Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI NERS

“FRAKTUR FEMUR TERBUKA”

Nama : DEA AMANDA AVILIANI RAHMAN, S.Tr. Kep

Preseptor Pendidikan

(Rahma Annisa, M.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR TERBUKA
(MIND MAPPING KONSEP DASAR PENYAKIT)

FRAKTUR FEMUR TERBUKA

ETIOLOGI KLASIFIKASI TANDA DAN GEJALA


DEFINISI
 Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :  Nyeri hebat di tempat
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang oleh trauma minimal atau tanpa trauma 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di fraktur
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. yang disebabkan oleh suatu proses yaitu dalam tulang sendi, panggul dan Melalui  Tidak mampu
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah :osteoporosis dan penyakit metabolic kepala femur (capital fraktur) menggerakkan
 Trauma ekstremitas bawah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang  Hanya di bawah kepala femur
Dibagi menjadi dua, yaitu :  Rotasi luar dari kaki
disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot,  Melalui leher dari femur
dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang 1. Trauma langsung, yaitu benturan pada lebih pendek
tulang. 2. Fraktur Ekstrakapsuler;
atau osteoporosis (Muttaqin, 2008). Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui  Diikuti tanda gejala
2. Trauma tak langsung, yaitu titik
trokhanter femur yang lebih besar/yang fraktur secara umum,
tumpuan benturan dan fraktur
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. seperti : fungsi
berjauhan,
Terjadi di bagian distal menuju leher femur berubah, bengkak,
tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah kripitasi, sepsis pada
trokhanter kecil. fraktur terbuka,
PENATALAKSANAAN deformitas

1. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE.


R (Rest) : Diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting untuk mencegah PEMERIKSAAN PENUNJANG
kerusakan jaringan lebih lanjut. KOMPLIKASI
I (Ice) : Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.  Pemeriksaan rongent
C (Compression) : Membalut gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan  Perdarahan
 Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI
dan pendarahan lebih lanjut.  Infeksi
 Hitung Darah Lengkap : Peningkatan jumlah SDP adalah respon
E (Elevasi) : Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema (pembengkakan)  Non-union
stress normal setelah trauma.
dan rasa nyeri.  Malunion
 Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
2. Penatalaksanaan medis
 Kreatinin
 Trauma arteri dan
Penatalaksanaan bedah ortopedi : Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi saraf
Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation).

SUMBER : Muttaqin, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Price A S, Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi Vol. 2. Jakarta: EGC.
WOC
Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas tulang Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah

Luka
Ketidakstabilan posisi
Perdarahan lokal
fraktur, apabila organ fraktur
digerakkan
Gangguan
Hematoma pada daerah fraktur
integritas kulit
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar
Kuman mudah masuk
Aliran darah ke daerah distal
berkurang atau terhambat
Gangguan rasa
nyaman nyeri Resiko tinggi
infeksi
Sindroma kompartemen (warna jaringan pucat, nadi
keterbatasan aktifitas lemas, cianosis, kesemutan)

Defisit perawatan diri Kerusakan neuromuskuler Syok hipovolemia

Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik

Sumber : Smeltzer & Bare. 2001, Mansjoer, Arif. 2000


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FRAKTUR FEMUR TERBUKA
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Penilaian kelancaran airway pada klien yang mengalami fraktur, meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur
wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trachea. Usaha untuk
membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena kemungkinan
patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan
chin lift, tetapi tidak boleh mengakibatkan hiperekstensi leher. Cara melakukan
chinlift dengan menggunakan jari-jari satu tangan yang diletakan dibawah mandibula,
kemudian mendorong dagu ke anterior. Ibu jari tangan yang sama sedikit menekan
bibir bawah untuk membuka mulut dan jika diperlukan ibu jari dapat diletakkan
didalam mulut dibelakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Jaw trust juga
merupakan tekhnik untuk membebaskan jalan nafas. Tindakan ini dilakukan oleh dua
tangan masing-masing satu tangan dibelakang angulus mandibula dan menarik rahang
ke depan. Bila tindakan ini dilakukan memakai face-mask akan dicapai penutupan
sempurna dari mulut sehingga dapat dilakukan ventilasi yang baik. Jika kesadaran
klien menurun pembebasan jalan nafas dapat dipasang guedel (oro-pharyngeal
airway) dimasukkan kedalam mulut dan diletakkan dibelakang lidah. Cara terbaik
adalah dengan menekan lidah dengan tongue spatol dan mendorong lidah kebelakang,
karena dapat menyumbat fariks. Pada klien sadar tidak boleh dipakai alat ini, karena
dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi. Cara lain dapat dilakukan dengan
memasukkan guedel secara terbalik sampai menyentuh palatum molle, lalu alat
diputar 180o dan diletakkan dibelakang lidah. Naso-Pharyngeal airway juga
merupakan salah satu alat untuk membebaskan jalan nafas. Alat ini dimasukkan pada
salah satu lubang hidung yang tidak tersumbat secara perlahan dimasukkan sehingga
ujungnya terletak di fariks. Jika pada saat pemasangan mengalami hambatan berhenti
dan pindah kelubang hidung yang satunya.Selama memeriksa dan memperbaiki jalan
nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi
leher.
b. Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka untuk melihat pernafasan yang
baik. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi
dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura.Inspeksi dan
palpasi dapat mengetahui kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi.
Evaluasi kesulitan pernafasan karena edema pada klien cedera wajah dan leher.
Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothoraks dan
hemathotoraks massif. Jika terjadi hal yang demikian siapkan klien untuk intubasi
trakea atau trakeostomi sesuai indikasi.
c. Circulation
Control pendarahan vena dengan menekan langsung sisi area perdarahan
bersamaan dengan tekanan jari pada arteri paling dekat dengan area perdarahan. Kaji
tanda-tanda syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi
halus.Darah yang keluar berkaitan dengan fraktur femur dan pelvis. Pertahankan
tekanan darah dengan infuse IV, plasma. Berikan transfuse untuk terapi komponen
darah sesuai ketentuan setelah tersedia darah. Berikan oksigen karena obstruksi
jantung paru menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan menyebabkan
kolaps sirkulsi. Pembebatan ekstremitas dan pengendalian nyeri penting dalam
mengatasi syok yang menyertai fraktur.
d. Disability/evaluasi neurologis
Dievalusai keadaan neurologisnya secara cepat, yaitu tingkat kesadaran
ukuran dan reaksi pupil.Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigen
atau penurunan perfusi ke otak atau perlukaan pada otak. Perubahan kesadaran
menuntutu dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan
oksigenasi.
e. Exporsure/ control lingkungan
Pada saat tiba di RS, seluruh pakaian yang dikenakan klien harus dibuka,
untuk mengevaluasi klien. Setelah pakaian dibuka, penting untuk menjaga klien agar
tidak kedinginan, harus diberikan selimut hangat dan diberikan cairan intravena yang
sudah dihangatkan. Pemeriksaan tambahan pada pasien dengan trauma
muskuloskeletal seperti fraktur adalah imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan
radiologi
f. Imobilisasi Fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam
posisi anatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah
fraktur.hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas
dan dipertahankan dengan alat imobilisasi. pemakaian bidai yang benar akan
membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan
jaringan lunak lebih lanjut. Imobilisasi harus mencakup sendi diatas dan di bawah
fraktur. Fraktur femur dilakukan imobilisasi sementara dengan traction splint.
Tractionsplint menarik bagian distal dari pergelangan kaki atau melalui kulit. Di
proksimaltraction splint didorong ke pangkal paha melalui ring yang menekan
bokong, perineum dan pangkal paha. Cara paling sederhana dalam membidai tungkai
yang trauma adalah dengan tungkai sebelahnya. Pada cedera lutut pemakaian long leg
splint atau gips dapat membantu kenyamanan dan stabilitas. Tungkai tidak boleh
dilakukan imobilisasi dalam ekstensi penuh. Fraktur tibia sebaiknya dilakukan
imobilisasi dengan cardboard atau metal gutter, long leg splint.jika tersedia dapat
dipasang gips dengan imobilisasi meliputitungkai bawah, lutut, dan pergelangan kaki.
2. Pengkajian Sekunder
a. Kaji riwayat trauma, mengetahui riwayat trauma, karena penampilan luka kadang
tidak sesuai dengan parahnya cidera, jika ada saksi seseorang dapat menceritakan
kejadiannya sementara petugas melakukan pemeriksaan klien.
b. Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaku secara
sistematis, inspeksi adanya laserasi bengkak dan deformitas.
c. Kaji kemungkinan adanya fraktur multiple:
1) Trauma pada tungkai akibat jatuh dari ketinggian sering disertai dengan
trauma pada lumbal
2) Trauma pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai dengan
trauma panggul
3) Trauma lengan sering menyebabkan trauma pada siku sehingga lengan dan
siku harus dievakuasi bersamaan.
4) Trauma proksimal fibula dan lutut sering menyebabkan trauma pada tungkai
bawah.
d. Kaji adanya nyeri pada area fraktur dan dislokasi
e. Kaji adanya krepitasi pada area fraktur
f. Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur pelvis dan femur.
g. Kaji adanya sindrom kompartemen, fraktur terbuka, tertutup dapat menyebabkan
perdarahan atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga menyebabkan
penekanan saraf.
h. Kaji TTV secara continue.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, dan cedera pada jaringan).
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (mis., daya gesek,
tekanan, imobilitas fisik).
3. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat (kerusakan
integritas kulit dan trauma jaringan).
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Rencana Tidakan Keperawatan


Keperawatan Rasional
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Nyeri akut (NANDA) (00132) Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan:
Berhubungan dengan : Nyeri akut teratasi dengan: 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif 1. Untuk mengetahui sejauh
□ Agen cedera fisik (mis., meliputi lokasi, karakteristik, durasi, mana nyeri terjadi
amputasi, luka NOC : frekuensi, intensitas nyeri dan faktor
dekubitus) pencetus
Tingkat Nyeri 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
Ditandai dengan : pasien
□ Ekspresi wajah nyeri □ Dipertahankan pada leveL 3. Gali bersama pasien faktor yang dapat 3. Membantu pasien
(mis., mata kurang 4 menurunkan nyeri seperti kompres mengidentifikasi nyeri yang
bercahaya, tampak 1 Berat hangat/dingin dialami agar dapat
kacau, gerakan mata 2 Cukup berat meringankan dan mengurangi
berpencar atau tetap pada 3 Sedang nyeri sampai pada
satu fokus, meringis) 4 Ringan kenyamanan yang diterima
□ Laporan tentang perilaku 5 Tidak ada pasien
nyeri/perubahan aktivitas 4. Evaluasi efektivitas tindakan 4. Untuk mengetahui tindakan
(mis., anggota keluarga, pengontrolan nyeri yang pernah yang nyaman dilakukan bila
pemberi asuhan) Dengan Kriteria Hasil :
digunakan sebelumnya. nyeri muncul
□ Mengekspresikan 5. Berikan informasi mengenai penyebab 5. Pengetahuan yang akan
□ (4)Tampak meringis
perilaku (mis., gelisah, nyeri dan berapa lama nyeri akan dirasakan membantu
□ (4)Mondar-mandir
merengek, menangis, dirasakan mengurangi nyerinya dan
□ (4)Kehilangan nafsu
waspada) dapat membantu
makan
□ Perubahan pada mengembangkan
□ (4)Tekanan darah
parameter fisiologis 6. Kendalikan faktor lingkungan tenang, 6. Lingkungan tenang akan
meningkat
(mis., tekanan darah, batasi pengunjung, suhu ruangan, menurunkan stimulus nyeri
□ (4)Pola napas berubah
frekuensi jantung, pencahayaan eksternal
□ (4)Frekuensi nadi
frekuensi pernapasan, 7. Ganti linen tempat tidur bila diperlukan 7. Memberikan rasa nyaman
meningkat
saturasi oksigen dan end 8. Berikan posisi nyaman ketika nyeri 8. Untuk mengurangi atau
□ (4)Sulit tidur
tidal karbon dioksida) muncul meringankan rasa nyeri
□ (4)Gelisah
□ Keluhan tentang 9. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri sampai pada tingkat yang
intensitas menggunakan dapat diterima pasien
standar skala nyeri (mis., 10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat 9. Distraksi dapat menurunkan
skala wong-baker faces untuk membantu penurunan nyeri stimulus internal
atau skala penilaian 10. Untuk meringankan rasa nyeri
numerik) NIC: Kolaborasi
□ Perubahan selera makan 11. Kolaborasi pemberian obat analgetik
□ Sikap melindungi area dan antibiotik
nyeri Evidance Base 1. Rangsangan murottal/musik
□ Sikap tubuh melindungi 1. Terapi Murottal Efektif Menurunkan meningkatkan pelepasan
□ Perubahan posisi untuk Tingkat Nyeri Dibanding Terapi
menghindari nyeri. endorfin sehingga mengurangi
Musik Pada Pasien Pascabedah
2. Pengaruh Teknik Relaksasi Hand kebutuhan obat analgesik.
Massage Terhadap Nyeri Pada Musik dapat memperlambat
Pasien Kanker Payudara
dan menyeimbangkan
3. Pengaruh teknik relaksasi benson
terhadap skala nyeri pada pasien post gelombang otak, bahkan me-
operasi mengaruhi irama pernapasan,
4. Pengaruh slow deep breathing
denyut jantung, dan tekanan
terhadap nyeri pada pasien post op
apendisitis darah (Campbell, Mainos, &
5. Efektifitas teknik relaksasi nafas Looney, 2001).
dalam dan guided imagery terhadap 2. memberikan stimulasi di
penurunan nyeri pada pasien post
operasi bawah jaringan kulit dengan
6. Teknik relaksasi genggam jari memberikan sentuhan dan
terhadap intensitas nyeri pada pasien tekanan yang lembut untuk
post appendiktomi
memberikan rasa nyaman
(Ackley et al, 2008).
3. meditasi dan relaksasi terjadi
penurunan konsumsi oksigen,
output CO2, ventilasi selular,
frekuensi napas, dan kadar
laktat sebagai indikasi
penurunan tingkat stress
4. Relaksasi sempurna dapat
mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh dan kecemasan
yang dapat menghambat
stimulus nyeri
5. mencapai keadaan relaksasi
menyeluruh, mencakup
keadaan relaksasi secara
fisiologis, secara kognitif, dan
secara behavioral

2. Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan intervensi NIC: Perawatan Luka


(NANDA) (00046) keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan:
kerusakan integritas kulit teratasi 1. Monitor karakteristik luka, meliputi 1. Memonitor karakteristik luka
Berhubungan dengan : dengan: warna, ukuran, baud an pengeluaran pada dapat membantu perawat
□ Faktor mekanik (mis., luka dalam menentukan perawatan
daya gesek, tekanan, NOC : luka dan penanganan yang
imobilitas fisik) sesuai untuk pasien
□ Gangguan sensasi Integritas Jaringan : Kulit dan 2. Normal salin adalah cairan
(diabetes mellitus) Membran Mukosa 2. Bersihkan luka dengan normal salin fisiologis yang mirip dengan
cairan tubuh sehingga aman
Ditandai dengan : □ Dipertahankan pada level 4 digunakan untuk
□ Kerusakan integritas 1. Berat membersihkan dan merawat
kulit. 2. Cukup berat luka
3. Sedang 3. Pembalutan luka dilakukan
4. Ringan untuk mempercepat proses
5. Tidak ada 3. Lakukan pembalutan pada luka sesuai penutupan luka. Pemilihan
dengan kondisi luka sesuai dengan bahan dan cara balutan
kondisi luka disesuaikan dengan jenis luka
Dengan Kriteria Hasil :
pasien
□ (4)Suhu kulit 4. Perawatan luka dengan tetap
menjaga kestrerilan dapat
menghindarkan pasien dari
□ (4)Elastisitas 4. Pertahankan teknik steril dalam perawatan infeksi
□ (4)Hidrasi luka pasien 5. Mengevaluasi status kerusakan
□ (4)Tekstur kulit sehingga dapat
□ (4)Ketebalan memberikan intervensi yang
□ (4)Integritas kulit tepat
□ (4)Pigmentasi abnormal 5. Pantau perkembangan kerusakan kulit 6. Keadaan yang lembab dapat
□ (4)Lesi pada kulit klien setiap hari meningkatkan perkembangan
□ (4)Jaringan parut mikroorganisme dan untuk
□ (4)Pengelupasan kulit mencegah terjadinya lesi kulit
□ (4)Penebalan kulit 6. Cegah penggunaan linen berstekstur kasar akibat gesekan dengan linen
□ (4)Eritema dan jaga linen tetap bersih, tidak lembab 7. Untuk meningkatkan proses
□ (4)Nekrosis dan tidak kusut penyembuhan lesi kulit serta
mencegah terjadinya infeksi
sekunder
8. Mencegah terjadinya peluasan
7. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 luka decubitus
kali sehari 9. Mencegah terjadinya infeksi
pada luka
10. Mencegah pergerakan luka
8. Latih tirah baring

11. Kulit yang kering akan


9. Berikan sandaran yang lembut pada menyebabkan kerusakan
daerah – daerah yang luka jaringan konektif, sehingga
10. Anjurkan pasien istirahat dibuat intervensi pemberian
lotion untuk menjaga agar
kulit tetap terlumasi.
Evidance Base
12. Massase kulit juga dapat
11. Lakukan pemberian lotion / baby oil /
menghancurkan sisa-sisa
minyak (Alfi, 2017)
pembakaran yang tertimbun
(myogelosis) di otot sehingga
menyebabkan pengerasan
serabut otot serta
memperlancar sirkulasi darah
12. Messase kulit (Alfi, 2017) 13. Alih baring untuk
memperlancar peredaran darah
danperubahan posisi lebih
lanjut juga memungkinkan
kulit yang tertekan terekpose
udara, sehingga kelembaban,
temperature, dan pH kulit
(microclimate condition) bisa
dipertahankan dalam kondisi
13. Lakukan alih baring setiap 2-3 jam sekali yang optimal
(Alfi, 2017) 14. Efek nagilla sativa oil adalah
sebagai anti oksidan, anti
bakteri, minyak esensial
memiliki manfaat dalam
melindungi kulit terhadap
penekanan atau gesekan .
asam lemak yang terkandung
dalam minyak meningkatkan
daya kohesif stratum korneum
15. Penggunaan matras dapat
14. Oleskan nigella sativa oil mengurangi penekanan
(Henny, 2017) jaringan dan perkembangan
pada luka

15. Perawatan kulit dengan penggunaan


matras atau alas
(Enie, Penelusuran hasil penelitian
tentang intervensi keperawatan dalam
pencegahan terjadinya luka decubitus
pada orang dewasa)

3. Syok Hipovolemia (SDKI) Setelah di berikan intervensi NIC : Manajemen cairan


(D.0023) Berhubungan dengan : kperawatan selama 3x 24 jam Aktivitas keperawatan :
 Kehilangan cairan aktif defisien volume cairan teratasi, 1. timbang berat badan setiap hari dan 1. Menimbang berat badan penting
 Kegagalan mekanisme regulasi dengan: montor status pasien untuk mengetahui status
NOC: Keseimbangan cairan kebutuhan cairan yang akan
Ditandai dengan : Dipertahankan pada … diberikan.
 Penurunan turgor kulit Ditingkatkan pada … 2. Jaga intake dan asupan yang akurat dan 2. Mencatan intake dan output
 Penurunan haluaran urine  1=sangat terganggu catat output adalah untuk mengetahui
 Membrane mukosa kering  2= banyak terganggu keseimbangan cairan yang
 Peningkatan suhu tubuh  3= cukup terganggu masuk dan keluar
 Peningkatan hematokrit  4=sedikit terrganggu 3. Masukan kateter urine 3. Kateter urine bergna untuk
 Peningkatan konsentrasi urine  5= tidak terganggu melihat output urine secara
 Haus Dengan kriteria hasil: berkala dan meihat arna dan
keseimbangan cairan konsentrasi urine.
 kelemahan
1/2/3/4/5 4. Monitor status hidrasi (membran 4. Melihat satus hidrasi untuk
- Tekanan darah mukosa,denyut nadi, dan tekanan darah) mengetahui tingkat kekurangan
- Keseimbangan intake dan cairan
output 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan 5. Hasil laboratorium dapat
- Turgor kulit (penurunan hematrokrit, kadar urine) mencerminkan kandungan
- Kelembapan membran cairan dai dalam plasma dan
mukosa tubuh.
- Berat jenis urine 6. Monitor tanda- tanda vital 6. Kekurangan volume cairan
- Kehausan dapat mempengaruhi
keseimbangan tanda- tanda vital
7. Berikan terapi IV seperti yang di 7. Terapi IV line dapat membantu
tentukan memenuhi kebutuhan cairan
secara cepat melalui vena
8. Berikan cairan dengan tepat 8. Cairan yang tepat dan
mengandung elektrolit yang
tepat dapat menjaga
keseimbangan cairran dalam
tubuh.
9. Tingkatkan supan oral (misalnya 9. Meningkatkan asupan oral
memberikan sedotan, menawarkan untuk menjaga mukosa dan
cairna diantara waktu makan) keadan umum pasien.
10. Konsultasikan dengan dokter jika tanda- 10. Pasien mendapatkan terapi
tanda kekurangan cairan memburuk lanjut

Evidance based :
11. Pengaruh pemberian air kelapa muda 11. Air kelapa dapat menjaga ion
terhadap tingkat sataus hidrasi cairan dan elektrolit cairan dalam
tubuh setelah melakukan aktivitas tubuh
olahraga
12. Vit C mengurangi rasa haus 12. Vit C akan merangsang
reseptor sensasi rasa asam,
sehingga membawa impuls ke
pusat saliva di medula batang
otak sehingga mengurangi rasa
haus
13. Berkumur dengan obat kumur rasa mint 13. Rasa mint mengurangi
dapat berpengaruh terhadap rasa haus stimulus haus

14. Pemantauan status hidrasi pada pasien 14. Melihat status deraat
meliputi pemantauan selama 24 jam keparahan kekurangan volume
dengan menggunakan chart intake dan cairan dalam tubuh
output
15. Pengaruh dehidrasi oral berbasis beras 15. Beras membantu menahan dan
terhadap anak diare akut dehidrasi tidak mengikat cairan di dalam
berat. tubuh.

4. Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah diberikan intervensi NIC: Peningkatan mekanika tubuh
intoleran aktivitas, penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas Keperawatan:
kekuatan otot, penurunan kendali hambatan mobilitas fisik teratasi 1. Kaji pemahaman pasien mengenai 1. kurangnya pemahaman
otot, penurunan massa otot, dengan: mekanika tubuh dan latihan saseorang mengenai mekanika
penurunan ketahanan tubuh, NOC: Pergerakan tubuh dan latihan akan
disuse, kaku sendi, nyeri, fisik  Dipertahankan pada 4 cenderung tidak melakukan
tidak bugar, keengganan memulai  Ditingkatkan pada 5 perrgerakan pada bagian tubuh
pergerakan, gaya hidup kurang  1= Sangat terganggu tertentu yang menyebabkan
gerak.  2= Banyak terganggu kekakuan pada sendi
 3= Cukup terganggu 2. Informasikan pada pasien tentang struktur 2. tingkat penngetahuan
Batasan karakteristik:  4= Sedikit terganggu dan fungsi tulang belakang dan postur mempengaruhi perilaku
 Gg. Sikap berjalan  5= Tidak terganggu yang optimal untuk bergerak dan seseorang terhadap aktivitas
 Penurunan rentang gerak Dengan kriteria hasil: menggunakan tubuh latihan
 Kesulitan membolak-balik  Pergerakan 1/2/3/4/5 3. Edukasi pasien tentang pentingnya postur 3. kebiasaan mempertahankan posis
posisi - Keseimbangan tubuh yang benar untuk mencegah tertentu yang tidak seharusnya
 Ketidaknyamanan - Koordinasi kelelahan, ketegangan atau injuri dapat menyebabkan terjadinya
 Dispnea setelah beraktivitas - Cara berjalan injury pada sendi dan tulang
 Gerakan lambat - Gerakan otot 4. Kaji kesadaran pasien tentang 4. penanganan secara dini terhadap
 Gerakan tidak terkoordinasi - Gerakan sendi abnormalitas musculoskeletal dan efek abnormalitas musculoskeletal
- Berjalan yang mungkin timbul pada jaringan otot dapat dilakukan jika pasien
Bergerak dengan mudah dan postur menyadari adanya kesalahan
pada sistem musculoskeletal
5. Edukasi penggunaan matras atau bantal 5. penggunaan bantal yang terlalu
yang lembut keras atau kaku dapat
menyebabkan perubaan struktur
tulang leher
6. kaki akan berfungsi sebagai
6. Instruksikan pasien untuk menggerakkan penyangga yang lebih kokoh dan
kaki terlebih dahulu kemudian badan meringankan terjadinya resiko
ketika memulai berjalan dari posisi berdiri jatuh
7. pasien dengan bedrest yang
7. Bantu pasien melakukan latihan fleksi cukup lama dapat menyebabkab
untuk memfasilitasi mobilisasi punggung kekakuan pada tulang punggung
sesuai indikasi 8. aktivitas latihan yang sering
8. Edukasi pasien/keluarga tentang frekuensi dilakukan akan lebih efektif
dan jumlah pengulangan dari setiap untuk meningkatkan mobilisasi
latihan 9. mengevaluasi keefektifan latihan
9. Monitor perbaikan mekanika tubuh pasien yang dilakukan terhadap pasien
10. kebiasaan mempertahanakan
10. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi yag salah dapat
posisi penyebab nyeri otot atau sendi menyebakab terjadinya
kontraktur sendi
NIC: Terapi latihan: Ambulasi
Aktivitas Keperawatan: 11. tempat tidur yang terlalu tinggi
11. Sediakan tempat tidur berketinggian dapat menyebabkan kesulitan
rendah yang sesuai pada terapis untuk memberikan
latihan
12. merubah posisi miring ke kanan
12. Dorong untuk duduk di tempat tidur, di dan kekiri, duduk dan ROM aktif
samping tempat tidur, atau dikursi atau pasif adalah terapi latihan
sebagaimana yang dapat ditoleransi pasien yang mudah dilakukan dan
memberikan efek yang efektif
13. penggunaan alat bantu dapat
13. Sediakan alat bantu untuk ambulasi jika dilakukan untuk membantu
pasien tidak stabil pasien bergerak latihan lebih
optimal
14. frekuensi latihan yang dilakukan
14. Dorong pasien untuk bangkit sebanyak sesering mungkin akan
dan sesering yang diinginkan meningkatkan keefektifan terapi
latihan
Evidance Base: 15. Untuk memenuhi kebutuhan
15. Terapi genggam menggunakan bola karet mobilitas fisik
(Sudrajat, 2017) 16. Membantu pemulihan motoric
16. Terapi mobilisasi dan rangsangan taktil anggota gerak atas
secara bersamaan (Susanto, 2016) 17. Memulihkan dan meningkatkan
17. Terapi masase dan terapi latihan kondisi otot, tulang, jantung dan
pembebanan (Harsanti, 2014) paru-paru menjadi lebih baik
18. Meningkatkan fleksibilitas sendi
18. Pemberian latihan rentang gerak dengan anggota gerak
durasi 15 menit (Gusti, 2014) 19. ROM dapat mempertahankan
19. Latihan Range of Motion (Uda, 2016) pergerakan sendi
ROM pasif dilakukan jika klien
tidak dapat melakukan secara
mandiri

5. Risiko infeksi (NANDA) (00004) Setelah diberikan intervensi NIC: Kontrol Infeksi
Dengan faktor risiko : keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan:
□ penyakit kronis (mis., risiko infeksi teratasi dengan: 1. Batasi pengunjung 1. Mencegah infeksi sekunder
diabetes mellitus) 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencegah HAIs
NOC : merawat pasien
gangguan integritas kulit 3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 3. Meningkatkan daya tahan tubuh
penurunan Hb Keparahan Infeksi 4. Anjurkan pasien istirahat yang cukup 4. Membantu relaksasi dan
membantu proteksi infeksi
□ Dipertahankan pada level 4 5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 5. Mencegah terjadinya infeksi
1 Berat 6. Berikan penkes tentang risiko infeksi 6. Meningkatkan pengetahuan
2 Cukup berat pasien
3 Sedang 7. Bersihkan lingkungan setelah dipakai 7. Meminimalkan risiko infeksi
4 Ringan klien lain
5 Tidak ada 8. Monitor karakteristik, warna, ukuran, 8. Untuk mengetahui keadaan luka
cairan dan bau luka dan perkembangannya
9. Berikan penjelasan kepada pasien dan 9. Dengan diberikan penjelasan,
Dengan Kriteria Hasil :
keluarga mengenai tanda dan gejala dari pasien dan keluarga dapat
□ (4)Kemerahan infeksi mencegah infeksi lebih lanjut
□ (4)Vesikel yang tidak 10. Ajarkan klien dan keluarga untuk 10. Memandirikan pasien dan
mengeras permukaannya melakukan perawatan luka keluarga
□ (4)Cairan luka yang
berbau busuk Evidance Base
□ (4)Drainase purulen 1. Efektivitas Plester Luka Pada 11. Plester penutup luka sederhana
□ (4)Hipertermia Aplikasi Penutup Luka Insisi Pasca yang mengandung antiseptik
□ (4)Nyeri Operasi atau antibakteri (lapisan non-
□ (4)Hilang nafsu makan adherent dan penyerap)
□ (4)Depresi jumlah sel biasanya dipakai untuk
darah putih menutup luka akut dan lecet
□ (4)Malaise (Moon dan Crabtree, 2003).
□ (4)Menggigil 2. Efektivitas Sediaan Salep yang 12. Ekstrak ikan Gabus (Channa
Mengandung Ekstrak Ikan Gabus striata) terdiri dari fase air yang
(Channa striata) pada Proses mengandung albumin dan fase
Penyembuhan Luka Akut Stadium II minyak yang mengandung asam
Terbuka lemak omega-3 dan omega-6
yang dapat mempercepat proses
penyembuhan luka
3. Oleskan madu alami setelah luka 13. Madu dapat bertindak sebagai
dibersihkan dengan normal salin autolitik debridement,
(Sulastri, 2014) mengangkat jaringan mati dari
dasar luka, menghilangkan bau
pada luka, dan merangsang
regenerasi jaringan,
meminimalkan trauma pada
jaringan sehat, alergi, iritasi dan
nyeri saat pergantian balutan,
menurunkan edema karena efek
antiinflamasinya selain itu sifat
fisikokimia
4. Lidah Buaya (Aloe vera) untuk 14. mempercepat proses
Penyembuhan Luka penyembuhan luka karena
tumbuhan lidah buaya dapat
merangsang proliferasi
beberapa jenis sel.
5. Balut luka dengan hydrogel (Rika, 15. Hydrogel merehidrasi dasar
2016) luka dan melunakan jaringan
nekrotik
6. Balut luka dengan Alginates (Rika, 16. Alginates lunak bukan tenunan
2016) yang dibentuk dari bahan dasar
ganggang laut. Alginate tidak
akan dengan luka.
7. Balut luka dengan hydrokoloid 17. Hydrokoloid kunyit mampu
kunyit melindungi luka dari air, udara,
(Doddy, 2017) bakteri, anti inflamasi karena
adanya ekstrak rimpang kunyit
yangmampu menghambat
pertumbuhan bakteri
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G, M., Howard, K, B., joanne, M, D., Cheryl, M, W. (2013).Nursing Interventions


Classification (NIC). Six Edition.Mosby: Lowa city.
Lynda Juall Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawat (Handbook of Nursing
Diagnosis) Edisi 10. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L, M., Elizabeth, S. (2013) .Nursing Outcames
Classification (NOC).Fifth Edition. Mos by: Lowa city.
Price A S, Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi Vol. 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai