Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KONDISI SANITASI

LINGKUNGAN TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA


DEMAM BERDARAH DENGUE DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAWATUNA

PROPOSAL

WINI OLIVIA PRATIWI


201601142

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
BAB 1
PENDAHULUAH

A. Latar Belakang

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan peran keluarga.
DBD pertama kali diketahui pada tahun 1950an namun, pada tahun1975 hingga
sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di Negara-negara Asia.
Organisasi kesehatan dunia(WHO) memperkirahkan bawha 2,5 milyar atau 40%
populasi di dunia beresiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah
perkotaan di Negara tropis dan subtropics. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi
dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun(WHO, 2015)

Demam Berdarah Dengue Masih Tetap Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat,


Dimana Penyakit Ini Merupakan Penyakit Endemis Disebagian Wilayah Indonesia
(Rampengan, 2009).

Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia,


yang disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, virus, maupun jamur, yang biasa
ditularkan dari satu orang penderita kepada orang sehat sehingga menyebabkan sakit
seperti sumber penularannya, salah satu penyakit yaitu Demam Berdarah Dengue
(DBD).

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, yaitu suatu
kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang di
sebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki
potensi penyakit. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit DBD
terutama suatu keadaan lingkungan yang sanitasinya buruk. Faktor lain yang
mempengaruhi kejadian penyakit DBD yaitu akibat curah hujan yang tinggi berlangsung
sepanjang Januari sampai Februari. Hal ini diperparah dengan tingkat kepedulian
masyarakat dan peran keluarga terhadap kebersihan lingkungan yang masih rendah.
Sanitasi lingkungan sangat erat hubungannya dengan proses pertumbuhan dan
perkembangbiakkan nyamuk, sanitasi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit salah satunya adalah DBD yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes Aegpyti dimana nyamuk tersebut dapat berkembang biak di lingkungan yang
kotor serta berkembang biak pada lubang-lubang atau wadah yang dapat menampung air
saat terjadi hujan.

Penyakit DBD paling sensitIf terhadap perubahan iklim termasuk lingkungan fisik.
Perubahan iklim akan berpengaruh terhadap media transmisi penyakit, karena vector
yang aka berkembangbiak optimum apabila suhu, kecepatan angin dan kelembapan
tersedia dalam jumlah yang optimum untuk kehidupannya (Wulandari, 2016).

Siklus hidup nyamuk itu sendiri juga sangat berpengaruh oleh tersedianya air atau
genangan sebagai media berkembang biak dari telur menjadi nyamuk dewasa, selain itu
kejadian DBD diduga disebabkan masih banyaknya tempat perindukan nyamuk yang
berupa bak mandi, ember, gentong, yang bukan untuk keperluan sehari-hari misalnya
vas bunga, ban bekas, tempat sampah, serta tempat penampungan air alamiah seperti
lubang pohon, pelepah, lubang batu, dan dilanjutkan dengan sanitasi lingkungan yang
buruk (Sholehuddin, 2015).

Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain
karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan
berkurangnya usia harapan hidup masyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya
pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan
waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan di rumah sakit (Kemenkes, 2013).
Perilaku masyarakat yang kurang baik dan kondisi lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko penularan penyakit bebasis
lingkungan, salah satunya penyakit DBD. Word health organization (WHO) menyatakan
bahwa aspek penyimpanan air bersih, penyediaan tempat pembuangan sampah, dan
modifikasi habitat larva sangat erat kaitannya dengan tempat perindukan vektor Aedes
Aegypti (Kemenkes RI, 2017).

Factor resiko yang berhubungan dengan penyakit Demam Berdarah Dengue dari
faktor lingkungan seperti perilaku penerapan 3M Plus, pengelolahan sampah dan peran
keluarga dalam menanggani masalah penyakit Demam Berdarah. Pencegahan DBD
dapat dilakukan dengan cara merubah perilaku masyarakat agar lebih mengutamakan
pola hidup bersih untuk menghindari dari berbagai macam penyakit.

Kasus DBD yang meningkat serta bertambah luasnya wilayah yang terjangkit dari
waktu ke waktu di Indonesia disebabkan multi factorial antara lain semakin majunya
sarana transportasi masyarakat, padatnya permukiman penduduk, perilaku manusia
seperti kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung air
hujan dan air sumur, tempat penampungan air seperti bak mandi dan dan drum yang
jarang dibersihkan akan berpotensi sebagai tempat perkembangbiakkan nyamuk,
kebiasaan menyimpan barang-barang bekas atau kurang memeriksa lingkungan terhadap
adanya air yang tertampug di dalam wadah-wadah dan kurang melakukan/melaksanakan
kebersihan dan 3M Plus, sehingga terdapatnya nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor
utama pnyakit DBD hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat virus
dengue yang bersirkulasi setiap sepanjang tahunnya (Lidya, 2015).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2019 di Puskesmas
Kawatuna dengan melakukan wawancara pada 5 orang warga tentang pencegahan DBD
dari hasil wawancara yang dilakukan 1 orang warga mengatakan paham mengenai
pencegahan DBD dan 4 orang warga lainnya mengatakan tidak paham terhadap
pencegahan DBD dan masih banyak warga yang belum mengetahui bagaimana cara
pencegahan DBD dan kebersihan lingkungan juga belum terwujud secara optimal, oleh
karena itu masih ditemukan sampah-sampah yang dibuang sembarang atau berserahkan
di halaman rumah dan di lingkungan pemukiman seperti: kaleng-kaleng bekas, ban-ban
bekas, tempurung, serta masih ditemukan tempat-tempat perindukan dan
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue di dalam dan di luar rumah, yang
kesemuanya ini dapat merupakan tempat perindukan nyamuk demam berdarah dengue.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada pengaruh peran keluarga
dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue
di wilayah kerja puskesmas kawatuna.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh calon peneliti pada
bulan Maret di Puskesmas Kawatuna diperoleh data jumlah warga yang terkena DBD
pada tahun 2019 sebanyak 124, dimananya 56 laki-laki dan 68 perempuan.

Dari latar belakang diatas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul” pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan terjadinya demam berdarah dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawatuna”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka adapun rumusan


masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawatuna?
C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum:

Menganalisis adanya pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi


lingkungan terhadap pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna

2. Tujuan Khusus:

a) Mengidentifikasi kejadian demam berdarah dengue di Wilayah Kerja


Puskesmas Kawatuna.
b) Menganalisis antara peran keluarga terhadap kejadian penyakit demam
berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna
c) Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam
berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
d) Mengidentifikasi kejadian demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.
D. Manfaat Penelitian

1.Bagi Pendidikan STIKes Widya Nusantara Palu

Penelitian ini diharapkan dapat memperkarya bahan dalam bidang ilmu


keperawatan khususnya yang berhubungan dengan pengaruh peran keluarga dan
kondisi sanitasli lingkungan terhadap pencegahan terjadinya demam berdarag
dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.

2. Bagi Masyarakat

Di harapkan dapat memberikan informasi tambahan dan menjadi tambahan


ilmu untuk mengantisipasi pencegahan terjadianya DBD, dengan demikian
masyarakat dapat mengembangkan dan melaksanakan program pencegahan dan
pemberantasan DBD.
3. Bagi UPTD Puskesmas Kawatuna

Di harapkan dapat bermanfaat sebagai informasi kesehatan dan penelitian ini


dapat menjadi sumber informasi dan dokumentasi yang dapat digunakan untuk
data dalam penelitian serupa di masa mendatang, serta menjadi informasi berbasis
bukti yang menjadi dasar advokasi dalam upaya peningkatan program pencegahan
dan pengendalian DBD.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan DBD


1. Definisi Demam Berdarah

World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD) merupakan


penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty yang terinfeksi dengan
salah satu dari tempat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak
dan orang dewasa (WHO, 2015_). Sedangkan menurut ( Depkes RI,2016) DBD
adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus DBD dan ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty atau Aedes albopictus yang terinfeksi virus
DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh


virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, manifestasi pendarahan
(petekie, purpura, pendarahan konjungtiva, epistaksis, pendarahan mukosa,
pendarahan gusi, hematermesis, melena, hematuria) termasuk Uji Tourniquet (Runple
leede)positif, trombositropenia ( jumlah trombosit ≤100.000 ) hemakonsentarsi
( peningkatan hematokrit ≥ 20% ) disertai atau tanpa pembesaran hati (Rrerung,
2015).

Nyamuk Aedes ( Stegomyia) betina biaanya akan terinfeksi virus dengue


saat mengisap darah dari penderita yang bearadah dalam fase demam akut pentakit.
Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk
menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infeksi menggigit dan
menularkan air liurnya ke luka gigitan pada orang lain. Masa inkubasi pada tubuh
manusia selama 3-14 hari (Rata-rata 4-6 hari). Penyakit tersebut ditandai dengan
tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.

2. Etiologi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypty yang mengandung virus dengue, dan pada saat nyamuk Aedes Aegypti maka
virus dengue akan masuk dalam tubuh, setelah masa inkubasi 3-25 hari penderita
akan mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turutb. Biasanya banyak
penderita yang mengalami kondisi fatal karena mengaggap ringan gejala DBD
tersebut.
1. Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue yaitu:
a) Badab nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada seluruh
tubuhnya ( loreng)
b) Nyamuk ini dapat berkembangbiak Pada Tempat Penampungan Air (TPA)
dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi air seperti bak
mandi, tempayan, drum, vas bunga, barang bekas dan lain-lain
c) Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiakan di got atau selokan
ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah
d) Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan sore hari
e) Nyamuk ini termasuk jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100 meter
f) Hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar ( Hermayudi,2-17).
2. Daur hiduo Aedes Aegypti:
a) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biangkannya.
b) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian berkembang
menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyauk (Perkemban-biakan dari
telur- jemtik- kepompong- nyamuk membuthkan waktu 7-10 hari).
c) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (betina) akan menggigit
( mengisap darah ) manusia dan siap untuk melakakuka perkawinan dengan
nyamuk jantan.
d) Setelah mengisap darah, nyamuk betina istirahat sambil menunggu proses
pematangan telurnya. Nyamuk lebih suka beristirahat di tumbuh-tumbuhan
atau di benda yang tergantung ditempat perkembangbiakanya.
e) Bila nyamuk mengisap darah seorang penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya akan menularkan
virus itu tersebut.
f) Siklus nyamuk mengisap darah dan bertelur ini berulangsetiap 3-4 hari.
g) Umur nyamuk betina itu rata-rata 2-3 bulan.
3. Tahapan siklus nyamuk Demam Berdarah:
a) Telur
Telur nyamuk Aedes Aegypti memiliki dinsing bergaris-garis dan
bentuknya seperti bangunan kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan satu
per satu pada dinding perindukan. Panjang telur nyamuk Aedes Aegypti 1 mm
dengan bentuk bulat oval atau memanjang, apabila dilihat dengan mikroskop
bentuknya seperti ceurutu. Telur bertahan berbulan-bulan dengan suhu -2℃
sampai 42℃ dalam keadaan kering. Telur akan menetas jika kelembapannya
terlalu rendah dalam waktu 4 sampai 5 hari.
b) Larva
Perkembangan larva biasanya tergantung pada suhu, kepadatan
populasi, dan ketersediaan makanan. Larva berkembang pada suhu 28℃
sekitar 10 hari, dan pada suhu air antara 30-40℃ larva akan berkembang
menjadi pupa dalam waktu 5-7 hari. Larva menyukai air bersih, akan tetapi
dapat hidup dalam air yang kurang baik yang bersifat asam atau basa.
Larva beristirahat di air kemudian membentuk sudut dengan permukaan dan
menggantung hamper tegak. Larva akan berenang menuju dasar tempat
apabila tersentuh dengan gerakan jungkir balik. Larva mengambil oksigen
diudara dengan berenang menuju dasar tempat permukaan dan menempelkan
siphoonnya diatas permukaan air. Larva Aedes Aegypti memiliki empat tahap
perkembangan yang disebut instar meliputi: instar I,II,III,dan IV, di mana
setiap pergantian instar ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisi.
Larva instar IV mempunyai ciri siphon pendek, sangat gelap dan kontras
dengan warna tubuhnya. Gerakan larva iistar IV itu lebih lincah dan sensitive
terhadap rangsangan cahaya. Dalam keadaan normal (cukup makan dan suhu
sekitaran 25-27℃ ) perkembangan larva instar sekitar 6-8 hari.
c) Pupa
Pupa Aedes Aegypti berbentuk bemgkok dengan kepala besar
sehingga menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thoraks untuk
bernafas. Pupa nyamuk Aedes Aegypti bersifat aquatic dan tidak seperti
kebanyakan pupa serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali disebut
acrobat (tumbler). Pupa Aedes Aegypty tidak makan tetapi masih memerlukan
oksigen untuk berbafas melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil
pada thoraks. Pupa pada tahap alhir akan membungkus tubuh larva dan
mengalami metamorphosis menjadi Aedes Aegypti dewasa.
d) Imago (nyamuk dewasa)
Pupa membuthkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu menjadi
nyamuk deawasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk
betina, nyamuk betina setelah deawasa membutuhkan darah untuk dapat
mengalami kopulasi.
Klasifikasi dari Aedes Aegypti adalah sebagai berikut:
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Nematocera
Infra Ordo : Culicom Orfa
Super family : Culicoides
Sub Famili : Culicoidea
Genus : Aedes
Species : Aedes Aegypti
Dalam menurunkan keturunanya, nyamuk Aedes aegypti betina
hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi 24-28
hari dari saat nyamuk dewasa (Hernayudi, 2017).

3. Pemberantasan vektor DBD


1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
penyemprotan dengan menggunakan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk
senang hinggap pada benda-benda yang bergantungan, maka penyemprotan tidak
dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk menular malaria.
Alat yang biasa digunakan adalah mesin Fog (pengasapan) dan penyemprotan
dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek risedu. Untuk membasmi
penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1
minggu. Penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus
dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan muncul nyamuk-
nyamuk baru yang di antaranya akan mengisap darah pada pemderita Viremia
(pasien yang positif terinfeksi DBD) dan masi ada yang menimbulkan terjadinya
penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan yang pertama
agar nyamuk baru yang infeksi tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan pada orang lain.
Penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini harus di ikuti
dengan pemberantasan terhadap jenyiknya agar populasi nyamuk penular dapat
ditekan serendah-rendahnya.
2. Pemberantasan jentik
Menurut (Depkes RI,2016) dalam pemberantasan jentik nyamuk
Aedes aegypti yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara:
a) Fisik
Pemberantasan ini dikenal dengan 3M yaitu mengurasdan menyikat
bak mandi, bak WC, menutup tempatpenampungan air, mengubur,
menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas. Pengurusan tempat-
tempat penampungan air perluh dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya
satu minggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat
tersebut. Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka
populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga
DBD tidak menulae lagi. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat
harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambunga, oleh karena
keberadaan jentik nyamukberkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
b) Kimia
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan isitilah larvasida.
c) Biologi
Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
kepala timah, ikan gupi, ikan cupang). Dan dapat juga menggunakan Bacilluc
Thuringiensis (Bti).
4. Tanda Dan Gejala Penyakit Demam Beradarag Dengue
Penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose klinis dan
laboratoris. Berikut ini tanda dan gejalanya yang dapat dilihat dari penderita DBD
dengan diagnoasa klinis dan laboratoris:
1. Diagnoasa klinis
a) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38-40℃)
b) Manifestasi perdarahan dengan bentuk uji tourniquest positif, petekie (bintik
merah pada kulit), purpura (pendarahan kecil didalam kulit), Ekimosis,
Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epitaksis (pendarahan
hidung), perdarahan gusi, Hematemesi (muntah darah), Melena (BAB darah
dan Hmaturi(adanya darah dalam urin).
c) Perdarahan pada hidung dan gusi
d) Rasa sakit pada otot dan persedihan, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah.
e) Pembesaran hati (Hepatomegali).
f) Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
g) Gejalah klinis lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya selera
makan), lemah, mual, sakit perut, diare dan sakit kepala (Monica, 2012).
2. Gejala lainnya adalah:
a) Tidak ada nafsu makan
b) Berubahnya indra perasa
c) Konstipasi
d) Nyeri perut
e) Nyeri pada lipatan paha
f) Radang tenggorokan
g) Depresi (Misnadiarly, 2009).
3. Diagnosa laboratoris
a) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000 /mmHg.
b) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih
(Monica, 2012).
5. Penularan penyakit DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebakan oleh virus
dengue, anggota dari genus flavivirus dalam family flaviviriadae. Terdapat 3faktor
yang memegang peranan pada penularan infeksi virus ini, yaitu manusia, virus, dan
faktor perantara (Yekti, 2015).
1. Mekanisme penularanDBD
Virus yang ada dikelenjar luda nyamuk ditularkan ke manusia
melalui gigitan, kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ
targetnya seperti Makrofag, Monosit, dan Sel Kuppler kemudian menginfeksi
sel-sel darah putih dan jaringan limfatik.
Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Di tubuh manusia virus
memerlukan waktu masa tunas intrinsic 4-6 hari sebelum menimbulakan
penyakit. Nyamuk kedua akan mengisap virus yang ada di daerah manusia.
Kemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang selanjutnya akan
menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.
Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya
siap-siap ditularkan kembali ke pada manusia lainnya. Periode ini disebut masa
tunas ekstrinsik, yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif) (Kuswiyanto, 2016).
Virus hanya hidup di dalam sel yang hidup sehingga harus sama dalam kebutuhan
protei. Persaingan pada daya tahan tbuh manusia. Sebagai sering timbul infeksi
yang akan menyebabkan:
a) Aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan pemebilitas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma dari ruang intravaskuler ke ekstarvaskuler.
b) Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit dan terjadi mobilitas sel trombosit
mudah dari sum-sum tulang.
c) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi
faktor pembekuan.
Ketika hal tersebut akan menyebabkan penigkatan permeabilitas kapiler dan
kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositipenia, dan
kuagulopati (Yekti, 2015).
2. Tempat potensial bagi penularan nyamuk
Pada musim hujan tempat perkembangan Aedes aegypti yang pada
musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air ehingga dapat digunakan sebagai
tempat berkembangbiak nyamuk Aedes Aegypti. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Oleh karena itu pada musim hujan populasi
nyamuk Aedes aegypti terus meningkat (Shafrin,2016).
Penularan Demam Berdarah Dengue dapat terjadi di semua tempat
yang terdapat nyamuk penularanya. Oleh karena itu, tempat potensial untuk
terjadi penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah:
a) Wilayah yang banyak kasus Demam Berdarag Dengue (DBD)
b) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnyaorang-orang yang
dating dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadiya pertukaran
beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah, Rumah Sakit
atau Puskesmas, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran,
tempat ibadah).
c) Pemukiman baru dipinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya berasal
dari berbagai wilayah maka diantaranya terdapat penderita yang membawa
tipe virus Dengue yang berbeda dari masing-masing lokasi (Hemayudi, 2017).
6. Bionomik vektor DBD
1. Tempat Perindukan Nyamuk
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang
tertampung di suatu tempat.
a) Tempat penampungan air (TPA), umtuk keperluan sehari-hari seperti, drum,
bak mandi WC, tempat ember dan lain-lain.
b) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti, tempat
minumburung, vas bunga, bak bekas, kelang bekas, botol-botol bekas dan
lian-lain.
c) Tempat penampungan air alamiah seperti, lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bamboo dan lian-lain.
2. Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan puncak aktivitasnya
antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 berbedah dengsn nyamuk yang lainnya,
Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali.
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Nyamu Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar
berdekat dengan tempat perkembangbiakkannya. Biasanaya ditempat yang agak
gelap dan lembab. Di tempat-tempat tertentu tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,
nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat-tempat
perkembangbiaknya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah telur terendam
air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
butir telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila berada di tempat
kering dengan suhu 2℃ dan bila menetas lebih cepat (Hermayudi, 2017).
7. Eidemiologi DBD
Timbulnya suatu penyait dapat di terangkan melalui konsep segitiga
epidemiologi, yaitu adanya agen host dan lingkungan.
1. Agent (Virus Dengue)
Agen penyebab penaykit Demam Berdarah Dengue (DBD) berupa
virus atau suatu subtansi elemen tertentu yang kurang kehadirannya atau tdiak
hadirnya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau
dikenal ada emapt virus dengue yaitu Den-I,Den-2, Den-3, dan Den-4.
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7
hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita
merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarag Dengue (DBD).
2. Host (Pejamu)
Faktor utama adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia
yang terdapat mempengaruhi timbulnya serta pelayanan suatu penyakit. Faktor-
faktor yang mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).
a) Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus
Dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.
b) Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan keretanan terhadap serangan
Demam Berdarah Dengue (DBD) dikaitkan dengan perbedaan jenis
kelamin(gender)
c) Nutrisis
Teori nutrisi mempengaruhi derajat ringan penyakit da nada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baikyang
mempengaruhi peningkatan antibody yang vukup baik, maka terjadi infeksi
virus Dengue yang berat.
d) Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya
infeksi virus Dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkat
jumlah insiden kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tersebut.
e) Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus Dengue.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan yang mempenagruhi timbulnya penyakit Dengue atau di
renal dengan kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempenagruhi kehidupan
dan perkembangan sesuatu organisasi.
a) Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus Dengue ditemukan tersebar luas
dibagian Negara terutama di Negara tropic dan subtropik yang terletak antara
30℃ Lintang Utara Dan 40℃ Lintang Selatan Seperti Asia Tenggara, Pasifik
Barat dengan tingkat kejaidan sekitar 50-100 juta setiap tahunnya.
b) Musim
Periode epidemic yang terutama berlangsung selama musim hujan
dan erat kaitannya dengan kelembapan pada musim hujan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dan menggigit karena di dukung
oelh lingkungan yang baik untuk masah inkubasi (Hermayudi, 2017).
c) Suhu udara
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismesnya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun sampai
dibawah 10℃ . pada suhu yang lebh tinggi 35℃, nyamuk juga akan
mengalami perubahan, dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologi.
Rata-rata ideal untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25℃-27℃. Pertumbuhan
nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10℃ atau lebih dari
40℃.
8. Sanitasi lingkungan
1. Sanitasi
Azrul Azwar merupakan bahwa yang dimaksut dengan sanitasi
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
(Azwar, 1995).
Sanitasi menurut Word Health Organization (WHO) adalah suatu
usaha yang mengawasi beberapa kepada manusia faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh efek merusak perkembangan fisk kesehatan dan kelangsungan hidup
(Isnaini, 2 014).
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua faktor luar dari seorang individu .
lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan suatu makhluk hidup. Faktor
lingkungan menentukan hubungan interaksi antara agen dan penjamu. Menurut
Subari (2004) dalam Iswar (2011), komponen lingkungan terdiri dari lingkungan
fifik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial. Berikut ini penjelasan dari tiga
komponen lingkungan:
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografi, tanah, air, udara, zat
kimia, dan populasi sekitar pejamu.
b) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis terdiri dari mikroorganisme penyebab penyakit
reservoir penyakit infeksi (hewan dan tumbuhan), vektor pembawa penyakit
hewan atau tumbuhan yang menjadi sumber bahan makanan, obat dan lai-
lain.
c) Lingkungan sosiaol
Lingkungan sosial adalah semua bentuk kehidupan sosial, plitik, dan
organisme, serta institusi yang mempengaruhi individu dalam membentuk
masyarakat tersebut, seperti bentuk organisme masyarakat, system pelayanan
kesehatan, system ekonomi, kepadatan penduduk, kebiasaa hidup
masyarakat, serta kepadatan rumah (Tosepu, 2016).
Ilmu lingkungan adalah penerapan berbagai prinsip dan ketentuan
ekologi dalam kehidupan manusia. Penerapan prinsip dan ketentuan ekologi
dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu:
a) Pendekatan Holistik
Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan reduksionistik
(Odum dan Boyden).
b) Pendekatan Evolusioner
Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para
pelaku lingkungan hidup, baik secara individual, populasi, maupun
komunitas.
c) Pendekatan Interkatif
Menurut hasil pengkajian Price, dkk (Sumatri, 2017) suatu
kehidupan harus dilihat dari hubungan-hubungan interaktif antar
komponen penyusunan dan merupakan suatu pendekatan botton up untuk
mengenal ekosistem atau lingkungan hidup dengan lebih baik.
d) Pendekatan Situasional
Jarvie, Papper, dan Vayda, menganjurkan pendekatan ekologi
dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu
permasalahan timbul.
e) Pendekatan Sosiositem Dan Ekosistem
Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke
dalam system sosial dan system alami serta mempelajari berdasarkan
aliran materi, energy, dan informasi. Di antara keduanya akan
menghasilakn proses sleksi dan adaptasi.
f) Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia
Pendekatan ini berupa upaya mempelajari peranan manusia dalam
program MAB (man and biosphere) atau pendekatan pemanfaattan oleh
manusia
g) Pendekatan Kontekstualisasi Progresif
Lingkungan sosial adalah semua bentuk kehidupan sosial,
politik, dan organisme, serta institusi yang mempengaruhi individu dalam
mebentuk masyarakat tersebut, seperti brntuk organisasi masyarakat,
system pelayanan. Pendekatan ini bersifat interdisiiliner dan dapat
ditelusuri secara progresif sehingga setiap permasalahanya dapat
dimengerti dan di pahami dengan baik.
h) Pendekatan Kualitas Lingkungan
Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan
kontektualisasi progresif yang kemudian di kembangkan dengan
penyusunan analisis dampak lingkungan (AMDAL) (Sumantri, 2017).
3. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencangkup kondisi lingkungan perumahan, pembuangan sampah, penyediaan
air bersih, serta keberadaan container yang ada (Notoatmodjo,2013).
Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang
meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengembalikkan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan
serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia(Sumantri, 2017)
Ilmu sanitasi lingkungan juga ilmu yang mempelajari tentang hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekologi.
Ekplogi mempelajari seluk-beluk satu jenis (spesies) makhluk hidup dengan
ligkungan disebut autekologi, sedangkan ekologi yang mempelajari seluk-beluk
beberapa jenis makhluk hidup sekaligus dalam suatu habitat atau komunitas
disebut sinekologi. Contohnya ekologi perkotaan, hutan, perairan dan
sebagainya. Sementara ilmu yang mempelajari timbal-balik antara manusia
dengan lingkungan disebut ekologi manusia (Sumantri, 2017).
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor terkait peningkatan kasus
DBD, karena lingkungan pemukiman padat penduduk menunjang penularan
DBD, semakin padat penduduk semakin mudah nyamuk Aedes menularkan
virusnya. Sanitasi lingkungan terdiri dari pengolahan sampah padat kualitas
tempat penampungan air bersih, serta kondisi rumah(Apriyani DKK,2016).

9. Pencegahan Penyakit Demam Berdara Dengue (DBD)


Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditunjukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan (Utari,
2017). Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit DBD antara lain:
1. Penerapan 4M Plus
Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan
kasus DBD sangat diperlukan. Oleh karena program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus perlu dilakukan secara berkelanjutan
sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN, yaitu:
a) Menguras Tempat Penampungan Air
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
penampungan air lemari es dan lain-lain.
b) Menutup Tempat Penampungan Air
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi,
toren air, dan lain sebagainya.
c) Mengubur Barang Bekas
Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak layak dipakai dan
mendaurulang barang-barang yang masih bia digunakan kembali yang
memiliki protensi untuk jadi tempat perkembangbiakkan nyamuk penular
Demam Berdarah Dengue (DBD)
d) Memantau Tempat Penampungan Air
Memantau wadah penampungan air dan bak sampah yang berpotensi
menjadi sarang berkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti:
a) Menaburkan bubuk larvasida (abatisasi)
b) Menggunakan obat anti nyamuk atau obat nyamuk
c) Menggunakan kelambu saat tidur
d) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
e) Menanam tanaman pengusir nyamuk
f) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang biasa
menjadi tempat peristirahatan nyamuk, dan lain-lain (Dinkes Aceh, 2019)
10. Devinisi Peran Keluarga
1. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial , baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk
dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu
(Harmoko, 2012). Peran meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan (Soejono Soekamto dalam Rahmah, (2013).
a) Fungsi peran
Peranan dapat pembimbing seseorang dalam berprilaku, karena
fungsi peran adalah memberikan arah pada proses sosialisasi, pewarisan
tradisi, kepercayaan, nilai-nilai dan pengetahuan, dan dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat serta menghidupkan sistem pengendalian dan
kontrol, sihingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (Narwoko, 2010
dalam Widya 2016).
b) Macam-macam peran
Ada dua macam peran yaiyu:
1) Peran formal
merupakan peran yang membutuhkan keterampilan dan
kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut. Oeranformal
yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu
rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer
keunagan, dan tukang masak. Bila sosoerang anggota keluarga tidak
memenuhi suatu peran dan meninggalkan rumah maka anggota lain
akan mengambil alih kekosongan ini agar tetap berfungsi. Peran dasar
yang membentuk posisi sosial sebagai suami ayah dan istri ibu sebagai
berikut:
a) Peran sebagai provider atau penyedia
b) Sebagai pengatur rumah tangga
c) Perawatan anak baik yang sehat maupun yang sakit
d) Sosialisasi anak
e) Rekreasi
f) Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga
g) Peran terapeutik dan peran seksual
2) Peran informal
memiliki tuntunan yang berbeda tidak perlu di dasarkan pada
usia, ataupun jenis kelamin melainkan didasarkan pada atribut-atribut
persoanalitas atau kepribadian anggota keluarga individu. Berikut
beberapa contoh peran informal antara lain:
a) pendorong, dapat merangkul orang lain dan membuat mereka
merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk
didengarkan.
b) Pengharmoni, berperan untuk meneganhi perbedaan pendapat dan
menyatuhkan kembali perbedaan tersebut.
c) Inisiatot-konstributor mengajuhkan atau mengemukakan ide-ide
baru.
d) Pendamai, jika ada keluarga yang ada masalah maka dapat
diselesaikan dengan cara musyawara.
e) Pencari nafkah yaitu peran keluarga yang dijalankan oleh orang tua
dalam memenuhi kebutuhan.
f) Perawata keluarga, peran yang dijalankan terkait merawat keluarga
jika ada yang sakit.
g) Penghubung keluarga, biasanya ibu mengirim dan memonitor
komunikasi dalam keluarga.
h) Pionir keluarga, membawah keluarga pindah ke wilayah yang asing
dan mendapatkan pengalaman yang baru.
i) Coordinator, keluarga merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga
yang berfungsi mengangkat keakraban.
j) Pengikut dan saksi, saksi lebih pasif, saksi hanya mengamati dan
tidak melibatkan dirinya (Harmoko, 2012).

c) Peran dalam keluarga


Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterimah oleh
keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang
diterapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah
pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat (Kurniawan, 2008 dalam Riyadi, 2016).
1) Peran ayah, ayah merupakan suami dari istri dan ayah dari anak-anak,
ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagian anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peran ibu, ibu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya , ibu
mempunyai peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari oeranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, peran ibu juga sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
3) Peran anak melaksanakan perannya psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
(Wijayakusuma, 2008 dalam Riyadi, 2016)
2. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung Karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, serta masing-masing berperan dalam
menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan (Harmoko, 2012). Jadi
peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam mendukung keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu (Setiadi, 2008).
1. Macam-macam struktur keluarga
1) Tradisional:
a) the nuclear family (keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
b) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan isitri (tanpa
anak) yang hidup dalam satu rumah.
c) Keluarga usila, adalah keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga luas/ beasr) adalah keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, dll).
f) The single parent family (keluarga duda/ janda) adalah keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya
terjadi melalui proses perceraian, kematian dan ditinggal (menyalahi
hokum pernikahan).
g) Commuter family adalah keduaorang tua bekerja di kota yang berbeda
tetapi salah satu kote tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
berkerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
akhir pekan (weekend).
h) Multigenerational family adalah keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin network family adalah beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya dapur,, kamar mandi, televise, telvon dll.
j) Blended family adalah keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living aloneatau sigle adult family adalah keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (seprasi) seperti perceraian atau tinggal mati.
1) Non tradisional:
a) The unmarried teenage mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family adalah keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family adalah beberapa pasangan keluarga dengan anaknya
yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasu anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterpsexual cohabiting family adalah keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family adalah seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana pasangan suami istri (marital partners).
f) Cohabitating orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group marriage family adalah beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang merasa telah saling
menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
h) Group network family adalah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau
nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i) Foster family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatuhkan kembali
keluarga yang aslinya.
j) Homeless family adalah keluarga yang yang terbentuk dan tidak dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
menta.
k) Gang merupakan sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosioanal dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal
dalam kehidupannya (R Jhonson & R Leny, 2010).
2. Fungsi keluarga
Menurut (Harmoko, 2012) fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a) fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b) Fungsi psikologi yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
c) Fungsi sosialisasi pada anak membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan
budaya.
d) Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung unuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan dating.
e) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang
dewasa, serta mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

3. Tugas keluarga
Ada beberapa tugas dasar yang didalamnya terdapat delapan tugas pokok,
antara lain:
a) memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggota.
b) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga
c) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya
d) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban dan
kehangatan para anggota keluarga.
e) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan
f) Memelihara ketertiban anggota keluarga
g) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
(Harmoko, 2012).
4. Peran keluarga
Salah satu peran keluarga adalah sebagian tempat kita
berlabuh, tempat berlindung, tempat mendapat kasih saying dan perhatian.
Keluarga juga tempat saling memotivasi atau mendukung sesame
anggotanya. Keluarga merupakan tempat tumpuan harapan hidup tenang,
nyaman, dan bahagia.
5. Faktor yang mempengaruhi peran keluarga
a) faktor kelas sosial, ditemukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan, apabila pendapatan atau penghasilan lebih
besar maka memunginkan lebih bisa terpenuhi kebutuhannya. Sehingga
semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula
kelas sosialnya (Notoatmodjo, 2013 dalam Widya, 2016).
b) Faktor bentuk keluarga , keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak, kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga. Keperawatan anak harus mengenali keluarga sebagai tempat
tinggal. Keluarga dengan orag tua lengkap akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak(Wong, 2009 dalam Widya, 2016)
c) Faktor tahap perkembangan keluarga, faktor ini di mulai dari pernikahan,
dilanjutkan tahap menyatuhkan dua pribadi yang berbeda, dan di
lanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutya
menjadi orang tua denngan tahap berduka (Wong, 2009) dalam Widya
2016)
d) Faktor model peran, informasi yang terkait dengan masalah sehari-hari
dalam masyarakat, akan menyebabkan masalah peran dari individu,
sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik (Friedman, 2002, dalam
Widya, 2016).
e) Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit,
kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan
pengaruh sehat sakit terhadap peran keluarga.

11. Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan topic yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini calon penelitian mengambiil
variable bebas peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan sedangkan variable
terikat adalah pencegahan DBD .
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable yang diteliti. Variable
tersebut adalah peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan. Peran keluarga yang
mencakup perilaku atau sifat dan kondisi sanitasi lingkungan yang mencakup
lingkungan sekitar rumah, kondisi tempat penampungan air, sistem pembuangan
sampah dan kondis lingkungan rumah untuk menjadi indikator penelitian pengaruh
peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap pencegahan DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
Gambar yang lebih jelas dan terarahkan alur penelitian ini digambarkan
dalam keranga konsep seperti berikut:

Kondisi Sanitasi
Lingkungan:
1) Lingkungan
rumah.
2) Penampungan air.
3) Tempat
pembuangan
sampah.
4) Kondisi rumah. Pencegahan DBD

Peran keluarga:
1) Perilaku atau sifat

Gambar 1.1 Kerangka Konsep


Ket:
: variabel yang di teliti
→ : pengaruh variabel independen dan variabel dependen

12. Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini merupakan dugaan yang menjadi jawaban
sementara dalam masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya dengan
menggunakan hipotesisi.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ha :Ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawatuna.
2. Ho :Tidak ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan
terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Dan Metode Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Kuantitatif
merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena
serta hubungan-hubungannya (Sugiyono,2017).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yaitu dalam
pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat bersamaa, dan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi
lingkungan terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan April Tahun 2020 karena
mengikuti kelender pendidikan dari STIKes Widya Nusantara Palu.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data atau subjek penelitian yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua warga yang pernah menderita penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna Pada
Tahun 2019 sebanyak 124 orang.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau yang dianggap dapat mewakili
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian warga yang pernah
menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kawatuna, dan dianggap dapat mewakili populasi pada saat penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive Sampling yaitu dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Dengan menggunakan rumus slovin yaitu:

N
n=
(1+ ( Ne2 ) )

124
n=
(1+ ( 124. 0,22 ))

124
n=
1+124.24,8

124
n=
1+3,07
124
n=
4,07

n = 30 orang

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N =Ukuran populasi
1 = Angka ketentuan
e = Presentasi kelonggaran pengambilan sampel yang masih bisa di toleril.
Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e= 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Sehingga:
Berdasarkan perhitungan di atas dari 124 populasi penelitian ini
menggunakan 30 sampel.Penelitian ini mengambil sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuia dengan yang diharapkan.
4. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi:
1).Warga yang pernah terdiagnoasa penyakit DBD dan terdaftar di Puskesmas
Kawatuna.
2). Mendapatkan pelayanan kesehatan
3). Dapat berkomunikasi dengan baik
4). Usia : .≥12 tahun
b. Kriteria Eklusi:
1).subjek tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian
2).Pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel menelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
diambil oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimilki
oleh kelompok lain(Notoadmodjo,2018). Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2014).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran keluarga dan kondisi
sanitasi lingkungan

2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue(DBD) Di wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
E. Devnisi Operasional
Devinis operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara optional, sehingga mempermudah
pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2013). Adapun
definisi operasional ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pencegahan penyakit DBD
Upaya untuk megurangi resiko penderita DBD yang di akibatkan oleh nyamuk
dengan cara melakukan 3M Plus.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)

2. Sanitasi Lingkungan
Mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, Jika jawaban responden Tidak)

3. Peran keluarga
Seperangkat perilaku antar pribadi, sifat serta kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1.Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2.Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)

F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber
data primer, yaitu pengisian lembar kuesioner. Di dalam lembar kuesioner ada
daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana responden tinggal
memberikan jawaban. Kuesioner berisi daftar pertanyaan terkait identitas
responden dan variabel dalam penelitian yang diajukan peneliti terhadap
responden. Pertanyaan yang dugunakan adalah angket terutup dan terstruktur
dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal
memilih jawaban yang sudah tersedia.
2. Alat tulis
Suatu alat untuk mencatat hasil penelitian, seperti pensil, pena, dan kertas

G. Tekhnik Pengumpulan Data


1. Data primer
Data yang diperoleh melalui responden pada penelitian data primer
yang digunakan, yaitu dengan cara observasi adalah pengamatan secara cermat
untuk mengetahui secara langsung kepada responden. Penelitian ini melakukan
observasi kepada warga yang perna menderita Demam Bberdarah Dengue
(DBD).
2. Data Sekunder
Data atau informasi yang telah tersedia dari hasil pengumpulan data untuk
keperluan tertentu, yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya sebagai
sumber penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder di ambil di Puskesmas
Kawatuna.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara analisis univariat yaitu untuk
mengetahui frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang teliti. Analisa
univariat bertujuan untuk melihat apakah data sudah layak untuk di lakukan
analisis, hasil penelitian dalam bentuk tabel, grafish, dan narasi untuk mengevaluasi
proporsi masing-masing variabel yang di teliti. Setelah data dikumpulkan, data
tersebut dilakukan pengolahan dengan cara manual dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi
Pada umumnya analisa ini diperoleh hasil dalam bentuk presentase dengan
rumus sebagai berikut:
P= X 100%= ….%
p : proporsi
f : jumlah subjek yang ada
n : sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis.
Analisis bivariate bertujuan untuk menganalisis peran keluarga dan kondisi
sanitasi lingkungan. Dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan variabel
independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik yaitu Chi-Square.
Alasan penelitian menggunakan uji Chi-Square untuk melihat adanya hubungan
antar variabel yang akan diteliti dengan menggunakan taraf signifikan (α =
0,05). Α 0,05 merupakan batas maksimal tertinggi kesalahan yang dijadikan
patokan oleh peneliti. Kaidah keputusan analisis datanya, yaitu apa bila p-
value ≥ 0,05, maka HO diterimah artinya tidak ada hubungan sebaliknya apabila
p-value ≤ 0,05 maka HO ditolak artinya ada hubungan.
Adapun rumus Chi-Square, yaitu:

Keterangan:
X² = Nilai Chi-Square
Fo = Frekuensi Observasi Atau Pengamatan
Fe = Frekuensi Ekspetasi Atau Harapan
Menurut dahlan (2017) syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai
nilai expected lebih kecil dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji
Chi-Square tidak terpenuhi, digunakan uji alternative, alternatif uji Chi-Square
bergantung pada jenis tabe.
a. Untuk tabel 2x2, alternative uji Chi-Square adalah uji fisher’s
b. Untuk tabel 2xk atau Bx2 dimana B dan K adalah data kategori nominal
lebih dari dua kategori, alternative Chi-Square adalah penyederhanaan
sel. Jika penyederhanaan sel tidak ogis, terpaksa kita menggunakan uji
Chi-Square.
c. Untuk tabel 2xk atau Bx2, dimana B dan K adalah dua kategorik dengan
kategorik lebih dari 2, alternative Chi-Square adalah uji Mann-Whitney
atau penyederhanaan sel.

I. Alur penelitian

Mengidentifikasi masalah

Menentukan lokasi penelitian

Mengajukan surat rekomendasi pengambilan data awal dari pihak STIKes


Widya Nusantara Palu

Mengajukan surat izin pengambilan data awal ke Kepala Puskesmas


Kawatuna

Mengajukan surat izin dan pengambilan data awal ke kepala kelurahan kawatuna

Waktu penelitian pada bulan mei 2020

Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak Kampus STIKes Widya Nusantara Palu ke
Kepala Kelurahan

Mengajukan surat izin rekomendasi penelitian ke Kepala Kelurahan Kawatuna


Pelaksanaan penelitian

Pengolahan data dan analisis data

pembahasan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Gambar 1.2: Alur penelitian (Sumber: 2020)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Ummiyati, S. R, Sutomo, A.H. 2016 Sanitasi Lingkungan Dan Keberadaan


Jentik Nyamuk Aedes Sp Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Banguntapan Bantul. Jurnal. Berita Kedokteran Masyarakat. Diterbitkan 1
Februari 2017.

Azwar. A. 1995. Dasar Kesehatan Lingkungan.Ntanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Jakarta

Dinkes Aceh. 2019. Giatkan Psn Dan 4m Plus Untuk Berantas Demam Berdarah. Aceh:
Dinkes Aceh.

Hermayudi, Ariani, AP. 2017. PENYAKIT DAERAH TROPIS. Yogyakarta: Nuha Medika.

Isnaini A. 2014. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Perkembangbiakkan Vektor


Penyebab Penaykit Malaria Di Kabupaten Boyolali. Jurnal. Universitas
Indonesia.
Kuswiyanto. 2016. Buku Ajar Virology Untuk Analisis Kesehatan. Jakarta: EGC

Monica Ester. 2012. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian. Jakarta:EGC

Notoatmodjo, S. 2013. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta

Rampengan, 2009, Penyakit Infeksi Tropis Pada Anak. EGC. Jakarta.

Rerung AK. 2015. Karaktersitik Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Dewasa Di
Rumah Sakit Universitas Hasanudin Periode 1 Januari -31 Desember 2014.
Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.

Shafrin, K.A. N.E Wahyuningsih., Dan Suhartono. 2016. Hubungan Kebradaan Breeding
Places Dan Praktik Buang Sampah Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No.4.

Sumantri, Arif. 2013. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sumantri Arif, 2017. Kesehatan Lingkungan. Depok: Prenada Media Group.

Tosepu, R. 2016. Epidemiologi Lingkungan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Medika,
2016.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. 2017.

Lidya Ayun, L. 2015. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
Kecamatan Ceunungpati Kota Semarang Tahun 2015. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang 2015.

Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (Dengue) Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa
Untuk Mengatasi DBD.Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Sholehuddin Mochammad, 2015. Hubungan Santasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian
Jentik Nyamuk Dan Kepadatan Penduduk Dengan Kejadian Penyakit DBD Di
Kabupaten Jember, Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang 2009.

Utari Ida. 2017. 7 Pilar Utama Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Thema
Plublishing.

World Health Organization (WHO). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Wulandari, R.E. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Iklim, Keberadaan Jentik
Nyamuk Ae. Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Kabupaten Pacitan Tahun 2015. Skripsi. Universitas Airlangga 2016.

Anda mungkin juga menyukai