Edema Cerebri
Disusun oleh :
NIM : 01.208.5645
Pembimbing :
2013
0
Halaman pengesahan
Fakultas : Kedokteran
Mengesahkan,
Pembimbing
Mayor CKM
1
Identitas Penderita
a. Nama : Tn. N
d. Umur : 58 tahun
f. Agama : Islam
h. Pekerjaan :-
k. Bangsal : Cempaka
l. No. CM : 083510
2
II. Anamnesa
b. RPS : Pasien datang dengan post kecelakaan lalu lintas. Pasien jatuh
menjenguk tetangga yang sedang sakit di RST dr. Soedjono Magelang sekitar
pukul 03:30 pagi. Saat jatuh pasien sempat tidak sadarkan diri ± 20 menit, dan
lupa bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi. Pasien mengeluh pusing dan
c. RPD :
i. Riwayat trauma :
3. Riwayat DM : Disangkal
3
III. Pemeriksaan Fisik (dilakukan pada tanggal : 11 Maret 2013)
b. Kesadaran : Komposmentis
c. VS : TD = 130/80 mmHg
Nadi = 88 kali/menit
Suhu = 36,7°C
RR = 18 kali/menit
d. Status General
c. Hidung : DBN
d. Telinga : DBN
e. Mulut : DBN
f. Leher : DBN
g. Thorak :
Inspeksi : Simetris
h. Abdomen :
4
Inspeksi : Distensi abdomen (-)
muscular (-)
i. Genitalia : DBN
e. Pemeriksaan Neurologis
5
Kemampuan menurut perintah 6
Reaksi setempat 5
Menghindar 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak bereaksi 1
4. Status Neurologis
Kesadaran : composmentis, GCS = E4M6V5
N. I (olfaktorius) : baik
N II (optikus) : tajam penglihatan : tidak dilakukan
Tes konfrontasi : normal
Melihat warna : (+)
Fundus okuli : tidak dilakukan
N. V (Trigeminus) :
Sensibilitas taktil wajah : normal, simetris
Membuka mulut : bisa
Mengunyah : bisa
Menggigit : bisa
Reflex kornea : +/+
6
N. VII (facialis) :
N VIII (vestibulococlearis) :
Tes berbisik : normal
Tes detik arloji : normal
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
Tes schwabach : tidak dilakukan
Tes Romberg : tidak dapat dilakukan
Tes berjalan lurus dengan mata tertutup : tidak dilakukan
Nistagmus : (-)
N IX (glossofaringeus) :
Pengecapan lidah 1/3 anterior : Normal
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
Reflex faring : tidak dilakukan
Sengau : (-)
Tersedak : (+)
N X (vagus) :
Arkus faring : tidak dilakukan
Fonasi : suara serak/lemah (-)
Menelan : (+)
7
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : baik
Menjulurkan lidah : tidak ada deviasi
Sensibilitas
i. Taktil :+
ii. Nyeri :+
iii. Thermi : Tidak dilakukan
iv. Diskriminasi 2 titik : (+)
Anggota gerak
Sensorik
Sensibilitas protopatik
Nyeri : simetris sama
Suhu : Tidak dilakukan
Raba : simetris sama
Sensibilitas proprioseptif : Tidak dilakukan
8
Diskriminasi dua titik : (+)
Grafestesia : (+)
Barognosis : (+)
Reflek
Reflex fisiologis
Reflex patologis
Ekstremitas superior
Reflex Hoffman : (-)
Refleks Tromner : (-)
Ekstremitas inferior
Reflex Babinski : (-)
Reflex Chaddock : (-)
Reflex Oppenheim : (-)
Reflex Gordon : (-)
Reflex Gonda : (-)
Reflex Schaeffer : (-)
Reflex Bing : (-)
Reflex Rossolimo : (-)
Reflex Mendel-Bechtrew : (-)
7. Gerakan abnormal : tremor (-) atetosis (-) mioklonus (-) khorea (-)
9
8. Alat vegetatif :
Miksi : dbn
Defekasi : dbn
9. Tes tambahan :
Tes nafziger : (-)
Tes valsava : (-)
Tes laseggue : (-)
Tes kernig : (-)
Tes Patrick : (-)
Tes kontra Patrik : (-)
Tes kaku kuduk : (-)
Tes kernig : (-)
Tes brudzinski : (-)
Phalen sign : (-)
Prayer sign : (-)
Tinnel sign : (-)
Finkeltsein sign : -/-
IV. Pemeriksaan Penunjang
7 MCV 87 80 – 97
10
10 RDW 14,3 10,0 – 18,0
Glucose : 92mg/dl
Ureum : 19mg/dl
SGOT : 28 U/L
SGPT : 16 U/L
11
b. Pemeriksaan Radiologis Ro Thorax posisi AP
Kesan :
12
c. Pemeriksaan Head CT-Scan Non Contrast 10 mm Axial Slice :
- SAH
13
V. Diagnosa : Edema Cerebri
VI. Penatalaksanaan :
HASIL FOLLOW UP
Tanggal S O A P
06 Maret 2013 Keluhan nyeri Status General : CKS dengan Di IGD
7 Maret 2013 Pusing + GCS : E3M5V3 CKS dengan Alih rawat bedah
14
VS
Td : 130/90
Nadi :82x/menit
Suhu :36,5
8 Maret 2013 Pusing (+), Status General : Edema Cerebri Balance Cairan
Pulmo = SD Ves/ves
kanan ± 3cm
Hasil CT Scan :
- Kesan Extra
Cranial hematom di
15
region temporalis
dextra
- Fractur linier os
os. Sphenoidale
dextra
- Susp. Perdarahan di
sinus maxillaris
ethmoidalis dextra
di lobus temporalis
dextra
- SAH
- Subdural higroma
di lobus bifrontalis
09 Maret 2013 Pusing (+), Kesadaran = Somnolen Edema Cerebri Terapi lanjut
Suhu :36
Nadi :82x/menit
16
Mata = mata cekung (-/-), pupil
Pulmo = SD Ves/ves
kanan ± 3cm
11 Maret 2013 Pusing (+) Kesadaran = Composmentis Edema Cerebri Terapi lanjut
GCS = E4M6V5
Nadi = 88 kali/menit
Suhu= 36,7°C
Pulmo = SD Ves/ves
kanan ± 3cm
17
12 Maret 2013 Pusing (+) Kesadaran = Composmentis Edema Cerebri Hari terakhir
Aff DC
Nadi = 82 kali/menit
kanan ± 3cm
Pasien boleh
pulang
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan
usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas
yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga
keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum benar
benar rujukan yang terlambat
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada
kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan
yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala
19
langsung terluka. Semua itu berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan
pembentukan rongga.. trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan
isinya. Kekuatan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi,
goresan atau tekanan.
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
20
Laceratio cerebri
Basis cranii fracture
2. PENGERTIAN
Edema serebri atau edema otak adalah keadaan patologis terjadinya
dalam jaringannya
Volume air (ml/100 gr otak) pada otak normal dan edema serebri
3. ETIOLOGI
opioid, gigitan reptil tertentu, atau high altitude cerebral edema (HACE).
4. KLASIFIKASI
21
Edema serebri dibagi atas dua bagian besar, yaitu :
1). Edema serebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama dalam substansia
alba
2). Edema serebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam substansia
grisea
b. Berdasarkan patofisiologi
sehingga air dan komponen yang terlarut keluar dari kapiler masuk ruangan
endotel masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Jenis edema ini dijumpai
22
2). Edema serebri sitotoksik
glia dan endotel kapiler). Pompa Na tidak berfungsi dengan baik, sehingga
kulit seperti heksaklorofen dan bahan yang mengandung and, seperti trietil
23
Edema serebri sitotoksik sering ditemukan pada hipoksia/ anoksia
24
Dijumpai pada hidrosefalus obstruktif. Karena sirkulasi terhambat,
Problem
Gangguan primer Blood brain – Gangguan Obstruksi Sirkulasi
vaskuler
Ultrastruktur :
Ekstraseluler + + +
Infraseluler + +
25
Komposisi cairan Filtrat plasma Plasma Hanya kadar Air + Na
osmotik
a. Vasogenic edema
darah dan aliran darah dan oleh factor osmotic. Ketika protein dan
darah otak, kadar air dan natrium pada rongga ekstraseluler juga meningkat.
vasogenic ini juga disebut edema basah karena pada beberapa kasus, potongan
Tipe edema ini terlihat sebagai respon terhadap trauma, tumor, inflamasi
b. Edema Sititoksik
26
Pada edema sitotoksik terdapat peningkatan volume cairan intrasel, yang
tetap mencegah air memasuki sel, mencakup fungsi yang inadekuat dari pompa
Neuron, glia dan sel endotelial pada substansia alba dan grisea menyerap
terdapat volume yang besar dari sel otak yang mati. Yang akan berakibat sangat
buruk, edema sitotoksik ini sering di istilahkan dengan edema kering. Edema
c. Edema Osmotic
Apabila tekanan osmotik plasma turun > 12%, akan terjadi edema
serebri dan kenaikan TIK. Hal ini dapat dibuktikan pada binatang percobaan
dengan infus air suling, yang menunjukkan kenaikan volume air. Pada edema
serebri osmotik tidak ada kelainan pada pembuluh darah dan membran sel.
d. Edema Interstitial
27
Edema interstisial adalah peningkatan volume cairan ekstrasel yang
meningkat.
28
Pathway
Neorologis Non neorologis
Gangguan mobilitas
Penekanan pembuluh darah Nyeri kepala fisik/intoleran aktivitas
dan jaringan cerebral Pola nafas
tak efektif
29
Mual, muntah, nafsu Risiko kurang nutrisi
makan turun dari kebutuhan
(Doengoes,2000)
(Brunner dan Suddarth,2001)
6. MANIFESTASI KLINIK
c. Penglihatan kabur.
tidak tegas, serta cup and disc ratio lebih dari 0,2.
30
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI otak untuk melihat etiologi
radiodensitas pada jaringan pada daerah infark dan karena ada midline shift dan
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Posisi Kepala dan Leher. Posisi kepala harus netral dan kompresi vena
menggunakan perekat yang kuat dan jika posisi kepala perlu diubah harus
intrakranial. Oleh karena itu, analgesik dan sedasi yang tepat diperlukan untuk
pasien edema otak. Pasien yang menggunakan ventilator atau ETT harus
diberi sedasi supaya tidak memperberat TIK. Obat sedasi yang sering
dan propofol.
31
c. Ventilasi dan Oksigenasi. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus dihindari
volume darah otak sehingga terjadi peningkatan TIK, terutama pada pasienm
diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi pada pasien edema otak buruk.
ml).
oleh penyebab edema otak. Pada pasien stroke dan trauma, tekanan darah
dan hipertensi yang sangat tinggi untuk menjaga perfusi tetap adekuat.
Tekanan perfusi serebral harus tetap terjaga di atas 60-70 mmHg pascatrauma
otak.
harus dicegah atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaan
Terapi Osmotik
32
Terapi osmotik menggunakan manitol dan salin hipertonik.
a. Manitol
b. Efek Ostnotik
c. Efek Hemodinamik
Manitol
Dosis awal manitol 20% 1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,25-0,5
g/kgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek mak-simum terjadi setelah 20 menit
Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko gagal ginjal
Salin Hipertonik
Cairan salin hipertonik (NaC1 3%) juga dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti manitol dalam terapi edema otak. Mekanisme kerjanya kurang lebih
Steroid
33
steroid tidak berguna untuk mengatasi edema sitotoksik dan berakibat buruk pada
rendah. Dosis awal adalah 10 mg IV atau per oral, dilanjutkan dengan 4 mg setiap
6 jam. Dosis ini ekuivalen dengan 20 kali lipat produksi kortisol normal yang
fisiologis. Responsnya seringkali muncul dengan cepat namun pada beberapa jenis
tumor hasilnya kurang responsif. Dosis yang lebih tinggi, hingga 90 mg/hari, dapat
diberikan pada kasus yang refrakter. Setelah penggunaan selama berapa hari, dosis
steroid harus diturunkan secara bertahap (tape* off) untuk menghindari komplikasi
serius yang mungkin timbul, yaitu edema rekuren dan supresi kelenjar adrenal.
meningitis bakterialis. Dosis yang dianjurkan adalah 0,15 mg/kg IV setiap 6 jam
pada 4 hari pertama pengobatan disertai dengan terapi antibiotik. Dosis pertama
harus diberikan sebelum atau bersamaan dengan terapi antibiotik (lihat bab
meningitis bakterialis).
Hiperventilasi
Barbiturat
cedera kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini biasanya
34
digunakan pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan lain maupun
Furosemid
namun harus diberikan dalam dosis tinggi, sehingga risiko terjadinya kontraksi
karbonik anhidrase yang mengurangi produksi CSS, terbatas pada pasien high-
9. KOMPLIKASI
memaksa aliran yang banyak untuk kebutuhan jaringan. Edema serebri dapat
jaringan yang bersangkutan dan tanda-tanda dari disfungsi struktur yang tertekan.
a. Fungsi Otak
35
Pada edema serebri dapat terjadi gangguan fungsi otak, baik oleh edema
oleh kenaikan TIK akibat edema serebri. Otak terletak dalam rongga tengkorak
yang dibatasi oleh tulang-tulang keras; dengan adanya edema serebri, mudah
sekali terjadi kenaikan TIK dengan akibat-akibat seperti herniasi, torsi dan lain-
darah yang menuju ke otak. Perfusi darah ke jaringan otak dipengaruhi oleh
tekanan arteri (tekanan sistemik), TIK dan mekanisme otoregulasi otak. Perfusi
darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung apabila tekanan arteri lebih
besar daripada TIK. Perbedaan minimal antara tekanan arteri dan TIK yang
masih menjamin perfusi darah ialah 40 mmHg. Kurang dari nilai tersebut,
maka pada awal penambahan volume cairan jaringan otak belum ada kenaikan
37
Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi jaringan
pada hiatus.
38
2). Herniasi foramen magnum
39
servikal 1 dan 2 dan akan menekan medulla oblongata, tempatnya pusat-
40