Anda di halaman 1dari 12

 27 Desember 1949, Belanda

resmi mengakui kedaulatan RIS


melalui perjanjian KMB.
Indonesia era RIS Sehingga Republik Indonesia
tidak lagi merupakan negara
1949-1950 yangmerdeka, melainkan
menjadi negara bagian dari RIS.
Dengan adanya RIS maka
bentuknegara kesatuan
berubah menjadi bentuk negara
serikat. Republik Indonesia
sebagai suatu daerah bagian
harus menyerahkan sebagian
kedaulatannya kepada RIS
LAMPIRAN KONSTITUSI RIS

1. Pengaturan Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik


Indonesia Serikat.
2. Hak memberi grasi, amnesti, dan abolisi.
3. Pengaturan hukum sipil dan hukum dagang, harus diatur oleh
pusat, baik karenakepentingan sosial maupun ekonomi.
4. Pengaturan susunan kehakiman federal.
5. Pertahanan negara, dll

Lampiran konstitusi tersebut dapat diubah sesuai kepentingan


dengan melalui persetujuan bersama dari negara-negara bagian.

Akan tetapi segala penyelenggaraan yang tidaktermasuk dalam


lampiran tersebut adalam menjadi kekuasan daerah-daerah
bagian. (Pasal51 Konstitusi RIS).
Ris & RI

16 Desember 1949 di Yogyakarta, Panitia


Pemilihan Nasional RIS memilih Soekarno
menjadi presiden Indonesia Serikat
pertama, dan peresmiannya dilakukan
tanggal 17 Desemer 1949. KNIP
kemudian mengangkat Mr. Assaat
DatukMudo, ketua KNIP, sebagai
pemangku jabatan Presiden Indonesia.

DPR RIS kemudian memilih


empat orang menjadi formatur
kabinet, yaitu Mohammad Hatta,
Anak Agung Gde Agung, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX,
dan Sultan Hamid II.
KABINET RIS
Perdana Menteri : Mohammad Hatta
Menteri Luar Negeri : Mohammad Hatta
Menteri Pertahanan : Hamengku Buwono IX
MenterI Dalam Negeri : Ide Anak Agung Gde Agung
Menteri Keuangan : Syafruddin Prawiranegara
Menteri Perekonomian : Ir. Juanda
Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh
Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo
Menteri P danK : dr. Abu Hanifah
Menteri Kesehatan : dr. Josef Leimena
Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo
Menteri Sosial : Mr. Kosasih Purwanegara
Menteri Agama : K. H. Wahid Hasyim
Menteri Penerangan : Arnold Mononutu
Menteri Negara : Sultan Hamid Alkadrie II, Mr. Mohammad Roem,
Dr. Suparno
Ekonomi pasca kedaulatan

Pemerintahan RIS tidak berlangsung lama, karena pada 17 Agustus 1950


pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) secara resmi dibubarkan.
Indonesia memutuskan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Sejak saat itu pemerintahan dijalankan berdasarkan sistem
parlementer, Indonesia menganut Demokrasi Liberal. Pada awal periode ini,
perekonomian Indonesia mempunyai beban yang berat yaitu perekonomian pasca
perang. Pemerintah tidak berhasil meningkatkan produksi dengan menggunakan
sumber-sumber yang masih ada untuk peningkatan pendapatan nasional.
Misalnya dalam kegiatan ekspor, Indonesia hanya bergantung pada sektor
perkebunan saja dengan nilai produksi masih dibawah nilai sebelum Perang Dunia
II. Kelemahan dari ekonomi Indonesia saat itu adalah bahwa politik keuangan
Indonesia bukan hasil rancangan Indonesia tetapi rancangan Belanda. Oleh
karena itu pada awal 1950-an struktur ekonomi nasional masih didominasi oleh
struktur perekonomian Belanda
Keadaan Keuangan dan Ekonomi
pasca RIS
Kehidupan ekonomi dan keuangan Indonesia pada awal kemerdekaan sangat
krisis. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Indonesia baru saja terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang yang telah
menguras kekayaan alam Indonesia.
2. Keadaan politik dan keamanan Indonesia kacau sehingga keadaan ekonomi
bertambah kacau.
3. Inflasi yang sangat tinggi karena beredarnya mata uang sekaligus yang
semuanya berlaku sebagai alat tukar resmi, yaitu:
a. Mata uang De Javasche Bank
b. Mata uang pemerintah Hindia Belanda.
c. Mata uang pemerintah pendudukan Jepang.

4. Adanya blockade tentara Belanda terhadap jalur perdagangan Indonesia sehinga


kegiatan ekspor-impor mengalami gangguan.
5. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk berkurang, sementara itu pengeluaran
negara bertambah banyak.
Keadaan Keuangan dan Ekonomi
pasca RIS

Berdirinya Negara RIS sebagai


Negara berdaulat, tidak serta Di bidang ekonomi sendiri
merta didukung secara ekonomi. masalah utama adalah munculnya inflasi
Dengan hutang-hutang yang harus dan defisit dalam anggaran belanja.
ditanggung oleh RIS, RIS harus Untuk mengatasi masalah inflasi,
segera membenahi dan pemerintah menjalankan suatu
menyelesaikan permasalahan kebijakan dalam bidang keuangan yaitu
ekonomi tersebut agar segera mengeluarkan peraturan pemotongan
dapat memikirkan kebijakan uang pada tanggal 19 Maret 1950, yang
ekonomi RIS selanjutnya dikenal dengan kebijakan gunting
Syafruddin
Pemotongan nilai mata uang (sanering)
diatas Rp. 2,50 menjadi setengahnya, ini
dilakukan pada 20 Maret 1950 oleh
menteri keuangan RIS Syarifudin
Prawiranegara
Usaha-usaha Pemerintah pascca
kemerdekaan (pra-ris)

Usaha-usaha Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki keadaan kehidupan ekonomi


pada awal kemerdekaa, antara lain:
1. Mengadakan program Pinjaman Nasional untuk memperoleh dana dari masyarakat
yang dijalankan oleh Menteri Keuangan, Ir. Surachman.
2. Menyelenggarakan konferensi ekonomi pada bulan Februari 1946, untuk mencari
jalan keluar perbaikan ekonomi.
3. Mengeluarkan uang kertas Republik Indonesia dengan nama Oeang Repoeblik
Indonesia (ORI) untuk menggantikan tiga mata uang yang ada dan mengatasi inflasi.
4. Membuat program Rencana Produksi Lima Tahun atau Kasimo Plan oleh Menteri
Persediaan Makanan Rakyat, Mr. Kasimo, untuk meningkatksn produksi pertanian.
5. Mendorong para pengusaha swasta yang tergabung dalam Persatuan Tenaga
Ekonomi (PTE) agar berperan serta dalam perbaikan ekonomi nasional.
6. Mengadakan program “Re-Ra Angkatan Perang” (Re-Ra = Rekonstruksi dan
Rasionalisasi) untuk mengurangi pengeluaran pemerintah.
Perkembagan dibidang Ekonomi
pada Tahun 1949-1959
1. Gunting Syarifuddin, yaitu
pemotongan nilai uang (sanering) 20
Maret 1950, untuk mengurangi 2. Program Benteng (Kabinet Natsir),
jumlah uang yang beredar agar yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan
tingkat harga turun pribumi dan mendorong importir nasional
agar bisa bersaing dengan perusahaan
impor asing dengan membatasi impor
3. Nasionalisasi De Javasche Bank barang tertentu dan memberikan lisensi
menjadi Bank Indonesia pada 15 impornya hanya pada importir pribumi
Desember 1951 lewat UU no.24 th serta memberikan kredit pada
1951 dengan fungsi sebagai bank perusahaan-perusahaan pribumi agar
sentral dan bank sirkulasi. nantinya dapat berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional. Namun
usaha ini gagal, karena sifat pengusaha
pribumi yang cenderung konsumtif dan
tak bisa bersaing dengan pengusaha
nonpribumi.
Perkembagan dibidang Ekonomi
pada Tahun 1949-1959

4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali


Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan
kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi 5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil
diwajibkan memberikan latihan-latihan pada Konferensi Meja Bundar, termasuk
pengusaha pribumi, dan pemerintah pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha- Akibatnya banyak pengusaha Belanda
usaha swasta nasional. Program ini tidak yang menjual perusahaannya
berjalan dengan baik, karena pengusaha sedangkan pengusaha-pengusaha
pribumi kurang berpengalaman, sehingga pribumi belum bisa mengambil alih
hanya dijadikan alat untuk mendapatkan perusahaan-perusahaan tersebut.
bantuan kredit dari pemerintah.
Akhir demokrasi Liberal
Setelah negara RI dengan UUDS 1950
dan sistem Demokrasi Liberal yang
Pertimbangan pembubararan demokrasi
dialami rakyat Indonesia selama
Liberal
hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
1. Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945
sadar bahwa UUDS 1950 dengan
tidak memperoleh keputusan dari
sistem Demokrasi Liberal tidak cocok,
Kontituante
karena tidak sesuai dengan jiwa
2. Kontituante tidak mungkin lagi
Pancasila dan UUD 1945. Sehingga
menyelesaikan tugasnya karena
pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden
sebagian besar anggotanya telah
Soekarno mengeluarkan Dekrit
menolak menghadiri sidang.
Presiden 5 Juli 1959.
3. Kemelut dalam Kontituante
membahayakan persatuan, mengancam
keselamatan negera, dan merinangi
pembangunan nasiona
Dekrit presiden 5 juli 1959

1. Pembubaran Konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan
berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dengan
dikeluarkannya dekrit tersebut maka
berakhir pula lah masa demokrasi liberal
yang kemudian berganti manjadi
demokrasi terpimpin

Anda mungkin juga menyukai