Anda di halaman 1dari 2

Menanti Cleopatra 

Siang itu panas sekali. Sambil berjalan menuju stasiun yang berada diatas, beberapa
kali aku mengelap wajahku yang penuh keringat. Siang ini tidak seramai hari biasanya.
Petugas stasiun juga terlihat santai.

Muncul KRL melintas di depanku, tapi aku masih ingin bersantai karena kerjaanku hari
ini sudah selesai. Dari KRL yang kini sedang berhenti, kenapa banyak orang berpasangan.
Risih? Tentu tidak.

Buat apa kita iri melihat orang yang berpasangan atau berpacaran. Jatuh cinta itu ketika
siap, bukan karena kamu kesepian. Kereta yang kutunggu masih belum datang juga. Kini
stasiun mulai sepi. Aku melirik ke sekitar ku.

Ah, apa itu, bening sekali. Indah. Seorang gadis berwajah agak lonjong, putih, manis,
berambut panjang lurus, ia jalan kearahku. Ah, semoga ia duduk disebelahku. 

Yak, wanita itu duduk di sebelahku. Dia cantik sekali. Entah lebay atau tidak, bagiku
kecantikan dia seperti seorang Ratu.

Aku melirik ke arah jam tanganku, disaat bersaaman ia melihat jam tangannya juga.
Aku menengok ke sebelah kanan menanti kereta yang kunanti. Tiba – tiba wanita itu juga
menengok ke arahku.
 Mataku terbelalak ketika melihat ia menoleh ke arahku. Ia sempat tersenyum sedikit
kepadaku.

 Ah, datang juga KRL itu. Aku dan wanita itu berdiri dan menuju pintu KRL. Karena
isi KRL sudah dipenuhi penumpang, aku dahulukan si wanita cantik itu.

 Kini ia tersnyum lebar kepadaku. Pintu kereta tertutup. Aku hanya bisa memandangi
wajah wanita itu dari depan pintu yang dilapisi kaca. Kereta itu pergi, begitu juga dengan si
wanita cantik itu. Akupun masih menunggu kereta selanjutnya.

Hari telah berganti, tapi suasana panas kota ini masih tidak berganti, selalu panas. Hari
ini bisa pulang cepat lagi karena kerjaanku tidak banyak dikantor, siapa tahu saja bisa
bertemu wanita yang kemarin. 
Kalau bertemu lagi siapa tahu jodoh. Kedua kali itu bukan kemungkinan, tapi takdir
yang pertemukan.

Hampir setengah jam aku menanti kereta. Dan menanti gadis yang kemarin juga
tentunya. Tidak lama, ada seseorang yang duduk disampingku. Aku mencoba melihat
wajahnya, tapi sulit karena rambutnya yang panjang. 

Aku terus mencoba mencuri pandang dari tempatku duduk. Eh, tiba – tiba ia menoleh.
Yak! Itu adalah gadis yang kemarin. Ia tersenyum padaku. Ia segera melepas headset yang ia
pakai dikupingnya. Karena rambutnya yang panjang aku tidak melihat dia memakai headset.
“Eh, kamu lagi.” Ucap wanita itu padaku.
“Eh, kamu juga lagi” balasku sambil nyengir.
“Udah dua kali ya kita ketemu barengan gini, padahal kan tujuan kita gak sama ya?” tanya
gadis itu.

“Hemm.. kalo dua kali sih biasanya bukan kebetulan loh.” Balasku.
“Jodoh maksudmu?”
“Tergantung nasib. Hehe.” Balasku sambil tertawa kecil.
Gadis itu memperhatikan jam tangannya. Mulutku tak tahan ingin menanyakan siapa
namanya.
“Boleh tau nama kamu?” tanyaku ke wanita itu.
“Hemm, buat apa?”
“Buat nyapa kamu, kalo besok – besok ketemu lagi disini.”

Gadis itu diam, berpikir. “Gini aja, kalo besok kita ketemu lagi disini, baru aku kasih
tau namaku.”
“kok gitu?" gumamku. "Kalo besok kita ketemu lagi, bukan kebetulan namanya." ucap
gadis itu. Ia langsung berdiri dan pergi berjalan kearah tangga stasiun.

Aku hanya memberi senyum saat dia pergi melangkah turun ke bawah stasiun. Ah,
semoga saja besok bisa bertemu dia, lagi.

Ah, tumben sekali hujan turun dikota yang biasanya panas dan banyak polusi ini. Hari
ini aku tidak boleh terlambat ke stasiun. Bukan untuk naik kereta, tapi bertemu gadis
kemarin. Gara – gara hujan hari ini aku harus berteduh sebentar dan sepertinya terlambat
bertemu dengan gadis itu.

Ah, benar ternyata aku terlambat. Aku datang lebih telat dari hari kemarin. Kucari dia
di seluruh stasiun belum kelihatan. Kemana dia, gadis berambut panjang itu. Masa iya aku
bertanya kepada orang – orang di stasiun?

Mulai habis asaku. Aku bingung, perasaan apa ini? Kenapa tak bisa kujelaskan, kenapa
aku masih rela menanti dan mencari gadis itu. Aku berjalan pelan menuju tangga yang
menuju bawah stasiun. Aku mulai menuruni 2 anak tangga, dari belakang ada yang menepuk
pundakku.

 “Cleopatra.”
Aku heran. Ternyata itu gadis yang kunanti. Ia tersenyum padaku.
"Tergantung nasib?" lanjut Cleopatra kepadaku.

Ah, gadis cantik itu punya nama secantik dirinya. Cleopatra. Setelah berkenalan, aku
dan Cleopatra duduk bersama sambil bercerita.

Hari – hari selanjutnya pun kulalui menunggu kereta datang, sambil menanti Cleopatra
menemaniku.
Oh iya, aku tahu ini perasaan apa. Ini bukan perasaan cinta. Tapi ini perasaan, yang tak
ingin kehilangan dan ingin memiliki dia.

Anda mungkin juga menyukai