Materi 2 PDF
Materi 2 PDF
Pondasi dalam
Pondasi dalam merupakan struktur bawah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras yang berada jauh dari permukaan
tanah. Suatu pondasi dapat dikategorikan sebagai pondasi dalam apabila perbandingan
antara kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari sepuluh (Df/B >10). Material pondasi
dalam bisa dari kayu, baja, beton bertulang, dan beton pratekan. Pondasi dalam dapat
dibedakan menjadi:
a. Pondasi Tiang Pancang (pile), bahan yang digunakan pada pondasi ini diantaranya
bahan kayu (balok kayu), beton (berbentuk persegi, segi tiga, maupun silinder), dan
berbentuk sheet pile. Untuk memasukkan tiang pancang ke dalam bumi
menggunakan alat berat, metode yang digunakan mendesakkan pile ke dalam tanah
bisa hammer pile, getar, dan ditekan.
b. Pondasi bored pile, bahan yang digunakan untuk tipe pondasi ini adalah beton
bertulang yang di cor di tempat (in situ). Pelaksanaan pondasi tipe ini
membutuhkan peralatan bor baik secara manual (diameter lubang bor max 30
Cm) maupun menggunakan mesin bor untuk membuat lubang dengan
kedalaman rencana.
c. Pondasi caisson, tipe pondasi ini berbentuk sumuran dengan diameter yang relatif
lebih besar.
Ada banyak alasan seorang ahli geoteknik merekomendasikan penggunaan
pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum adalah beban desain
yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs
(seperti garis properti). Ada istilah yang berbeda digunakan untuk menggambarkan
berbagai jenis pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan (yang analog dengan tiang),
tiang jembatan (yang analog dengan kolom), poros dibor, dan caisson. Tumpukan
umumnya didorong ke dalam tanah di situ; pondasi mendalam lainnya biasanya
diletakkan di tempat dengan menggunakan penggalian dan pengeboran.
a. Pondasi sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada
kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat
dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau
beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia
adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm,
dan 400 cm.
Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan
tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton
precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk
lagi ke dalam tanah.
Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan
dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima
beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan
segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang.
Tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang
terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif
pendek dibandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau
beton terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu
dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
jamur yang menyebabkan kebusukan.
Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar,
hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun
friction pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang
banyak untuk poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya
cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu
Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat
dipergunakan.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung
khusus.