RENCANA PROYEK
2.1. TUJUAN RENCANA PROYEK
Seringkali menyusun rencana proyek dianggap membuang-buang waktu. Hal ini dapat
dipahami karena membuat rencana berarti tidak melakukan apapun untuk capaian fisik konstruksi.
Dalam dunia konstruksi yang makin kompleks peran perencanaan sangat penting mengingat bahwa
perencanaan yang baik akan dapat: mereduksi ketidakpastian, dapat meningkatkan saling pengertian
antar bagian, dan dapat meningkatkan efisiensi dengan adanya skejul dan stándar performa.
Kunci kesuksesan proyek adalah perencanaan yang baik. Perencanaan proyek merupakan
pondasi dari gagasan, implementasi dan akhir sebuah proyek. Dalam perencanaan akan ditentukan
tujuan spesifik proyek, struktur proyek, tugas, milestone, personel, biaya, peralatan, performa, dan lain-
lain. Selain itu juga dalam perencanaan dijelaskan analisa apa yang dibutuhkan dan bagaimana
ketersediaan sumber daya organisasi harus dipertimbangkan dalam perencanaan proyek. Wilson
(1993) mengajukan 7 petunjuk dalam penyusunan rencana proyek yang baik antara lain:
1. Gunakan rencana proyek untuk koordinasi dibandingkan untuk pengendalian.
2. Gunakan perdekatan yang berbeda-beda dalam lingkungan proyek
3. Lakukan revisi yang berulang-rulang pada skejul sementara
4. Biarkan pekerja mengestimasi pekerjaannya sendiri.
5. Jelaskan tentang nilai/kualitas yang ingin dicapai lebih kuat daripada aktivitas
6. Tegaskan milestone spesifik dan nyata.
7. Gunakan checklist, matrik dan tambahan kelengkapan lainnnya dalam rencana proyek.
Dalam tahap awal rencana proyek, faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada
proyek harus mendapat prioritas perhatian yang lebih besar. Contoh faktor internal tersebut antara lain:
infrastruktur, cakupan proyek, hubungan perburuhan, lokasi proyek, kepemimpinan proyek, tujuan
organisasi, pendekatan manajemen, suplai personel teknik, sumber dan dan modal yang tersedia.
Faktor eksternal antara lain; kebutuhan publik, kebutuhan pasar, tujuan nasional, stabilitas industri,
batasan teknologi, kompetisi industri, dan peraturan pemerintah.
16
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
Dalam daur hidup proyek (lihat bagian 1.6) penyusunan lingkup proyek dikenal sebagai tahap
konseptual (Kerzner, 1997), konsep dan studi kelayakan (Barrie, 1995), indentifikasi dan rencana
(wysoki, 1992), dan fase konseptual (Globerson, 1994). Secara lebih rinci Wysocki (2000)
menggunakan istilah POS (Project Overview Statement) yang menjelaskan antara lain:
a. Permasalahan dan kesempatan.
Bagian ini merupakan dasar dari proposal proyek, yang memuat fakta rasional permasalahan yang
mendasari lahirnya ide proyek dan kemungkinan adanya solusi yang menguntungkan organisasi.
Permasalahan dapat berasal dari; (1) pengenalan masalah mendasar terutama dalam kaitan
perubahan dunia, kesempatan keuntungan, penawaran produk dan jasa baru, peningkatan
pelayanan, dan lain-lain. (2) permintaan pelanggan, (3) inisiative perusahaan yang berasal dari
proposal, dan (4) perintah berdasarkan aturan.
b. Menetapkan tujuan proyek (goal).
Goal proyek berkaitan tujuan dan arah yang dituju guna mengatasi permasalahan yang ada. Setiap
proyek idealnya mempunyai satu goal. Goal merupakan hasil akhir setiap proyek, oleh sebab itu
maka goal harus dapat dinarasikan dengan jelas dan terang. Goal proyek harus singkat dan
langsung mengena pada inti permasalahannya. Goal harus bebas dari bahasa dan terminologi yang
sulit dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Doran’s (Wysocki, 2000) menggunakan istilah
SMART untuk menggambarkan kriteria penyusunan goal, yaitu :
· Specitic; target dalam goal harus spesifik
· Measurable; harus terdapat indikator yang terukur
· Assignable; harus dapat dilaksanakan oleh sesorang untuk dilaksanakan.
· Realistic; realistis dilakukan dengan sumber daya organisasi
· Time-relate; batasan kapan tujuan harus dicapai.
c. Medefinisikan sasaran proyek. (objective).
Sasaran proyek merupakan detail dari goal. Kegunaan dari objektif adalah untuk mengklarifikasi
batas-batas dari goal dan batas dari lingkup proyek. Salah satu cara memvalidasi pernyataan
sasaran adalah pertanyaan apakah ini termasuk proyek atau bukan. Sasaran lebih cocok
merupakan pernyataan spesifik tentang masa depan dari pada penyataan aktivitas. Penting
dipahami bahwa sasaran merupakan kondisi yang akan dicapai dengan kegiatan proyek.
Pernyataan sasaran setidaknya mengandung empat hal antara lain:
· Hasil; pernyataan tentang apa yang akan diselesaikan
· Kerangka waktu; harapan waktu penyelesaian pekerjaan
· Pengukuran; ukuran tentang bagaimana sukses akan dicapai
· Aksi; bagaimana sasaran akan dicapai.
17
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
18
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
point) merupakan dua aspek ekonomi utama yang harus dianalisa. Dalam banyak kasus jika
melibatkan pembiayaan perbankan maka analisa NPV dan IRR juga harus dikedepankan.
d. Financial feasibility. Kelayakan finansial terkait dengan bagaimana proyek dapat memperoleh
dana yang diperlukan guna implementasi proposal proyek. Finansial proyek merupakan
pertimbangan utama dalam proyek yang melibatkan banyak pihak karena merupakan ukuran
dari ketersediaan modal. Dalam analisa finansial aspek penting didalamnya adalah
ketersediaan pinjaman, kredit, equity, dan skejul pinjaman.
e. Cultural feasibility.
f. Social feasibility
g. Safety feasibility. Kelayakan keamanan terkait dengan bagaimana proyek kapabel aman dalam
implementasi dan operasinya dengan dampak yang minimal bagi lingkungan.
h. Political feasibility. Hal ini terkait dengan bagaimana proyek dapat diterima secara politis.
Umumnya proyek besar dan bersifat nasional akan membutuhkan penerimaan pemerintah dan
analisa pengaruhnya terhadap politik pemerintah.
Dalam kelayakan proyek, beberapa elemen yang harus tercakup antara lain:
a. Analisa kebutuhan. Merupakan indikasi pengenalan kebutuhan akan proyek. Kebutuhan ini
dapat merupakan efek dari organisasi, organisasi orang lain, atau pemerintah. Studi
pendahuluan perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi kebutuhan tersebut dan proposal
bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik.
Beberapa pertanyaan yang harus diajukan antara lain:
Apakah kebutuhan tersebut cukup signifikan untuk menjustifikasi proyek yang diusulkan.?
Apakah kebetuhan tersebut masih tetap ada hingga proyek telah terselesaiakan?
Apakah ada alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut?
Apakah dampak sosial, ekonomi, lingkungan dan pilitis dari kebutuihan tersebut?.
b. Proses kerja. Ini adalah analisa kerja awal untuk menetapkan apa yang harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh oleh konsultan yang ahli dalam
bidang tersebut. Studi ini umumnya merupakan model sistim yang dapat mengilustrasikan
karakteristik umum dari proses yang akan dilakukan.
c. Engineering dan desain. Merupakan detail teknik dari proposal proyek yang diajukan.
Kapabilitas teknologi yang diperlukan juga dievaluasi. Desain produk jika diperlukan harus
dilakukan pada tahap ini, termasuk juga kesanggupan dari pemasok barang dan subkontraktor.
19
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
d. Estimasi biaya. Estimasi biaya proyek dengan level akurasi yang dapat diterima, yaitu -5%
hingga +15%. Biaya proyek adalah biaya pembangunan dan biaya operasi, termasuk juga
besarnya modal yang harus diinvestasikan dalam proyek.
e. Analisa finansial. Adalah analisa dari profil cashflow proyek. Analisa harus mempertimbangkan
bunga pengembalian, inflasi, sumber modal, periode pengembalian, titik impas, nilai sisa, dan
sensivitas. Analisa ini merupakan tahap yang paling kritis untuk dijelaskan walaupun tersedia
atau tidak tersedia dana untuk proyek.
f. Dampak proyek. Pada tahap ini studi kelayakan merupakan analisa dan penilaian dampak
proyek terhadap lingkungan, sosial, budaya, politik dan dampak ekonomi bagi publik. Nilai
tambah proyek harus dikedepankan. Nilai tambah pajak dan peningkatan harga bahan mentah
juga merupakan salah satu kontribusi proyek terutama dalam pandangan pemerintah.
g. Kesimpulan dan rekomendasi.
Ketika proyek telah dinilai layak, maka tahap selanjutnya adalah penyusunan proposal proyek
(Request For Proposal (RFP). Bentuk tipikal dari RFP (Badiru, 1995) harus memuat:
a. Latar belakang proyek. Menyangkut kebutuhan, cakupan, studi pendahuluan dan hasilnya.
b. Hasil proyek dan batas waktu. Apa produk yang dihasilkan proyek dan kapan waktu terbaik
untuk dilaksanakan. Bagaimana produk dihasilkan juga harus dijelaskan.
c. Spesifikasi performa proyek: analisa yang menunjukkan bahwa performa proyek merupakan
yang terbaru dan dari segi biaya paling efektif.
d. Tingkat dana (funding level), biasanya tidak spesifik diperlukan
e. Persyaratan laporan; bagaimana review proyek, formatnya, jumlah dan frekwensi komunikasi,
komunikasi oral, pengungkapan modal, dan persyaratan lainnya yang diperlukan.
f. Persyaratan kontrak; memuat data manajemen, hak-hak kepemilikan dalam pekerjaan,
monitoring progress, prosedur evaluasi proyek, persyaratan patent, rahasia dagang, hak cipta
dan lain-lain.
g. Persyaratan khusus (jika diperlukan); seperti daerah terlarang, kesamaan hak, dukungan pada
pengusaha kecil, akses bagi penyandang cacat, aturan pemerintah, dan lain-lain.
20
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
a. Ringkasan dari rencana proyek. Ringkasan memuat lingkup, tujuan proyek, dan batasan
kritisnya. Tipe dan asal sumber daya harus dijelaskan spesifik, termasuk juga hubungannya
dengan tujuan organisasi, besarnya biaya dan milestone.
b. Tujuan. Tujuan harus detail hingga dapat menjelaskan apa yang diharapkan akan dicapai dan
bagaimana harapan tersebut berkontribusi dalam seluruh proyek.
c. Pendekatan. Bagaimana metodologi manajemen dan teknik yang spesifik akan
diimplementasikan. Pendekatan manajemen harus berkaitan dengan organisasi proyek, jaring
komunikasi, hirarki persetujuan, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Pendekatan teknik
berhubungan dengan pengalaman perusahaan dalam proyek yang sama dan ketersediaan
teknologi.
d. Kebijakan dan prosedur Pengembangan kebijakan proyek yang spesifik merupakan
kerangka umum dalam melaksanakan tugas dalam proyek.Prosedur proyek merupakan
metode implementasi pelaksanaan guna mencapai tujuan proyek.
e. Syarat kontrak. Pada bagian ini rencana proyek harus memuat persyaratan, mata rantai
komunikasi, spesifikasi konsumen, spesifikasi performa, batas waktu, proses review,
penyelesaian proyek, skejul, kontak internal dan eksternal, keamanan, kebijakan dan prosedur.
Pada bagian ini bersifat praktik, dan segala sesuatu yang sekiranya dapat menimbulkan
masalah dikemudian hari harus didokumenkan.
f. Skejul proyek. Skejul proyek merupakan komitmen signifikan sumber daya terhadap waktu
dalam mencapai tujuan proyek. Skejul harus spesifik kapan harus dimulai dan diakhiri. Pase-
pase utama proyek teridentifikasi. Skejul harus terpercaya dan merupakan perkiraan waktu
penyelesaian pekerjaan. Estimasi dapat diperoleh dari pengetahuan personel, pengalaman,
dan perkiraan.
g. Persyaratan sumber daya.Sumber daya proyek, batasan dana dan biaya pekerjaan harus
dijelaskan pada rencana proyek. Persyaratan modal harus spesifik. Sumber daya dapat berupa
personel, peralatan dan informasi. Personel meliputi keahlian, gaji, dan pelatihan harus
dijelaskan. Peryaratan dan ketersediaan personel harus sesuai dengan skejul hingga dapat
menjamin ketersediaannya pada saat dibutuhkan. Ketersediaan dana dan asal dana harus
dijelaskan. Dasar estimasi biaya harus dijustifikasi dan alokasi dan sistim monitoringnya harus
dapat dijelaskan.
h. Pengukuran performa. Pengukuran atas evaluasi progres proyek harus dikembangkan.
Pengukuran harus didasarkan pada standar praktik atau kebiasaan. Metode dari monitoring,
pengumpulan dan analisa pengukuran harus spesifik. Tindakan koreksi untuk even yang tidak
diinginkan harus dijelaskan.
21
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
i. Rencana tak terduga. Banyak proyek gagal karena tidak terdapat rencana untuk keadaan
yang tidak terduga.
j. Tracking, pelaporan, dan auditing. Ketiga hal diatas untuk menjaga agar proyekndapat
sejalan dengan rencana, mengevaluasi pekerjaan, dan meneliti dengan detailndari
dokumentasi proyek.
22
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
23
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
24
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
25
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
membangun unit kios dalam kompleks pasar menggunakan pendekatan biaya per-unit kios
adalah Rp. 25 juta dan Los pasar Rp. 50 juta.
2. Estimasi semi detail. Estimasi ini biasa dilakukan pada tahap konseptual proyek. Pada tahap
ini desaian awal sudah ada, sehingga perhitungan dapat dilakukan berdasarkan metode
konstruksi yang spesifik.
Contohnya biaya kontruksi suatu gedung dapat diuraikan sebagai berikut:
Biaya perencanaan
Biaya kontruksi gedung berdasarkan harga satuan gedung bertingkat
Biaya utilitas
Biaya site development
Biaya pengawasan
Dan lain-lain
Contoh : Sebuah Rencana pembangunan pasar di NTB yang diajukan Developer sebagai
berikut:
26
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
3. Estimasi detail. Estimasi detail dilakukan setelah proses penggambaran konstruksi komplet,
sehingga estimasi didasarkan pada detail harga komponen pembangunnya. Disamping
berdasarkan harga komponennya, estimasi juga harus mempertimbangkan metode kontruksi
yang digunakan, pekerjaan pendahuluan yang harus dilakukan, kondisi lokasi, penggunakan
tenaga/subkontrakor yang spesifik dan waktu pelaksanaan.
Contoh estimasi antara lain: harga satu kubuk beton akan dihitung berdasarkan biaya tukang,
bahan, dan pekerjaan pendukungnya seperti bekesting dan perancah. Dalam proses proyek,
terdapat dua jenis estimasi yaitu estimasi pemilik (owner estimate) dan harga penawaran (bid
price) kontraktor. Contoh: Rencana anggaran biaya sebuah gedung dalam kompleks pasar
sbb:
27
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
28
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
29
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
30
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
Lebih lanjut Kerzner (2001) menjelaskan enam hirarki struktur dari WBS antara lain:
Level Description
1 Total program
Managerial Level 2 Project
3 Kegiatan (task)
4 Subkegiatan
Technical Level 5 Paket pekerjaan
6 Unit kegiatan
Kegiatan (task) yang dalam WBS merupakan rangkaian kegiatan yang mendiskripsikan seluruh
proyek umumnya menunjukkan produk fisik, service dan data. WBS menjelaskan hubungan antara
tujuan akhir (objective) dan persyaratan operasi yang dilakukan guna mencapai objective. Ini berarti
WBS dapat menjelaskan elemen kegiatan dalam kerangka kopseptual perencanaan dan pengendalian.
Kerzner (2001) menjelaskan bahwa WBS dapat dipergunakan sebagai:
Matrik dari tangung jawab
Network skejul
Costing
Analisa resiko
Organisasi
Koordinasi pencapaian objective
Pengendalian
Menyusun suatu WBS bukan merupakan proses yang mudah. Untuk itu diperlukan
kemampuan dan pengalaman untuk mengenali komponen/elemen kegiatan yang menyusun suatu
sasaran tertentu. Menurut Wysocki (2000) terdapat beberapa kriteria untuk menilai WBS:
Status penyelesaian yang terukur. Contoh penyelesaian yang terukur antara lain:, jika
pekerjaan pondasi dengan volume 10 m3 dapat diselesaikan dalam waktu 2 minggu, maka
50% pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu 1 minggu.
Awal dan akhir setiap kegiatan harus terdefinisi dengan jelas. Definisi dapat dilakukan
dengan waktu atau juga kondisi yang menjadi persyaratannya. Misalnya pekerjaan pondasi
dapat dilakukan setelah pekerjaan gali pondasi selesai dilaksanakan dan hal berlangsung
dari tanggal hingga tanggal tertentu.
Aktivitas harus dapat dilaksanakan.
Waktu dan biaya dapat diestimasikan.
31
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
Dibawah ini diberikan contoh WBS untuk bangunan berlantai banyak yang adopsi dari dari
Wysocki (2000) :
Outline WBS untuk pembangunan sebuahGedung berlantai III
1. PERSIPAN SITE
1.1. Tata letak
1.2. Perataan lokasi dan pembersihan
1.3. Penggalian
2. PONDASI
2.1. Pemancangan
2.2. Pondasi pour
2.3. Pondasi setempat
3. STRUKTUR
3.1. Sloef
3.1.1. Bekesting
3.1.2. Pembesian
3.1.3. Pengecoran
3.2. Kolom lt I
3.2.1. Bekesting dan perancah
3.2.2. Pembesian
3.2.3. Pengecoran
32
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
33
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
7.2. karpet
7.3. cat
7.4. Walpaper
7.5. Partisi
8. LANDSCAPE
34
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
Copi dari WBS harus didapatkan. Pada poin ini koordinasi antara WBS dan SOW harus
dimulai. Setiap kegiatan (task) dalam WBS harus dijelaskan dalam SOW dan kode-kode
yang berhubungan antar keduanya harus dikembangkan.
Manajer proyek harus membentuk sebuah team penyusunan SOW dengan pertimbangan
project office yang memiliki keahlian teknik, wakil dari pengadaan, manajemen keuangan,
fabrikasi, test, logistik, configuration management, operatsi, safety, reliability, pengendalian
kualitas, dan area lainnya yang dibutuhkan dalam pengadaan.
Sebelum penyusunan SOW, manajer proyek harus dapat menjelaskan program sebagai
sebuah struktur awal dari WBS dan merupakan adasar dari SOW.
Manajer proyek harus mengidentifikasi kegiatan/tugas dari setiap anggota team dan
mengidentifikasi spesifikasi, kriteria desain, dan persyaratan dokumen lainnya yang harus
inklusif dalam dalam SOW. Penugasan setiap anggota team akan teridentifikasi dan
menghasilkan spesifikasi dan persyaratan teknis dokumen, gambar kerja, dan kesimpulan
awal dan/atau hasil studi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai lemen dan pengadaan
barang.
Manajer proyek harus menyiapkan ceklist yang detail yang memperlihatkan item utama
dan item pilihan lainnya yang akan diaplikasikan dalam SOW.
Manajer proyek harus menegaskan penggunaan list-list tambahan seperti, standar desaian
sub sistim, kondisi existing dan pengembangan, inventory alat-alat, peralatan lainnya, data
kualifikasi komponen, buku pegangan kriteria desain, dan informasi keteknikan lainnya
yang harus disediakan untuk engineer desain untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dari performa terbaik yang dibutuhkan.
Estimasi biaya (persyaratan buatan, biaya material, persyaratan software, dan lainlain)
harus dikembangkan oleh spsialis estimator biaya harus direview sebagai kontributor
dalam SOW. Setiap review harus mempertimbangkan keseimbangan dalam menentukan
putusan, tidak hanya mempertimbangkan faktor faktor keteknikan.
Manual persiapan dalam penyusunan SOW juga mengandung petunjuk untuk editor dan
penyusunnya sbb:
Setiap SOW setidaknya harus dapat dijelaskan dalam dua bagian, yaitu dalam tabel dan
dikonfirmasi dalam struktur kode WBS.
Adalah esensial untuk mendeskripsikan setiap kegiatan (task) dengan jernih dan tepat.
Penulis SOW harus sadar akan bahaya akan timbul akibat cara baca dan interpretasi dari
berbagai pembaca (seperti pengacara, pembeli, engineer, estimator biaya, akuntan, dan
35
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
36
Mata Kuliah - Manajemen Konstruksi
modifikasi atau persayaratan yang diharapkan, maka sertakan porsi/bagian yang spesifik
beribah.
Spesifikasi seperti namanya menunjukkan komunikasi desain spesifik arsitek atau enjiner. Agar
komunikasi ini berlangsung dengan sukses, maka spesifikasi harus memberikan detail yang cukup bagi
proses hasil konstruksi dalam kerangka waktu, pengerjaan yang efisien dan termasuk juga lingkup
desain. Dengan iklim dunia konstruksi modern dengan komplikasi spesifikasi yang tinggi, maka
spesifikasi haruslah merupakan keseimbangan dari permintaan teknologi, penghematan biaya dan
kebutuhan pemilik akan hasil yang sempurna.
Cara terbaik untuk menimimalisasi resiko adalah dengan mengidentifikasi beberapa aspek
antara lain; persiapan spesifikasi, itnterpretasi dan implementasi persoalan utamanya antara designer,
pemilik dan kontraktor. Persoalan yang umum berhubungan dengan spesifikasi digolongkan kedalam 8
katagori utama antara lain:
a. spesifikasi ”atau sama dengan”
b. Constructability (spesifikasi yang cacat/kurang sempurna dan toleransinya)
c. Ambiguities (phrase dan kesalahan tipological)
d. Konflik antara rencana (plan) dan spesifikasi
e. Ketidak akuratan data.teknik
f. Unjuk kerja produk yang cacat
g. Persyaratan inspeksi
h. Persyaratan Keselamatan dan kesehatan
37