Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI NERS

“KEPERAWATAN GAWAT DARURAT”

Nama : Restika Riski, S.Tr. Kep

Preseptor Pendidikan

(Rahma Annisa, M.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PENGERTIAN

MENURUT SJAMSUHIDAYAT D IK U T I P OLEH


Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang
NURARIF DAN KUSUMA DALAM BUKU ASUHAN
melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul
bawah (Guilon, 2011) MANIFESTASI KLINIS
K E P E R A W A T A N P R A K T I S B E R D A S A R K A N D IA G N O S A
N A N D A , N I C , N O C D A L A M B E R B A G A I K A S U S , 2015,
1. Terdapat luka robekan pada abdomen
TRAUMA TEMBUS / PENETRASI PADA ABDOMEN
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen
D A P A T D IB A G I M E N J A D I 2 Y A I T U : 3. Penanganan yang kurang tepat biasanya
1. L U K A T E M B A K memperbanyak perdarahan/memperparah
2. L U K A T U S U K keadaan
3. K L A S I F I K A S I 4. Biasanya organ yang terkena trauma tembus
bia keluar dari dalam abdomen
MIND MAPPING TRAUMA 5. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang
sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
Penatalaksanaan TEMBUS ABDOMEN
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri
Penetrasi (trauma tajam) saat ditekan dan nyeri lepas.
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda 6. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah),
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan
tim medis PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
tanda-tanda awal shock hemoragi.
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau 1. Pengambilan Sampel Darah Dan Urin
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah 2. Pemeriksaan Radiologi
luka. Pemeriksaan X-Ray untuk screening
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ trauma tajam Pada pasien luka tusuk di
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam atas umbilikus atau dicurigai dengan Etiologi
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut cedera thoracoabdominal dengan
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril. hemodinamik yang normal, rontgen
kedalam rongga peritonium).
d. Imobilisasi pasien foto thorax tegak bermanfaat untuk
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum menyingkirkan hemo atau
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan pneumothorax
kedalam rongga peritonium).
menekang. 3. Computed Thomography Abdomen
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan,
g. Kirim ke rumah sakit
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TRAUMA TEMBUS ABDOMEN

A. Data fokus
1. Primary survey
a. Airway
Kontrol Tulang BelakangMembuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin
lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Ventilasi Yang AdekuatMemeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-
dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau
tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulating
Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)
2. Secondary survey
a. Keluhan utama
1. Keluhan yang dirasakan sakit.
2. Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
2. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat
jatuh.
3. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
4. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran
mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
2. Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan
faal hemostasis.
d. Pemeriksaan fisik
1. Sistim Pernapasan
 Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada
serta jalan napasnya.
 Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
 Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
 Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2. Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
 inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
abdominal dan adakah anemis.
 palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara
detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3. Sistim Neurologis (B3 = Brain)
 Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
 Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
 Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS)
4. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
 Pada inspeksi :Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan
dalam cavum abdomen.
 Pada palpasi :Adakah spasme / defance mascular dan abdomen,Adakah
nyeri tekan dan pada quadran berapa, Kalau ada vulnus sebatas mana
kedalamannya.
 Pada perkusi :
o Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
o Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam
cavum abdomen.
 Pada Auskultasi :
o Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau
menghilang.
o Pada rectal toucher :
 Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
 Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
5. Sistim Urologi ( B5 = bladder)
 Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi
pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
 Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
 Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
 inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
 palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi :
 Foto BOF (Buick Oversic Foto)
 Bila perlu thoraks foto.
 USG (Ultrasonografi)
2. Laboratorium :
 Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)Disini terpenting Hb serial
½ jam sekali sebanyak 3 kali.
 Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
3. Elektro Kardiogram
 Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tumpul abdomen
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi
PATHWAY LUKA TUSUK ABDOMEN

Benda Tajam (Paku, pisau, besi, peniti, gunting, pedang, dll)

Menusuk kulit & jaringan abdomen

Luka Tusuk Abdomen

Luka terbuka Melukai organ Pembatasan


visceral aktivitas

Pelepasan mediator Perluasan port d’ Perlukaan pada Bedrest


Terkena Pembuluh kimiawai entre VVv
usus/lambung/limfa
darah Besar (Bradikinin, histamin &
(Arteri/Vena) mikroorganisme
Prostagalndin)
Gangguan
Terpapar Keluarnya isi usus ke Tindakan mobilitas fisik
mikroorganisme rongga abdomen pembedahan
Kebocoran Saraf Afferent
pembuluh darah
Invasi Perforasi usus Kurang informasi ttg
mikroorganisme prosedur pembedahan
Perdarahan Medulla Spinalis ke dalam luka

Distensi Resiko terjadi Gangguan Koping individu


Korteks Cerebri Resiko Infeksi abdomen asprasi motilitas usus inefektif
Perubahan
Perfusi
Jaringan Daya Kembang Pembatasan cairan & Menurunnya
Saraf Efferent motilitas usus Ansietas
paru tidak nutrisi per oral
maksimal
Organ Target
Sesak nafas Resiko defisit Resiko
volume cairan Aspirasi
Nyeri Akut
Ketidakefektifan
pola nafas
No Diagnosa Rencana Tidakan Keperawatan
Rasional
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Hipovolemia (SDKI) Setelah di berikan intervensi NIC : Manajemen cairan
(D.0023)Berhubungan dengan : kperawatan selama 3x 24 jam Aktivitas keperawatan :
 Kehilangancairanaktif defisien volume cairan 1. timbang berat badan setiap hari dan 1. Menimbang berat badan
 Kegagalanmekanismeregulasi teratasi, dengan: montor status pasien penting untuk mengetahui
NOC:Keseimbangan cairan status kebutuhan cairan yang
Ditandai dengan : Dipertahankan pada … 2. Jaga intake dan asupan yang akurat akan diberikan.
 Penurunan turgor kulit Ditingkatkan pada … dan catat output 2. Mencatan intake dan output
 Penurunan haluaran urine  1=sangat terganggu adalah untuk mengetahui
 Membrane mukosa kering  2= banyak terganggu 3. Masukan kateter urine keseimbangan cairan yang
 Peningkatan suhu tubuh  3= cukup terganggu masuk dan keluar
 4=sedikit terrganggu 3. Kateter urine bergna untuk
 Peningkatan hematokrit
 5= tidak terganggu 4. Monitor status hidrasi (membran melihat output urine secara
 Peningkatan konsentrasi urine
Dengan kriteria hasil: mukosa,denyut nadi, dan tekanan berkala dan meihat arna dan
 Haus darah) konsentrasi urine.
 kelemahan keseimbangan cairan
1/2/3/4/5 5. Monitor hasil laboratorium yang 4. Melihat satus hidrasi untuk
- Tekanan darah relevan (penurunan hematrokrit, mengetahui tingkat
- Keseimbangan intake kadar urine) kekurangan cairan
dan output 5. Hasil laboratorium dapat
- Turgor kulit 6. Monitor tanda- tanda vital mencerminkan kandungan
- Kelembapan membran cairan dai dalam plasma dan
mukosa tubuh.
- Berat jenis urine 7. Berikan terapi IV seperti yang di 6. Kekurangan volume cairan
- Kehausan tentukan dapat mempengaruhi
keseimbangan tanda- tanda
vital
8. Berikan cairan dengan tepat 7. Terapi IV line dapat
membantu memenuhi
kebutuhan cairan secara
9. Tingkatkan supan oral (misalnya cepat melalui vena
memberikan sedotan, menawarkan 8. Cairan yang tepat dan
cairna diantara waktu makan) mengandung elektrolit yang
10. Konsultasikan dengan dokter jika tepat dapat menjaga
tanda- tanda kekurangan cairan keseimbangan cairran dalam
memburuk tubuh.
9. Meningkatkan asupan oral
Evidance based : untuk menjaga mukosa dan
11. Pengaruh pemberian air kelapa muda keadan umum pasien.
terhadap tingkat sataus hidrasi cairan 10. Pasien mendapatkan terapi
tubuh setelah melakukan aktivitas lanjut
olahraga
12. Vit C mengurangi rasa haus

11. Air kelapa dapat menjaga


ion dan elektrolit cairan
13. Berkumur dengan obat kumur rasa dalam tubuh
mint dapat berpengaruh terhadap
rasa haus 12. Vit C akan merangsang
14. Pemantauan status hidrasi pada reseptor sensasi rasa asam,
pasien meliputi pemantauan selama sehingga membawa impuls
24 jam dengan menggunakan chart ke pusat saliva di medula
intake dan output batang otak sehingga
15. Pengaruh dehidrasi oral berbasis mengurangi rasa haus
beras terhadap anak diare akut 13. Rasa mint mengurangi
dehidrasi tidak berat. stimulus haus

14. Melihat status deraat


keparahan kekurangan
volume cairan dalam tubuh

15. Beras membantu menahan


dan mengikat cairan di
dalam tubuh.
2 Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan intervensi NIC: Perawatan Luka
(NANDA) (00046) keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan:
kerusakan integritas kulit teratasi 1. Monitor karakteristik luka, meliputi 1. Memonitor karakteristik
Berhubungan dengan : dengan: warna, ukuran, baud an pengeluaran luka dapat membantu perawat
□ Faktor mekanik (mis., daya NOC : pada luka dalam menentukan perawatan luka
gesek, tekanan, imobilitas fisik) dan penanganan yang sesuai untuk
□ Gangguan sensasi (diabetes Integritas Jaringan : Kulit dan 2. Bersihkan luka dengan normal salin pasien
mellitus) Membran Mukosa 2. Normal salin adalah
Ditandai dengan : cairan fisiologis yang mirip dengan
□ Kerusakan integritas kulit. □ Dipertahankan pada level4 3. Lakukan pembalutan pada luka sesuai cairan tubuh sehingga aman
1. Berat
2. Cukup berat dengan kondisi luka sesuai dengan digunakan untuk membersihkan
3. Sedang kondisi luka dan merawat luka
4. Ringan 3. Pembalutan luka
5. Tidak ada dilakukan untuk mempercepat
4. Pertahankan teknik steril dalam proses penutupan luka. Pemilihan
perawatan luka pasien bahan dan cara balutan disesuaikan
Dengan KriteriaHasil: dengan jenis luka pasien
5. Pantau perkembangan kerusakan kulit 4. Perawatan luka dengan
□ (4)Suhu kulit klien setiap hari tetap menjaga kestrerilan dapat
□ (4)Elastisitas menghindarkan pasien dari infeksi
□ (4)Hidrasi 5. Mengevaluasi status
□ (4)Tekstur 6. Cegah penggunaan linen berstekstur kerusakan kulit sehingga dapat
□ (4)Ketebalan kasar dan jaga linen tetap bersih, tidak memberikan intervensi yang tepat
□ (4)Integritas kulit lembab dan tidak kusut 6. Keadaan yang lembab
□ (4)Pigmentasi abnormal dapat meningkatkan perkembangan
□ (4)Lesi pada kulit 7. Lakukan perawatan kulit secara aseptik mikroorganisme dan untuk
□ (4)Jaringan parut 2 kali sehari mencegah terjadinya lesi kulit
□ (4)Pengelupasan kulit akibat gesekan dengan linen
□ (4)Penebalan kulit 8. Latih tirah baring 7. Untuk meningkatkan
□ (4)Eritema 9. Berikan sandaran yang lembut pada proses penyembuhan lesi kulit serta
□ (4)Nekrosis daerah – daerah yang luka mencegah terjadinya infeksi
10. Anjurkan pasien istirahat sekunder
8. Mencegah terjadinya
Evidance Base peluasan luka decubitus
11. Lakukan pemberian lotion / baby oil / 9. Mencegah terjadinya
minyak(Alfi, 2017) infeksi pada luka
10. Mencegah pergerakan
luka
12. Messase kulit(Alfi, 2017)

11. Kulit yang kering akan


menyebabkan kerusakan jaringan
konektif, sehingga dibuat intervensi
13. Lakukan alih baring setiap 2-3 jam pemberian lotion untuk menjaga
sekali agar kulit tetap terlumasi.
(Alfi, 2017) 12. Massase kulit juga dapat
menghancurkan sisa-sisa
pembakaran yang tertimbun
(myogelosis) di otot sehingga
menyebabkan pengerasan serabut
otot serta memperlancar sirkulasi
14. Oleskan nigella sativa oil darah
(Henny, 2017) 13. Alih baring untuk
memperlancar peredaran darah
danperubahan posisi lebih lanjut
juga memungkinkan kulit yang
tertekan terekpose udara, sehingga
15. Perawatan kulit dengan penggunaan kelembaban, temperature, dan pH
matras atau alas kulit (microclimate condition) bisa
(Enie, Penelusuran hasil penelitian dipertahankan dalam kondisi yang
tentang intervensi keperawatan dalam optimal
pencegahan terjadinya luka decubitus 14. Efek nagilla sativa oil
pada orang dewasa) adalah sebagai anti oksidan, anti
bakteri, minyak esensial memiliki
manfaat dalam melindungi kulit
terhadap penekanan atau gesekan
.asam lemak yang terkandung
dalam minyak meningkatkan daya
kohesif stratum korneum
15. Penggunaan matras dapat
mengurangi penekanan jaringan
dan perkembangan pada luka
3 Nyeri akut (NANDA) (00132) Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan:
Berhubungan dengan : Nyeri akut teratasi dengan: 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui sejauh
□ Agen cedera fisik (mis., NOC : komprehensif meliputi lokasi, mana nyeri terjadi
amputasi, luka dekubitus) karakteristik, durasi, frekuensi,
Ditandai dengan : Tingkat Nyeri intensitas nyeri dan faktor pencetus
□ Ekspresi wajah nyeri (mis., 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
mata kurang bercahaya, tampak □ Dipertahankan pada leveL pasien
kacau, gerakan mata berpencar atau 4 3. Gali bersama pasien faktor yang dapat 3. Membantu pasien
tetap pada satu fokus, meringis) 1 Berat menurunkan nyeri seperti kompres mengidentifikasi nyeri yang
□ Laporan tentang perilaku 2 Cukup berat hangat/dingin dialami agar dapat
nyeri/perubahan aktivitas (mis., 3 Sedang meringankan dan mengurangi
anggota keluarga, pemberi asuhan) 4 Ringan nyeri sampai pada
□ Mengekspresikan perilaku 5 Tidak ada kenyamanan yang diterima
(mis., gelisah, merengek, menangis, pasien
waspada) 4. Evaluasi efektivitas tindakan 4. Untuk mengetahui tindakan
□ Perubahan pada parameter Dengan KriteriaHasil: pengontrolan nyeri yang pernah yang nyaman dilakukan bila
fisiologis (mis., tekanan darah, digunakan sebelumnya. nyeri muncul
frekuensi jantung, frekuensi □ (4)Tampak meringis 5. Berikan informasi mengenai penyebab 5. Pengetahuan yang akan
pernapasan, saturasi oksigen dan □ (4)Mondar-mandir nyeri dan berapa lama nyeri akan dirasakan membantu
end tidal karbon dioksida) □ (4)Kehilangan nafsu dirasakan mengurangi nyerinya dan
□ Keluhan tentang intensitas makan dapat membantu
menggunakan standar skala nyeri □ (4)Tekanan darah 6. Kendalikan faktor lingkungan tenang, mengembangkan
(mis., skala wong-baker faces atau meningkat batasi pengunjung, suhu ruangan, 6. Lingkungan tenang akan
skala penilaian numerik) □ (4)Pola napas berubah pencahayaan menurunkan stimulus nyeri
□ Perubahan selera makan □ (4)Frekuensi nadi 7. Ganti linen tempat tidur bila diperlukan eksternal
□ Sikap melindungi area meningkat 8. Berikan posisi nyaman ketika nyeri 7. Memberikan rasa nyaman
nyeri □ (4)Sulit tidur muncul 8. Untuk mengurangi atau
□ Sikap tubuh melindungi □ (4)Gelisah meringankan rasa nyeri
□ Perubahan posisi untuk sampai pada tingkat yang
menghindari nyeri. 9. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri dapat diterima pasien
9. Distraksi dapat menurunkan
10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat stimulus internal
untuk membantu penurunan nyeri 10. Untuk meringankan rasa nyari

Evidance Base
11. Lakukan manajemen sentuhan
(Mumpuni, 2014) 11. Manajemen sentuhan pada
saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
12. Ajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas membantu menurunkan
dalam) ketika nyeri muncul nyeri..
(Stania, 2014) 12. Istirahatkan secara fisiologis
akan menurunkan kebutuhan
13. Berikan terapi nonfarmakologi oksigen untuk memenuhi
mendengarkan musik klasik metabolisme basal.
(Deivi, 2015) 13. Musik dan nyeri mempunyai
persamaan penting yaitu
bahwa keduanya bisa
digolongkan sebagai input
dan output. Sensori input
berarti bahwa ketika music
terdengar, sinyal dikirm
keotak ketika rasa sakit
dirasakan. Jika getaran music
dapat dibawa kedalam
resonansi dekat dengan
getaran rasa sakit, maka
14. lakukan managemen nyeri terapi non persepsi psikologis rasa sakit
farmakologi foot massage akan diubah dan dihilangkan.
(Nila, 2016) 14. melancarkan sirkulasi darah
15. pemberian rendam air hangat
(Zuriati, 2016)
15. pemberian rendam air hangat
dapat melancarkan sirkulasi
darah yang tidak lancar
sehingga menimbulkan efek
rileks
4 Risiko infeksi (NANDA) (00004) Setelah diberikan intervensi NIC: Kontrol Infeksi
Dengan faktor risiko : keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan: 1. Mencegah infeksi sekunder
□ penyakit kronis (mis., risiko infeksi teratasi dengan: 1. Batasi pengunjung 2. Mencegah HAIs
diabetes mellitus) NOC : 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
gangguan integritas kulit merawat pasien 3. Meningkatkan daya tahan
penurunan Hb Keparahan Infeksi 3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup tubuh
4. Anjurkan pasien istirahat yang cukup 4. Membantu relaksasi dan
□ Dipertahankan pada level 4 membantu proteksi infeksi
1 Berat 5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 5. Mencegah terjadinya infeksi
2 Cukup berat 6. Berikan penkes tentang risiko infeksi 6. Meningkatkan pengetahuan
3 Sedang pasien
4 Ringan 7. Bersihkan lingkungan setelah dipakai 7. Meminimalkan risiko infeksi
5 Tidak ada klien lain
8. Monitor karakteristik, warna, ukuran, 8. Untuk mengetahui keadaan
cairan dan bau luka luka dan perkembangannya
Dengan KriteriaHasil: 9. Berikan penjelasan kepada pasien dan 9. Dengan diberikan penjelasan,
keluarga mengenai tanda dan gejala dari pasien dan keluarga dapat
□ (4)Kemerahan
infeksi mencegah infeksi lebih lanjut
□ (4)Vesikel yang tidak
10. Ajarkan klien dan keluarga untuk 10. Memandirikan pasien dan
mengeras permukaannya
melakukan perawatan luka keluarga
□ (4)Cairan luka yang
berbau busuk
Evidance Base
□ (4)Drainase purulen
11. Oleskan madu alami setelah luka 11. Madu dapat bertindak sebagai
□ (4)Hipertermia
dibersihkan dengan normal salin autolitik debridement,
□ (4)Nyeri
(Sulastri, 2014) mengangkat jaringan mati dari
□ (4)Hilang nafsu makan
dasar luka, menghilangkan bau
□ (4)Depresi jumlah sel
pada luka, dan merangsang
darah putih
regenerasi
□ (4)Malaise
jaringan,meminimalkan trauma
□ (4)Menggigil
pada jaringan sehat, alergi,
iritasi dan nyeri saat pergantian
balutan, menurunkan edema
karena efek antiinflamasinya
12. Balut luka dengan hydrogel selain itu sifat fisikokimia
(Rika, 2016) 12. Hydrogel merehidrasi dasar
luka dan melunakan jaringan
13. Balut luka dengan Alginates nekrotik
(Rika, 2016) 13. Alginates lunak bukan tenunan
yang dibentuk dari bahan dasar
ganggang laut. Alginate tidak
14. Balut luka dengan hydrokoloid kunyit akan dengan luka.
(Doddy, 2017) 14. Hydrokoloid kunyit mampu
melindungi luka dari air, udara,
bakteri, anti inflamasi karena
adanya ekstrak rimpang kunyit
yangmampu menghambat
15. Cuci luka dengan electrolyzed strong pertumbuhan bakteri
water acid yang bersifat asam dengan 15. ESWA inimemiliki efek
pH 2.3-2.7 (Nurbaya, 2018) bakterisid dan efektif
menurunkan kolonisasi bakteri

Anda mungkin juga menyukai