Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vaksin memberikan manfaat penting kepada semua orang. Melalui vaksinasi, kita
dapat melindungi diri dari penyakit infeksi yang berbahaya, bahkan penyakit
mematikan. Berdasarkan WHO, pada tahun 2010-2015, setidaknya hampir 10 juta
angka kematian di seluruh dunia berhasil dicegah oleh vaksinasi. Banyak kehidupan
yang dilindungi dari berbagai penyakit seperti, pneumonia, diare, batuk rejan, campak,
dan polio.
Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular yang tidak
hanya diberikan kepada bayi, melainkan kepada orang dewasa juga. Adapun cara
kerjanya yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah
dilemahkan atau dimatikan yang kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
dapat mengetahui, menghancurkan, dan mengingat benda asing. Sehingga tubuh dapat
dengan mudah mengenali dan mencegah benda asing yang nantinya masuk dan
menyerang tubuh.
Setiap negara memiliki program imunisasi yang berbeda-beda, Indonesia dalam
hal ini, mewajibkan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap imunisasi
yang lengkap dengan jadwal pemberian yang telah ditentukan. Saat ini, vaksinasi dapat
mencegah beberapa penyakit infeksi dan terdapat beberapa vaksin baru yang memiliki
potensi untuk melindungi dari lebih banyak penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu vaksin?
2. Apa itu penyakit infeksi?
3. Apa itu penyakit kanker?
4. Apa saja vaksin untuk penyakit infeksi?
5. Apa saja vaksin untuk penyakit kanker?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui macam macam vaksin untuk penyakit infeksi dan kanker.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Vaksin
2.1.1 Pengertian Vaksin
Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi yang
diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang
dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang
munculnya antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit
tertentu. Yang perlu digarisbawahi, imunisasi memberikan perlindungan kekebalan
terhadap penyakit secara spesifik tergantung jenis vaksin yang diberikan.
Peranan sistem imun dalam mempertahankan tubuh terhadap serangan penyakit
infeksi telah lama diketahui. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa sistem
imun selain mencegah penyakit infeksi, dapat juga melindungi tubuh dari adanya
sel yang tidak diperlukan, sel abnormal dan sel-sel kanker
2.1.2 Manfaat Vaksin dalam Pengendalian Penyakit
1. Pemberantasan Penyakit
Dalam memberantas suatu penyakit, maka jumlah populasi di setiap wilayah
dunia yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik haruslah tinggi dan
dalam periode yang panjang, juga disertai pengawasan yang memadai.
2. Eliminasi Penyakit
Kunci dari pencapaian untuk eliminasi jenis penyakit adalah 95% dari
jumlah populasi memiliki kekebalan tubuh melalui vaksinasi dua dosis.
3. Kontrol Mortalitas, Morbiditas, dan Komplikasi
Vaksin sangat efisien dalam melindungi setiap orang jika belum terpapar
oleh suatu penyakit. Vaksinasi yang dilakukan sebelum bayi terkena paparan
suatu penyakit dengan beberapa antigen adalah landasan program imunisasi
untuk melawan jenis-jenis penyakit pada masa kanak-kanak. Vaksin juga dapat
melindungi individu ketika diberikan setelah terpapar oleh penyakit tersebut,
contohnya rabies, hepatitis B, hepatitis A, campak dan varicella.

2
4. Menurunkan Tingkat Keparahan Dari Suatu Penyakit
Jika seseorang sudah di vaksinasi dan terkena suatu penyakit, maka penyakit
yang dialami akan lebih ringan dibandingan jika orang tersebut belum di
vaksinasi.
5. Pencegahan Infeksi
Selain untuk mencegah seseorang terserang suatu penyakit, beberapa vaksin
juga dapat melindungi terhadap infeksi. Vaksin Hepatitis A telah terbukti sama
efektifnya (lebih dari 90% perlindungan) terhadap penyakit simptomatik dan
infeksi tanpa gejala. Pencegahan lengkap infeksi jenis vaksin persisten telah
dibuktikan untuk vaksin human papillomavirus (HPV). 27 Perlindungan ini
disebut sebagai "Mensterilkan Kekebalan".
2.1.3 Manfaat Lain Vaksin Bagi Masyarakat
1. Perawatan dan Tabungan Bagi Masyarakat Penghematan ditingkatkan jika
beberapa antigen dikirimkan dalam satu vaksin. Vaksin kombinasi membawa
manfaat tambahan dari kepatuhan, cakupan, dan keamanan injeksi yang lebih
baik.
2. Pencegahan Resistensi Terhadap Antibiotik dengan melakukan vaksinasi maka
kebutuhan akan penggunaan antibiotic juga akan berkurang, sehingga dapat
mencegah terjadinya resistensi terhadap antibiotic.
3. Perjalanan dan Mobilitas yang aman Dengan meningkatnya mobilitas pada
setiap orang, maka kemungkinan untuk tertularnya sebuah penyakit juga sangat
tinggi. Suatu penyakit dapat ditularkan melalui turis yang mengunjungi suatu
negara atau sebaliknya. Maka dari itu, dibutuhkan vaksinasi untuk mencegah
penularan terjadi.
2.2 Penyakit Infeksi
1. Pengertian Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan.
2. Penyebaran Penyakit Infeksi
Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang
rentan melalui dua cara:

3
a. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya
droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah
yang terkontaminasi mikroba patogen.
b. Transmisi Tidak Langsung
Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.
1) Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan, minum, alat-alat bedah/kebidanan,
peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.
2) Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan
mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:
Cara Mekanis: Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba
patogen, lalu hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan
masuk ke saluran cerna pejamu.
Cara Bologis: Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakkan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba
dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
3) Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif
untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.
4) Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang
meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas dari
mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media
perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu,
melalui pintu masuk saluran cerna atau yang lainnya.

4
5) Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara
yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi.
Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam
bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin,
bicara atau bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu merupakan
partikel yang dapat terbang bersama partikel lantai/tanah.
Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan
yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan,
atau pada laboratorium klinik.
Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan berinterksi
dengan mikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap:
a) Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka
atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena
penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, social
ekonomi, dan lain-lain. Faktor predisposisi tersebut mempercepat
masuknya mikroba patogen untuk berinteraksi dengan pejamu.
b) Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi,
namun tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya
mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan
gejala penyakit disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda
dengan penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula
yang bertahun-tahun.
c) Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya,
penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala
penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas
sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari-hari.

5
d) Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:
(1) Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi
sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.
(2) Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya
kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun
cacat sosial.
(3) Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan
menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen
penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber
penularan.
(4) Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala
yang tetap atau tidak berubah.
(5) Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi–
fungsi organ.

2.3 Penyakit Kanker


1. Pengertian Penyakit Kanker
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan
hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal
atau sering dikenal sebagai tumor ganas. Selain itu gejala ini juga dikenal sebagai
neoplasma ganas dan seringkali ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk:
a. tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
b. menyerang jaringan biologis di dekatnya.
c. bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem
limfatik, disebut metastasis.

6
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.
2. Faktor Risiko
a. Bahan Kimia
Timbulnya penyakit kanker paru-paru sangat berkorelasi dengan konsumsi
rokok. Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi DNA yang berdampak
pada pertumbuhan sel dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal
sebagai mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan
karsinogen. Ada beberapa zat khusus yang terkait dengan jenis kanker tertentu.
Rokok tembakau dihubungkan dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari 90%
kanker paru-paru. Keterpaparan secara terus-menerus terhadap serat asbestos
dikaitkan dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga karsinogen. Tetapi,
beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh bahan kimia
bersifat karsinogen yang bukan mutagen. Bahan kimia seperti ini bisa
menyebabkan kanker dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat
replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan sedikit waktu bagi enzim-enzim
untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi.
Riset selama beberapa dekade menunjukkan keterkaitan antara penggunaan
tembakau dan kanker pada paru-paru, laring, kepala, leher, perut, kandung kemih,
ginjal, esofagus, dan pankreas. Asap tembakau memiliki lebih dari lima puluh jenis
karsinogen yang sudah dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon aromatik
polisiklik. Tembakau bertanggung jawab atas satu per tiga dari seluruh kematian
akibat kanker di negara-negara maju dan sekitar satu per lima di seluruh dunia.
Tingkat kematian akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat mencerminkan pola
merokok, dengan kenaikan dalam pola merokok diikuti dengan peningkatan yang
dramatis dalam tingkat kematian akibat kanker paru-paru. Walaupun begitu, jumlah
perokok di seluruh dunia terus meningkat, sehingga beberapa organisasi
menyebutkannya sebagai epidemik tembakau. Kanker yang berhubungan dengan
pekerjaan seseorang diyakini memiliki jumlah sebesar 2-20% dari semua kasus.
b. Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker.
Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa

7
menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya.
Diperkirakan 2% dari penyakit kanker pada masa yang akan datang dikarenakan
CT Scan di saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari telepon seluler dan
sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai penyebab
kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.
c. Infeksi
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan saja berlaku pada
binatang-binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini
berperan hingga 20% terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia.
Virus-virus ini termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks),
poliomavirus pada manusia (mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr
(penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker nasofaring), virus herpes penyebab
sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis
B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis (leukemia sel
T), dan helicobacter pylori (kanker lambung).
Data ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus
dan virus tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam
perkembangan kanker pada manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan
tembakau. Jenis tumor yang ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang
bertransformasi secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada virus yang
bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang terlalu aktif
yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi bertransformasi
segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang bertransformasi secara
perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di dalam genom induk.
d. Ketidakseimbangan Metabolisme
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, seringkali terbentuk dari
lintasan metabolisme senyawa xenobiotik, dapat membentuk ikatan kovalen dengan
DNA, atau mengikat pada serum albumin dan gugus valina dari hemoglobin, dan
menginduksi lintasan karsinogenesis.
e. Ketidakseimbangan Hormonal
Tingginya rasio plasma hormon TGF-β, yang merupakan regulator pada proses
penyembuhan luka, akan meningkatkan produksi ROS pada fibroblas, serta
diferensiasi fibroblas menuju fenotipe miofibroblas.

8
f. Disfungsi Sistem Kekebalan
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.
g. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan
kanker. Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah
penyebab kanker adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya, akan tetapi tidak semua jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut
dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang dialami dan juga genotipe dari
mutasi yang terjadi.
h. Letak kerusakan DNA yang dialami
Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi
pada gen-gen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen
pensupresi tumor lah yang biasanya memicu penurunan kanker. hal tersebut
disebabkan karena zigot yang mengalami mutasi pada gen onkogen biasanya tidak
dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat diturunkan.
i. Penyebab Lain
3. Pencegahan
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai usaha aktif untuk mengurangi risiko
terjadinya kanker. Mayoritas dari kasus kanker dikarenakan faktor-faktor risiko
lingkungan, dan banyak, tetapi tidak semuanya, faktor-faktor risiko lingkungan tersebut
adalah pilihan gaya hidup yang dapat dikendalikan. Jadi, kanker dianggap sebagai
penyakit yang dapat dicegah. Lebih dari 30% kematian akibat kanker dapat dicegah
dengan menghindari: merokok, kelebihan berat badan/kegemukan, asupan yang
kurang, aktivitas fisik yang minimal, alkohol, penyakit menular seksual, dan polusi
udara. Tidak semua faktor lingkungan dapat dikendalikan, misalnya radiasi matahari,
dan kasus-kasus kanker karena faktor keturunan, oleh karenanya tidak semua kasus
kanker dapat dicegah.
a. Asupan
Meskipun banyak rekomendasi mengenai diet untuk mengurangi kanker, tetapi
bukti-bukti tidak menunjang hal ini secara nyata. Faktor utama asupan yang
meningkatkan risiko kanker adalah kegemukan dan konsumsi alkohol; sedangkan
asupan rendah buah dan sayur dan makan daging merah yang banyak mungkin

9
berimplikasi, tetapi belum terkonfirmasi. Penelitian meta-analisis pada tahun 2014
tidak menemukan hubungan antara buah dan sayuran dengan kanker. Konsumsi
kopi berhubungan dengan berkurangnya risiko kanker hati. Penelitian menunjukkan
hubungan antara daging merah dan daging olahan dengan peningkatan risiko
kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker pankreas, sebuah fenomena yang
mungkin terjadi karena adanya karsinogen pada daging yang diproses/dimasak
dengan suhu tinggi. Rekomendasi yang dianjurkan untuk mencegah kanker adalah
asupan seimbang dari sayur, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan ikan, sedangkan
yang harus dihindari adalah daging merah dan daging olahan (sapi, babi, kambing),
lewak hewani, dan karbohidrat yang mudah/cepat dicerna.
b. Obat-obatan
Konsep penggunaan obat-obatan untuk mencegah kanker itu menarik, dan
bukti-bukti menunjangnya dalam berbagai keadaan tertentu. Pada populasi umum,
penggunaan obat anti pembengkakan yang bukan steroid (Non-steroidal anti-
inflammatory drug) mengurangi risiko kanker usus, tetapi karena adanya efek
samping pada sistem pembuluh darah dan pencernaan, makanya penggunaannya
akan berbahya jika digunakan untuk pencegahan kanker. Aspirin telah diketahui
dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker sebesar kurang lebih 7%.COX-2
inhibitor dapat mengurangi jumlah formasi polip pada penderita familial
adenomatous polyposis, bagaimanapun hal ini berhubungan dengan efek samping
seperti pada penggunaan obat anti pembengkakan yang bukan steroid. Penggunaan
sehari-hari tamoxifen atau raloxifene telah menunjukkan pengurangan risiko
terjadinya kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi. Keuntungan
dibandingkan kemudaratan penggunnaan 5-alpha-reductase inhibitor seperti
finasteride adalah tidak jelas.
Vitamin telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker, walaupun
tingkat yang rendah dari vitamin D berhubungan dengan peningkatan risiko kanker.
Apakah ini merupakan sebab akibat dan suplemen vitamin D bersifat melindungi
tidak pernah dinyatakan. Suplemen Beta-Carotene telah diketahui meningkatkan
kanker paru-paru pada mereka yang berisiko tinggi. Asam folat telah diketahui
tidak berguna untuk mencegah kanker usus, bahkan justru menuingkatkan
terjadinya polip pada usus besar. Tidak jelas apakah suplemen selenium
mempunyai efek pengobatan/pencegahan.

10
d. Vaksinasi
Vaksinasi telah dikembangkan untuk mencegah infeksi yang dibabkan oleh
virus yang bersifat karsinogen.

2.4 Vaksin Penyakit Infeksi


2.4.1 Vaksin yang diberikan pada Ibu Hamil
1. Vaksin influlenza
Vaksin influenza yang berisi virus yang telah dinonaktifkan, dapat
diberikan pada ibu hamil, terutama dimusim pancaroba. Vaksin ini
diperlukan karena ibu hamil lebih beresiko mengalami komplikasi akibat
flu yang dapat menyebabkan persalinan premature. Selain itu, bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mendapat vaksin flu saat hamil, memiliki risiko
lebih rendah untuk terkena flu.
2. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diperlukan terutama pada ibu hamil yang berisiko
tinggi mengalami hepatitis B, misalnya memiliki riwayat berganti pasangan
seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki pasangan yang menderita hepatitis
B, pernah menggunakan narkoba suntik, atau pernah mengalami infeksi
menular seksual. Jika setelah dilakukan tes, terbukti tidak terinfeksi
hepatitis B, maka ibu hamil dapat menjalani vaksinasi hepatitis B. Vaksin
ini dapat melindungi bayi dari infeksi, baik sebelum maupun sesudah lahir.
Bayi yang ibunya menderita hepatitis B berisiko paling tinggi untuk
terinfeksi hepatitis B selama persalinan. Penyakit hepatitis B terjadi karena
adanya infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati, mual, kelelahan,
dan ikterus atau menguningnya area kulit dan mata.
3. Vaksin DTP
Vaksin DTP ini direkomendasikan pada usia kehamilan 27-36 minggu,
untuk mencegah penyakit difteri, pertussis (batuk rejan), dan tetanus. Jika
tidak dilakukan selama kehamilan, vaksinasi DPT dapat diberikan segera
setelah bayi lahir.
2.4.2 Vaksin yang diberikan pada Bayi dan Anak
Berdasarkan Permenkes No. 12 tahun 2017, ada beberapa imunisasi
wajib yang harus diberikan kepada bayi sebelum berusia 1 tahun. Imunisasi ini

11
biasanya diberikan gratis oleh pelayanan kesehatan dibawah naungan
pemerintah, seperti posyandu, puskesmas, maupun rumah sakit daerah.
1. Vaksin hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi menular yang menyerang hati (liver) dan
berujung pada kanker hati atau sirosis. Vaksin hepatitis B harus didapat
segera setelah bayi baru lahir, paling lambat 12 jam setelah kelahiran.
Namun, bayi harus mendapatkan suntikan vitamin K1 dulu 30 menit
sebelum divaksin.
Selain untuk melindungi bayi dari penularan hepatitis B dari orang lain di
masa depannya, vaksin ini sekaligus berfungsi mencegah risiko penularan
dari ibu ke anak saat persalinan. Sebab kenyataannya cukup banyak ibu
yang tidak menyadari dirinya terkena hepatitis B karena tidak pernah
merasakan gejala apapun.
Setelah jadwal vaksin pertama, imunisasi Hepatitis B juga harus diulang
dua kali lagi. Satu saat bayi telah berumur 1 bulan. Pengulangan imunisasi
ini bertujuan untuk “memperbarui” jangka waktu perlingungannya dan
memperkuat sistem imun anak,
2. vaksin polio
Polio adalah infeksi virus menular yang menyerang sistem syarat pusat
di otak. Polio menyebabkan badan pengudapnya lumpuh sehingga umum
dikenal sebagai penyakit lumpuh layu. Pada kasus yang lebih parah polio
sampai mengganggu pernapasan dan proses menelan sehingga dapat
berakibat fatal bila tidak diobati. Itu kenapa bayi perlu mnedapatkan vaksin
polio secepatnya sebelum berusia genap 1 tahun. Vaksin polio terdiri dari 4
rangkaian yang harus dilengkapi semuanya. Vaksin yang pertama diberikan
segera setelah baru lahir, yang kedua pada usia2 bulan, 4 bulan, dan terakhir
saat menginjak 6 bulan.
Ada 2 jenis vaksin polio yang diberikan pada anak:
a) Imunisasi oral / (OPV) berupa polio virus yang sudah dilemahkan
b) Imunisasi polio inactivated polio vacsine (IVP) berupa polio virus yang
dinonaktifkan.
Vaksin polio diberikan 4 kali yaitu pada saat bayi baru lahir, dilanjutkan
pada bulan ke 2, 3, dan 4. Booster diberikan pada usia 18 bulan. Pada bayi

12
baru lahir diberikan vaksin OPV dan untuk pemberian vaksi polio
berikutnya dapat diberikan OPV maaupun IPV. Namun, IDAI
merekomendasikan imunisasi polio dilanjutkan pada bayi berusia sekitar
18-24 bulan.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkolois
(TBC). TBC dalah penyakit menular berbahaya yang menyarang saluran
pernapasan, dan mungkin menyebar kebagian tubuh lainnya juga tidak
segera diobati. Berbeda dega beberapa jenis imunisasi diatas, vaksin BCG
cukup diberikan 1 kali sebelum bayi berusia 3 bulan. Efektifitasnya akan
paling optimal jika diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Vaksin BGC bekerja
menyerang bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi paru-
paru dan selaput otak.
4. Vaksin Campak
Campak (cubella) adalah infeksi menlular yang cukup terjadi pada usia
anak-anak penyakit ini menyerang pernapasan dan kemudian menginfeksi
seluruh tubuh vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit campak berat
yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare dan bahkan bisa
menyerang otak. Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
anak berusi 9 bulan dan 24 bulan. Namun, vaksin campak ke 2 pada usia 24
bulan tidak perlu lagi apa bila anak sudah mendapatkan vaksin MMR pada
usia 15 tahun.
5. Vaksin pentavalen (DPT-HB-HiB)
Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin DPT, HB,
dan Hib (haemophilus influenza tipe B). Vaksin ini diberikan untuk
mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus,
hepatitis B, pneumonia dan meningitis (radang otak). Jadwal pemberian
vaksin ini sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18
bulan. Jika tidak dicegah sejak dini beragam penyakit ini menyebabkan
masalah kesehatan yang lebih serius pada anak dimasa depannya.

13
2.4.3 Vaksin Tambahan pada Anak
1. Vaksin MMR
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah penyakit campak (Meales),
gondongan (Mumps), dan Rubella (campak Jerman). Vaksin ini umumnya
diberikan saat anak berusia 12‒18 bulan.
2. Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid bertujuan mencegah infeksi bakteri Salmonella typhii
yang merupakan penyebab penyakit tifus. Vaksin ini bisa diberikan saat
anak berusia 24 bulan.
3. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus berfungsi mencegah infeksi rotavirus yang bisa
mengakibatkan diare kronis. Ada 2 jenis vaksin rotavirus, yakni vaksin
monovalent dan pentavalent. Kedua jenis vaksin tersebut bisa diberikan
secara oral, dengan jadwal pemberian yang berbeda. Vaksin monovalent
diberikan 2 kali saat anak berusia 6‒12 minggu, dengan jarak waktu
pemberian selama 8 minggu. Sementara vaksin pentavalent diberikan 3
kali, mulai saat berusia 2 bulan dengan jarak waktu pemberian per 4‒10
minggu. Vaksin pentavalent terakhir maksimal diberikan saat anak berusia
8 bulan. Vaksin rotavirus sebaiknya sudah selesai dilengkapi semua saat
anak menginjak usia 24 bulan.
4. Vaksin Pneumokokus (PCV)

Vaksin PCV adalah imunisasi untuk melindungi anak dari infeksi

bakteri pneumokokus. Infeksi bakteri tersebut dapat menyebabkan

penyakit pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga. Vaksin ini bisa

diberikan pada anak mulai usia 7‒12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak 2

bulan. Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV

cukup diberikan sebanyak 1 kali.

5. Varicella

Vaksin Varicella (Varivax) adalah imunisasi rutin untuk mencegah

cacar air. Vaksin ini biasanya diberikan sebanyak 2 kali, yang pertama

14
pada rentang usia 12‒15 bulan sebelum masuk sekolah dasar. Imunisasi

kedua kalinya kemudian diberikan saat anak berusia 4‒6 tahun. Vaksin

cacar juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah kena

cacar air sebelumnya.

6. Vaksin influenza

Vaksin influenza idealnya diberikan saat anak minimal sudah

berumur 2 bulan. Berbeda dengan jenis vaksin lainnya yang hanya

diberikan sesuai jadwal, vaksin influenza tidak demikian. Vaksin influenza

boleh didapatkan kapan saja. Pemberian vaksin ini juga sebaiknya diulang

kembali setiap tahun untuk mencegah anak terkena flu.

7. Hepatitis A

Hepatitis A adalah infeksi virus yang menyebar melalui makanan

maupun feses penderitannya. Penyakit hepatitis A bisa menyerang siapa

saja, termasuk anak-anak. Itu sebabnya pemeberian vaksin hepatitis A

harus dilakukan sedini mungkin, tepatnya saat usia anak sudah menginjak

2 tahun. Pemberian vaksin ini biasanya dilakukan 2 kali dengan jarak 6‒12

bulan sekali. Namun, bisa juga didapat 2‒3 kali per 6‒12 bulan bagi anak

yang sudah berusia lebih dari 2 tahun. Bagi anak yang lebih tua dan

dewasa, vaksin ini bisa diulang setiap 10 tahun sekali. Efektivitas vaksin

akan bekerja sekitar 15 hari setelah didapatkan dan akan bertahan selama

kurang lebih 20‒50 tahun.

2.5 Vaksin Penyakit Kanker


Vaksin kanker adalah sediaan farmasi yang bekerja menstimulasi respon imun
untuk mengatasi sel kanker. Terdapat dua tipe vaksin kanker yaitu vaksin kanker
propilaktik (cancer prophylactic vaccines), yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kanker dan vaksin kanker terapetik (cancer therapeutic vaccines), yang digunakan

15
untuk mengobati penyakit kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
kanker.
1. Vaksin Kanker Propilaktik
Tujuan penggunaan vaksin kanker adalah untuk merangsang produksi
antibodi netralisasi yang dapat menghambat infeksi virus yang menyebabkan
timbulnya sel-sel kanker (vaksin propilaktik), atau untuk mengeliminasi sel-sel
yang abnormal dengan cara meningkatkan respon imun seluler (vaksin terapetik).
Vaksin kanker propilaktik adalah vaksin kanker yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya penyakit kanker yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Upaya pengembangan vaksin propilaktik untuk mencegah terjadinya penyakit
kanker yang disebabkan oleh mikroorganisme tidak terlepas dari kemampuan
peneliti untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya penyakit kanker. Cara vaksin kanker propilaktik
meningkatkan respon imun mirip dengan cara kerja vaksin tradisional, yaitu
berdasarkan jenis antigen yang digunakan sebagai vaksin untuk menimbulkan
respon imun sehingga apabila ada invasi miroorganisme yang masuk akan segera
dikenali dan dimusnahkan. Dengan demikian jika mikroorganisme yang
bertanggung jawab terhadap proses terjadinya sel kanker dapat dicegah maka
terbentuknya sel kanker itupun akan dapat dihindari. Sejauh ini ada 2 jenis vaksin
pencegahan kanker yang telah disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration
yaitu:
a. Vaksin HPV
Vaksin jenis ini berguna untuk melindungimu terhadap HPV
atau Human papillomavirus yang jadi cikal bakal penyakit kanker serviks,
kanker vagina dan vulva, kanker dubur, termasuk penyakit kelamin lain.
b. Vaksin Hepatitis B
Seperti namanya, vaksin Hepatitis B akan mencegah infeksi virus Hepatitis
B (HBV) yang bisa menyebabkan penyakit kanker hati.
2. Vaksin Kanker Terapetik
Vaksin kanker terapetik adalah vaksin kanker yang digunakan untuk
memperlambat atau mencegah pertumbuhan sel kanker dan untuk mengeliminasi
sel-sel kanker yang tidak dapat dimusnahkan dengan cara terapi konvensional.

16
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan vaksin terapetik
untuk mengobati kanker serviks yang disebabkan oleh HPV. Walaupun beberapa
kandidat vaksin terapetik HPV telah dikembangkan untuk memperoleh respon
imun sel T sitotoksik terhadap sel-sel kanker serviks, namun diperkirakan vaksin
yang paling menjanjikan adalah vaksin yang dapat menghambat ekspresi
onkoprotein E6 dan E7 HPV.
Vaksin terapetik yang ditujukan pada onkoprotein E6 dan E7 ini diharapkan
mampu menghentikan pertumbuhan kembali sel kanker yang disebabkan oleh
HPV. Pengembangan vaksin kanker terapetik memerlukan pemahaman terhadap
bagaimana interaksi antara sistem imun dengan sel kanker terjadi. Umumnya
sistem imun tidak dapat mengenali sel-sel kanker sebagai suatu susbtansi asing,
sehingga sistem imun tidak melakukan serangan terhadap sel-sel kanker. Hal ini
disebabkan karena sel kanker terdiri dari senyawa self antigens dan non-self
antigens (cancer-associated antigens). Sel kanker kadangkala mengalami mutasi
genetik sehingga sel kanker tidak lagi dikenali sebagai cancer-associated antigens.
Disamping itu sel kanker memproduksi senyawa kimia yang dapat menghambat
respon imun dari sel T-sitotoksik. Dengan demikian sekalipun sel kanker dapat
dikenali sebagai sel asing akan tetapi seringkali lolos dari serangan sistem imun
tubuh.
Efektifitas vaksin kanker terapetik, tergantung pada (i). selektifitas vaksin
yang dapat merangsang respon imun spesifik terhadap sasaran sel kanker yang
tepat; (ii). respon imun yang dirangsang oleh vaksin kanker harus sangat kuat dan
mampu mengatasi barier yang dibuat oleh sel kanker, sehingga sel kanker tidak
dapat lolos dari serangan antibodi dan sel T-sitotoksik.
Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirancang suatu vaksin kanker
terapetik yang mampu mengatasi perkembangan selsel kanker. Vaksin kanker
terapetik dibuat dengan menggunakan antigen yang berasal dari sel kanker.
Cancer-associated antigens yang digunakan antara lain berupa senyawa
karbohidrat, glikoprotein dan gangliosida. Vaksin kanker terapetik dapat juga
dibuat dari sel-sel kanker yang telah dilemahkan atau dimatikan yang
mengandung cancer-associated antigens.
Sel-sel kanker tersebut dapat berasal dari penderita sendiri (vaksin
autologus), atau berasal dari penderita kanker lainnya (vaksin allogenik). Berbagai

17
jenis cancer-associated antigens, yaitu molekul yang berasal dari sel-sel kanker
termasuk sel kanker payudara, prostat, kolon, pankreas, paru-paru, rahim dan sel
kanker kulit, telah digunakan sebagai kandidat vaksin kanker terapetik. Molekul-
molekul spesifik, antara lain carcinoembryonic antigen (CEA), cancer testis
antigens, Mucin-1 (MUC1), gangliosida dan mutan protein, telah diteliti sebagai
kandidat vaksin kanker. Walaupun berbagai jenis antigen yang berhubungan
dengan sel kanker telah berhasil diidentifikasi kapasitasnya dalam merangsang
respon imun khususnya respon imun selular, namun respon imunnya masih sangat
bervariasi dan masih dibutuhkan penelitianpenelitian lanjutan untuk menemukan
jenis cancer-associated antigens baru yang mampu menstimulasi respon imun
yang potensial dalam mengatasi berbagai sel kanker. Sampai saat ini beberapa
vaksin kanker terapetik masih terus dikembangkan dan sedang dalam fase uji
klinik.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Vaksin adalah suatu zat yang merupakan merupakan suatu bentuk produk biologi
yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang
dilemahkan. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen,
dan bersifat sangat dinamis.
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker Vaksin penyakit infeksi adalah
Vaksin penyakit infeksi antara lain vaksin untuk penyakit polio, campak, flu, hepatitis
B, pentabio, BCG, jerap TD, jerap DT, TT, DPT, dan DPT-HB. Vaksin untuk penyakit
kanker antara lain vaksin kanker terapetik dan vaksin kanker propilaktik.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji
ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, Dewi Setiawati,Human Papilloma


Virus Dan Kanker Serviks,Al-Sihah : Public Health Science Journal, 2014

Depok, Maksum Radji, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 3, Desember 2009, 109 –
118

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16072800004 diakses pada 16 Oktober 2019

Sanofi.co.id/id/kesehatan-anda/obat-resep/Vaksinasi diakses pada 16 Oktober 2019

http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_SYAHPUTRA_22010110110094_Bab2
KTI.pdf diakses pada 16 Oktober 2019

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
diakses pada 16 Oktober 2019

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/download/1969/1898 diakses
pada 16 Oktober 2019

http://in.vaccine-safety-training.org/overview-and-outcomes-2.html diakses pada 16


Oktober 2019

https://www.liputan6.com/health/read/2555015/cermati-macam-macam-vaksin-dan-
kegunaannya diakses pada 16 Oktober 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin diakses pada 16 Oktober 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Kanker diakses pada 16 Oktober 2019

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
diakses pada 16 Oktober 2019

https://www.liputan6.com/health/read/2555015/cermati-macam-macam-vaksin-dan-
kegunaannya diakses pada 16 Oktober 2019

20

Anda mungkin juga menyukai