Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–88 (2011) 81

Potensi plankton sebagai pakan alami larva ikan nilem


(Osteochilus hasselti C.V.)

The potency of plankton as natural food for hard-lipped barb larvae


(Osteochilus hasselti C.V.)

Niken Tunjung Murti Pratiwi1, Winarlin2, Yuki Hana Eka Frandy1, Aliati Iswantari1
1. Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumbedaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauutan, Insitut Pertanian Bogor
2. Instalasi Riset Lingkungan Perairan Budidaya dan Toksikologi, BRKP, KKP

ABSTRACT
Plankton is aquatic organism that can be utilized as natural food. Hard-lipped barb is one of herbivorous fish
that most of its life using plankton as its food source. Growing phytoplankton in pond can be conducted by
providing nutrient source, such as fertilizing. In this study, we examined the growth of hard-lipped barb larvae
related to the existence of natural food in different fertilized ponds. Four types of fertilizer were applied i.e.
100% organic fertilizer (PO), mixing of 85% organic and 15% inorganic fertilizer (PCa), mixing of 60%
organic and 40% inorganic fertilizer, and 100% inorganic fertilizer (PA). Hard-lipped barb larvae were put into
ponds after fertilizing process. Plankton was observed in ponds and larval intestines (Index of Preponderance
and Ivlev Index). The growth of hard-lipped barb larvae was also observed. The result showed that larvae tend
to utilize phytoplankton from the class of Bacillariophyceae and zooplankton in the early of its life. Utilizing
plankton with those compositions as natural food in the early period generates a good growth performance.
The best performance of growth was shown by larvae in PA treatment which utilized most on zooplankton in
the early period.

Key words: fertilizer, natural food, hard-lipped barb, plankton

ABSTRAK
Plankton merupakan organisme akuatik yang dapat digunakan sebagai sumber pakan alami. Ikan nilem
merupakan salah satu jenis ikan herbivora yang hampir sepanjang hidupnya memanfaatkan plankton sebagai
sumber makanannya. Cara untuk menumbuhkan fitoplankton di kolam adalah dengan menyediakan sumber
nutrien, di antaranya melalui pemupukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tingkat
pertumbuhan larva ikan nilem berkaitan dengan keberadaan pakan alami yang ditumbuhkan pada media
dengan jenis pupuk berbeda. Dalam penelitian ini diterapkan empat jenis pupuk berbeda, yaitu 100% pupuk
organik (PO), campuran 85% pupuk organik dan 15% pupuk anorganik (PCa), campuran 60% pupuk organik
dan 40% pupuk anorganik, dan 100% pupuk anorganik (PA). Larva ikan nilem ditebar di kolam setelah proses
pemupukan. Pengamatan dilakukan terhadap keberadaan plankton di kolam dan di usus (Indeks
Preponderance dan Ivlev). Di samping itu juga dilakukan pengamatan pertumbuhan larva. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan zooplankton banyak dimanfaatkan
oleh larva di awal hidupnya. Pemanfaatan plankton dengan komposisi tersebut sebagai pakan alami di awal
masa pemeliharaan menghasilkan pertumbuhan yang baik. Larva dengan pertumbuhan yang paling baik
ditunjukkan oleh perlakuan PA yang memanfaatkan zooplankton lebih besar di awal masa pemeliharaan.

Kata kunci: ikan nilem, pakan alami, plankton, pupuk

PENDAHULUAN plankton. Keduanya merupakan organisme


yang berpotensi sebagai pakan alami bagi
Perairan tertutup seperti kolam memiliki larva ikan setelah cadangan kuning telur
jejaring makanan dimulai dari organisme habis. Meskipun demikian, tidak semua jenis
autotrof, yaitu fitoplankton atau tumbuhan plankton di perairan dimanfaatkan oleh larva
air. Tumbuhnya fitoplankton akan mening- ikan. Beberapa faktor penentu dapat dikate-
katkan kelimpahan zooplankton karena gorikannya suatu jenis plankton sebagai
fitoplankton merupakan makanan dari zoo- pakan alami (Djarijah, 1995). Faktor-faktor
82 Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–88 (2011)

tersebut berkaitan dengan kesesuaian bentuk tahap persiapan (persiapan kolam, penga-
dan ukuran sel plankton dengan lebar bukaan puran, dan pemijahan ikan nilem) dan pelak-
mulut ikan, kandungan gizi, kondisi dan sanaan (pemupukan, penebaran larva ikan
kandungan sel, ketebalan dinding sel, nilem, dan pengambilan contoh). Bahan yang
produktivitas, dan pergerakan sel plankton. dibutuhkan, adalah induk ikan nilem, hormon
Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) LH-RH analog (Ovaprim@Syndel. Co),
merupakan jenis ikan sungai dan rawa yang larutan fisiologis, kapur pertanian, pupuk,
cocok untuk dipelihara di kolam (Djiwa- serta bahan kimia untuk analisis kualitas air.
kusumah, 1980; Sumantadinata, 1981). Ikan Kolam yang dipersiapkan berukuran 6 m2
nilem dikenal sebagai salah satu jenis ikan dengan kedalaman air 60 cm. Sumber air
herbivora yang pada fase larva sampai berasal dari air sungai yang telah melalui
dewasa memanfaatkan plankton sebagai proses pengendapan. Penumbuhan plankton
sumber makanannya. Keberadaan ikan nilem di kolam dipicu dengan pemupukan. Pupuk
memiliki peranan ekologis yang penting yang digunakan adalah 100% pupuk organik
dalam memanfaatkan plankton yang ada di (PO), campuran 85% pupuk organik dan 15%
perairan serta memiliki nilai ekonomis pupuk anorganik (PCa), campuran 60%
sebagai salah satu produk budidaya. pupuk organik dan 40% pupuk anorganik
Stadia larva merupakan masa paling kritis (PCb), serta 100% pupuk anorganik (PA).
dalam siklus hidup ikan (Effendie, 2002). Pemupukan dilakukan secara berkala
Pergerakan larva untuk mendapatkan mulai hari ke-0 sampai hari ke-25 setelah
makanan dan ketersediaan pakan alami yang pengambilan contoh fisika, kimia, dan plank-
baik merupakan faktor yang mempengaruhi ton perairan. Pupuk yang diberikan berupa
keberhasilan hidupnya. granul, yang harus dilarutkan terlebih dahulu
Fitoplankton sebagai autotrof membutuh- sebelum ditebar di kolam.
kan nutrien untuk mendukung pertum- Induk ikan nilem, 6 ekor jantan dan 4 ekor
buhannya (Goldman dan Horne, 1983). betina, dipijahkan secara semi buatan untuk
Adapun cara menumbuhkan fitoplankton di menghasilkan larva yang akan ditebar di
kolam adalah dengan tetap menyediakan kolam. Pemijahan dilaksanakan sepuluh hari
sumber nutrien, di antaranya melalui pe- sebelum penebaran larva. Setelah menetas,
mupukan. Menurut Das dan Jana (2003), larva ditebar di kolam pada umur tujuh hari
pemupukan kolam memiliki sebuah peran dengan padat tebar 200 ekor/m2 pada sore
penting untuk menambah kekurangan nutrien hari pada hari ke-5 setelah pemupukan.
dan meningkatkan produktivitas biologi Pengambilan contoh mencakup para-
melalui jalur autotrofik dan heterotrofik. Hal meter fisika (suhu), kimia (pH, oksigen, dan
ini khususnya penting pada sistem budidaya nutrien), dan biologi perairan (jenis dan
ekstensif dan semi intensif dengan memacu kelimpahan plankton, biomassa, dan isi usus
fungsi ekosistem alami. Penelitian ini dila- larva ikan nilem). Metode analisis kualitas air
kukan untuk mempelajari tingkat pertum- mengacu pada Eaton et al. (1995). Pengam-
buhan larva ikan nilem berkaitan dengan bilan contoh air dan plankton dilakukan
keberadaan pakan alami yang ditumbuhkan mulai hari ke-0 setiap 5 hari selama 30 hari.
pada media dengan jenis pupuk berbeda. Contoh plankton diambil pada pagi hari dan
disaring menggunakan plankton net dengan
METODE PENELITIAN mesh size 35 µm serta diawetkan meng-
gunakan larutan Lugol 1%. Pengambilan
Penelitian dilaksanakan di kolam tanah di contoh larva dilakukan mulai hari ke-10.
Instalasi Riset Lingkungan Perairan Budi- Contoh larva untuk penentuan biomassa
daya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. diambil sebanyak 50 ekor, sedangkan untuk
Analisis contoh dilakukan di Laboratorium analisis isi usus diambil 5 ekor/kolam setiap
Produktivitas dan Lingkungan Perairan, kali pengambilan contoh.
MSP, FPIK, IPB. Berdasarkan keberadaan plankton di
Peralatan yang digunakan selama pene- kolam dan di usus, dilakukan penghitungan
litian meliputi semua yang diperlukan pada indeks pemilihan makanan (Ivlev) dan indeks
Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–87 (2011) 83
s

kesukaan makanan (indeks Preponderance). pemupukan, serta memperlihatkan komposisi


Indeks yang menunjukkan jenis makanan dan proporsi jenis plankton yang berbeda
pilihan ikan ini (Steele, 1970 dalam Effendie antar waktu pengamatan. Isi usus larva pada
2002) dirumuskan sebagai berikut. perlakuan PO pada awal pengamatan di-
r  pi dominasi oleh Chlorophyceae (Coelastrum
E i dan Pediastrum), diikuti Bacillariophycaeae
ri  pi
(Melosira dan Nitzschia), serta kembali oleh
Dimana: E = Indeks pemilihan makanan; ri =
Chlorophyceae (Pediastrum) (Gambar 1a).
Jumlah relatif macam organisme yang di-
Pada perlakuan PCa, Bacillariophyceae dan
makan; pi = Jumlah relatif macam organisme
zooplankton banyak dimanfaatkan larva
dalam perairan. sejak awal hingga akhir pengamatan
(Gambar 1b). Genus dari Bacillariophyceae
Indeks Preponderance (IP) adalah indeks yang banyak dimanfaatkan, berturut-turut
makanan yang dipakai untuk menilai status
adalah Fragilaria, Cymbella, dan Melosira.
makanan yang dimakan oleh ikan (Natarajan Selanjutnya, zooplankton yang banyak
dan Jhingran, 1961 dalam Effendie 2002).
dimakan larva adalah genus Diaphanosoma.
Status makanan dalam isi usus ikan Kelas Chlorophyceae banyak dimanfaatkan
dikategorikan menjadi makanan utama,
larva pada akhir pengamatan. Pada per-
kedua, dan tambahan (Nikolsky, 1963). lakuan PCb, di awal hingga pertengahan
pengamatan, larva banyak memanfaatkan
Vi x Oi Chlorophyceae (Eudorina dan Coelastrum),
IP (%)  n
x 100 %
sedangkan pada akhir pengamatan lebih
 ( Vi x Oi )
i 1 memanfaatkan Bacillariophyceae (Melosira)
(Gambar 1c). Pada dua waktu awal perlakuan
Dimana: IP = Indeks bagian terbesar; Vi = PA, isi usus larva didominasi Bacilla-
Persentase jumlah makanan jenis ke-I; Oi = riophyceae (Nitzschia dan Melosira) dan
Persentase frekuensi kejadian makanan ke-I; zooplankton dari kelompok Crustacea
n = Jumlah organisme makanan. (Diaphanosoma) (Gambar 1d). Isi usus larva
mulai didominasi Chlorophyceae (Coelas-
Hasil pengukuran biomassa larva ikan trum dan Pediastrum) pada akhir
nilem pada tiap perlakuan diolah meng- pengamatan.
gunakan ANOVA menurut rancangan Nilai indeks preponderance tiap perlakuan
percobaan acak lengkap (Mattjik dan disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan
Sumertajaya, 2002). Pengujian dilanjutkan indeks ini, kelompok plankton yang banyak
dengan uji Duncan pada selang kepercayaan dimanfaatkan oleh larva ikan nilem di awal
95% menggunakan perangkat lunak SPSS masa pemeliharan adalah Bacillariophyceae
versi 11. dan zooplankton. Namun pemanfaatannya
semakin menurun seiring bertambahnya
HASIL DAN PEMBAHASAN umur larva. Sebaliknya, Chlorophyceae
dimanfatkan dalam jumlah yang sedikit di
Keberadaan plankton di kolam awal masa pemeliharaan, tetapi semakin
Kelompok fitoplankton yang dijumpai meningkat seiring bertambahnya umur larva.
dalam air contoh adalah kelas Chloro- Tidak semua jenis fitoplankton maupun
phyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae, zooplankton dimanfaatkan oleh ikan. Gambar
Chrysophyceae, dan Euglenophyceae. Ke- 1 menunjukkan keberadaan isi usus larva
lompok zooplankton yang dijumpai adalah pada masing–masing perlakuan. Pengam-
Rotifera, Crustacea, dan Protozoa (Tabel 1). bilan contoh isi usus larva dimulai pada hari
ke-10 karena penebaran larva ke kolam
Keberadaan plankton di dalam usus dan dimulai pada hari ke-5.
indeks preponderance larva ikan nilem
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa isi
usus larva berbeda untuk tiap perlakuan
84 Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–88 (2011)

Tabel 1. Kelimpahan dan jumlah jenis plankton pada semua perlakuan selama pengamatan
PO PCa PCb PA
Kelimpahan Jumlah Kelimpahan Jumlah Kelimpahan Jumlah Kelimpahan Jumlah
(sel/L atau ind/L) jenis (sel/L atau ind/L) jenis (sel/L atau ind/L) jenis (sel/L atau ind/L) jenis
Chlorophyceae 898-599634 8-16 678-33627 7-12 1041-468437 9-16 612-1478276 7-16
Bacillariophyceae 35-160623 3-9 76-790 7-10 150-117635 4-9 134-302464 4-10
Cyanophyceae 0-5367 0-3 0-1312 2-10 0-2803 0-2 0-23537 0-2
Chrysophyceae 0-29 0-1 0-357 0-1 0-64 0-1 0-16 0-1
Euglenophyceae 0-13 0-2 0-61 0-1 0-3 0-1 0-38 0-1
Zooplankton 0-1927 5-7 6-981 0-7 16-3230 3-8 10-4720 2-8
Keterangan: PO = Pupuk organic; PCa = Campuran pupuk organik (85%) dan pupuk anorganik (15%); PA = Pupuk
anorganik; PCb = Campuran pupuk organik (60%) dan pupuk anorganik (40%).
%

%
100% 100%

Nilai Indeks Preponderance


Nilai Indeks Preponderance

80% 80%

60% 60%

40% 40%

20% 20%

0% 0%
10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
Hari ke- Hari ke-

(a) (b)
%

100% 100%
Nilai Indeks Preponderance %
Nilai Indeks Preponderance

80% 80%

60% 60%

40% 40%

20% 20%

0% 0%
10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
Hari ke- Hari ke-

(c) (d)
Gambar 1. Indeks preponderance larva ikan nilem a) PO, b) PCa, c) PCb, dan d) PA. ( Cyanophyceae
Bacillariophyceae Chlorophyceae Zooplankton).

Indeks pemilihan makanan (Ivlev) larva ikan sebagai makanan. Namun demikian, jika
ikan nilem ditinjau korelasi antara Chlorophyceae yang
Hubungan antara plankton yang berada di berada di perairan dengan isi usus maka
perairan dengan di isi usus dapat dilihat nilainya cukup erat. Nilai tersebut meng-
melalui indeks pemilihan makanan (Ivlev) gambarkan bahwa semakin banyak kelim-
(Gambar 2). Nilai indeks pemilihan makanan pahan fitoplankton di kolam dari kelas
dan nilai korelasi pada kelas Chlorophyceae Chlorophyceae, makin banyak pula larva
memperlihatkan gambaran yang berbeda. akan memakannya. Akan tetapi, jumlah yang
Pada indeks pemilihan makanan, kelas dikonsumsi relatif sedikit dibandingkan
Chlorophyceae rata-rata mendapatkan nilai dengan kelimpahannya di perairan.
negatif yang artinya kurang dipilih oleh larva
Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–87 (2011) 85
s

3 3
2
2
1

N ila i Indeks Ivlev


N ila i In d ek s Iv lev

1 0
1 2 3 4 5
0 -1
10 15 20 25 30
-2
-1
-3
-2 -4

-3 -5
10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
Hari ke- Hari ke-
(a) (b)
3 3

2 2

N ila i Indeks Iv lev


Nilai Indeks Ivlev

1 1

0 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
-1 -1

-2
-2

-3
-3
10 15 20 25 30
10 15 20 25 30
Hari ke- Hari ke-

(c) (d)
Gambar 2. Indeks pemilihan makanan (Ivlev) larva ikan nilem a) PO, b) Pca, c) PCb, dan d) PA. (
Bacillarophyceae Chrysophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Chlorophyceae
Zooplankton). Keterangan: PO = Pupuk organik; PCa = Campuran pupuk organik (85%) dan pupuk anorganik
(15%); PA = Pupuk anorganik; PCb = Campuran pupuk organik (60%) dan pupuk anorganik (40%).

Keragaan larva ikan nilem PEMBAHASAN


Pertumbuhan larva ikan yang disajikan
pada Gambar 3 menunjukkan adanya pening- Fitoplankton maupun zooplankton terma-
katan pada bobot maupun panjang tubuh suk makanan alami bagi ikan. Makanan
larva. Bobot akhir larva berbeda nyata antar yang dimakan oleh larva tentunya berkaitan
perlakuan (P<0,05). Uji lanjut Duncan dengan ketersediannya di perairan (Effendie,
memperlihatkan bahwa bobot akhir larva 2002). Oleh karena itu, kebiasaan makanan
ikan nilem perlakuan PCa dan PCb masuk pada ikan-ikan tidak baku karena terdapat
dalam satu kelompok yang artinya tidak perubahan pemilihan makanan sesuai dengan
berbeda nyata. Panjang larva nilem tidak yang tersedia atau melimpah di kolam
menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar (Kumar et al., 2004).
perlakuan. Ketersediaan fitoplankton didukung oleh
Pertumbuhan ikan dengan bobot yang ketersediaan unsur hara yang dapat diperoleh
paling tinggi di akhir waktu pengamatan melalui pemupukan. Pupuk organik merupa-
ditunjukkan oleh larva pada perlakuan PA kan pupuk yang ramah lingkungan dalam
(Gambar 3a). Kemudian berturut-turut adalah penyediaan unsur hara untuk menunjang
larva pada perlakuan PCa, PCb, dan PO. pertumbuhan fitoplankton. Namun, penggu-
Pertumbuhan panjang tubuh terbaik naan pupuk organik memiliki keterbatasan,
ditunjukkan larva pada perlakuan Pca terutama berkaitan dengan pemacuan
(Gambar 3b), kemudian berturut-turut larva kecepatan tumbuh fitoplankton. Makin tinggi
perlakuan PA, PCb, dan PO. kandungan unsur hara di perairan, makin
86 Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–88 (2011)

0,1 dapat menumbuhkan fitoplankton dari


kelompok Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
0,08
Cyanophyceae, Euglenophyceae, serta zoo-
Bobot (gram/ekor)

0,06 plankton dari kelompok rotifera dan


0,04 krustasea (Begum et al., 2007).
Di samping itu, keberadaan ikan juga
0,02
dapat berpengaruh tehadap penyediaan unsur
0 hara melalui hasil ekskresinya. Selanjutnya,
5 10 15 20 25 30
unsur hara yang tersedia akan dimanfaatkan
Hari ke- oleh algae yang merupakan pakan alami ikan
peliharaan dalam kolam. Dengan demikian,
(a) keberadaan ikan dalam perairan kolam dapat
2,5 meningkatkan konversi energi, dari algae ke
pemangsanya (Keshavanath et al., 2001).
2,0
Berdasarkan uraian tersebut di atas terlihat
Panjang (cm)

1.5 bahwa dinamika komposisi dan kelimpahan


1,0 plankton pada pemberian komposisi pupuk
yang berbeda memunculkan perbedaan
0.5
pemilihan makanan oleh larva ikan nilem.
0 Selanjutnya, pemilihan makanan tersebut
5 10 15 20 25 30
akan mempengaruhi pertumbuhan larva.
Hari ke-
Hubungan antara plankton yang berada di
(b)
perairan dengan isi usus dapat dilihat melalui
Gambar 3. Pertumbuhan bobot dan panjang larva indeks pemilihan makanan (Ivlev). Di
ikan nilem: a) bobot rata-rata; b) panjang rata-rata. samping itu, dilakukan penentuan status
( PO= Pupuk organik; PCb=Campuran makanan yang ada di usus ikan meng-
pupuk organik (85%) dan pupuk anorganik (15%); gunakan indeks Preponderance (Natarajan
PA= Pupuk anorganik; PCa=Campuran dan Jhingran 1961 dalam Effendie 2002).
pupuk organik (60%) dan pupuk anorganik (40%). Urutan status makanan ikan dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu makanan utama,
meningkat pula kelimpahan fitoplankton. Di makanan kedua, dan makanan pelengkap
samping itu, plankton dapat mengalami (Nikolsky, 1963).
perubahan komposisi dalam komunitasnya Keberadaan antara kelas Bacillariophy-
(suksesi) sebagai akibat dari perubahan ceae, Cyanophyceae, dan zooplankton antara
kondisi fisika (intensitas cahaya, suhu), kimia di perairan dengan di usus menunjukkan
(unsur hara, kualitas air, dan toksin), dan bahwa semakin tinggi kelimpahan Bacilla-
biologi (kompetisi dan pemangsaan) (Pratiwi, riophyceae di perairan, makin tinggi pula
2010). tingkat pemanfaatannya oleh larva. Namun
Hasil penelitian Kumar et al. (2005) tidak demikian terhadap kelompok lainnya.
menunjukkan adanya perbedaan penyediaan Kondisi demikian menggambarkan bahwa
unsur hara mayor (N dan P) yang mudah larva ikan nilem melakukan pemilihan dalam
terlarut dalam air sebagai nitrat, amonia, dan makanannya.
ortofosfat dari jenis pupuk yang berbeda. Bacillariophyceae dan zooplankton
Perbedaan kecepatan penyediaan unsur hara banyak dimanfaatkan di awal perkembangan
dari terlarutnya pupuk anorganik dengan larva. Kecenderungan pemanfaatan fito-
kecepatan penyediaan unsur hara dari hasil plankton dari kelas Bacillariophyceae dan
dekomposisi pupuk organik menyebabkan zooplankton oleh larva di awal masa
munculnya perubahan kualitas air dan pemeliharaan memberikan pertumbuhan
kondisi biologi yang berbeda. Kondisi yang baik di akhir waktu pengamatan. Oleh
biologi yang berbeda dapat ditunjukkan oleh karena itu, zooplankton sangat penting
munculnya komposisi plankton yang keberadaannya sebagai pakan alami, setidak-
berbeda. Pemupukan di kolam, baik meng- nya pada sepuluh hari pertama setelah
gunakan pupuk organik maupun anorganik
Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–87 (2011) 87
s

cadangan kuning telur larva habis. Hal ini Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terjadi karena zooplankton merupakan laju pertumbuhan yang lebih tinggi
penyedia nutrisi penting yang dibutuhkan di ditunjukkan oleh larva yang mengawali
awal kehidupan ikan. Hal ini akan mempe- pemangsaan terhadap zooplankton. Hal ini
ngaruhi pertumbuhan ikan selanjutnya. sangat berkaitan dengan belum efisiensinya
Larva dengan pertumbuhan yang paling baik sistem enzim pada larva (Saha et al., 2006).
ditunjukkan oleh perlakuan PA. Hasil Dengan memanfaatkan zooplankton, larva
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian langsung memperoleh sumber nutrisi esensial
Njiru et al. (2004) mengenai kebiasaan yang sangat dibutuhkan pada periode awal
makanan larva ikan herbivora, ikan nila pertumbuhannya. Dengan demikian, diper-
(Oreochromis niloticus). Njiru et al. (2004) lukan komposisi pupuk yang tepat untuk
mendapatkan bahwa ikan nila tersebut yang menumbuhkan plankton yang benar-benar
pada dasarnya bersifat herbivora, memiliki dapat menunjang pertumbuhan larva ikan
perbedaan kebiasaan makanan ketika target pemeliharaan, sesuai dengan periode
berukuran kurang dari 5 cm. Pada ukuran pertumbuhannya.
tersebut, ikan lebih banyak memangsa
zooplankton. KESIMPULAN
Sebagaimana ikan herbivora pada umum-
nya, ikan nilem mampu memanfaatkan Penyediaan sumber nutrien melalui
fitoplankton sebagai sumber nutrisi untuk pemupukan di kolam, memunculkan komu-
kebutuhan hidupnya. Hasil penelitian menun- nitas plankton yang bervariasi dari waktu ke
jukkan bahwa semakin besar ukuran ikan, waktu. Komposisi plankton yang tumbuh
semakin besar proporsi Chlorophyceae yang dapat dimanfaatkan dan berpotensi sebagai
dimanfaatkan sebagai pakan. Sementara pakan alami larva ikan nilem. Pemanfaatan
Chlorophyceae memiliki kandungan selulosa plankton sebagai pakan alami cenderung
yang tinggi. Untuk dapat mencerna selulosa, berubah, seiring dengan pertumbuhan larva
diperlukan enzim selulase yang tidak ikan nilem. Kecenderungan pemanfaatan
diproduksi oleh ikan nilem. Saha et al. fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan
(2006) menguraikan bahwa enzim tersebut zooplankton oleh larva ikan nilem di awal
diproduksi oleh oleh mikroflora dalam masa pemeliharaan memberikan pertum-
saluran pencernaan, yang diperoleh secara buhan yang baik. Larva dengan pertumbuhan
eksternal dari lingkungan. yang paling baik ditunjukkan oleh perlakuan
Perubahan komposisi makanan tersebut PA.
dapat terjadi sebagai akibat dari adanya
perubahan fungsi faali tubuh dan/atau karena UCAPAN TERIMA KASIH
adanya perubahan kebutuhan yang bersifat
metabolis. Di samping itu, juga mungkin Penulis menyampaikan terima kasih
terjadi sebagai cerminan dari kombinasi kepada pimpinan Instalasi Riset Lingkungan
antara peningkatan ukuran bukaan mulut Perairan Budidaya dan Toksikologi, BRKP,
dengan peningkatan kemampuan menangani KKP yang telah memfasilitasi penelitian ini.
mangsa dan peningkatan kemampuan dari
DAFTAR PUSTAKA
ikan tersebut (Ayoade et al., 2008).
Stadia larva merupakan masa paling kritis Ayoade, A., Fagade, S., Adebisi, A., 2008.
dalam siklus hidup ikan (Effendie, 2002). Diet and dietary habits of the fish Schilbe
Pada periode tersebut, kesempatan larva mystus (Siluriformes: Schilbeidae) in two
untuk mendapatkan makanan serta keter- artificial lakes in Southwestern Nigeria
sediaan pakan alami yang baik merupakan Int. J. Trop. Biol. 56 (4), 1847–1855.
faktor yang mempengaruhi keberhasilan Begum, M., Hossain, M.Y., Wahab, M.A.,
hidup. Selanjutnya, keberhasilan dalam Ahmed, Z.F., Alam, M.J., Shah, M.M.R.,
memanfaatkan makanan tersebut akan mem- Jasmine, S., 2007. Effects of isonutrient
pengaruhi pertumbuhan larva ikan. fertilization on plankton production in
earthen ponds of Bangladesh. Pakistan
88 Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–88 (2011)

Journal of Biological Sciences 10 (8), water polyculture. Journal of Applied


1221–1228. Aquaculture 16 (3/4), 17-43.
Das, SK., Jana, B.B., 2003. Pond Kumar, MS., Binh, T.T., Luu, L.T., Clarke,
Fertilization Regimen: State-of-the-Art. SM., 2005. Evaluation of fish production
Journal of Applied Aquaculture 13(1/2), using organic and inorganic fertilizer:
35–66. application to grass carp polyculture.
Djarijah, A.S., 1995. Pakan Ikan Alami. Journal of Applied Aquaculture 17 (1),
Kanisius. Yogyakarta. 19–34.
Djiwakusumah, T., 1980. Budidaya Mattjik, A.A., Sumertajaya, M. 2002.
Perikanan Air Tawar. Institut Pertanian Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
Bogor. Tidak dipublikasikan. SAS dan Minitab. Jillid 1. IPB Press.
Eaton, A.D., L.S., Clesceri., A.E., Greenberg, Bogor.
1995. APHA (American Public Health Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes.
Association): Standard Method for The Academic Press. London.
Examination of Water and Wastewater Njiru, M., Okeyo-Owuor, J.B., Muchiri, M.,
19th ed., AWWA (American Water Works Cowx, I.G. 2004. Shifts in the food of
Association), and WPCF (Water Pollution Nile tilapia, Oreochromis niloticus (L.) in
Control Federation). Washington D. C. Lake Victoria, Afr. J. Ecol. 42, 163–170.
Effendie, I., 2002. Biologi Perikanan. Pratiwi, N.T.M., Ayu, I.P., Frandy, Y.H.E.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 2010. Keberadaan komunitas plankton di
Goldman, CR., Horne, A.J., 1983. Limno- kolam pemeliharaan larva ikan nilem
logy. McGraw-Hill Book Company. New (Osteochilus hasselti C.V.). Prosiding
York, USA. Seminar Limnologi V. Bogor.
Keshavanath, P., Ramesh, T.J., Gangadhar, Saha, S., Roy, R.N., Sen, S.K., Ray, A.K.,
B., Van Rooij, J.M., Beveridge, M.C.M., 2006. Characterization of cellulase
Baird, D.J., Verdegem, M.C.J., Van Dam, producing bacteria from the digestive tract
A.A., 2001. Use of artificial substrates to of tilapia, Oreochromis mossambica
enhance production of freshwater herbi- (Peters) and grass carp, Ctenophary-
vorous fish in pond culture. Aquaculture ngodon idella (Valenciennes). Aqua-
Research 32, 189–197. culture Research 37, 380–388.
Kumar, MS., Burgess, S.N., Luu L.T., 2004. Sumantadinata, K., 1981. Pengembangbiakan
Review of nutrient management in fresh- Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra
Hudaya. Bogor.
Niken Tunjung Murti Pratiwi et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 81–87 (2011) 89
s

Anda mungkin juga menyukai