Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE – 4

ASPEK – ASPEK YANG MENDUKUNG


SIKAP PROFESIONAL SEORANG
FARMASI

Program Studi
S1 Farmasi

Ferry Effendi M.Farm, Apt


ferrye.sttif@gmail.com
1
Obat digunakan untuk menyelamatkan
jiwa,
atau memulihkan atau memelihara
kesehatan

Menjamin bahwa konsumen menerima obat


yang bermutu tinggi.
Kenapa khawatir dengan obat?
Obat menyelamatkan
nyawa dan
meningkatkan
Obat menaikkan
kesehatan
kepercayaan dan
partisipasi pelayanan
kesehatan

Obat mahal
Obat berbeda dengan
produk konsumen
Persediaan
yang laindan
penggunaan obat
cendrung
berkembang
Pabrik Obat

GMP/CPOB/CPOTB/CPKB

PBF

GDP/CDOB

Unit Pelayanan

GPP/CPFB

End User
Aspek-aspek yang mendukung peningkatan
sikap profesional seorang apoteker

Apoteker sebagai
tenaga kesehatan

Bidang pekerjaan

Ikatan Apoteker
Indonesia
Apoteker sebagai tenaga
kesehatan

1. UNDANG-UNDANG TAHUN 1963 TENAGA


KESEHATAN
2. UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 1992
TENTANG KESEHATAN
3. UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 1996
TENAGA KESEHATAN
4. UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN 2014
TENAGA KESEHATAN
5. UNDANG-UNDANG N0.36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
6. PERATURAN PEMERINTAH NO.51 TAHUN
2009 TENTANG TENAGA KEFARMASIAN
peran apoteker sebagai penanggung
jawab produksi:
INDUSTRI FARMASI

Obat

Efficacy, Safety, and Quality

CPOB
Tujuan ?

• Menjamin obat dibuat dan


dikendalikan secara konsisten

• Memenuhi persyaratan yang


ditetapkan

• Sesuai dengan tujuan


penggunaannya
 Persyaratan izin edar
 Spesifikasi produk
Prinsip Umum CPOB

 Pengendalian menyeluruh
 Tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi mutu harus dibangun kedalam
produk
 Mutu obat tergantung pada :
 Bahan awal
 Proses pembuatan
 Pengawasan mutu
 Bangunan
 Personalia
 Peralatan

yang terlibat dalam proses produksi


Prinsip Umum CPOB

Kualitas dibangun kedalam


produk
– Pengawasan dalam
pembuatan obat
– Kualitas tidak tergantung
pada pengujian yang
dilakukan
Elemen CPOB
1. Manajemen mutu
2. Personalia
3. Bangunan & fasilitas
4. Peralatan
5. Sanitasi & higiene
6. Produksi
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri dan audit mutu
9. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan
kembali produk & produk kembalian
10. Dokumentasi
11. Pembuatan & analisis berdasarkan kontrak
12. Kualifikasi & validasi
peran apoteker sebagai penanggung jawab
produksi:

APOTEKER MELAKUKAN PRAKTEK BUKAN


BEKERJA

perbedaan prinsip yaitu:

praktek, bekerja mandiri berdasarkan standar-


standar yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun
termasuk atasan atau pemilik modal
jika akan memproduksi tablet amoksisilin
500mg, menurut standar farmakope indonesia
rentang 90% - 110%. demikian juga jika
bekerja di quality control atau quality
assurance.
peran apoteker di bidang
pengadaan
pengadaan baik di bidang pemerintahan
maupun swasta menentukan kebutuhan
obat:

- farmakoepidemiologi : berdasarkan pola


penyakit
- farmakoekonomi: menghitung dari sudut
harga
- legalitas:
Apoteker sesuaimenilai
akan mampu aturan yang ada.
bagaimana
misalnya
kualitas barang, pengadaan morfinharus
cara menyimpan dan oleh
apoteker.
mendistribusikan untuk stabilitas
kualitas.Misalnya: perhitungan buffer
stock, pengadaan golongan narkotika,
psikotropika dan menyimpan vaksin.
peran apoteker di bidang
distribusi
penanggung jawab pedagang besar farmasi
(pbf) , sehingga bisamelakukan re-packing

misalnya : kebutuhan obat di apotik hanya50


tablet sedangkan kemasan yang ada 200 tablet,
maka kalau penanggung jawab seorang
apoteker , bisa dilakukan re-packing(kemasan
ulang) dari kemasan 200 tablet menjadi 50
tablet.

re-packing hanya untuk ke apotek atau sarana


lainnya yangpenanggung jawabnya seorang
apoteker, tidak boleh ke toko obat
peran apoteker di bidang
pelayanan
Peran apoteker di bidang pelayanan: sarana
pelayanan kesehatan: rumah sakit, apotek,
puskesmas, balai pengobatan.

Peran apoteker yaitu harus bisa menilai


apakah obat tersebut rasional atau tidak.

sekarang ini masih sering dijumpai obat yang


irrasional, polifarmasi (over prescribing), dll
• Farmasi Komunitas/Perapotekan
– Retail
– dispensing, compounding, selling,
penyimpanan dan penangan, nasihat
kepada pasien,pemilihan produk untuk
inventor, identifikasi produk fast
moving, administrasi, supervisi
kefarmasian, kewirausahaan.
Tipe farmasi komunitas

• Apotek perorangan
• Apotek waralaba
- Apotek K24
- Apotek Century
-Apotek Kimia Farma
- Apotek Watson
-Apotek Guardian
-dll
Farmasi Rumah Sakit

1. Melakukan konseling
2. MESO
3. Aseptic dispensing obat suntik
4. Menganalisa efektifitas biaya
5. Penentuan kadar obat dalam darah
6. Penanganan obat sitostatik
7. Total parenteral nutrisi
8. Pemantauan penggunaan obat
9. Wawancara pemakaian obat
Ikatan Apoteker Indonesia
ikatan apoteker indonesia ( IAI) berperan untuk
memfasilitasi
continuing professional development dengan
melakukan kursus-kursus untuk menjamin
peningkatan kompetensi apoteker.

farmasi sebagai ilmu terapan adalah bagaimana


ilmu farmasi dapat diterapkan seluas-luasnya, bukan
sebatas ilmu untuk dipahami sebagai ilmu saja.

perubahan orientasi praktek kefarmasian dari


product oriented ke patient centered adalah bagian
dari kontribusi profesi apoteker untuk
mengedepankan keselamatan konsumen obat
Hal yang menghambat dalam menjalankan
UU kode etik terhadap pasien:

•Ketidakhadiran apoteker di apotek

•Apoteker tidak menjalankan profesi sesuai


standar kompetensi apoteker yang telah
ditetapkan dan tidak dilandasi prinsip
kemanusiaan

•Apoteker tidak memberikan informasi tentang


obat dengan baik kepada pasien
•Pasien tidak mau bekerjasama terhadap
peraturan obat yang telah diresepkan
•Tidak terbangun kepercayaan masyarakat
terhadap Apoteker

•Terjadinya fenomena dispensing obat oleh


dokter yang tidak hanya dilakukan di
pedesaan yang sangat jarang terdapat
apotek, tetapi dilakukan di kota-kota besar
yang terdapat banyak apotek.

•Saat Apoteker lebih mementingkan omset


penjualan apotek daripada kebutuhan dan
keadaan ekonomi pasiennya
Hal yang menghambat dalam menjalankan
UU kode etik terhadap teman sejawat:
•Konsep kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang lain relatif masih cukup baru bagi
Apoteker

•Apoteker tidak memberikan informasi tentang


obat dengan baik kepada tenaga kesehatan
lain, padahal hal ini merupakan tanggung jawab
apoteker untuk memberikan informasi tersebut

•Apoteker tidak mempunyai akses kepustakaan


sebagai acuan yang memadai dan pengetahuan
tentang sumber alternatif dari informasi obat
•Apoteker tidak selalu meningkatkan
pengetahuan dan keahlian, tidak meng-update
diri terhadap informasi informasi kesehatan
yang sangat cepat berkembang

•Apabila apoteker dalam tahap penyampaian


atau distribusi obat kepada perawat tidak
memberikan informasi tentang berbagai aspek
obat untuk pasien tertentu, terutama tentang
pemberian obat

•tidak terdapat ketertarikan secara profesional,


komunikasi yang tidak terbuka dan tidak dua
arah, dan kerjasama yang tidak seimbang
•Miskomunikasi bahwa seolah-olah Apoteker
akan “mengintervensi” wewenang dokter
dalam memilih obat atau akan menjadi
“polisi” yang akan mengawasi pengobatan
oleh dokter

•Tidak terdapat komitmen dari Apoteker


dengan tenaga kesehatan lainnya

•Adanya fenomena dokter dispensing


merugikan apoteker sebab menyebabkan
apoteker tidak dapat melakukan peran dan
tanggungjawabnya dalam
menginformasikan dan melakukan
pelayanan kesehatan kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai