2015 Modul Gadar Sesuai Silabus UDAH PRINT
2015 Modul Gadar Sesuai Silabus UDAH PRINT
PENDAHULUAN
Salah satu indikator derajat kesehatan Indonesia dapat dinilai dari Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini naik dibandingkan AKI tahun 2007 yang mencapai 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini naik jika dibandingkan dengan AKB tahun 2007 yang
berjumlah 28 per 1000 kelahiran hidup. Angka-angka ini sangat jauh dari hasil yang
ingin dicapai Indonesia berdasarkan target yang sudah ditetapkan oleh MDG (Millenium
Development Goal) WHO yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia antara lain perdarahan
(29%), eklampsi (27%), infeksi (5%), komplikasi puerperium (10%), partus lama (5%),
trauma obstetric (5%), emboli obstetrik (3%), komplikasi abortus (5%), dan lain-lain
(11%). Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah asfiksia
(27%), komplikasi pada bayi berat badan lahir rendah (29%), tetanus neonatorum
(10%), infeksi (5%), masalah pemberian makan (10%), gangguan haematologik (6%),
dan lain-lain (13%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi di Indonesia dibedakan dalam
dua sisi yaitu dari sisi pemberdayaan masyarakat (Demand side) dan sisi cakupan dan
kualitas pelayanan (Supply side). Demand side dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
yang rendah, tingkat sosial ekonomi ibu rendah, kedudukan dan peranan wanita tidak
mendukung, sosial budaya tidak mendukung dan system transportasi yang tidak
mendukung. Sedangkan pada sisi supply ditandai dengan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan ibu rendah, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu
belum memadai karena kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten, fasilitas
kesehatan yang belum memenuhi standar dan sistem rujukan maternal dan perinatal
yang belum mantap. Kedua aspek tersebut dapat mengakibatkan kematian ibu dan
perinatal karena tiga terlambat dan empat terlalu. Tiga terlambat yang dimaksud
1
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
PEMBIMBING PRAKTIK:
Selama di laboratorium mahasiswa akan dibimbing oleh pembimbing laboratorium.
Pembimbing laboratorium ditunjuk dan ditetapkan dengan latar belakang pendidikan
minimal DIII Kebidanan dan berpengalaman diklinik minimal 2 tahun.
2
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
TEKNIS BIMBINGAN:
Sebelum melakukan praktikum di laboratorium maka mahasiswa harus perhatikan alur
kerja seperti di bawah ini :
1. Pada awal perkuliahan yang dilakukan adalah menemui pembimbing atau
instruktur untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir, dan menyepakati/ menyamakan persepsi tugas-tugas yang akan dilakukan
selama 1 semester
2. Pada saat kontrak program perkuliahan, mahasiswa akan diberikan modul yang
harus di kuasai dalam waktu 28 jam, setelah membaca modul teori tersebut, maka
mahasiswa akan mulai untuk belajar praktikum di laboratorium pada waktu yang
telah disepakati, untuk latihan melakukan tindakan – tindakan apa saja yang perlu
untuk dikuasai sebagai bidan professional dalam rangka memberikan asuhan
kebidanan komunitas.
3. Setelah mendapat daftar tilik, maka penanggung jawab mata kuliah ini mendatangi
ruang alat laboratorium untuk mengisi kontrak peminjaman ruang dan alat pada
petugas laboratorium.
4. Setelah mengisi buku peminjaman, petugas laboratorium melakukan verifikasi data
untuk menilai kebenaran data yang diisi.
5. Petugas laboratorium menyiapkan alat yang diperlukan dalam kurun waktu 2 x 24
jam dan melakukan cross check kelengkapan alat yang dibutuhkan.
6. Apabila alat sudah lengkap, maka alat dibawa ke ruang praktikum dan digunakan
sampai dengan batas waktu peminjaman atau batas waktu yang telah ditetapkan
dalam kontrak program diatas.
7. Setelah dilakukan praktikum oleh mahasiswa, maka alat dikembalikan ke ruang alat
lab setelah sebelumnya di cek oleh petugas lab.
8. Apabila ditemukan alatnya rusak atau hilang, maka mahasiswa harus mengganti
alat yang rusak atau hilang tersebut.
9. Apabila alat yang dikembalikan telah lengkap, maka petugas lab menyimpannya di
tempat yang sesuai.
3
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
TEKNIS PRAKTIKUM
Sebelum melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, maka hal – hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum memulai untuk melakukan praktikum, mahasiswa akan dipandu oleh
pembimbing laboratorium atau instruktur, langkah demi langkah pelaksanaan
praktikum ini.
2. Mahasiswa dapat menggunakan video praktikum, sebagai alat bantu pembelajaran
(jika ada).
3. Setelah diberikan penjelasan dan dilakukan demo oleh pembimbing, selanjutnya
mahasiswa dapat berdiskusi dan mengevaluasi langkah – langkah yang telah di
praktikkan sampai semua langkah jelas dan dapat dimengerti.
4. Melakukan praktikum setiap perasat yang ada sendiri – sendiri dan didampingi oleh
instruktur atau pembimbing menggunakan phantom yang ada di laboratorium.
5. Setelah melakukan praktikum secara mandiri minimal 5 kali simulasi, pembimbing
melakukan diskusi dan evaluasi menggunakan daftar tilik yang ada.
6. Apabila setelah di evaluasi, mahasiswa mendapat skor atau nilai diatas nilai batas
lulus, maka dapat dinyatakan telah melaksanakan praktikum dan boleh untuk
melakukan secara mandiri kepada pasien di lahan praktik. Akan tetapi, apabila
belum mendapatkan skor yang cukup, maka harus mengulang melakukan
praktikum secara mandiri lagi.
4
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
5
K
E 2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
G
I
A
T
A
N
B
E
L
A
J
A
R
1
7
K 2 JAM
O
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal 2015/2016
M Neonatal
P
LI
K
A
S
I
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar
K I. Dalam Kegiatan Belajar I ini akan mempelajari
E
tentang Komplikasi Kebidanan dan Penangannnya. Komplikasi dalam kebidanan merupakan
B tenaga kesehatan. Berbagai upaya telah ditempuh
hal yang harus diwaspadai oleh kita sebagai
I risiko untuk terjadinya komplikasi tetap ada pada
agar suatu komplikasi tidak terjadi, tetapi
D
semua fase kehamilan, persalinan, nifas maupun pada bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan
A
deteksi dini yang baik dari petugas kesehatan agar dapat dilakukan penanganan setepat dan
N
secepat mungkin. Penanganan yang tepat A akan sangat mempengaruhi hasil yang didapatkan.
N mencegah beertambah beratnya komplikasi yang
Dengan penanganan efektif kita akan dapat
akhirnya akan dapat mencegah terjadinyaD kematian Ibu dan Bayi.
A
N
N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T
P
E
N
Tujuan Pembelajaran Umum A
N
Mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan maternal
meliputi kegawatdaruratan masa hamil, bersalin dan nifas
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda-gejala komplikasi kebidanan pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan umun dan khusus secara cepat, tepat dan
aman pada komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas
N
A
S
A
H
A
B
K
O
K
O
P
8
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
e. Plasenta Previa
f. Solusio Plasenta
g. Hipertensi Pada Kehamilan/Preeklamsi/Eklamsi
h. Haemoragic Post Partum (Perdarahan Pasca Persalinan)
2. Komplikasi Nifas
a. Metritis
b. Abses Pelvis
c. Infeksi Luka Perineum dan Lukan Abdomen
d. Mastitis
e. Bendungan Payu Dara
RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
Sebelum kita membahas apa saja komplikasi yang bisa terjadi saat kehamilan, persalinan
dan nifas, terlebih dahulu kita ketahui apa definisi dari komplikasi obstetrik. Komplikasi
obstetrik adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat terjadi pada masa kehamila,
persalinan maupun nifas yang dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu maupun janin.
Berikut akan kita bahas komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan , persalinan dan nifas
beserta penanganannya.
1. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi.
Hiperemesis gravidarum terjadi pada 2 per 1000 kehamilan. Penyebabnya masih
belum pasti diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi
diantaranya adalah primigravida, riwayat hiperemesis pada kehamilan sebelumnya,
status nutrisi dan faktor psikologis (emosi, stres).
9
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
c. Ketonuria
10
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
d. Dehidrasi
e. Ketidakseimbangan elektrolit
11
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di
bawah ini:
Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
Berikan suplemen multivitamin IV
Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit,
setiap 4-6 jam sekali
Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU
ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jam terus-
menerus selama 24 jam.
Awasi komplikasi mual dan muntah serta hiperemesis gravidarum, seperti
Gastroesopagheal Reflux Disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna
bagian atas, dan defisiensi vitamin, terutama thiamine.
2. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22
minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari
20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram.
Diagnosis Abortus
a. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga
12
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
berjumlah banyak
13
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor dari janin (fetal), yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom)
b. Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok,
konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus
didelfis,inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in
partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom
Asherman.
c. Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma
Tatalaksana Umum
a. Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok (lihat bab 3.2). Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan tiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
14
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Sumber: Buku Saku WHO (Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan)
15
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
b. Tatalaksana Khusus
Abortus Iminens
Pertahankan kehamilan.
Tidak perlu pengobatan khusus.
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
Abortus Insipiens
16
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Abortus Inkomplit
Lakukan konseling.
17
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika
evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat
diulang 15 menit kemudian bila perlu).
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1
liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
18
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Lakukan konseling.
Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan
kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila
dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan
evakuasi lebih lanjut.
Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
19
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
3. Mola Hidatidosa
20
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
e. Nyeri perut
f. Serviks terbuka
21
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Faktor Predisposisi
Usia – kehamilan terlalu muda dan tua
Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan kontraseptif oral
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
22
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus). Hampir 95%
kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5% sisanya terdapat
di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi
implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen
akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.
23
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
b. Kesadaran menurun
c. Pucat
24
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
g. Serviks tertutup
Faktor Predisposisi
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
25
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
(500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
b. Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan)
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
5. Plasenta Previa
26
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
27
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
28
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
c. Syok
29
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
30
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Faktor Predisposisi
Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
Multiparitas
Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum
tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan
secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan
Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif
b. Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-
invasif.
Syarat terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
Janin masih hidup dan kondisi janin baik
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru janin
31
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg
selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana transfusi.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu
dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika:
Usia kehamilan cukup bulan
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi
kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban dan persalinan
pervaginam masih dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari
tempat plasenta:
Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
Pasang infus oksitosin 10 unitin 500 ml cairan IV (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit
Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang sesuai,
seperti ligasi arteri dan histerektomi
6. Solusio Plasenta
32
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
33
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
d. Anemia berat
Faktor Predisposisi
Hipertensi
34
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Versi luar
Trauma abdomen
Hidramnion
Gemelli
Defisiensi besi
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana
berikut ini hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda-tanda
awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi
vakum
Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan
seksio sesarea
Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
DJJ normal, lakukan seksio sesarea
DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal:
pertimbangkan persalinan pervaginam
DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
pecahkan ketuban dengan kokher:
o Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
o Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan
persalinan pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan
pervaginam tidak memungkinkan
Lakukan uji pembekuan darah sederhana:
Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil, dan
kering (kira-kira 10 mm x 75 mm)
Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap hangat
35
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
36
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Faktor herediter
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Obesitas sebelum hamil
a. Hipertensi Kronik
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap
setelah persalinan
Diagnosis Hipertensi Kronoik
Tekanan darah ≥140/90 mmHg
Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi
pada usia kehamilan <20 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
Tatalaksana
1) Tatalaksana Umum
Anjurkan istirahat lebih banyak.
Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu
perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan
memperbaiki keadaan janin dan ibu.
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan
terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi
Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan
penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril),
ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis
antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari
usia kehamilan 20 minggu
Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
37
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani
seperti gawat janin.
Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan.
2) Tatalaksana Khusus : -
b. Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan.
Diagnosis Hipertensi Gestasional
Tekanan darah ≥140/90 mmHg
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati da
trombositopenia
Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
Tatalaksana
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
c. Preeklampsia Dan Eklampsia
Diagnosis
Preeklampsia Ringan
Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam
38
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
39
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau
kejang berulang.
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam sesuai
prosedur.
Syarat pemberian MgSO4
• Tersedia Ca Glukonas 10%,
• Ada refleks patella
• Jumlah urin minimal0,5ml/kg BB/jam
Cara Pemberian Dosis Awal
Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan
10 ml akuades.
Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit.
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan.
40
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
41
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Diagnosis HPP
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang
berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
Faktor Predisposisi
Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa, solutio plasenta,
plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan ektopik, mola hidatidosa
Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan per vaginam dengan
instrumen (forsep di dasar panggul atau bagian tengah panggul), bekas SC atau
histerektomi
Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang, preeklamsia
berat/eklamsia, sepsis, atau gagal ginjal
Gangguan koagulasi
Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia,
kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan
agen anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi), persalinan lama,
korioamnionitis, persalinan terlalu cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya
Tatalaksana Awal
a. Tatalaksana Umum
Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
Berikan oksigen.
Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) danmulai
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atauRinger Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu. (lihat tabel 4.7.1). Pada saat memasang infus,
lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.
Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan:
Kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang
Profil Hemostasis
o Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
o Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
o Prothrombin time (PT)
o Activated partial thromboplastin time (APTT)
42
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
o Hitung trombosit
o Fibrinogen
Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi
fundus uteri.
Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, misal : robekan serviks atau robekan vagina).
Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah
cairan yang masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1 ml/ kgBB/jam
atau sekitar 30 ml/jam)
Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat :
1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC) dapat menaikkan
hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa normal.
Mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent ditandatangani untuk
persetujuan transfusi
Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab :
43
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Bagan 1
44
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Tabel 1.2 Jumlah Cairan Infus Pengganti Berdasarkan Perkiraan Volume Kehilangan
Darah
45
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Perdarahan dapat ringan bila bekuan darah menutup serviks atau bila ibu berbaring
telentang
Pada inversio komplit dapat tidak terjadi perdarahan
b. Tatalaksana Khusus :
1) Atonia Uteri
46
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM
setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila
diperlukan. JANGAN BERIKAN LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
CATATAN:
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung
oksitosin
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/ tidak
terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1
menit, dapat diulang setelah 30 menit).
Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5
menit
Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih memadai sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak
membaik, dimulai dari yang konservatif.
Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara lain
prosedur jahitan B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligasi arteri uterina dan
arteri ovarika, atau prosedur histerektomi subtotal.
47
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Sumber: Buku Saku WHO (Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan)
48
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
49
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Segera reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio
telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu.
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan melebihi 100
mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM.
50
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah
jika volume darah dipulihkan segera.
Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia).
Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor
pembekuan dan sel darah merah.
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/ kg
berat badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan
lanjut atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari
pembekuan belum ada.
Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah.
Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit < 20.000).
Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah
golongan O untuk penyelamatan jiwa.
7) Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya
regang miometrium. Pada bekas seksio sesarea, risiko terjadinya ruptura uteri
lebih tinggi.
51
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
52
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
B. KOMPLIKASI NIFAS
Pada uraian di atas telah dibahas tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada waktu
kehamilan dan persalinan. Sekarang kita bahas komplikasi obstetrik apa saja yang dapat
mengancam nyawa ibu pada waktu nifas.
1. Metritis
Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul
kronik, sumbatan tuba, infertilitas.
Tanda dan Gejala Metritis
53
Demam >38°C dapat disertai menggigil
Subinvolusi uterus
54
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan
tatalaksana
Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai terpapar
tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam vaginanya).
Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu
Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri
abdomen), lakukan laparotomi dan drainaseabdomen bila terdapat pus.
Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.
Lakukan pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit
Golongan darah ABO dan jenis Rh
Gula Darah Sewaktu (GDS)
Analisis urin
Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta
dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik
Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang digantungkan
pada tempat tidur pasien.
Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan per vaginam
setiap 4 jam.
Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam.
Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur.
Perbolehkan pasien pulang jika suhu < 37,50°C selama minimal 48 jam dan hasil
pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3.
b. Tata Laksana Khusus : -
2. Abses Pelvis
55
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Demam tinggi-menggigil
56
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Faktor Predisposisi
Metritis (infeksi dinding uterus) pasca kehamilan
57
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Tatalaksana
a. Tatalaksana umum : -
b. Tatalaksana Khusus
Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam
bebas demam:
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi,
lakukan laparotomi.
Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena masuknya
kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas,
dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar.
Faktor Predisposisi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan
kurangnya higien pasien
kurangnya nutrisi
Abses, Seroma dan Hematoma Pada Luka
Diagnosis
Nyeri tekan pada luka disertai keluarnya cairan atau darah
Eritema ringan di luar tepi insisi
58
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Tatalaksana
a. Tatalaksana umum
Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti kompres sendiri
setiap 24 jam.
Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan pembalut
yang bersih.
b. Tatalaksana khusus
Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi.
Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika.
Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
Selulitis dan fasiitis nekrotikan
Diagnosis
Luka terasa nyeri
Eritema dan edema di luar tepi insisi
Luka mengeras
Keluar cairan bernanah
Merah di sekitar luka
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum : -
b. Tatalaksana Khusus
Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan lakukan debridemen.
Jika infeksi hanya superfisial dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau timbulnya
abses dan berikan antibiotika:
Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
Ditambah metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari.
Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, dan menimbulkan nekrotik (fasiitis
nekrotikan), siapkan laparotomi dan berikan kombinasi antibiotika sampai
jaringan nekrotik telah diangkat dan 48 jam bebas demam:
Penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
59
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
4. Mastitis
Diagnosis
Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
Dapat disertai demam >38C
Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan ke-4 postpartum, namun dapat terjadi kapan
saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
60
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
5. Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh
karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.
61
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Diagnosis
Payudara bengkak dan keras
Nyeri pada payudara
Terjadi 3 – 5 hari setelah persalinan
Kedua payudara terkena
Faktor Predisposisi
Posisi menyusui yang tidak baik
Membatasi menyusui
Membatasi waktu bayi dengan payudara
Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih
Implan payudara
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi lunak.
Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan
pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI
secara manual dari payudara.
Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
Bila perlu, berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri.
Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
b. Tatalaksana Khusus :-
N
A
H
TI
A
L
62
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Seorang ibu datang ke Puskesmas, mengaku hamil 2 bulan dan sudah melakukan tes
urin dengan hasil positif seminggu yang lalu. Ibu mengeluh perdarahan sehabis jatuh dari
kamar mandi sehari sebelumnya. Saat dilakukan pemeriksaan, didapat Tekanan Darah ibu
100/80 mmHg, Nadi 80 x/m dan Napas 24 x/m, perdarahan per vaginam berwarna merah,
banyak dan ada gumpalan menyerupai jaringan. Saat dilakukan pemeriksaan dalam,
serviks membuka ±1 cm. Apa diagnosis yang Anda buat terhadap kasus ibu tersebut dan
bagaimana penanganannya?
Baca kembali komplikasi yang terjadi pada kehamilan, bandingkan gejala yang ada
dengan tanda dan gejala penyakit yang ada. Perhatikan diagnosis banding yang mungkin
mirip dengan tanda dan gejala kasus tersebut dan lihat penanganannya.
N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Komplikasi obstetrik adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat terjadi pada masa
kehamila, persalinan maupun nifas yang dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu
maupun janin.
3. Yang termasuk dalam komplikasi nifas adalah metritis, abses pelvis, infeksi luka
perineum dan abdominal, mastitis dan bendungan payudara.
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!
63
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
1) Peradarahan pada kehamilan yang disertai dengan pembukaan serviks dan pengeluaran
ekspulsi seluruh jaringan konsepsi diklasifikasikan sebagai...
A. Abortus iminens
B. Abortus insipiens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit
E. Missed Abortion
2) Kehamilan yang terjadi di luar uterus yang disertai dengan terjadinya ruptur pada lokasi
tempat implantasi kehamilan didiagnosis sebagai...
A. Kehamilan Ektopik
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
C. Solusio plasenta
D. Plasenta previa
E. Mola Hidatidosa
3) Seorang ibu hamil 35 minggu datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mules pada perut
dan keluar flek darah berwarna kehitaman sehabis jatuh dari kamar mandi. Saat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, terlihat separasi parsial dari pinggir
plasenta. DJJ baik dan tidak ditemukan adanya internal haemorrhage pada ibu. Diagnosis
ibu tersebut adalah... . . .
A. Kehamilan Ektopik
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
C. Solusio plasenta
D. Plasenta previa
E. Mola Hidatidosa
4) Jika Anda berada pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar, penanganan untuk kasus No. 3
adalah . . . .
A. CITO seccio sesaria
B. Partus per vaginam segera
C. Rujuk dengan observasi ketat
D. Rawat jalan pasien dengan konseling tanda gejala solusio plasenta
E. Anjurkan ibu pulang
Petunjuk:
64
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
65
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.
A
W
S
SI
A
H
A
M
M
U
K
TI
K
A
R
P
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
DAFTAR TILIK PENANGANAN EKLAMPSI
NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTIK :
NIM : TANGGAL :
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.
66
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
67
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil
pekerjaannya. kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan
urutannya dan waktu yang dipergunakan.
68
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
69
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil
pekerjaannya. kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu
yang dipergunakan lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum
baik atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan
urutannya dan waktu yang dipergunakan.
70
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.
71
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
72
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
Kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.
73
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
kateter
18 Dilihat sampai kondom berisi cairan infuse dengan
tanda tetesan infuse berhenti sendiri dan darah berhenti
mengalir
19 Klem kondom agar air tidak keluar
20 Pertahankan kontraksi uterus dengan pemberian
oksitosin drip selama paling tidak 12 jam disamping
pemberian uteotonika yang lain yang diperbolehkan
21 Berikan antibiotika tripelyang terdiri dari : Amoksisilin,
Gentamisilin, dan Metronidazol
22 Kondom dipertahankan sampai24-48 jam sambil
memperbaiki keadaan umum
23 Lepaskan speculum sim
24 Fiksasi kondom beserta klem di bagian paha ibu dengan
plaster
25 Bersihkan bagian tubuh ibu yang terkena darah dengan
cairan DTT
26 Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah dan cairan
tubuh dengan larutan klorin 0,5 %
27 Sementara masih menggunakan sarung tangan,
masukkan alat-alat yang telah dipakaike dalam wadah
klorin 0,5%
28 Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah
tersendiri
29 Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.
30 Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan
keringkan tangan dengan handukatau tisu
31 Periksa kembali tanda-tanda vital dan perdarahan
32 Catat kondisi pasca tindakan dan buat laporan tindakan
33 Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan
telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan
pengawasan
34 Kondom dilepas perlahan-lahan setelah keadaan
membaik
SKOR
Jumlah Nilai =
136
x 100
SI
N
E
R
E
F
E
R
74
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan:
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.
Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook @nd Ed.
Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3.
Jakarta: EGC
75
K 2 JAM
EO
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal 2015/2016
GM Neonatal
P
ILI
AK
TA
AS
NI
BB
E
Sekarang kita masuki Kegiatan BelajarA 2. Dalam Kegiatan Belajar I ini Anda akan
Y
L
mempelajari tentang bagaimana mendeteksi
I
dan menangani secara cepat dan tepat
A
komplikasi-komplikasi pada bayi baru lahir.
B
JA
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi . Berdasarkan SDKI 2012,
AR menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran hidup pada
kematian bayi berusia di bawah satu tahun
R
tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiranU hidup. Angka ini naik jika dibandingkan dengan data
2L
yang didapat pada SDKI 2007 yaitu sebesar 28 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data
A
provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup)
H
dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup). Indonesia masih harus
I
bekerja keras untuk mencapai target MDGs
R yaiitu AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup
dan jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia,
Thailand dan Filipina AKB di negara kita jauh lebih tinggi.
Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum
mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni
kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian Neonatum menggambarkan peluang untuk
meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, sedangkan kematian post-neonatum
menggambarkan peluang untuk setelah bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus (bayi
baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah
asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan
ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga
kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya, 2/3nya
meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti : asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi
BBLR. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Sebenarnya
76
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
penggunaan peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini,
melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat, dan aman.
N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan pada
neonatus dan bayi
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda-gejala komplikasi kebidanan pada bayi baru lahir
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan yang cepat, tepat dan aman pada bayi baru
lahir
RI
E
T
A
M
K
O
K
O
P
K-
O
K
O
P
1. Bayi baru lahir rendah
2. Asfiksia neonaturum
3. Sindrom gangguan pernafasan
4. Hiperbilirubin
5. Pendarahan tali pusat
6. Hipotermia
7. Hipertermia
8. Tetanus neonaturum
9. Hipoglikemia
77
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
Komplikasi bayi baru lahir adalah kompliksi obstetrik terjadi pada bayi baru lahir yang dapat
mengancam keselamatan bayi. Yang tergolong komplikasi bayi baru lahir adalah :
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir atau lebih rendah (WHO, 1961).
78
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
2. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah
rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis.
Gejala Klinik Asfiksia Neonatorum :
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit,
kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
79
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
3. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada.
Faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia):
1. Gangguan sirkulasi menuju janin :
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali
pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu :
1. Gangguan his (tetania uteri/hipertoni)
2. Penurunan tekanan darah dapat mendadak, perdarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta.
3. Vasokontriksi arterial, hipertensi pada saat hamil dan gestosis pre eklamsia.
4. Gangguan pertukaran nutrisi/ O2 (solusio plasenta
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor
ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Gejala klinik pada bayi baru lahir dengan asfiksia
adalah bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan. Manifestasi klinis dari asfiksia pada bayi baru lahir adalah: serangan jantung,
ptekie hemorragis, jalan napas terganggu, sianosis dan kongestif.
Resusitasi yang efektif dapat merangsang pernafasan awal dan mencegah asfiksia
progresif. Resusitasi bertujuan untuk memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung
dan alat-alat vital lainnya. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi:
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea
c. Bila perlu, memasukan pipa endotrakeal (pipa ET) untuk memastikan saluran
prnafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
80
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
b. Mamakai VTP bila perlu, seperti : sungkup dan balon, pipa ET, mulut ke mulut
(hibdarai paparan infeksi)
3. Mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada,
pengobatan.
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis,
merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi
Penyakit Membran Hialin (PMH).
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah
kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di
mulai sejak kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.
4. Hiperbilirubinemia
81
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia
adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.
Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis (Timbul dalam
24 jam pertama kehidupan), kecuali :
a. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL.
b. Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
c. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
d. Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
e. Terdapat faktor risiko.
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat
masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat
deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik.
Bentuk akut terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia,
kejang; tahap 2 (pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus;
tahap 3 (setelah minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni,
motorik terlambat. Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan
pendengaran sensorial.
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus
normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya
penyakit pada bayi.
82
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
6. Hipotermia
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal
pada neonatus adalah 36,5-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36°C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila selu ruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36° C). Disebut hipotermia berat bila suhu
<32°C diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25°C.
Disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.
83
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
7. Hipertermia
84
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
8. Tetanus Neonaturum
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus yang berarti kencang atau
tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berdasarkan
gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus
local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus
generalisasi dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya Neonatal (berasal
dari neos yang berarti baru dan natus yang berarti lahir)merupakan suatu istilah kedokteran
yang digunakan untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari
kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi
padamasa neonatal.
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena
trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang
antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang
menyerang sistem saraf pusat.
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi
pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI,
disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan
laboratorium.
85
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat
berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium tetani
gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf
pusat.
9. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah
kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya
gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini
disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin
plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
Hipoglikemia (hypo+glic+emia) merupakan konsentrasi glukosa dalam darah
berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit
kepala apabila kronik dan berat,dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat.
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah
kurang dari 40 -45mg/dl.
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia & berat
badan aterm (2500 gr atau lebih)< 30mg/dl dalam 72 jam pertama, &< 40mg/dl pada hari
berikutnya.
Hipoglikemia pada neonates :
a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
86
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
b. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
c. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme control pada
metabolism glucose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan
endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).Penyebab lainnya adalah:
a. Prematuritas
b. Post-maturitas
c. Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin tinggi.Bayi yang
ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar gula darah yang tinggi; sejumlah besar gula darah ini melewati plasenta dan
sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin.Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita penyakit
hemolitik berat.
Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pada
jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan, dimana aliran gula dari plasenta secara
tiba-tiba terhenti.
Faktor resiko :
a. Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah.
b. Bayi yang besar untuk masa kehamilan (BMK), makrosomia. Bayi BMK biasanya lahir
dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.
c. Bayi premature atau lebih bulan.
d. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh.
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan
kalori
f. Neonates yang sakit atau stress (sindrom gawat nafas,hipotermi)
g. Bayi dengan polisemia
h. Bayi yang dipuasakn
87
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
88
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya
penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45
mg/dL
Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau
c. Perawatan hipoglikemia
Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan
diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan
Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus
dimulai
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed sid) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai
Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di
tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap.
Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari
kambuhnya hipoglikemia N
A
H
TI
A
L
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan kerjakan
latihan berikut ini!
Seorang bayi baru lahir tidak menangis saat lahir, bernapas megap-megap denyut
jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan. Apgar Skor bayi 4/5. Tentukan diagnosis bayi tersebut dan
penanganannya.
Lihat kembali tanda dan gejala serta penatalaksanaan pada bayi dengan komplikasi
89
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Komplikasi bayi baru lahir adalah kompliksi obstetrik terjadi pada bayi baru lahir yang
dapat mengancam keselamatan bayi
2. Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir adalah:
a. BBLR (Bayi Berat Lahir rendah)
b. Asfiksia neonatorum
c. Sindrom Gangguan Pernafasan (Respiratory Distress Syndrome/ RDS)
d. Hiperbilirubinemia
e. Pendarahan Tali Pusat
f. Hipotermia
g. Hipertermi
h. Tetanus Neonaturum
i. Hipoglikemia
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!
1) Bayi Dede, perempuan, lahir secara spontan di rumah sakit dengan berat badan lahir 3000
gram, panjang badan 49 cm, saat ini bayi berusia 4 hari, bayi nampak sehat. Ibu membawa
bayi kembali ke rumah sakit karena bayi tampak kuning, setelah dilakukan pemeriksaan
kadar bilirubin 11 mg/dl. Diagnosis bayi tersebut adalah...
A. Ikterus fisiologis
B. Ikterus patologis
C. Hiperbilirubin
D. Hepatitis
E. Hipoglikemia
2) Bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan dengan riwayat persalinan vakum ekstraksi di
RS dan setelah dilakukan pemeriksaan AS didapatkan hasil sebagai berikut, pernafasan
90
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
lemah/tidak teratur, denyut jantung 76x/m, tonus otot fleksi dari anggota, reflek tidak ada,
ekstremitas biru. Berapa nilai apgar skor bayi tersebut?
A. 6
B. 4
C. 7
D. 3
E. 2
3) Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh ...
A. Stapilococcus Aureus
B. Clostridium Tetani
C. Salmonella Typhi
D. E.Coli
E.
4) Bayi Lina, perempuan, lahir secara spontan di rumah sakit dengan berat badan lahir 4500
gram, panjang badan 52 cm, saat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat hasil kadar
bilirubin 11 mg/dl dan glukosa 28 mg/dl. Diagnosis bayi tersebut adalah...
A. Hipobiliribin
B. Hiperbilirubin
C. Hipoglikemia
D. Hiperglikemia
E. Hipertermia
Petunjuk:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar
91
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus:
92
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.
93
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
A
W
S
SI
A
H
A
M
M
U
K
TI
K
A
R
P
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
DAFTAR TILIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
NAMA MAHASISWA : TEMPAT PRAKTEK :
NIM : TANGGAL :
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan
2 = Kurang : Pelaksanaan langkah klinik masih dengan keraguan dan hasil pekerjaannya.
kurang baik, urutan langkah belum berurutan an waktu yang dipergunakan
lebih lama dari yang diharapkan.
3 = Cukup : Langkah klinik sudah dilakukan dengan benar tetapi hasilnya belum baik
atau waktunya lebih lama dari yang diharapkan.
4 = Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya
dan waktu yang dipergunakan.
94
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
10
- Laringoskop bayi
dengan bola lampu dan
baterai cadanagn
- Selang endotrakeal 3,5
- Alat penghisap
- O2
Dapat Demonstrasikan 6 Menggunakan APD sesuai
mendemonstrasikan Penggunaan APD dengan kebutuhan
penggunaan APD
Dapat melakukan Demonstrasikan 7 7 Mencuci tangan sesuai
cuci tangan sesuai langkah cuci tangan dengan 7 langkah
SOP berurutan dan tidak
tergesa-gesa
Dapat melakukan Lakukan penilaian 8 Melakukan penilaian
penilaian pada BBL pada BBL secara teliti (bayi cukup
bulan, air ketuban jernih
tidak bercampur
mekonium, bayi menangis
atau bernafas, tonus otot
baik)
Dapat memberikan Berikan kehangatan 9 Menerima bayi dengan
kehangatan pada pada bayi kain bersih dan hangat dan
bayi letakkan bayi di bawah
alat pemancar panas
Dapat meletakkan Letakkan gulungan 10 Meletakkan gulungan
gulungan handuk handuk untuk handuk atau kain dibawah
untuk menyanggah menyanggah bahu bahu bayi
bahu bayi bayi
Dapat memposisikan Mendemonstrasikan 11 Memposisi bayi dalam
bayi posisi bayi keadaan terlentang dengan
leher sedikit tengadah atau
miring
Dapat Demonstrasikan 12 Membersihkan jalan nafas
membersihkan jalan cara membersihkan bayi dengan benar dari
nafas bayi jalan nafas mulut ke hidung
Dapat Demonstrasikan 13 Mengeringkan tubuh bayi
mengeringkan, cara mengeringkan, dengan kain hangat dan
merangsang merangsang merangsang bayi dengan
teknik yang benar
Dapat memposisikan Demonstrasikan 14 Meletakkan gulungan
kembali tubuh bayi cara memposisikan handuk atau kain di bawah
kembali tubuh bayi bahu bayi dan
memposisikan bayi dengan
kepala sedikit tengadah
Dapat menilai usaha Lakukan penilaian 15 Menghitung jumlah
95
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
96
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
97
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
98
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
99
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
100
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2015/2016
SI
N
E
R
E
F
E
R
Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan:
Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.
Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook @nd Ed.
Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3.
Jakarta: EGC
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media
Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina.
101
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
3
R
A
J
A
L
E
B
N
A
T
A
I
G
E
K
N
A
K
U
J
U
R
M
E
T
S
I
S
M
JA
2
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar 3. Dalam Kegiatan Belajar 3 ini Anda akan
mempelajari tentang bagaimana melakukan rujukan pada penanganan komplikasi-
komplikasi kebidanan.
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T
(tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.
N
A
R
A
AJ
L
E
B
M
E
P
N
A
U
UJ
T
102
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
RI
E
T
A
M
K
O
K
O
P
K-
O
K
O
P
1. Pengertian Sistem Rujukan
2. Tata Laksana Rujukan
3. Tujuan Sistem Rujukan
4. Kegiatan Dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan
5. Alur Sistem Rujukan
6. Langkah-Langkah Rujukan
RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
1. Pengertian Sistem Rujukan
103
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan
umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “risiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.
104
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
105
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
106
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
107
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
108
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
109
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
110
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
PERLENGKAPAN
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk melakukan
rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan
yang digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria:
1. Akurat
2. Ringan, kecil, dan mudah dibawa
3. Berkualitas dan berfungsi baik
4. Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan getaran
5. Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan akurasinya
6. Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan dalam pesawat
terbang
7. Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu sumber listrik
kendaraan
Perlengkapan Umum
Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
Tandu (stretcher)
Stetoskop
Termometer
Baskom muntah
Lampu senter
Sfignomanometer (digital lebih baik)
Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
Infusion pump (tenaga baterai)
Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
Lubrikan steril
Larutan antiseptik
111
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Cairan koloid
Soluset atau buret
Plester
Torniket
Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
Spuit dan jarum
Swab alkohol
MgSO4 1 g/ampul
Ca glukonas
Oksitosin 10 unit/ml
Ergometrin 0,2 mg/ml
2 ampul diazepam 10 mg/ampul
Tablet nifedipin 10 mg
Lidokain 2%
Epinefrin
Sulfas atropin
Diazepam
Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk
112
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan
dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh
tampilan desain ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.
113
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
114
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
N
A
H
TI
A
L
PUSKESMAS
Pendidikan masyarakat dan dukun
Pelayanan:
ANC
Vaksinasi
Rujukan
persalinan
Lab (pap smear)
Pencatatan dan pelaporan
POSYANDU
Pendidikan masyarakat DUKUN BERSALIN
Pelayanan: Pendidikan masyarakat
KB terbatas Pelayanan persalinan resiko kecil
Vaksinasi Rawat gabung ASI
Rujukan risiko Rujukan
Pemberian Fe, vit A, oralit Laporan
Pencatatan dan pelaporan
115
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Bd. Ana bertugas di sebuah Puskesmas dan akan merujuk ibu hamil 38 minggu dengan
pre-eklampsia berat. Apa yang harus dipersiapkan oleh Bidan Ana dalam melakukan
rujukan?
Pelajari kembali uraian tentang sistem rujukan, persiapan dalam melakukan rujukan
dan alur rujukan.
N
A
M
U
K
G
N
A
R
1. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit
yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang
lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
2. Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.
3. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
4. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.
116
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
117
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Petunjuk:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus
118
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 3.
Rumus:
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
Modul berikutnya. Bagus! Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
SI
N
E
R
E
F
E
R
119
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Buku Saku WHO. 2013. Pelayanna Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.
Chapman. Vicky & Charles Cathy. 2013. The Midwife’s Labaour and Birth Handbook
@nd Ed. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Martaadisoebrata, Djam Hoer. 2013. Obstetri patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi
3. Jakarta: EGC
120
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
N
A
B
A
W
JA
Tes Formatif 1
1) D Ciri abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan yang disertai dengan
pembukaan serviks dan pengeluaran ekspulsi seluruh jaringan konsepsi
2) D Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar uterus yang
disertai dengan terjadinya ruptur pada lokasi tempat implantasi kehamilan.
Ektopik belum disebut “terganggu” jika tempat implantasi belum ruptur
3) C Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum persalinan terjadi
4) C Penanganan solusio plasenta tidak boleh dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar
5) D Ketiga opsi jawaban merupakan pengertian dari kandang
6) A Penyebab dari infeksi post partum adalah kurangnya tindakan aspetik,
kurangnya higin dan kurangnya nutrisi
Tes Formatif 2
1) A Ikterus fisiologis adalah jika dialami dalam waktu > 24 jam dan < 14 hari serta <
13 mg/dl
2) B lihat kembali tabel Nilai Apgar
3) B penyebab tetanus adalah Clostridium Tetani
4) C Hipoglikemia adalah kadar gula darah <30 mg/dl
5) D Ketiganya merupakan faktor ibu yang dapat menyebabkan pre eklampsia
6) C hanya 2 dan 3 yang benar, menelungkupkan bayi justru akan memperparah
asfiksia neonatorum
7) C Hanya 2 dan 3 yang benar, faktor lain penyebab perdarahan tali pusat adalah
partus precipitates
121
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
8) A Hanya 1 dan 2 yang benar, ibu dengan diabetes buka preeklampsia yang akan
menyebabkan risiko bayinya menderita hipoglikemia
Tes Formatif 3
1) A Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2) B Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
3) C Tujuan umum sistem rujukan adalah ntuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
4) B Rujukan dilakukan jika komplikasi yang timbul sudah tidak dapt ditangani
5) B Persiapan partus merupakan komponen alat dalam persiapan BAKSOKU
122
2015/2016
Modul Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
P
U
T
U
N
E
P
Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 3 ini maka berakhir pula modul
Asuhan Kegawatdaruratan maternal neonatal. Diharapkan dengan berakhirnya
modul ini mahasiswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan pada awal
kegiatan belajar.
Jumlah Skor
X 100
4 x Jumlah item
4. Lihat tabel konversi nilai pada lampiran, untuk mengetahui lambang nilai Anda
5. Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil jika Anda mendapat nilai 3 dengan
lambang “B”
6. Apabila Anda belum bisa mencapai nilai 3, maka ulangi lagi untuk mempelajari materi dan
lakukan kembali langkah-langkah daftar tilik dalam praktik mahasiswa
7. Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan berikutnya dan bila selesai maka
Anda dapat pindah ke modul berikutnya
123