan adalah menemui pembimbing atau
instruktur untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir, dan menyepakati/ menyamakan persepsi tugas-tugas yang akan dilakukan
selama 1 semester
2. Pada saat kontrak program perkuliahan, mahasiswa akan diberikan modul yang
harus di kuasai dalam waktu 28 jam, setelah membaca modul teori tersebut, maka
mahasiswa akan mulai untuk belajar praktikum di laboratorium pada waktu yang
telah disepakati, untuk latihan melakukan tindakan – tindakan apa saja yang perlu
untuk dikuasai sebagai bidan professional dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan komunitas.
3. Setelah mendapat daftar tilik, maka penanggung jawab mata kuliah ini mendatangi
ruang alat laboratorium untuk mengisi kontrak peminjaman ruang dan alat pada
petugas laboratorium.
4. Setelah mengisi buku peminjaman, petugas laboratorium melakukan verifikasi data
untuk menilai kebenaran data yang diisi.
5. Petugas laboratorium menyiapkan alat yang diperlukan dalam kurun waktu 2 x 24
jam dan melakukan cross check kelengkapan alat yang dibutuhkan.
6. Apabila alat sudah lengkap, maka alat dibawa ke ruang praktikum dan digunakan
sampai dengan batas waktu peminjaman atau batas waktu yang telah ditetapkan
dalam kontrak program diatas.
7. Setelah dilakukan praktikum oleh mahasiswa, maka alat dikembalikan ke ruang alat
lab setelah sebelumnya di cek oleh petugas lab.
8. Apabila ditemukan alatnya rusak atau hilang, maka mahasiswa harus mengganti
alat yang rusak atau hilang tersebut.
9. Apabila alat yang dikembalikan telah lengkap, maka petugas lab menyimpannya di
tempat yang sesuai.

3
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

TEKNIS PRAKTIKUM
Sebelum melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, maka hal – hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum memulai untuk melakukan praktikum, mahasiswa akan dipandu oleh
pembimbing laboratorium atau instruktur, langkah demi langkah pelaksanaan
praktikum ini.
2. Mahasiswa dapat menggunakan video praktikum, sebagai alat bantu pembelajaran
(jika ada).
3. Setelah diberikan penjelasan dan dilakukan demo oleh pembimbing, selanjutnya
mahasiswa dapat berdiskusi dan mengevaluasi langkah – langkah yang telah di
praktikkan sampai semua langkah jelas dan dapat dimengerti.
4. Melakukan praktikum setiap perasat yang ada sendiri – sendiri dan didampingi oleh
instruktur atau pembimbing menggunakan phantom yang ada di laboratorium.
5. Setelah melakukan praktikum secara mandiri minimal 5 kali simulasi, pembimbing
melakukan diskusi dan evaluasi menggunakan daftar tilik yang ada.
6. Apabila setelah di evaluasi, mahasiswa mendapat skor atau nilai diatas nilai batas
lulus, maka dapat dinyatakan telah melaksanakan praktikum dan boleh untuk
melakukan secara mandiri kepada pasien di lahan praktik. Akan tetapi, apabila
belum mendapatkan skor yang cukup, maka harus mengulang melakukan
praktikum secara mandiri lagi.

4
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

5
K
E 2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
G
I
A
T
A
N
B
E
L
A
J
A
R
1

7
K  2 JAM
O
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal 2015/2016
M Neonatal
P
LI
K
A
S
I
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar
K I. Dalam Kegiatan Belajar I ini akan mempelajari
E
tentang Komplikasi Kebidanan dan Penangannnya. Komplikasi dalam kebidanan merupakan
B tenaga kesehatan. Berbagai upaya telah ditempuh
hal yang harus diwaspadai oleh kita sebagai
I risiko untuk terjadinya komplikasi tetap ada pada
agar suatu komplikasi tidak terjadi, tetapi
D
semua fase kehamilan, persalinan, nifas maupun pada bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan
A
deteksi dini yang baik dari petugas kesehatan agar dapat dilakukan penanganan setepat dan
N
secepat mungkin. Penanganan yang tepat A akan sangat mempengaruhi hasil yang didapatkan.
N mencegah beertambah beratnya komplikasi yang
Dengan penanganan efektif kita akan dapat
akhirnya akan dapat mencegah terjadinyaD kematian Ibu dan Bayi.
A
N
N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T
P
E
N
Tujuan Pembelajaran Umum A
N
Mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan maternal
meliputi kegawatdaruratan masa hamil, bersalin dan nifas
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda-gejala komplikasi kebidanan pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan umun dan khusus secara cepat, tepat dan
aman pada komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas
N
A
S
A
H
A
B
K
O
K
O
P

1. Komplikasi dalam Kehamilan dan Persalinan


a. Hiperemesis Gravidarum
b. Abortus
c. Mola Hidatidosa
d. Kehamilan Ektopik Terganggu

8
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

e. Plasenta Previa
f. Solusio Plasenta
g. Hipertensi Pada Kehamilan/Preeklamsi/Eklamsi
h. Haemoragic Post Partum (Perdarahan Pasca Persalinan)
2. Komplikasi Nifas
a. Metritis
b. Abses Pelvis
c. Infeksi Luka Perineum dan Lukan Abdomen
d. Mastitis
e. Bendungan Payu Dara
RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
Sebelum kita membahas apa saja komplikasi yang bisa terjadi saat kehamilan, persalinan
dan nifas, terlebih dahulu kita ketahui apa definisi dari komplikasi obstetrik. Komplikasi
obstetrik adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat terjadi pada masa kehamila,
persalinan maupun nifas yang dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu maupun janin.
Berikut akan kita bahas komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan , persalinan dan nifas
beserta penanganannya.

A. KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Yang termasuk dalam komplikasi kehamilan adalah hipermesis gravidarum, toksemia


gravidarum, abortus dan kelainan dalam tua kehamilan, kelainan letak kehamilan, penyakit
trofoblas, penyeakit dan kelainan plasenta dan tali pusat, kelainan air ketuban dan
kehamilan ganda.

1. Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi.
Hiperemesis gravidarum terjadi pada 2 per 1000 kehamilan. Penyebabnya masih
belum pasti diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi
diantaranya adalah primigravida, riwayat hiperemesis pada kehamilan sebelumnya,
status nutrisi dan faktor psikologis (emosi, stres).

9
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.1 Hiperemesis Gravidarum

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


a. Mual dan muntah hebat

b. Berat badan turun > 5% dari berat badan


sebelum hamil

c. Ketonuria

10
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

d. Dehidrasi

e. Ketidakseimbangan elektrolit

Penanganan yang dapat dilakukan antara lain:


a. Tatalaksanan Umum
 Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplemen
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
 Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan.
b. Tatalaksana Khusus
 Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengn vitamin B6 hingga 4
tablet per hari
 Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet

11
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
 Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di
bawah ini:
 Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
 Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
 Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
 Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
 Berikan suplemen multivitamin IV
 Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit,
setiap 4-6 jam sekali
 Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
 Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
 Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
 Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU
ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jam terus-
menerus selama 24 jam.
Awasi komplikasi mual dan muntah serta hiperemesis gravidarum, seperti
Gastroesopagheal Reflux Disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna
bagian atas, dan defisiensi vitamin, terutama thiamine.

2. Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22
minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari
20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram.

Diagnosis Abortus
a. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga

12
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

berjumlah banyak

b. Perut nyeri dan kaku

c. Pengeluaran sebagian produk konsepsi

d. Serviks dapat tertutup maupun terbuka

e. Ukuran uterus lebih kecil dari yang


seharusnya

13
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

(Diagnosis ditegakkan dengan bantuan


pemeriksaan ultrasonografi).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor dari janin (fetal), yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom)
b. Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok,
konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus
didelfis,inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in
partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom
Asherman.
c. Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma

Tatalaksana Umum
a. Tatalaksana Umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok (lihat bab 3.2). Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan tiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

14
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam


 Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
 dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus. Perhatikan gambar jenis-
jenis abortus berikut ini:

Gambar 1.2 Jenis Abortus

Sumber: Buku Saku WHO (Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan)

Tabel 1. Macam-Macam Abortus

15
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

b. Tatalaksana Khusus
Abortus Iminens

Gambar 1.3 Abortus Iminens

 Pertahankan kehamilan.
 Tidak perlu pengobatan khusus.
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
 Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
 Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.

Abortus Insipiens

Gambar 1.4 Abortus Insipiens

16
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak


nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai
kontrasepsi pascakeguguran.
 Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus. Jika
evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
 Rencanakan evakuasi segera.
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
 Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus
 Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran
hasil konsepsi
 Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi
ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.

Abortus Inkomplit

Gambar 1.5 Abortus Inkomplit

 Lakukan konseling.

17
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
 Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika
evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat
diulang 15 menit kemudian bila perlu).
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1
liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
 Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.

Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada


sampel kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau rujuk untuk memeriksa
kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
Abortus Komplit

Gambar 1.6 Abortus Komplit

18
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Tidak diperlukan evakuasi lagi.


 Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
 Observasi keadaan ibu.
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
 Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
Missed Abortion

Gambar 1.7 Missed Abortion

 Lakukan konseling.
 Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
 Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan
kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
 Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila
dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan
evakuasi lebih lanjut.
 Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24

19
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.

3. Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang


disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang disebabkan oleh proliferasi
trofoblastik dan edem.

Gambar 1.8 Mola Hidatidosa

Diagnosis Mola Hidatidosa


a. Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga
berjumlah banyak

20
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

b. Mual dan muntah hebat

c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan

d. Tidak ditemukan janin intrauteri

e. Nyeri perut

f. Serviks terbuka

21
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

g. Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin

h. Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda


tirotoksikosis)

(Penegakkan diagnosis kehamilan mola


dapat dibantu dengan pemeriksaan USG)

Faktor Predisposisi
 Usia – kehamilan terlalu muda dan tua
 Riwayat kehamilan mola sebelumnya
 Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan kontraseptif oral
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum

22
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan


dasar, ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
 Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam untuk mendilatasi
serviks.
 Siapkan darah untuk transfusi, terutama pada mola berukuran besar.
b. Tatalaksana Khusus
 Lakukan evakuasi dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual (AVM) dan
kosongkan isi uterus secara cepat Pastikan tersedia tiga tabung AVM yang siap
dipakai karena banyaknya jaringan yang dievakuasi. Aspirasi vakum elektrik
lebih diutamakan bila tersedia.
 Sementara proses evakuasi berlangsung, pasang infus oksitosin 10 unit dalam
500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes/menit untuk
mencegah perdarahan.
 Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih ingin memiliki
anak, atau tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
 Selanjutnya ibu dipantau:
 Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
 Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang mempunyai
fasilitas kemoterapi.
 HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8 minggu juga
mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier.

4. Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus). Hampir 95%
kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5% sisanya terdapat
di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi
implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen
akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.

23
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.9 Kehamilan Ektopik

Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu


a. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang

b. Kesadaran menurun

c. Pucat

d. Hipotensi dan hipovolemia

24
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

e. Nyeri abdomen dan pelvis

f. Nyeri goyang porsio

g. Serviks tertutup

(Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG)

Faktor Predisposisi
 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

25
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi


 Riwayat penggunaan AKDR
 Infertilitas
 Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive
technology/ART)
 Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID
 Merokok
 Riwayat abortus sebelumnya
 Riwayat promiskuitas
 Riwayat seksio sesarea sebelumnya

Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
(500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
b. Tatalaksana Khusus
 Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi
 Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
 Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
 Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan)
 Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.

5. Plasenta Previa

Plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks interna.


Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan lokasinya, yaitu:

26
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Plasenta previa totalis – ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta

Gambar 1.10 Plasenta Previa Totalis

 Plasenta previa parsialis – ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta

Gambar 1.11 Plasenta Previa Parsialis

 Plasenta previa marginalis – tepi plasenta terletak di tepi ostium internal

27
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.12 Plasenta Previa Marginalis

 Plasenta previa letak rendah – plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus


sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium

Gambar 1.13 Plasenta Previa Letak Rendah

Diagnosis Plasenta Previa


a. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu

28
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

b. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

c. Syok

d. Tidak ada kontraksi uterus

29
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

e. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

f. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

(Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG)

30
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Faktor Predisposisi
 Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
 Multiparitas
 Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum
tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan
secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
 Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat).
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
 Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan
 Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif
b. Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-
invasif.
 Syarat terapi ekspektatif:
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
 Belum ada tanda inpartu
 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
 Janin masih hidup dan kondisi janin baik
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
 Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
 MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
 Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru janin

31
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg
selama 1 bulan.
 Pastikan tersedianya sarana transfusi.
 Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu
dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan.
Terapi Aktif
 Rencanakan terminasi kehamilan jika:
 Usia kehamilan cukup bulan
 Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
 Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
 Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi
kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban dan persalinan
pervaginam masih dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
 Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari
tempat plasenta:
 Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
 Pasang infus oksitosin 10 unitin 500 ml cairan IV (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit
 Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang sesuai,
seperti ligasi arteri dan histerektomi

6. Solusio Plasenta

Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya.

32
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.14 Solusio Plasenta

Diagnosis Solusio Plasenta


a. Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap

b. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada


bekuan jika solusio relatif baru

c. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar


(tersembunyi)

33
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

d. Anemia berat

 Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin

 Uterus tegang terus menerus dan nyeri

Faktor Predisposisi
 Hipertensi

34
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Versi luar
 Trauma abdomen
 Hidramnion
 Gemelli
 Defisiensi besi
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana
berikut ini hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
 Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda-tanda
awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
 Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi
vakum
 Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan
seksio sesarea
 Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
 DJJ normal, lakukan seksio sesarea
 DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal:
pertimbangkan persalinan pervaginam
 DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
pecahkan ketuban dengan kokher:
o Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
o Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
 DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan
persalinan pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan
pervaginam tidak memungkinkan
 Lakukan uji pembekuan darah sederhana:
 Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil, dan
kering (kira-kira 10 mm x 75 mm)
 Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap hangat

35
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah


pembekuan sudah terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai darah
membeku dan tabung dapat dibalik
 Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulopati
 Jika dijumpai koagulopati, berikan darah lengkap (whole blood) segar, atau
bila tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan ketersediaannya:
o fresh frozen plasma
o packed red cell
o kriopresipitat
o konsentrasi trombosit
b. Tatalaksana Khusus : -

7. Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsia, dan Eklampsia

Gambar 1.15 Hipertensi Pada Kehamilan

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90


mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.
Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan
pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan
tentukan diagnosis.
Faktor predisposisi
 Kehamilan kembar
 Penyakit trofoblas
 Hidramnion
 Diabetes melitus
 Gangguan vaskuler plasenta

36
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Faktor herediter
 Riwayat preeklampsia sebelumnya
 Obesitas sebelum hamil
a. Hipertensi Kronik
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap
setelah persalinan
Diagnosis Hipertensi Kronoik
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi
pada usia kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
Tatalaksana
1) Tatalaksana Umum
 Anjurkan istirahat lebih banyak.
 Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu
perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan
memperbaiki keadaan janin dan ibu.
 Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan
terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
 Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi
 Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan
penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril),
ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis
antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
 Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari
usia kehamilan 20 minggu
 Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
 Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.

37
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani
seperti gawat janin.
 Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan.
2) Tatalaksana Khusus : -
b. Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan.
Diagnosis Hipertensi Gestasional
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati da
trombositopenia
 Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
Tatalaksana
 Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
 Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
 Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
 Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
 Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
c. Preeklampsia Dan Eklampsia
Diagnosis
Preeklampsia Ringan
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam

38
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Atau disertai keterlibatan organ lain:


 Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
 Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala , skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
 Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL
pada usia kehamilan > 20 minggu
Eklampsia

Gambar 1.16 Kejang pada ibu hamil

 Kejang umum dan/atau koma


 Ada tanda dan gejala preeklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)
Tatalaksana
Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Pencegahan dan tatalaksana kejang
 Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).

39
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai


tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang). Cara
pemberian dapat dilihat di halaman berikut.
 Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
 Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU
(bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
CARA PEMBERIAN MGSO4

Gambar 1.17 Cairan MgSO4

 Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau
kejang berulang.
 Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam sesuai
prosedur.
Syarat pemberian MgSO4
• Tersedia Ca Glukonas 10%,
• Ada refleks patella
• Jumlah urin minimal0,5ml/kg BB/jam
Cara Pemberian Dosis Awal
 Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan
10 ml akuades.
 Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit.
 Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan.

40
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

CARA PEMBERIAN DOSIS RUMATAN


 Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan
Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsia)
 Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, refleks patella, dan jumlah urin.
 Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks tendon
patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera
hentikan pemberian MgSO4.
 Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus
dalam 10 menit.
 Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, pantau dan nilai adanya
perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia, lakukan penilaian awal dan
tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20
menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.

8. Perdarahan Pascasalin (HPP/ Hemorargia Postpartum)

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,


sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih
banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.

Gambar 1.17 Perdarahan Primer

41
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Diagnosis HPP
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang
berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
Faktor Predisposisi
 Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa, solutio plasenta,
plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan ektopik, mola hidatidosa
 Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan per vaginam dengan
instrumen (forsep di dasar panggul atau bagian tengah panggul), bekas SC atau
histerektomi
 Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang, preeklamsia
berat/eklamsia, sepsis, atau gagal ginjal
 Gangguan koagulasi
 Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia,
kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan
agen anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi), persalinan lama,
korioamnionitis, persalinan terlalu cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya
Tatalaksana Awal
a. Tatalaksana Umum
 Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
 Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
 Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
 Berikan oksigen.
 Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) danmulai
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atauRinger Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu. (lihat tabel 4.7.1). Pada saat memasang infus,
lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.
 Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan:
 Kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
 Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang
 Profil Hemostasis
o Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
o Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
o Prothrombin time (PT)
o Activated partial thromboplastin time (APTT)

42
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

o Hitung trombosit
o Fibrinogen
 Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
 Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi
fundus uteri.
 Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, misal : robekan serviks atau robekan vagina).
 Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
 Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah
cairan yang masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1 ml/ kgBB/jam
atau sekitar 30 ml/jam)
 Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat :
 1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC) dapat menaikkan
hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa normal.
 Mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent ditandatangani untuk
persetujuan transfusi
 Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab :

43
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Bagan 1

44
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Tabel 1.2 Jumlah Cairan Infus Pengganti Berdasarkan Perkiraan Volume Kehilangan
Darah

Tabel 1.3 Penyebab Perdarahan Pascasalin

45
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Perdarahan dapat ringan bila bekuan darah menutup serviks atau bila ibu berbaring
telentang
 Pada inversio komplit dapat tidak terjadi perdarahan
b. Tatalaksana Khusus :
1) Atonia Uteri

Gambar 1.18 Atonia Uteri

 Lakukan pemijatan uterus.


 Pastikan plasenta lahir lengkap.
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti.

46
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM
setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila
diperlukan. JANGAN BERIKAN LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)

CATATAN:
 Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung
oksitosin
 Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/ tidak
terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
 Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1
menit, dapat diulang setelah 30 menit).
 Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5
menit
 Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih memadai sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
 Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak
membaik, dimulai dari yang konservatif.
Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara lain
prosedur jahitan B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligasi arteri uterina dan
arteri ovarika, atau prosedur histerektomi subtotal.

47
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.19 Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal

Sumber: Buku Saku WHO (Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan)

2) Robekan Jalan Lahir


Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina

48
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.20 Robekan Dinding Vagina dan Perineum

 Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.


 Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik.
 Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan benang
yang dapat diserap.
 Lakukan penjahitan
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu rujuk pasien.
Robekan Serviks
 Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
 Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.
 Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian
ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu rujuk pasien.
3) Retensio Plasenta

Gambar 1.21 Retensio Plasenta

 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat


dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10 UNIT IM. Lanjutkan infus oksitosin

49
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

20 UNIT dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan


40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
 Lakukan tarikan tali pusat terkendali
 Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual
secara hati-hati.
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV DAN
metronidazol 500 mg IV).
 Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi.
4) Sisa Plasenta
 Berikan 20 - 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
 Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah
dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan
kuretase.
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV DAN
metronidazole 500 mg).
 Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri.
5) Inversio Uteri

Gambar 1. 22 Inversio Uteri

 Segera reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio
telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu.
 Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan melebihi 100
mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM.

50
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparotomi.


 Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan histerektomi.
6) Gangguan Pembekuan Darah

Gambar 1.23 Gangguan Pembekuan Darah

 Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah
jika volume darah dipulihkan segera.
 Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia).
 Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor
pembekuan dan sel darah merah.
 Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
 Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/ kg
berat badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan
lanjut atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari
pembekuan belum ada.
 Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah.
 Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
 Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit < 20.000).
 Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah
golongan O untuk penyelamatan jiwa.

7) Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya
regang miometrium. Pada bekas seksio sesarea, risiko terjadinya ruptura uteri
lebih tinggi.

51
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.24 Ruptur Uteri

Diagnosis Ruptur Uteri


 Perdarahan intraabdominal, dengan atau tanpa perdarahan pervaginam
 Nyeri perut hebat (dapat berkurang setelah ruptura terjadi)
 Syok atau takikardia
 Adanya cairan bebas intraabdominal
 Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
 Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas
 Dapat didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl’s ring)
 Nyeri raba/tekan dinding perut
 Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Berikan oksigen.
 Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebelum tindakan
pembedahan.
 Jika kondisi ibu stabil, lakukan seksio sesarea untuk melahirkan bayi dan
plasenta.
b. Tatalaksana Khusus
 Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko operasi lebih rendah daripada
histerektomi dan tepi robekan uterus tidak nekrotik, lakukan reparasi
uterus (histerorafi) Tindakan ini membutuhkan waktu yang lebih singkat

52
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

dan menyebabkan kehilangan darah yang lebih sedikit dibanding


histerektomi.
 Jika uterus tidak dapat perbaiki, lakukan histerektomi subtotal. Jika
robekan memanjang hingga serviks dan vagina, histerektomi total
mungkin diperlukan.

B. KOMPLIKASI NIFAS

Pada uraian di atas telah dibahas tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada waktu
kehamilan dan persalinan. Sekarang kita bahas komplikasi obstetrik apa saja yang dapat
mengancam nyawa ibu pada waktu nifas.

1. Metritis

Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul
kronik, sumbatan tuba, infertilitas.
Tanda dan Gejala Metritis

53
 Demam >38°C dapat disertai menggigil

Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Nyeri perut bawah

 Lokia berbau dan purulen


Faktor Predisposisi
 kurangnya tindakan
aseptik saat melakukan
tindakan
 kurangnya higien pasien
 kurangnya nutrisi
Tatalaksana
a. Tata Laksana Umum
 Nyeri tekan uterus  Berikan antibiotika
sampai dengan 48
jam bebas demam:
 Ampisilin 2 g IV
setiap 6 jam
 Ditambah
gentamisin 5
mg/kgBB IV tiap
24 jam
 Ditambah
metronidazol 500
mg IV tiap 8 jam

 Subinvolusi uterus

54
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan
tatalaksana
 Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
 Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai terpapar
tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam vaginanya).
 Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu
 Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri
abdomen), lakukan laparotomi dan drainaseabdomen bila terdapat pus.
 Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.
 Lakukan pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit
 Golongan darah ABO dan jenis Rh
 Gula Darah Sewaktu (GDS)
 Analisis urin
 Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
 Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta
dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik
 Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang digantungkan
pada tempat tidur pasien.
 Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan per vaginam
setiap 4 jam.
 Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam.
 Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur.
 Perbolehkan pasien pulang jika suhu < 37,50°C selama minimal 48 jam dan hasil
pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3.
b. Tata Laksana Khusus : -

2. Abses Pelvis

Abses pelvis adalah abses pada regio pelvis.

55
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Gambar 1.25 Abses Pelvic

Diagnosis Abses Pelvis


 Nyeri perut bawah dan kembung

 Demam tinggi-menggigil

 Nyeri tekan uterus

56
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Respon buruk terhadap antibiotika

 Pembengkakan pada adneksa atau


kavum Douglas

 Pungsi kavum Douglas berupa pus

Faktor Predisposisi
Metritis (infeksi dinding uterus) pasca kehamilan

57
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Tatalaksana
a. Tatalaksana umum : -
b. Tatalaksana Khusus
 Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam
bebas demam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
 Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
 Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
 Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi,
lakukan laparotomi.

3. Infeksi Luka Perineum Dan Luka Abdominal

Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena masuknya
kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas,
dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar.

Gambar 1.26 Infeksi Luka Pada Abdominal Post Op SC

Faktor Predisposisi
 kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan
 kurangnya higien pasien
 kurangnya nutrisi
Abses, Seroma dan Hematoma Pada Luka
Diagnosis
 Nyeri tekan pada luka disertai keluarnya cairan atau darah
 Eritema ringan di luar tepi insisi

58
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Tatalaksana
a. Tatalaksana umum
 Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti kompres sendiri
setiap 24 jam.
 Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan pembalut
yang bersih.
b. Tatalaksana khusus
 Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
 Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi.
 Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika.
 Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
Selulitis dan fasiitis nekrotikan
Diagnosis
 Luka terasa nyeri
 Eritema dan edema di luar tepi insisi
 Luka mengeras
 Keluar cairan bernanah
 Merah di sekitar luka
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum : -
b. Tatalaksana Khusus
 Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
 Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan lakukan debridemen.
 Jika infeksi hanya superfisial dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau timbulnya
abses dan berikan antibiotika:
 Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
 Ditambah metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari.
 Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, dan menimbulkan nekrotik (fasiitis
nekrotikan), siapkan laparotomi dan berikan kombinasi antibiotika sampai
jaringan nekrotik telah diangkat dan 48 jam bebas demam:
 Penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam
 Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
 Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam

59
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Jika sudah 48 jam bebas demam, berikan:


o Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari
o Ditambah metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari
o Catatan : Fasiitis nekrotikan membutuhkan debridemendan jahitan
situasi. Lakukan jahitan reparasi 2-4 minggu kemudian, bila luka sudah
bersih.
 Jika infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien di rumah sakit untuk
tatalaksana dan ganti kasa penutup luka 2 kali sehari.

4. Mastitis

Inflamasi atau infeksi payudara


Diagnosis
 Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
 Dapat disertai demam >38C
 Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan ke-4 postpartum, namun dapat terjadi kapan
saja selama menyusui

Gambar 1.27 Mastitis

Diagnosis
 Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
 Dapat disertai demam >38C
 Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan ke-4 postpartum, namun dapat terjadi kapan
saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
 Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan

60
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Puting yang lecet


 Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna
 Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
 Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan yang lebih banyak.
 Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
b. Tatalaksana Khusus
 Berikan antibiotika :
 Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari
 ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10-14 hari
 Dorong ibu untuk tetap menyusui, dimulai dengan payudara yang tidak sakit. Bila
payudara yang sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk
mengeluarkan isinya.
 Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
 Berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral.
 Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

5. Bendungan Payudara

Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh
karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.

Gambar 1.28 Bendungan Payudara

61
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Diagnosis
 Payudara bengkak dan keras
 Nyeri pada payudara
 Terjadi 3 – 5 hari setelah persalinan
 Kedua payudara terkena
Faktor Predisposisi
 Posisi menyusui yang tidak baik
 Membatasi menyusui
 Membatasi waktu bayi dengan payudara
 Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
 Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih
 Implan payudara
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
 Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
 Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit.
 Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
 Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi lunak.
 Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan
pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
 Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI
secara manual dari payudara.
 Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
 Bila perlu, berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri.
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
b. Tatalaksana Khusus :-
N
A
H
TI
A
L

62
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Seorang ibu datang ke Puskesmas, mengaku hamil 2 bulan dan sudah melakukan tes
urin dengan hasil positif seminggu yang lalu. Ibu mengeluh perdarahan sehabis jatuh dari
kamar mandi sehari sebelumnya. Saat dilakukan pemeriksaan, didapat Tekanan Darah ibu
100/80 mmHg, Nadi 80 x/m dan Napas 24 x/m, perdarahan per vaginam berwarna merah,
banyak dan ada gumpalan menyerupai jaringan. Saat dilakukan pemeriksaan dalam,
serviks membuka ±1 cm. Apa diagnosis yang Anda buat terhadap kasus ibu tersebut dan
bagaimana penanganannya?

Petunjuk Jawaban Latihan

Baca kembali komplikasi yang terjadi pada kehamilan, bandingkan gejala yang ada
dengan tanda dan gejala penyakit yang ada. Perhatikan diagnosis banding yang mungkin
mirip dengan tanda dan gejala kasus tersebut dan lihat penanganannya.
N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Komplikasi obstetrik adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat terjadi pada masa
kehamila, persalinan maupun nifas yang dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu
maupun janin.

2. Yang termasuk dalam komplikasi kehamilan dan persalinan adalah hipermesis


gravidarum, toksemia gravidarum, abortus dan kelainan dalam tua kehamilan, kelainan
letak kehamilan, penyakit trofoblas, penyeakit dan kelainan plasenta dan tali pusat,
kelainan air ketuban dan kehamilan ganda.

3. Yang termasuk dalam komplikasi nifas adalah metritis, abses pelvis, infeksi luka
perineum dan abdominal, mastitis dan bendungan payudara.
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T

Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

63
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

1) Peradarahan pada kehamilan yang disertai dengan pembukaan serviks dan pengeluaran
ekspulsi seluruh jaringan konsepsi diklasifikasikan sebagai...
A. Abortus iminens
B. Abortus insipiens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit
E. Missed Abortion
2) Kehamilan yang terjadi di luar uterus yang disertai dengan terjadinya ruptur pada lokasi
tempat implantasi kehamilan didiagnosis sebagai...
A. Kehamilan Ektopik
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
C. Solusio plasenta
D. Plasenta previa
E. Mola Hidatidosa
3) Seorang ibu hamil 35 minggu datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mules pada perut
dan keluar flek darah berwarna kehitaman sehabis jatuh dari kamar mandi. Saat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, terlihat separasi parsial dari pinggir
plasenta. DJJ baik dan tidak ditemukan adanya internal haemorrhage pada ibu. Diagnosis
ibu tersebut adalah... . . .
A. Kehamilan Ektopik
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
C. Solusio plasenta
D. Plasenta previa
E. Mola Hidatidosa
4) Jika Anda berada pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar, penanganan untuk kasus No. 3
adalah . . . .
A. CITO seccio sesaria
B. Partus per vaginam segera
C. Rujuk dengan observasi ketat
D. Rawat jalan pasien dengan konseling tanda gejala solusio plasenta
E. Anjurkan ibu pulang

Petunjuk:

64
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

A. Jika (1) dan (2) benar


B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar

5) Berikut yang termasuk penyebab perdarahan pada masa kehamilan:


1. Abortus
2. Palsenta previa
3. Solusio plasenta
6) Penyebab infeksi luka perineum/abdominal pada ibu post partum adalah . . . .
4. Kurangnya tindakan aseptik
5. Kurangnya nutrisi ibu
6. Faktor jenis persalinan
7) Penanganan pada bendungan payudara pada ibu menyusui adalah . . . .
1. Biarkan payudara ibu bebas tanpa sangga atau bebat
2. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit.
3. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
8) Berikut yang merupakan faktor predisposisi penyebab dari mastitis pada masa nifas
adalah...
1. Puting lecet
2. Tidak menyusui
3. Bra yang ketat

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan =  100%
8
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 - 100% = baik sekali

65
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.
A
W
S
SI
A
H
A
M
M
U
K
TI
K
A
R
P
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
DAFTAR TILIK PENANGANAN EKLAMPSI
NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTIK :
NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.

DAFTAR TILIK PENANGANAN EKLAMPSI


PENILAIAN
KEGIATAN
1 2 3 4
Persiapan
1. Berteriak minta tolong
2. Menjelaskan pada keluarga apa yang akan dilakukan,
anjurkan keluarga untuk bertanya
3. Mendengarkan apa yang ditanyakan keluarga
4. Memberikan dukungan emosi dan menyakinkan keluarga

66
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Penanganan segera kejang


5. Membaringkan ibu ditempat yang rata
1. Memasang spatel dan melindungi ibu dari cidera
2. Membebaskan jalan nafas, menghisap lender dan memberikan
oksigen 6L/menit
3. Memberikan MgSO4 g (IV) MgSO44g IV sebagai larutan 20%
selama 5 menit
4. Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4(40%) atau 6 g dalam
larutan Ringer Aserar atau Ringer Laktat selama 6 jam
5. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%)
2g IV selama 5 menit
6. Memeriksa tanda vital
7. Melakukan konsultasi / berkolaborasi dengan dokter / dokter
SPOG
8. Menyiapkan pasien untuk dirujuk / merujuk pasien dengan
infuse terperangsang

Setelah prosedur dilakukan


9. Membereskan alat yang telah digunakan sesuai dengan prinsip
pencegahan infeksi
10. Mencuci tangan dengan sabun dan membilasnya dibawah air
mengalir
11. Mengobservasi tekanan darah , urine, dan tanda vital lainnya
12. Mendokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan
SKOR
Jumlah nilai=
48
x 100

67
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


DAFTAR TILIK UNTUK PLASENTA MANUAL

NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :


NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil
pekerjaannya. kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan
urutannya dan waktu yang dipergunakan.

DAFTAR TILIK: PLASENTA MANUAL


LANGKAH TUGAS PENILAIAN
Persiapan 1 2 3 4
1. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
2. Menjelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan, anjurkan ibu
untuk bertanya.
3. Mendengarkan apa yang dikatakan ibu
4. Memberikan dukungan emosi dan meyakinkan ibu
5. Membuat informed consent
6. Memberi obat anestesi
7. Memberi antibiotika dosis tunggal
8. Mengosongkan kandung kemih
Mengeluarkan plasenta dengan manual
9. Mencuci tangan sampai siku dengan sabun dan membilas di
bawah air mengalir
10. Memakai sarung tangan DTT panjang sampai siku pada kedua
tangan
11. Memegang tali pusat dengan klem kocher, menegangkan tali
pusat hingga sejajar dengan lantai.
12. Memasukkan satu tangan kedalam vagina di teruskan sampai
kedalam uterus dimana plasenta berimplantasi.
13. Meletakkan tangan yang lain di fundus sehingga uterus dan
plasenta berada di kedua tangan
14. Mencari bagian plasenta yang sudah terlepas secara perlahan
mengupas plasenta dari dinding uterus
15. Gunakan tangan luar atau minta asisten untuk menarik tali pusat
untuk mengeluarkan plasenta dan sementara tangan dalam masih
di kavum uteri, lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada
sisa plasenta

68
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

16. Memberikan oxytocin kedalam infus dan melakukan massage


uterus
17. Memberikan ergometrin secara i.m. bila perdarahan bertambah
18. Memeriksa kelengkapan plasenta
19. Memeriksa apakah ada robekan serviks atau vagina dan menjahit
luka perineum
Setelah prosedur dilakukan
20. Merendam kedua tangan dalam cairan chlorine 0,5%
- Membuka sarung tangan dengan bagian dalam keluar
- Sarung tangan sekali pakai langsung dimasukkan
- Sarung tangan yang akan digunakan lagi di rendam dalam
larutan chlorine 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
21. Mencuci tangan dengan sabun dan membilasnya dibawah air
mengalir
22. Mengobservasi perdarahan, kontraksi uterus dan tanda vital
23. Mendokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan
SKOR
Jumlah Nilai =
92
x 100

69
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


DAFTAR TILIK KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL (KBE)

NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :


NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil
pekerjaannya. kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan
urutannya dan waktu yang dipergunakan.

DAFTAR TILIK KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL (KBE)


PENILAIAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4
1 Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan di atas simfisis pubis.
2 Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan
untuk mencakup / memegang bagian belakang uterus seluas
mungkin.
3 Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
SKOR
Jumlah Nilai =
60
x 100

70
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


DAFTAR TILIK UNTUK KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI)

NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :


NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.

DAFTAR TILIK KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI)


NO KEGIATAN PENILAIAN
1 Kaji ulang indikasi 1 2 3 4
2 Kaji ulang prinsip dasar perawatan
3 Berikan dukungan emosional
4 Cegah infeksi sebelum tindakan
5 Kosongkan kandung kemih
6 Pakai sarung tangan desifeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukkan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari)
melalui introitus ke dalam vagina ibu).
7 Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan
darah pada cavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak
dapat berkontraksi secara penuh.
8 Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang
9 Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
10 Evaluasi keberhasilan :
- Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang ,
teruskan melakukan KBI selama 2 menit , kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara
melekat selama kala empat.
- Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih
berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan serviks
apakah terjadi laserasi .Jika demikian, segera lakukan

71
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

penjahitan untuk mengentikan perdarahan.


- Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit ,
ajarkan keluarga untuk melakukan Kompresi Bimanual
Eksternal, kemudian lakukan langkah-langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.Minta keluarga
untuk memulai menyiapkan rujukan.
Alasan : atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI,
jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan –tindakan lain.
11 Berikan Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 600-1000 mcg
per rectal . Jangan berikan Ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi karena Ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
12 Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18 ), pasang
infus dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung
20 unti oksitosin.
Alasan : jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian
larutan IV secara cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer
Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama
perdarahan.
13 Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi
KBI
Alasan : KBI dengan ergometri dan oksitosin akan membantu
berkontraksi
14 Jika uterus tdak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera
rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu
membuuhkan tindakan gawat darurat difasilitas kesehatan rujukan
yang mapu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
15 Sambil membawa ibu ke tempat rujukan teruskan tindakan KBI
dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
- Infus pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
- Berikan tambahan 500ml/jam hingga tiba ditempat rujukan
atau hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1.5 L
dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125cc/jam
- Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol
kedua) ,cairan infus dengan tetesan sedang ditambah
dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi
SKOR
Jumlah Nilai =
60
x 100

72
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


DAFTAR TILIK PEMASANGAN KONDOM KATETER
NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :
NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
Kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.

DAFTAR TILIK PEMSANGAN KONDOM KATETER


Penilaian
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Kaji ulang indikasi ibu perdarahan
2 Kaji ulang prinsip dasar perawatan
3 Berikan dukungan emosional
4 Penolong memakai APD
5 Siapkan infuse yang akan dialirkan ke kateter
6 Melakukan cuci tangan 7 langkah
7 Posisikan ibu berbaring dengan posisi litotomi
8 Menggunakan sarung tangan
9 Lepaskan dan buka 2 buah kondom kateter dari
tempatnya
10 Ujung kateter di gunting terlebih dahulu dengan gunting
steril dimasukkan kedalam kondom sekitar 5
cm,kondom diikatkan dengan tali pengikat kateter
11 Lakukan desinfeksi daerah genitalia dan eksterna ibu
dengan kapas DTT
12 Pasang speculumsim
13 Reposisi mulut serviks dengan tampon tang dan jepit
arah jam 10 atau jam 2 dan tarik mendekati introitus
vagina
14 Sementara itu speculum sim dipegangi oleh asisten
15 Kateter beserta kondom yang telah terikat dimasukkan
ke cavum uteri dengan bantuan tampon tang sampai
menyentuh permukaan cavum uteri (teraba tahanan)
16 Pangkal kateter dihubungkan dengan infuse ke kondom
melalui infuse set yang telah dipasangkan dengan cairan
normal saline
17 Alirkan cairan infuse ke kondom melalui ifuse set dan

73
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

kateter
18 Dilihat sampai kondom berisi cairan infuse dengan
tanda tetesan infuse berhenti sendiri dan darah berhenti
mengalir
19 Klem kondom agar air tidak keluar
20 Pertahankan kontraksi uterus dengan pemberian
oksitosin drip selama paling tidak 12 jam disamping
pemberian uteotonika yang lain yang diperbolehkan
21 Berikan antibiotika tripelyang terdiri dari : Amoksisilin,
Gentamisilin, dan Metronidazol
22 Kondom dipertahankan sampai24-48 jam sambil
memperbaiki keadaan umum
23 Lepaskan speculum sim
24 Fiksasi kondom beserta klem di bagian paha ibu dengan
plaster
25 Bersihkan bagian tubuh ibu yang terkena darah dengan
cairan DTT
26 Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah dan cairan
tubuh dengan larutan klorin 0,5 %
27 Sementara masih menggunakan sarung tangan,
masukkan alat-alat yang telah dipakaike dalam wadah
klorin 0,5%
28 Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah
tersendiri
29 Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.
30 Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan
keringkan tangan dengan handukatau tisu
31 Periksa kembali tanda-tanda vital dan perdarahan
32 Catat kondisi pasca tindakan dan buat laporan tindakan
33 Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan
telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan
pengawasan
34 Kondom dilepas perlahan-lahan setelah keadaan
membaik
SKOR
Jumlah Nilai =
136
x 100
SI
N
E
R
E
F
E
R

74
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan:
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.

Cunningham, Gary, dkk. 2005. Obstetri William Edisi 21. Jakarta : EGC

Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook @nd Ed.
Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3.
Jakarta: EGC

Mochtar, Roestam. 2013. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina


Pustaka

Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Syaifuddin. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal.


Jakarta : YSPSP

75
K  2 JAM
EO
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal 2015/2016
GM Neonatal
P
ILI
AK
TA
AS
NI
BB
E
Sekarang kita masuki Kegiatan BelajarA 2. Dalam Kegiatan Belajar I ini Anda akan
Y
L
mempelajari tentang bagaimana mendeteksi
I
dan menangani secara cepat dan tepat
A
komplikasi-komplikasi pada bayi baru lahir.
B
JA
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi . Berdasarkan SDKI 2012,
AR menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran hidup pada
kematian bayi berusia di bawah satu tahun
R
tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiranU hidup. Angka ini naik jika dibandingkan dengan data
2L
yang didapat pada SDKI 2007 yaitu sebesar 28 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data
A
provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup)
H
dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup). Indonesia masih harus
I
bekerja keras untuk mencapai target MDGs
R yaiitu AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup
dan jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia,
Thailand dan Filipina AKB di negara kita jauh lebih tinggi.
Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum
mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni
kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian Neonatum menggambarkan peluang untuk
meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, sedangkan kematian post-neonatum
menggambarkan peluang untuk setelah bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus (bayi
baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan
ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga
kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya, 2/3nya
meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti : asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi
BBLR. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Sebenarnya

76
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

penggunaan peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini,
melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat, dan aman.

N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan pada
neonatus dan bayi
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda-gejala komplikasi kebidanan pada bayi baru lahir
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan yang cepat, tepat dan aman pada bayi baru
lahir
RI
E
T
A
M
K
O
K
O
P
K-
O
K
O
P
1. Bayi baru lahir rendah
2. Asfiksia neonaturum
3. Sindrom gangguan pernafasan
4. Hiperbilirubin
5. Pendarahan tali pusat
6. Hipotermia
7. Hipertermia
8. Tetanus neonaturum
9. Hipoglikemia

77
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
Komplikasi bayi baru lahir adalah kompliksi obstetrik terjadi pada bayi baru lahir yang dapat
mengancam keselamatan bayi. Yang tergolong komplikasi bayi baru lahir adalah :

1. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir atau lebih rendah (WHO, 1961).

Gambar 2.1 BBLR

BBLR dibedakan menjadi :


1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama
berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
1. Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus,
3. Termoregulasi: Hipotermia,
4. Glukosa: Hipoglikemia simtomatik
5. Hiperbilirubinemia, , perdarahan ventrikel otak, anemia
6. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
7. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

78
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

2. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah
rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis.
Gejala Klinik Asfiksia Neonatorum :
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit,
kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Gambar 2.2 Asfiksia Neonaturum

Cara menilai apgar:

Menurut Sarwono (2009), Asfikia Neonatorum dapat dibagi dalam :


1. Bayi Normal (Vigorous baby) skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat
2. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.

79
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

3. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada.
Faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia):
1. Gangguan sirkulasi menuju janin :
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali
pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu :
1. Gangguan his (tetania uteri/hipertoni)
2. Penurunan tekanan darah dapat mendadak, perdarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta.
3. Vasokontriksi arterial, hipertensi pada saat hamil dan gestosis pre eklamsia.
4. Gangguan pertukaran nutrisi/ O2 (solusio plasenta
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor
ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Gejala klinik pada bayi baru lahir dengan asfiksia
adalah bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan. Manifestasi klinis dari asfiksia pada bayi baru lahir adalah: serangan jantung,
ptekie hemorragis, jalan napas terganggu, sianosis dan kongestif.
Resusitasi yang efektif dapat merangsang pernafasan awal dan mencegah asfiksia
progresif. Resusitasi bertujuan untuk memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung
dan alat-alat vital lainnya. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi:
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea
c. Bila perlu, memasukan pipa endotrakeal (pipa ET) untuk memastikan saluran
prnafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan

80
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

b. Mamakai VTP bila perlu, seperti : sungkup dan balon, pipa ET, mulut ke mulut
(hibdarai paparan infeksi)
3. Mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada,
pengobatan.

3. Sindrom Gangguan Pernafasan (Respiratory Distress Syndrome/ RDS)

Gambar 2.3 Sindrom Gangguan Pernafasan

Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis,
merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi
Penyakit Membran Hialin (PMH).
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah
kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di
mulai sejak kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.

4. Hiperbilirubinemia

Gambar 2.4 Hiperbilirubin pada Bayi Baru Lahir

81
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia
adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.
Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis (Timbul dalam
24 jam pertama kehidupan), kecuali :
a. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL.
b. Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
c. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
d. Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
e. Terdapat faktor risiko.
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat
masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat
deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik.
Bentuk akut terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia,
kejang; tahap 2 (pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus;
tahap 3 (setelah minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni,
motorik terlambat. Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan
pendengaran sensorial.

5. Pendarahan Tali Pusat

1. Pengertian Pendarahan Tali Pusat

Gambar 2.5 Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus
normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya
penyakit pada bayi.

82
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

2. Etiologi Pendarahan Tali Pusat


a. Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :
 Patus precipitates
 Adanya trauma atau lilitan tali pusat
 Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan
pada saat persalinan
 Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding
umbilikus atau placenta sewaktu sectio secarea
b. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena :
 Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah,
namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini
sangat berbahaya bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi
 Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah
 Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran pembuluh
darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi
kemunduran dinding pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.

6. Hipotermia

Gambar 2.6 Hipotermi BBL

Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal
pada neonatus adalah 36,5-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36°C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila selu ruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36° C). Disebut hipotermia berat bila suhu
<32°C diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25°C.
Disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.

83
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

7. Hipertermia

Gambar 2.7 Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko


mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus diatas 37,8°C per oral atau 38,8°C per
rectal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal
Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen (olahraga berat, Hipertermia
maligna, Sindrom neuroleptik maligna, Hipertiroiddisme), Pengurangan kehilangan panas,
atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas).
Gejala Hipertermi:
a. Suhu badan tinggi (>37,5°C)
b. Terasa kehausan.
c. Mulut kering
d. Kedinginan,lemas
e. Anoreksia (tidak selera makan)
f. Nadi cepat.
g. Pernafasan cepat (>60X/menit)
h. Berat badan bayi menurun
i. Turgor kulit kurang

84
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

8. Tetanus Neonaturum

Gambar 2.8 Tetanus Neonaturum

Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus yang berarti kencang atau
tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berdasarkan
gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus
local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus
generalisasi dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya Neonatal (berasal
dari neos yang berarti baru dan natus yang berarti lahir)merupakan suatu istilah kedokteran
yang digunakan untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari
kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi
padamasa neonatal.
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena
trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang
antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang
menyerang sistem saraf pusat.
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi
pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI,
disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan
laboratorium.

85
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat
berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium tetani
gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf
pusat.

9. Hipoglikemia

Gambar 2.9 Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah
kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya
gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini
disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin
plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemia (hypo+glic+emia) merupakan konsentrasi glukosa dalam darah
berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit
kepala apabila kronik dan berat,dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat.
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah
kurang dari 40 -45mg/dl.
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia & berat
badan aterm (2500 gr atau lebih)< 30mg/dl dalam 72 jam pertama, &< 40mg/dl pada hari
berikutnya.
Hipoglikemia pada neonates :
a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal

86
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

b. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
c. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme control pada
metabolism glucose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan
endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).Penyebab lainnya adalah:
a. Prematuritas
b. Post-maturitas
c. Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin tinggi.Bayi yang
ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar gula darah yang tinggi; sejumlah besar gula darah ini melewati plasenta dan
sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin.Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita penyakit
hemolitik berat.
Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pada
jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan, dimana aliran gula dari plasenta secara
tiba-tiba terhenti.
Faktor resiko :
a. Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah.
b. Bayi yang besar untuk masa kehamilan (BMK), makrosomia. Bayi BMK biasanya lahir
dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.
c. Bayi premature atau lebih bulan.
d. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh.
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan
kalori
f. Neonates yang sakit atau stress (sindrom gawat nafas,hipotermi)
g. Bayi dengan polisemia
h. Bayi yang dipuasakn

87
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

i. Bayi dengan kelainan genetic/gangguan metabolic (penyakit cadangan glycogen,


intoleransi glukosa).
j. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker.
k. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada janin.
Kasus bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan
dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko.
Gejala yang seringkali muncul :
a. Tremor
b. Sianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermitten
f. Tangisan lemah/melengking
g. Letargi
h. Kesulitan minum
i. Gerakan mata berputar/nistagmus
j. Keringat dingin
k. Pucat
l. Hipotermi
m. Refleks hisap kurang
n. Muntah
Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Memantau kadar glukosa darah
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :
 Pada saat lahir
 30 menit setelah lahir
 Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan
baik dan kadar glukosa normal tercapai
b. Pencegahan hipoglikemia
 Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
 Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
 Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum dengan
menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir

88
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

 Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya
penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45
mg/dL
 Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau
c. Perawatan hipoglikemia
 Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan
diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan
 Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus
dimulai
 Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed sid) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai
 Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di
tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap.
Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari
kambuhnya hipoglikemia N
A
H
TI
A
L
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan kerjakan
latihan berikut ini!

Seorang bayi baru lahir tidak menangis saat lahir, bernapas megap-megap denyut
jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan. Apgar Skor bayi 4/5. Tentukan diagnosis bayi tersebut dan
penanganannya.

Petunjuk Jawaban Latihan

Lihat kembali tanda dan gejala serta penatalaksanaan pada bayi dengan komplikasi

89
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Komplikasi bayi baru lahir adalah kompliksi obstetrik terjadi pada bayi baru lahir yang
dapat mengancam keselamatan bayi
2. Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir adalah:
a. BBLR (Bayi Berat Lahir rendah)
b. Asfiksia neonatorum
c. Sindrom Gangguan Pernafasan (Respiratory Distress Syndrome/ RDS)
d. Hiperbilirubinemia
e. Pendarahan Tali Pusat
f. Hipotermia
g. Hipertermi
h. Tetanus Neonaturum
i. Hipoglikemia
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1) Bayi Dede, perempuan, lahir secara spontan di rumah sakit dengan berat badan lahir 3000
gram, panjang badan 49 cm, saat ini bayi berusia 4 hari, bayi nampak sehat. Ibu membawa
bayi kembali ke rumah sakit karena bayi tampak kuning, setelah dilakukan pemeriksaan
kadar bilirubin 11 mg/dl. Diagnosis bayi tersebut adalah...
A. Ikterus fisiologis
B. Ikterus patologis
C. Hiperbilirubin
D. Hepatitis
E. Hipoglikemia
2) Bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan dengan riwayat persalinan vakum ekstraksi di
RS dan setelah dilakukan pemeriksaan AS didapatkan hasil sebagai berikut, pernafasan

90
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

lemah/tidak teratur, denyut jantung 76x/m, tonus otot fleksi dari anggota, reflek tidak ada,
ekstremitas biru. Berapa nilai apgar skor bayi tersebut?
A. 6
B. 4
C. 7
D. 3
E. 2
3) Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh ...
A. Stapilococcus Aureus
B. Clostridium Tetani
C. Salmonella Typhi
D. E.Coli
E.
4) Bayi Lina, perempuan, lahir secara spontan di rumah sakit dengan berat badan lahir 4500
gram, panjang badan 52 cm, saat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat hasil kadar
bilirubin 11 mg/dl dan glukosa 28 mg/dl. Diagnosis bayi tersebut adalah...
A. Hipobiliribin
B. Hiperbilirubin
C. Hipoglikemia
D. Hiperglikemia
E. Hipertermia

Petunjuk:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar

5) Faktor ibu yang menyebabkan asfiksia neonatorum adalah...


1. Gangguan his (tetania uteri/hipertoni)
2. Penurunan tekanan darah mendaak
3. Pre eklampsia

91
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

6) Tindakan resusitasi pada bayi adalah dengan...


1. Menelungkupkan bayi
2. Melakukan rangsangan taktil
3. VTP bila perlu

7) Penyebab dari perdarahan tali pusat adalah...


1. Patus lama
2. Adanya trauma atau lilitan tali pusat
3. Umbilikus pendek

8) Faktor risiko bayi dengan hipoglikemia:


1. BBLR
2. Makrosemia
3. Ibu dengan preeklampsia

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan =  100%
8

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

92
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.

93
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

A
W
S
SI
A
H
A
M
M
U
K
TI
K
A
R
P
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
DAFTAR TILIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :
NIM : TANGGAL :

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.

Indikator Unjuk Daftar Penilaian


Poin yang dicek
Kerja Tugas/instruksi
1 2 3 4
Dapat menunjukkan Menjelaskan 1 Menjelaskan tindaakan
sikap dalam tindakan yang harus yang akan dilakukan
menjelaskan disetujui oleh dengan sikap yang sopan
tindakan yang harus keluarga dengan
disetujui oleh sikap yang sopan
keluarga
Dapat Lakukan pengisian 2 Nama ibu (Nama, Umur,
mendemostrasikan form persetujuan Pekerjaan, Agama,
pengisian form tindakan Pendidikan Terakhir)
persetujuan tindakan 3 Identitas Bapak (Nama,
Umur, Pekerjaan, Agama,
Pendidikan Terakhir)
4 Tanda-tangan persetujuan

Dapat menyiapkan Siapkan alat-alat 5 Tersedianya alat berikut:


alat-alat yang yang dibutuhkan - Mucus Extractor
dibutuhkan pada resusitasi dan - Masker resusitasi
pemeriksaan fisik untuk bayi
BBL - Kantong ventilator
- Kateter Penghisap
Ch.12
- Kateter Penghisap Ch.

94
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

10
- Laringoskop bayi
dengan bola lampu dan
baterai cadanagn
- Selang endotrakeal 3,5
- Alat penghisap
- O2
Dapat Demonstrasikan 6 Menggunakan APD sesuai
mendemonstrasikan Penggunaan APD dengan kebutuhan
penggunaan APD
Dapat melakukan Demonstrasikan 7 7 Mencuci tangan sesuai
cuci tangan sesuai langkah cuci tangan dengan 7 langkah
SOP berurutan dan tidak
tergesa-gesa
Dapat melakukan Lakukan penilaian 8 Melakukan penilaian
penilaian pada BBL pada BBL secara teliti (bayi cukup
bulan, air ketuban jernih
tidak bercampur
mekonium, bayi menangis
atau bernafas, tonus otot
baik)
Dapat memberikan Berikan kehangatan 9 Menerima bayi dengan
kehangatan pada pada bayi kain bersih dan hangat dan
bayi letakkan bayi di bawah
alat pemancar panas
Dapat meletakkan Letakkan gulungan 10 Meletakkan gulungan
gulungan handuk handuk untuk handuk atau kain dibawah
untuk menyanggah menyanggah bahu bahu bayi
bahu bayi bayi
Dapat memposisikan Mendemonstrasikan 11 Memposisi bayi dalam
bayi posisi bayi keadaan terlentang dengan
leher sedikit tengadah atau
miring
Dapat Demonstrasikan 12 Membersihkan jalan nafas
membersihkan jalan cara membersihkan bayi dengan benar dari
nafas bayi jalan nafas mulut ke hidung
Dapat Demonstrasikan 13 Mengeringkan tubuh bayi
mengeringkan, cara mengeringkan, dengan kain hangat dan
merangsang merangsang merangsang bayi dengan
teknik yang benar
Dapat memposisikan Demonstrasikan 14 Meletakkan gulungan
kembali tubuh bayi cara memposisikan handuk atau kain di bawah
kembali tubuh bayi bahu bayi dan
memposisikan bayi dengan
kepala sedikit tengadah
Dapat menilai usaha Lakukan penilaian 15 Menghitung jumlah

95
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

nafas bayi terhadap usaha nafas pernafasan bayi


bayi
Dapat menilai warna Lakukan penilaian 16 Menilai warna kulit
kulit warna kulit dilakukan bersamaan
dengan menilai
pernafasaan
Dapat menilai Lakukan penilaian 17 Menilai frekuensi jantung
frekuensi jantung terhadap frekuensi bayi dengan benar
bayi jantung bayi
Kasus I : (langkah awal resusitasi
Frekuensi jantung =>100x/mnt, warna kulit sianosis, ventilasi efektif
Dapat memberikan Lakukan pemberian 18 Memberikan oksigen
tambahan oksigen tambahan oksigen sesuai kebutuhan
dengan aliran bebas
Dapat menghitung Menghitung 19 Menghitung frekuensi
frekuensi jantung frekuensi jantung jantung
Dapat menilai warna Menilai warna kulit 20 Menilai warna kulit dan
kulit dan pernafasan dan pernafasan pernafasan
Kasus II : (langkah awal resusitasi)
Frekuensi jantung = 60-100x/mnt, pernafasan apnue atau sianosis menetap
PENOLONG MELAKUKAN VTP

Dapat melakukan uji Lakukan uji 21 Melakukan uji sungkup di


sungkup di telapak sungkup di telapak telapak tangan
tangan tangan
Dapat melakukan Lakukan persiapan 22 Penolong berdiri di
persiapan sebelum sebelum melakukan samping / di kepala bayi
melakukan VTP VTP
Dapat melakukan Demonstrasikan 23 Memposisikan sungkup
sungkup saat cara memposisikan dengan benar
melakukan tindakan sungkup
Dapat melakukan Lakukan 24 Memeriksa lekatan balon
pemeriksaan lekatan pemeriksaan lekatan dengan memantau
pada sungkup sungkup pengembangan dada
Dapat melakukan Demonstrasikan 26 Memompa balon dengan
penekanan pada cara melakukan kecepatan 40-60 x/m atau
balon penekanan pada sedikit kurang dari 1
balon x/detik
Dapat menilai Lakukan penilaian 27 Menilai kebutuhan tekanan
kebutuhan tekanan kebutuhan tekanan pada ventilasi sesuai
pada ventilasi pada ventilasi dengan kondisi
Dapat menilai Lakukan penilaian 28 Menilai gerakan dada bayi
gerakan pada bayi gerakan pada bayi dengan benar
Dapat Observasi 29 Mengobservasi
mengobservasi pengembangan dada pengembangan dada bayi

96
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

pengembangan dada bayi apakah terlalu


bayi mengembang/tidak
Dapat menilai Lakukan penilaian 30 Mengobservasi
frekuensi jantung frekuensi jantung pengembangan dada bayi
bayi bayi apakah terlalu
mengembang/tidak
Kasus III :
Pernafasan =<60x/m, warna kulit kebiruan, frekuensi jantung=<60x/m
PENOLONG MELAKUKAN KOMPRESI DADA DAN ASISTEN MELAKUKAN VTP

Dapat memposisikan Demonstrasikan 31 Penolong menghadap ke


bayi dan penolong posisi bayi dan dada bayi
dalam pelaksanaan penolong dalam
kompresi dada pelaksanaan
kompresi dada
Dapat menentukan Menentukan lokasi 32 Penolong dapat
lokasi kompresi dada kompresi dada menentukan lokasi
kompresi dengan tepat
Dapat memposisikan Memposisikan 33 Penolong memposisikan
tangan penolong tangan penolong tangan dengan benar
dilokasi komperesi dilokasi dilokasi kompresi yang
dada Komperesi dada telah ditentukan (1/3
bawah tulang dada)
Dapat menentukan Menentukan 34 Penolong dapat
kedalaman kedalaman menentukan kedalaman
komperesi dada komperesi dada kompresi dengan benar
(1/3 diameter anterior –
posterior dada)
Dapat menentukan Menentukan 35 Dalam 1 menit melakukan
kecepatan kompresi kecepatan kompresi tindakan dengan rasio
dada dada ventilasi : kompresi dada
= 30:90 (evaluasi setelah
45-60 detik)
Dapat menentukan Menentukan 36 Menjaga kedalaman dan
konsistensi saat konsistensi saat kecepatan kompresi untuk
kompresi dada kompresi dada memastikan sirkulasi
cukup
Dapat menghitung Menghitung 37 Menghitung frekuensi
frekuensi jantung frekuensi jantung jantung bayi kembali
kembali bayi
Dapat menghitung Menghitung jumlah 38 Menghitung jumlah
jumlah pernafasan pernafasan bayi pernafasan bayi
bayi
KASUS IV:
Warna kulit keemerahan,frekuensi jantung=>100x/m,pernafasan efektif
Dapat mengukur Mengukur suhu 39 Mengykur suhu tubuh

97
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

suhu tubuh bayi tubuh bayi bayi


Dapat melakukan Melakukan 40 Menimbang berat badan
pengukuran pengukuran bayi
antropometri antropometri 41 Mengukur panjang badan
bayi
42 Mengukur lingkar kepala
43 Mengukur lingkar dada
Dapat melakukan Melakukan 44 Ubun-ubun
pemeriksaan fisik pemeriksaan pada 45 Sutura
bayi secara daerah kepala 46 Moulage
sistematis 47 Pembengkakan pada
daerah cekungan
Melakukan 48 Periksa hubungan letak
pemeriksaan telinga mata dan telinga
pada bayi
Melakukan 49 Periksa tanda-tanda
pemeriksaan mata infeksi (mis: pus)
bayi
Melakukan 50. Bibir dan langit-langit
pemeriksaan hidung 51 Periksa adanya sumbing
dan mulut bayi 52 Refleks hisap
Melakukan 53 Pembengkakan/ Benjolan
pemeriksaa leher
bsayi
Melakukan 54 Periksa bentuk dada
pemeriksaan dada 55 Periksa puting susu
bayi 56 Mendengar bunyi nafas
57 Mendengar bunyi jantung
Melakukan 58 Periksa gerakan tangan
pemeriksaan bahu bayi
dan lengan bayi
59 Jumlah jari dan kelainan
Menilai refleks 60 Refleks moro
61 Refleks sucking
62 Refleks rooting
63 Refleks tonic neck
64 Refleks graps
Melakukan 65 Penonjolan sekitar pusat
pemeriksaan perut saat menangis..
bayi 66 Perdarahan tali pusat
67 Lembek(saat tidak
menangis)
68 benjolan
Melakukan 69 Laki-laki:
pemeriksaan pada Dua testis berada didalam

98
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

kelamin bayi skrotum


70 Penis berlubang dan
terletak di ujung
71 Perempuan:
Vagina dan uretra
berlubang
72 Labia mayor sudah
menutupi labia minor
Melakukan 73 Gerakan normal
pemeriksaan tungkai 74 Jumlah jari dan kelainan
dan kaki
Melakukan 75 Pembengkakan dan
pemeriksaan cekungan
punggung anus 76 Lubang anus
Melakukan 77 warna
pemeriksaan pada 78 verniks
kulit 79 Pembengkakan/bercak
hitam
80 Tanda lahir
Dapat menunjukan Pemeriksaan 81 Menunjukan sikap dalam
sikap dalam kelainan dilakukan melakukan pemeriksaan
melakukan secara sistematis dan fisik dengan baik dan
pemeriksaan tidak tergesa - gesa sopan
kelainan bayi secara
sistematis
Dapat memberikan Berikan suntikan 82 Memberikan suntikan
suntikan Neo.K Neo.K Neo.K 0,5cc dengan dosis
1 mg
Dapat memberikan Berikan tetes 83 Memberikan tetes mata 1
tetes mata erlamicetin tetes tiap mata
erlamicetin
Dapat memberikan Berikan tanda 84 Memberikan tetes mata 1
tanda pengenal pengenal/identitas/ca tetes tiap mata
p kaki
Dapat memasang Pasang pakaian bayi 85 Memasang pakaian bayi
pakaian bayi
Dapat Perlihatkan bayi dan 86 Memperlihatkan bayi dan
memperlihatkanbayi mendiskusikan mendiskusikan temuan
dan mendiskusikan temuan pada pada keluarga
temuan pada keluarga
keluarga
Dapat melakukan Lakukan konseling 87 Menjaga kehangatan bayi
konseling 88 Memberikan bayi padaibu
agar memberikan ASI
89 Mengenal tanda-tanda
bahaya pada bayi

99
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

90 Merawat tali pusat


91 Perawatan bayi sehari-hari

Dapat membereskan Bereskan alat-alat 92 Membereskan alat dengan


alat-alat rapi sesuai dengan
tempatnya

Dapat mencuci Cuci tangan setelah 93 Mencuci tangan dengan


tangan setelah melakukan tindakan teknik 7 langkah
melakukan tindakan

Dapat mendokumentasikan 94 Mendokumentasikan


mendokumentasikan asuhan yag telah asuhan yag telah diberikan
asuhan yag telah diberikan
diberikan
Jumlah Nilai =
SKOR
368
x 100

100
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016

SI
N
E
R
E
F
E
R
Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan:
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.

Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook @nd Ed.
Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3.
Jakarta: EGC

Mochtar, Roestam. 2013. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media

Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina.

101
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

3
R
A
J
A
L
E
B
N
A
T
A
I
G
E
K
N
A
K
U
J
U
R
M
E
T
S
I
S
M
JA
2
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar 3. Dalam Kegiatan Belajar 3 ini Anda akan
mempelajari tentang bagaimana melakukan rujukan pada penanganan komplikasi-
komplikasi kebidanan.
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T
(tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.
N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa dapat melakukan rujukan pada komplikasi-komplikasi kebidanan

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa mengerti sistem rujukan
2. Mahasiswa dapat melakukan rukukan sesuai alur sistem rujukan

102
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

RI
E
T
A
M
K
O
K
O
P
K-
O
K
O
P
1. Pengertian Sistem Rujukan
2. Tata Laksana Rujukan
3. Tujuan Sistem Rujukan
4. Kegiatan Dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan
5. Alur Sistem Rujukan
6. Langkah-Langkah Rujukan

RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
1. Pengertian Sistem Rujukan

Gambar 3.1 Rujukan

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara
unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang

103
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan


dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.

Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu


fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi.
Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk
merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.

2. Tata laksana rujukan:

1. Internal antas-petugas di satu rumah


2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit

3. Tujuan Sistem Rujukan

Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan
umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “risiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.

104
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

4. Kegiatan dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang


sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap
(surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita
yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan
menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan
kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat
berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan
perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.
1. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan.
1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.

105
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium


yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.
Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas
pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit
pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah
yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of
personel).
2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke
klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
1. Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.
2. Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang
lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di
masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko
komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini
dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam,
nyaman, dan aman bagi pasien.

106
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

5. Alur Sistem Rujukan

Gambar 3.2 Alur Rujukan

Alur rujukan kasus kegawat daruratan:


1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa

6. Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita


a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera

107
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu


mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan
keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan.
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena
rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga
kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk
menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal
yang disampaikan sebaiknya meliputi:
 Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
 Alasan untuk merujuk ibu
 Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
 Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
 Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
 Tujuan rujukan
 Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
 Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
 Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan
yang dituju

108
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

 Perkiraan lamanya waktu perawatan


 Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan
untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
 Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan
modalitas transportasi lain
 Pilihan akomodasi untuk keluarga
4. Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
 Indikasi rujukan
 Kondisi ibu dan janin
 Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan
cuaca menuju tujuan rujukan)
 Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
 Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
5. Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima
pasien adalah:
 Nama pasien
 Nama tenaga kesehatan yang merujuk
 Indikasi rujukan
 Kondisi ibu dan janin
 Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
 Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
6. Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan
diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien.
7. Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun
melalui faksimili) sesegera mungkin:
 Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan,
diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan
tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
 Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
 Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini

109
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

 Hasil pemeriksaan penunjang


 Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
8. Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
9. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul
berukuran 16 atau 18.
10. Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera
setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi,
penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
11. Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk
merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi
selama transportasi.
12. Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
13. Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
 Keadaan umum pasien
 Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
 Denyut jantung janin
 Presentasi
 Dilatasi serviks
 Letak janin
 Kondisi ketuban
 Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
14. Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan
dan jam pemeriksaan terakhir

110
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

PERLENGKAPAN
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk melakukan
rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan
yang digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria:
1. Akurat
2. Ringan, kecil, dan mudah dibawa
3. Berkualitas dan berfungsi baik
4. Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan getaran
5. Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan akurasinya
6. Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan dalam pesawat
terbang
7. Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu sumber listrik
kendaraan

Perlengkapan Umum
 Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
 Tandu (stretcher)
 Stetoskop
 Termometer
 Baskom muntah
 Lampu senter
 Sfignomanometer (digital lebih baik)
 Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
 Infusion pump (tenaga baterai)
 Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
 Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
 Lubrikan steril
 Larutan antiseptik

Cairan dan Obat-obatan


 1000 ml 5% D/W
 1000 ml Ringer Laktat
 1000 ml NaCl 0,9% / Asering

111
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

 Cairan koloid
 Soluset atau buret
 Plester
 Torniket
 Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
 Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
 Spuit dan jarum
 Swab alkohol
 MgSO4 1 g/ampul
 Ca glukonas
 Oksitosin 10 unit/ml
 Ergometrin 0,2 mg/ml
 2 ampul diazepam 10 mg/ampul
 Tablet nifedipin 10 mg
 Lidokain 2%
 Epinefrin
 Sulfas atropin
 Diazepam
 Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk

Perlengkapan persalinan steril


 Sarung tangan steril/DTT
 1 buah gunting episiotomi
 1 buah gunting tali pusat
 1 buah pengisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan kateter berukuran 10 Fr
 2 buah klem tali pusat
 Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali pusat
 2 buah kantong plastik
 6 buah kasa steril/DTT 4x4
 1 lembar duk steril/kain bersih
 Selimut bayi (2 buah)
 Selimut ibu

112
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Perlengkapan resusitasi bayi


 Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
 Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi, berukuran 0,1, dan 2
 Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, berukuran 2,5 sampai 4
 3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
 Spuit 1 ml dan 2 ml
 Jarum ukuran 20 dan 25
 Pipa orogastrik
 Gunting dan plester
 Tabung oksigen kecil lengkap

Perlengkapan resusitasi dewasa


Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah ini:
 Tabung oksigen lengkap
 Self inflating bag dan sungkup oksigen
 Airway nomor 3
 Laringoskop dan blade untuk dewasa
 Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
 Suction dan kateter ukuran 14 Fr

Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan
dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh
tampilan desain ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.

113
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:


1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

114
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

SKEMA RUJUKAN DAN JENJANG PELAYANAN

N
A
H
TI
A
L
 

RUMAH SAKIT KABUPATEN


Rawat inap
Pelayanan:
Lab lengkap
USG
Tindakan operatif
Pencatatan dan pelaporan

PUSKESMAS
Pendidikan masyarakat dan dukun
Pelayanan:
ANC
Vaksinasi
Rujukan
persalinan
Lab (pap smear)
Pencatatan dan pelaporan

BIDAN DESA (POLINDES)


Pendidikan masyarakat dan dukun
Pelayanan:
ANC
Vaksinasi
Pertolongan persalinan normal
Rawat gabung Asi
Penapisan hamil risiko
Rujukan penderita
Pencatatan dan pelaporan

POSYANDU
Pendidikan masyarakat DUKUN BERSALIN
Pelayanan: Pendidikan masyarakat
KB terbatas Pelayanan persalinan resiko kecil
Vaksinasi Rawat gabung ASI
Rujukan risiko Rujukan
Pemberian Fe, vit A, oralit Laporan
Pencatatan dan pelaporan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan kerjakan


latihan berikut ini!

115
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Bd. Ana bertugas di sebuah Puskesmas dan akan merujuk ibu hamil 38 minggu dengan
pre-eklampsia berat. Apa yang harus dipersiapkan oleh Bidan Ana dalam melakukan
rujukan?

Petunjuk Jawaban Latihan

Pelajari kembali uraian tentang sistem rujukan, persiapan dalam melakukan rujukan
dan alur rujukan.

N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit
yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang
lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

2. Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.

3. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.

4. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.

5. Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi: rujukan

116
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

kegawatdaruratan dan rujukan berencana

F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!

1) Rujukan yang dilakukan dari Puskesmas Pembantu ke Puskesmas Induk disebut


dengan...
A. Rujukan internal
B. Rujukan eksternal
C. Rujukan medik
D. Rujukan kesehatan
E. Rujukan kegawatdaruratan
2) Rujukan yang dilakukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit disebut dengan...
A. Rujukan internal
B. Rujukan eksternal
C. Rujukan medik
D. Rujukan kesehatan
E. Rujukan kegawatdaruratan
3) Secara umum, tujuan sistem rujukan adalah untuk...
A. Mengalihkan beban perawatan
B. Meningkatkan kemampuan petugas
C. Meningkatkan mutu pelayanan
D. Mengurangi risiko kesalahan
E. Agar pasien mendapatkan pelayanan maksimal

4) Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk...


A. Mencari alternatif biaya termurah
B. Tidak tertanganinya komplikasi
C. Fasilitas yang lebih canggih
D. Tidak kompetennya petugas yang ada

117
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

E. Mengurangi risiko kesalahan


5) Bidan Dina menyiapkan alat partus dalam merujuk pasien dengan partus lama.
Dalam prinsip BAKSOKU, persiapan alat partus oleh Bidan Dina termasuk ke dalam
persiapan...
A. Bidan
B. Alat
C. Obat
D. Surat
E. Kendaraan

Petunjuk:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar

6) Berikut yang termasuk persiapan dalam merujuk pasien


1. Bidan
2. Alat
3. Uang

7) Berikut kriteria alat yang digunakan dalam proses rujukan, adalah...


1. Akurat
2. Canggih
3. Berkualitas dan berfungsi baik

8) Kondisi berikut yang dapat dilakukan rujukan adalah...


1. Kondisi ibu stabil
2. Persalinan sudah akan terjadi
3. Kondisi janin stabil

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus

118
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 3.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan =  100%
8

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
Modul berikutnya. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
SI
N
E
R
E
F
E
R

119
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.

Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook
@nd Ed. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi
3. Jakarta: EGC

Mochtar, Roestam. 2013. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

120
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
N
A
B
A
W
JA
Tes Formatif 1
1) D Ciri abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan yang disertai dengan
pembukaan serviks dan pengeluaran ekspulsi seluruh jaringan konsepsi
2) D Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar uterus yang
disertai dengan terjadinya ruptur pada lokasi tempat implantasi kehamilan.
Ektopik belum disebut “terganggu” jika tempat implantasi belum ruptur
3) C Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum persalinan terjadi
4) C Penanganan solusio plasenta tidak boleh dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar
5) D Ketiga opsi jawaban merupakan pengertian dari kandang
6) A Penyebab dari infeksi post partum adalah kurangnya tindakan aspetik,
kurangnya higin dan kurangnya nutrisi

7) C Bendungan pada payudara dapat diatasi salah satunya dengan menyangga


payudara ibu, mengompres hangat payudara dan mengurut payudara dari arah
--pangkal ke puting
8) B Faktor predisposisi mastitis adalah posisi menyusui yang salah, waktu menyusui
kurang dan implan payudara

Tes Formatif 2
1) A Ikterus fisiologis adalah jika dialami dalam waktu > 24 jam dan < 14 hari serta <
13 mg/dl
2) B lihat kembali tabel Nilai Apgar
3) B penyebab tetanus adalah Clostridium Tetani
4) C Hipoglikemia adalah kadar gula darah <30 mg/dl
5) D Ketiganya merupakan faktor ibu yang dapat menyebabkan pre eklampsia
6) C hanya 2 dan 3 yang benar, menelungkupkan bayi justru akan memperparah
asfiksia neonatorum
7) C Hanya 2 dan 3 yang benar, faktor lain penyebab perdarahan tali pusat adalah
partus precipitates

121
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

8) A Hanya 1 dan 2 yang benar, ibu dengan diabetes buka preeklampsia yang akan
menyebabkan risiko bayinya menderita hipoglikemia
Tes Formatif 3
1) A Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2) B Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
3) C Tujuan umum sistem rujukan adalah ntuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
4) B Rujukan dilakukan jika komplikasi yang timbul sudah tidak dapt ditangani
5) B Persiapan partus merupakan komponen alat dalam persiapan BAKSOKU

122
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

P
U
T
U
N
E
P
Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 3 ini maka berakhir pula modul
Asuhan Kegawatdaruratan maternal neonatal. Diharapkan dengan berakhirnya
modul ini mahasiswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan pada awal
kegiatan belajar.

UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR, ANDA


DAPAT MENILAI
DIRI SENDIRI DENGAN CARA :
1. Setiap akhir pertemuan selesai, lakukan langkah praktikum sesuai denga daftar tilik yang telah
disediakan
2. Minta bantuan teman Anda untuk menilai Anda saat Anda melakukan langkah-langkah dalam
daftar tilik
3. Kemudian hitung skor yang Anda dapat dengan cara:

Jumlah Skor
X 100
4 x Jumlah item
4. Lihat tabel konversi nilai pada lampiran, untuk mengetahui lambang nilai Anda
5. Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil jika Anda mendapat nilai 3 dengan
lambang “B”
6. Apabila Anda belum bisa mencapai nilai 3, maka ulangi lagi untuk mempelajari materi dan
lakukan kembali langkah-langkah daftar tilik dalam praktik mahasiswa
7. Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan berikutnya dan bila selesai maka
Anda dapat pindah ke modul berikutnya

123

Anda mungkin juga menyukai