Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

EPIDEMIOLOGI

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Ahmad Buchori (21117005)


2. Citra Mega Tazmadi (21117028)
3. Aef Abdul Hidayat (21117003)
4. Anggi Wahyuni Putri (21117014)
5. Ayu Yulia (21117022)
6. Citra Andera Putri (21117027)
7. Duwi Marda Lenny (21117042)

Dosen Pengampuh : Septi Ardiyanty S.Kep,Ns M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan dalam bentuk maupun isi
makalah ini dengan sangat sederhana,tak lupa kami juga berterima kasih kepada
Ibu Septi Ardiyanty S.Kep,Ns M.Kep yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya
sebagai petunjuk maupun pedoman bagi pembacanya. Harapan kami semoga
makalah ini dapat membantu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Kami sadari makalah ini masih banyak kekurangannya, kami mohon maaf
apabila ada kesalahan, baik dari kata-kata maupun cara penulisan, apabila ada
saran dan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini, kami dapat menerimanya dengan senang hati, sehingga kami dapat
memperbaiki segalanya di masa yang akan datang.

Wasalamuallaikum wr.wb

Palembang, 27 September 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFRAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Metode Penulisan....................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian....................................................................................................4
B. Konsep pendekatan dan ruang lingkup epidemiologi..................................4
C. Rantai penularan penyakit.......................................................................... 9
D. Epidemiologi pencegahan......................................................................... 15
E. Ukuran – ukuran epidemiologi..................................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa ini dapat kita lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu
bidang ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok
penduduk tertentu, dengan perhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada
penduduk tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kehidupan
sosialnya. Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli
epidemiologi yang pada dasarnya memiliki persa- maan pengertian yakni:
epidemiologi adalah suatu ilmu yang pelajari, menganalisis kesehatan
maupun masalah yang erat pada suatu kelompok penduduk tertentu
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk
menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu
penduduk tertentu serta mempelajari bab timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Epidemiologi merupakan filosofi dasar disiplin ilmu-ilmu kesehatan,
termasuk kedokteran, yakni suatu proses logis untuk menganalisis serta
memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologis dan fenomena
sosial yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit
maupun gangguan kesehatan lainya. Dalam hal ini, sifat dasar epidemiologi
lebih mengarahkan diri pada kelompok penduduk menilai peristiwa dalam
masyarakat gunakan nilai rute, ratio, proporsi dan semacamnya).
Metode epidemiologi merupakan dalam mencari faktor penyebab
terjadinya peristiwa tertentu pada tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk
dapat berarti sekelompok objek tertentu, baik yang bersifat organisme hidup
seperti manusia, binatang dan tumbuhan, maupun yang bersifat
benda/material seperti hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan
demikian, tidaklah mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas
pada bidang kesehatan saja, tetapi juga pada bidang lainnya termasuk bidang
manajemen. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya epidemiologi sangat erat
hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu di luar kesehatan, baik disiplin

1
ilmu eksakta maupun ilmu sosial. Metode epidemiologi yang telah
berkembang dari masa lampau dengan pengamatan dan analisis masalah
kesehatan pada penduduk tertentu, telah mengembangkan dikenal dengan
"epidemiologi deskriptif". Bentuk ini mencoba mengembangkan berbagai
nilai atau variabel yang dapat diukur berdasarkan berbagai kejadian yang ada
dalam masyarakat dengan berbagai ukuran standar yang telah disepakati,
seperti insiden, prevalensi serta nilai rate dan ratio.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu epidemiologi ?
2. Bagaimana konsep pendekatan dan ruang lingkup dari epidemiologi ?
3. Bagaimana rantai perubahan penyakit ?
4. Apa saja pencegahan dari epidemiologi ?
5. Apa saja ukuran – ukuran epidemiologi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa Ilmu Keperawatan mengetahui apa itu Epidemiologi
mulai dari pengertian sampai ukuran – ukuran epidemiologi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu epidemiologi
b. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendekatan dan ruang lingkup
dari epidemiologi
c. Untuk mengetahui bagaimana rantai perubahan penyakit
d. Untuk mengetahui apa saja pencegahan dari epidemiologi
e. Untuk mengetahui apa saja ukuran – ukuran epidemiologi

D. Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriktif dimana
penulis mencari refrensi Jantung Reumatik dari internet.

2
E. Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini kelompok mengemukakan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini menjelaskan semua tentang landasan teori yang berhubungan
langsung dengan materi Epidemiologi.
BAB III : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari tinjauan teori serta saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi
(penyebaran) dan determinan 1988) (faktor penentu) masalah kesehatan atau
yang berkaitan dengan status atau kejadian spesifik pada populasi, serta ilmu
yang menjelaskan kejadian suatu penyakit di masyarakat (Last, 1998)
Menurut Wade Hampton Frost (1972),seorang guru besar epidemiologi di
School of Hygiene, mengatakan bahwa epidemiologi adalah pengetahuan
tentang fenomena masal (mass phenomenon) penyakit infeksi atau sebagai
riwayat alamiah (natural history) dari suatu penyakit menular
Menurut Greenwood (1934), Profesor di Scool of Hygiene and Tropical
Medicine London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas di
mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian yang mengenai kelompok penduduk (herd people).
Menurut Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat
bersama Thomas F. Pugh menulis dalam bukunya Epidemiologi: Principles
and Method’s, bahwa epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan
penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa feriadi distribusi
semacam itu. Epidemiologi lebih ditekankan pada suatu pendekatan
metodologi dalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab
mengapa terjadi distribusi sedemikian dari suatu penyakit.

B. Ruang Lingkup Epidemiologi


Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka bentuk
kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik
yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun di luar bidang
kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemiologi saling
berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga tidak jarang dijumpai bentuk
kegiatan yang tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang
paling sering digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif, yakni bentuk

4
kegiatan epidemiologi yang memberikan gambaran atau keterangan tentang
keadaan serta sifat penyebaran status kesehatan dan gangguan kesehatan
maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu (terutama menurut
sifat karakteristik orang, waktu, dan tempat).
Bentuk kegiatan epidemiologi yang erat hubungannya dengan deskriptif
epidemiologi adalah menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah
kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat
hubungannya dengan penyusunan perencanaan kesehatan masyarakat dan
penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk tertentu.
Perkembangan bidang penelitian epidemiologi menunjukkan suatu konsep
penelitian yang memiliki sasaran utamanya adalah kelompok penduduk
tertentu. Walaupun pada dasarnya bentuk penelitian ini juga mengarah
kepada berbagai penyakit dan gangguan kesehatan pada umumnya, tetapi
memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian klinis. Pada
penelitian klinis, sifat penyakit dianalisis pada individu sebagai satu kesatuan
unit tersendiri, walaupun penelitian tersebut melibatkan kelompok penderita
tertentu dalam masyarakat. Sedangkan pada penelitian epidemiologi suatu
kelompok penduduk atau masyarakat tertentu merupakan satu kesatuan unit
yang tidak terpisahkan walaupun data diperoleh dari tiap individu dalam
kelompok tersebut.
Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bentuk dasar, yakni penelitian observasi atau pengamatan terhadap kejadian
alami dalam masyarakat untuk mencari hubungan sebab akibat terjadinya
gangguan keadaan normal dalam masyarakat tersebut, serta mental yang
merupakan penelitian yang didasarkan pada perlakuan tertentu terhadap objek
untuk dapat memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut
terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran ditentukan secara
cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan
khusus oleh pihak peneliti.
Analisis dan interpretasi hasil penelitian epidemiologi semakin
berkembang dengan berkembangnya ilmu matematika dan ilmu statistika.

5
Sebagaimana telah dijelaskan bahwadalam perkembangan epidemiologi,
bidang statistik dan matematika mempunyai peranan yang cukup penting.
Perubahan konsep penyebab dalam masyarakat, sangat erat kaidah
matematika maupun statistika dalam analisis hubungan sebab akibat. Dewasa
ini, rencana penelitian dan analisis penelitian dengan kaidah matematika dan
statistika merupakan keharusan untuk mencegah terjadinya
bias/penyimpangan maupun error/kesalahan dan untuk lebih mempertajan
hasil penelitian.
Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip epidemiologi yang meliputi
epidemiologi deskriptif maupun penelitian epidemiologi, dikembangkan lebih
luas sebagai metode pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan
kemasyarakatan. Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan di
atas termasuk berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang
berhubungan erat dengan bidang kesehatan maupun dengan berbagai bidang
kehidupan sosial, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam
berbagai bidang.
1. Epidemiologi Penyakit Menular
Bentuk ini telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia
mengatasi berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan
salah satu hasil yang gemilang dari epidemiologi. Peranan Epidemiologi
surveilans yang pada mulanya hanya ditujukan pada pengamatan penyakit
menular secara saksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup
berarti dalam menanggulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga
penyakit tidak menular.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai
faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sistemis serta berbagai
penyakit menahun lainnya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan
lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obat tertentu. Bidang ini banyak

6
digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang
bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemauan dalam
berbagai bidang terutama bidang industri yang banyak mempengaryhu
keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun
lingkungan sosial budaya.
3. Epidemiologi Klinis
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi vang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan ntuk membekali para
klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu
epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para
petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip-prinsip
epidemiologi dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih
berorientasi pada penyebab penyakit dan cara mengatasinya, terhadap
kasus secara individu, dan biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta
menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya
dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut
merupakan data informasi yang sangat berguna dalam analisis
epidemiologi, tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah
terbatas pada data dan informasi saja, tetapi merupakan memiliki metode
pendekatan khusus. Dengan demikian, maka sewajarnyalah apabila setiap
dokter yang akan bertugas, dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus
tentang cara pendekatan epidemiologi.
Dewasa ini, para dokter yang bekerja di Puskesmas cukup banyak
dibebani tugas ganda yakni selain sebagai klinisi, mereka juga harus
berfungsi sebagai pelaksana usaha kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Tugas utamanya sebagai seorang dokter akan terganggu dengan
berbagai tugas lain yang membutuhkan waktu dan tenaga sehingga tidak
jarang dijumpai pelayanan penderita yang sangat bersifat kuratif saja. Para
penderita akan terperangkap dalam suatu lingkaran setan, yakni mereka
secara individu akan sembuh setelah pengobatan, tetapi kemudian mereka

7
kembali ke lingkungan yang sama dengan kemungkinan untuk menjadi
sakit lagi.
4. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dalam bidang
demografi yang terjadi dimasyarakat. Memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografi dalam hubunganya dengan
masalah kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek
kependudukan dan keluarga berencana, serta digunaan sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan dan menyusun perencanaan yang baik.
5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah, serta penyusunan
rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan
kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan
yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Ocupational and environmental epidemiology merupakan salah satu
bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan
kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, biologi, maupun sosial budaya serta
kesedian hidup para pekerja. Kegunaannya adalah analisis tingkat
kesehatan para pekerja juga untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja
serta penyakit akibat kerja (PAK).
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk
tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang memengaruhi timbulnya
gangguan jiwa dalam masyarakat.

8
8. Epidemiologi gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, dimana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut
pola hidup masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis
faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat,
baik yang bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.

C. Rantai penularan penyakit


Penyakit menular (communicable disease) adalah penyakit infeksi yang dapat
dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dari reservoir, ataupun dari benda-
benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia-manusia sehat.
Rantai penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang
memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung. Faktor-
faktor yang merupakan mata rantai penularan penyakit antara lain:
1. Sumber penularan
Kerentanan Sumber Penularan (Reservoir) Sumber penularan atau sumber
infeksi adalah tempat hama penyakit hidup dan berkembang biak secara
alamiah. Sumber penularan pe- nyakit dapat dibedakan menjadi:
a. Manusia (human reservoir)
Unsur penyebab penyakit yang berupa organisme hidup butuh
tempat ideal untuk berkembang biak dan bertahan hidup. Reservoir
adalah organisme hidup atau mati tempat penyebab penyakit tersebut
hidup dan berkembang biak secara normal. Reservoir dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan, atau lingkungan lainnya. Reservoir
merupakan pusat penularan penyakit karena merupakan komponen
utama lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan.
Pada lingkaran penularan penyakit yang sangat sederhana,
manusia bisa menjadi reservoir dan penularannya dapat terjadi dari
manusia ke manusia. Misalnya, infeksi saluran pernapasan oleh virus
atau bakteri yang menyebabkan penyakit seperti difteri, pertusis, TBC,
dan influenza, serta pada penyakit menular lainnya seperti gonore,

9
sifilis, dan lepra. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi penderita
penyakit atau sebagai carrier. Contoh manusia sebagai carrier dibagi
menjadi:
1) Healthy carrier : poliomielitis. hepatitis B, dan lain-lain
2) Incubatory carrier : chicken pox, measles, dan lain-lain lain
3) Convalescent carrier : kelompok Salmone!la, difteri, dan lain- lain
4) Chronic carrier : tifus abdominalis, hepatitis B, dan lain- lain
Manusia sebaga reservoir dibagi menjadi :
1) Reservoir yang selalu sebagai penderita, contoh: cacar, TBC, a.
campak, dan lepra.
2) Reservoir sebagai penderita dan carrier, contoh: difteri, kolera dan
tifus abdominalis.
3) Reservoir sebagai penderita, tetapi tidak dapat menularkan tanpa
vektor atau pejamu lain, contoh: malaria, dan filaria.
b. Binatang (animal reservoir) Penyakit yang secara alamiah dijumpai
pada hewan vertebrata bisa ditularkan ke manusia.
Contoh:
Anjing rabies : hidatidosis
Sapi rabies : hidatidosis
Lembu dan biri-biri : antraks
Tikus : pes, tifus (tifus belukar, tifus murin), dan
leptospirosis
Babi : trikinosis
c. Sumber lain (benda lain)
Sumber penularan lain, misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat
berbagai bibit penyakit, misalnya spora dan basil tetanus (Clostridium
tetani), telur, dan cacing (cacing Ankylostoma, Ascaris, dan lain-lain)
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di udara bebas
terdapat bermacam-macam mikroorganisme yang juga dapat
menimbulkan penyakit seperti Streptococcus dan Staphylococcus

10
2. Hama Penyakit
Hama penyakit adalah mikroorganisme yang merupakan penyebab
penyakit pada host. Hama penyakit dapat dibedakan menjadi:
a. Golongan hewan
Protozoa, misalnya Amoeba dysenteriae, Trypanosoma gam- biense,
dan Plasmodium malariae.
Cacing. misalnya Wuchereria bancrofti, Ancylostoma duo- denale,
dan Taenia solium.
Serangga, misalnya Sarcoptes scabiei penyebab penyakit skabies.
b. Golongan bakteri dan jamur
Bakteri, misalnya bakteri berbentuk kokus, basil, dan spirilum.
Jamur, misalnya Pityriasis versicolor penyebab penyakit panu
c. Golongan virus, misalnya virus DHF (dengue hemorrhagic fever atau
demam berdarah), AIDS, dan campak
d. Golongan riketsia, misalnya Rickettsia rickettsii penyebab penyakit
tipus bercak wabahi.
Hama penyakit ini hidup sebagai parasit dalam tubuh tuan rumah yang
dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel jaringan yang ditempatinya,
baik secara langsung maupun melaui toksin yang dihasilkannya. Hama
ini dapat bersifat patogen sejati (parasit obligat) ataupun bersifat patogen
fakultatif (parasit fakultatif oportunitis). Misalnya, Clostridium tetani
yang sporanya banyak terdapat di tanah, debu, dan benda-benda kotor
hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan
masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus aureus yang banyak
terdapat di udara bebas, baru akan menimbulkan radang apabila secara
kebetulan sampai pada luka di kulit.
3. Pintu Keluar
Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu keluar
atau dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Pintu keluar dapat berupa:

11
a. Alat pernapasan seperti hidung dan mulut, yaitu pada saat pen- derita
bernapas, berbicara, batuk, bersin, dan berdahak. Hal ini terjadi pada
penyakit TBC paru, influenza, dan difteri.
b. Alat perncernaan makanan seperti mulut dan anus pada waktu
penderita muntah dan/atau buang air, misalnya pada penyakit kolera.
Pada disentri dan tifus perut, hama penyakit dikeluarkan melalui
anus bersama feses
c. Alat kencing dan kelamin, ini terjadi pada penyakit-penyakit ke-
lamin, misalnya gonore, sifilis, dan AIDS.
d. Luka pada kulit Luka pada kulit dapat dibedakan atas:
1) Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit (misalnya
luka pada penyakit sifilis)
Pada luka (ulkus) akibat penyakit sifilis atau frambusia, hama
penyakit dikeluarkan bersama cairan luka (eksudat).
2) Luka akibat gigitan binatang (gigitan nyamuk, kutu, dan pinjal)
Hama penyakit yang terdapat dalam darah penderita dapat
terisap keluar melalui gigita nyamuk, kutu, aan pinjal, misalnya
pada penyakit malaria, tifus, dan pes.
3) Luka bekas suntikan Beberapa hama penyakit dapat terbawa
keluar melalui jarum suntik seperti pada penyakit hepatitis
infeksiosa dan AIDS.
4. Cara Penularan
Bibit penyakit dapat menular (berpindah) dengan cara-cara berikut.
a. Melalui kontak jasmaniah (personal contact)
1) Kontak langsung (direct contact) Bibit penyakit dapat ditularkan
melalui kontak badan dengan badan antara penderita dengan
orang yang ditulari, misalnya cara penularan penyakit kelamin,
dan penyakit kulit.
2) Kontak tak langsung (indirect contact) Bibit penyakit dapat
ditularkan dengan perantara benda-benda yang terkontaminasi

12
karena telah digunakan oleh penderita misalnya melalui handuk,
pakaian, dan sapu tangan.
b. Melalui makanan dan minuman (food borne infection)
Bibit penyakit dapat ditularkan dengan perantara makanan dan mi-
numan yang telah terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang menular
dengan cara seperti ini, terutama penyakit saluran pencernaan, seperti
kolera, tifus abdominalis, poliomielitis, disentri, hepatitis infeksiosa,
dan penyakit cacing. Di negara-negara yang penduduknya masih
banyak menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk
keperluan rumah tangga, bibit penyakit sering kali menular melalui
air. Karena itu, penyakit-penyakit ini dinamakan juga water borne
disease.
c. Melalui serangga (Arthropod borne infection) Bibit penyakit dapat
ditularkan dengan perantara serangga (Arthro- poda-insekta). Dalam
hal ini, serangga dapat merupakan hospes bagi parasitnya atau sebagai
transmiter saja, misalnya:
1) Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles sp
2) Demam berdarah (dengue haemorragic fever) disebabkan oleh
virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty
3) Yellow fever (demam kuning) disebabkan oleh virus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty.
4) Elefantiasis (filariasis) yang disebabkan oleh cacing Wuchereria
bancrofti atau Brugia malayi ditularkan oleh nyamuk fatigans.
5) Penyakit-penyakit saluran pencernaan dapat ditularkan oleh lalat
karena lalat tersebut memindahkan bibit penyakit dari feses
penderita ke makanan atau alat-alat makanan.
d. Melalui udara (air borne infection) Penyakit yang ditularkan dengan
cara ini terutama penyakit saluran pernapasan. Penularan penyakit
dengan cara ini dapat terjadi, misalnya:

13
1) Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit, mi-
salnya tuberkulosis
2) Melalui tetes ludah (droplet infection). Bibit penyakit ini menular
melalui perantara percikan ludah pada waktu penderita batuk atau
bercakap-cakap, misalnya penyakit difteri dan pertusis.
5. Pintu Masuk Pintu masuk atau pintu infeksi adalah bagian-bagian badan
yang dilalui oleh hama penyakit saat masuk ke dalam tubuh calon
penderita. Pintu masuk ini umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu:
a. Alat pernapasan
b. Alat pencernaan
c. Alat kencing dan kelamin
d. Luka pada kulit
6. Kerentanan
Kerentanan adalah kesediaan tubuh calon penderita untuk menjadi sakit.
Tanpa adanya kerentanan, calon penderita akan tetap sehat meskipun
tertular hama penyakit. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh khusus.
Pertahanan tubuh umum terdiri dari:
a. Pertahanan tingkat pertama, yaitu kulit, mukosa, rambut, bulu
hidung, dan eksresi tubuh.
b. Pertahanan tingkat kedua, yaitu tonsil, hati, limpa, dan kelenjar
limfe.
Pertahanan tubuh khusus terdiri dari:
a. Pertahanan tubuh yang bersifat seluler, seperti antibodi, leuko-
sitosis, dan fagositosis.
b. Pertahanan tubuh yang bersifat hormonal, terdiri dari pertahanarı
tubuh yang bersifat aktif seperti imunisasi dan pertahanan tubuh
yang bersifat pasif seperti pemberian serum dan serum yang berasal
dari air susu ibu

14
Sesorang akan sehat apabila memiliki sistem pertahanan tubuh
sempurna yang akan dapat mengalahkan semua hama dan bibit penyakit
yang menyerangnya.

D. Epidemiologi Pencegahan
Dalam epidemiologi dikenal empat tahap dalam pencegahan. Tahap-tahap
ini dibedakan atas dasar perkembangan dari penyakit. Empat tahap tersebut
adalah primordial, primary, secondary dan tertiary.
1. Primordial prevention
Primordial prevention berorientasi pada kondisi-kondisi yang
melatarbelakangi timbulnya suatu penyakit. Tujuan dari primordial
prevention adalah bertujuan untuk mengetahui pola budaya, ekonomi,
sosial dan sebagainya yang mempunyai peranan dalam meningkatkan
kejadian penyakit. Target dari tahap ini adalah populasi secara
keseluruhan atau kelompok tertentu. Contoh peraturan pemerintah
mengenai larangan merokok
2. Primary prevention
Primary prevention bertujuan untuk menekan insidensi penyakit dengan
melakukan kontrol terhadap penyakit dan faktor resikonya. Target utama
dari tahap ini adalah populasi secara keseluruhan yang bertujuan
menurunkan resiko (population strategy), kelompok tertentu yang
mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (the high risk individual
strategy) dan individu-individu yang sehat. Contoh: penggunaan kondom
untuk mencegah infeksi HIV. Program pendidikan agar masyarakat
mengetahui bagaimana penularan HIV dan apa yang harus mereka
lakukan untuk mencegah penyebaran HIV merupakan bagian yang
terpenting dari tahap primary prevention
3. Secondary prevention
Secondary prevention bertujuan untuk merawat pasien yang sakit dan
menurunkan komplikasi yang serius dari penyakit dengan melakukan
diagnosis dan terapi. Tahap ini dapat diaplikasikan hanya pada penyakit

15
yang masih pada tahap awal, penyakit tersebut mudah dikenali dan dapat
diterapi. Contoh: Kanker cervix, jika kanker ini dapat diketahui pada
tahap dini maka pasien dapat dengan mudah diterapi akan terhindar dari
komplikasi yang lebih lanjut.
4. Tertiary prevention
Tertiary prevention bertujuan untuk menurunkan komplikasi dan lebih
lanjut dari penyakit, dan yang merupakan aspek terpentingnya adalah
terapi dan rehabilitasi Pada tahap ini tercakup penurunan ketidak
mampuan (impairement), kecacatan (disability), dan mengurangi
penderitaan (suffering).

E. Ukuran-ukuran epidemiologi
Data yang terkumpul merupakan data kasar yang perlu diolah untuk dianalisis
dan ditarik kesimpulan. Hasil pengolahan berupa nilai absolut dengan ciri
sebagai berikut: rasio, proporsi, dan angka
Agar data morbiditas dan mortalitas dapat digunakan untuk perbandingan,
maka data absolut diubah menjadi dat relatif. Dalam epidemiologi, ukuran
yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas dan mortalitas adalah
rasio, proporsi dan angka.
1. Rasio
Merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangannya tidak merupakan bagian dari penyebut.
Ratio mencerminkan hubungan antara dua bilangan, adalam bentuk hasil
bagi, X : Y atau x/y
Contoh:
a. Ratio pria dan wanita anak balita di Kecamatan A pada 1 Januari 2000
adalah 1.000 2.000 adalah 0,5 pria berbanding 1 wanita atau 50 pria
untuk setiap 100 wanita. Dalam hal ini maka ratio pria dan wanita
adalah 1:2 .
b. Misalnya sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lainnya adalah
B, maka rasio kedua nilai tersebut adalah A/B. Contoh, pada suatu

16
kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang penderita
dan12 diantaranya adalah anak-anak, rasio anak terhadap orang
dewasa adalah:
12
= 0,6
20
2. Proporsi.
Ialah perbandingan 2x kuantitatif yang pembilangannya merupakan
bagian dari penyebut. Proporsi merupakan bentuk khusus dari ratio,
dimana di dalam denominator (penyebut) termasuk juga numerator
(pembilang) dan hasilnya adalah nilai yang dinyatakan dalam bentuk
persentase
Contoh :
a. Pada proporsi, perbandingan menjadi: A/(A+ B).
12
Pada contoh diatas proporsi menjadi: = 0,375
(12=20)
Bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga persentase
pada contoh diatas menjadi: 37,5%
b. Proporsi penduduk balita berjenis kelamin wanita di Kecamatan B
pada 1 Januari 2000 adalah 2.000/3.000 x 100 % = 66 % 3
3. Angka.
Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Insidensi
merupakan kasus baru suatu penyakit yang terajdi dalam kurung waktu
tertentu. Ini merupakan cara terbaik untuk menentukan resiko terjadinya
penyakit. Rate merupakan hitungan frekuensi kejadian suatu penyakit
selama periode waktu yang tertentu. Rate seringkali digunakan sebagai
dasar perbandingan untuk populasi yang berbeda atau populasi yang sama
pada waktu yang berbeda. Ukuran ini sebagai alat untuk menilai suatu
faktor etiologi (penyebab) dan membandingkan perkembangan
(terjadinya) penyakit pada dua populasi yang berbeda.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Metode epidemiologi merupakan dalam mencari faktor penyebab
terjadinya peristiwa tertentu pada tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk
dapat berarti sekelompok objek tertentu, baik yang bersifat organisme hidup
seperti manusia, binatang dan tumbuhan, maupun yang bersifat
benda/material seperti hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan
demikian, tidaklah mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas
pada bidang kesehatan saja, tetapi juga pada bidang lainnya termasuk bidang
manajemen. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya epidemiologi sangat erat
hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu di luar kesehatan, baik disiplin
ilmu eksakta maupun ilmu sosial.

B. Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca,khususnya mahasiswa. Ada
pun saran yang kami lakukan :
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan pihak akademik memberkan bimbingan kepada mahasiswa
terutama dalam teori dan praktik keperawatan komunitas tentang
epidemiologi ini karena pembahasan ini sudah meluas di seluruh dunia.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang teori epidemiologi
secara menyeluruh sehingga kedepanya dapat memahami materi tersebut
secara keseluruhan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hartati dkk. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 24


September 2019

Mubarak, wahit Iqbal. Ilmu keperawatan komunitas pengantar dan teori. Jakarta :
Salemba Medika. 24 September 2019

Noor, nur nasri. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta. 24 September 2019

19

Anda mungkin juga menyukai