Anda di halaman 1dari 18

1

PENCEGAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

Oleh :

KELOMPOK 13

1. Yunita Triwijayanti 24030115120062


2. Mikael Risaldo 24030115140073
3. Rena Mayusa 24030115130076
4. Divani Efilis P.S 24030115130077
5. Khrisna Pangeran 24030115140081
6. Nur Esti Darmastuti 24030115130082
7. Agriccia Pangestica S. 24030115120003

GEOKIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016
2

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah yang
berjudul “PENCEGAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO”. Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Geokim
dan memberikan penjelasan mengenai upaya pencegahan yang harus dilakukan
oleh semua elemen masyarakat supaya bencana lumpur lapindo tidak terulang
lagi.
Dalam pembuatan dan  penyusunan makalah ini, tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan agar nantinya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata  kami ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Semarang, 10 September 2016

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang...................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan................................................................................1

1.4. Manfaat Penulisan..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2. 1. Resiko pada Lingkungan Kerja........................................................2

2.2. Pencegahan Kecelakaan.....................................................................3

BAB III PENUTUP

3. 1. Kesimpulan.........................................................................................20

3.2. Saran....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak
terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut
dapat kita ketahui, maka kitadapat melakukan pencegahan ataupun
penanggulangan terhdap kecelakaan tersebut
Dari berbagai penyebab kecelakaan, tentunya akan berpengaruh pula pada
lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan kerja
khususnya di bidang industri seringkali diikuti dengan adanya kerusakan
lingkungan terlebih jika kecelakaan industri tersebut berskala besar. Bagi
para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera bahkan kematian jika
kecelakaan yang terjadi sangat fatal. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali
ini akan dibahas berbagai resiko yang terjadi dalam lingkungan kerja dan
upaya pencegahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa saja resiko pada lingkungan kerja?
1.2.2 Bagaimana upaya pencegahannya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Memberikan penjelasan mengenai resiko pada lingkungan kerja
1.3.2. Memberikan penjelasan mengenai upaya pencegahannya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1. Mengetahui resiko pada lingkungan kerja
1.4.2. Mengetahui upaya pencegahannya
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Resiko pada Lingkungan Kerja

Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan


kemungkinanterjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu
saja, tetapiterdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui,
maka kitadapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad
kecelakaantersebut. Penyebab utama kecelakaan adalah :

a. Kondisi tidak aman (unsafe condition). Hal ini berkaitan dengan mesin/
alatkerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagaimanamestinya.
Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungankerja yang
kurang mendukung, seperti 7 penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan
maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan
oleh metode / proses produksi yang kurang baik. Halini dilihat dari sistem
pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan bebansecara manal
/menggunakan tenaga manusia. 

b. Tindakan tidak aman (unsafe action). Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan
terhadap personal pekerja, antara lain menggunakan peralatan yang kurang baik,
sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri maupun
menjalan sesuatu tanpa wewenang.

c. Kelemahan sistem manajemen. Kelemahan sistem manajemen


iniseringkaliterkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak jelasataupun tidak
adanyastandar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan
kegiatankerjanya.

Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada


lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan kerja khususnya
di bidang industri seringkali diikuti dengan adanya kerusakan lingkungan terlebih
jika kecelakaan industri tersebut berskala besar. Bagi para pekerja sendiri tentunya
6

akan berakibat cedera bahkan kematian jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal.
Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya disebabkanoleh adanya bahan sisa
proses produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia
berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan industri, namun bahkan
lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahanlimbah industri yang tidak baik.

Suatu lingkungan kerja meliputi :

1. Faktor Mekanis.

2. Faktor Fisik.

3. Faktor Kimia.

4. Faktor Biologi.

5. Faktor Ergonomi.

Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan


dankesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya produktivitas
kerjayang tinggi Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik
disampingfaktor-faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum /
hidup yangterjamin secara komprehensif.

2.2. Pencegahan

  Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilanh minak dan
potensi bahaya yang terjadi pada kilang minyak, maka secara keseluruhan
pencegahan kecelakaan yang diperlukan adalah :

1) Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan


industri.
2) Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan
alat pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan
agar tidak mengganggu kualitas lingkungan.
3) Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan
pekerjasehingga diharapkan dapat lebih berhati ± hati dalam melakukan
7

pekerjaanterutama yang menggunakan peralatan ataupun bahan kimia


yang dapatmembahayakan diri sendiri maupun lingkungan.

Antisipasi kegagalan menghentikan semburan lumpur

Jika skenario penghentian lumpur terlambat atau gagal maka tanggul yang
disediakan tidak akanmampu menyimpan lumpur panas sebesar 126,000 m3 per
hari. Pilihan penyaluran lumpur panasyang tersedia pada pertengahan September
2006 hanya tinggal dua.Skenario ini dibuat kalauluapan lumpur adalah kesalahan
manusia, seandainya luapan lumpur dianggap sebagai fenomenaalam, maka
skenario yang wajar adalah 'bagaimana mengalirkan lumpur kelaut' dan
belajar bagaimana hidup dengan lumpur.

Pilihan pertama adalah meneruskan upaya penangangan lumpur di lokasi


semburan denganmembangun waduk tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang
ada sekarang. Dengan sedikitupaya untuk menggali lahan ditempat yang akan
dijadikan waduk tambahan tersebut agar dayatampungnya menjadi lebih besar.
Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar wadukdiperlukan waktu, begitu
juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan lumpursecara
terus menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar.

Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur panas itu ke Kali


Porong. Sebagai tempat penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang
telah tersedia, tanpa perlu digali, memiliki potensi volume penampungan lumpur
panas yang cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian tengah kali
tersebut, bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka
potensi penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap
kilometernya. Dengan kata lain,kali Porong dapat membantu menyimpan lumpur
sekitar 5 juta m3, atau akan memberikantambahan waktu sampai lima bulan bila
volume lumpur yang dipompakan ke Kali Porong tidakmelebihi 50,000 m3 per
hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhanlumpur yang
menyembur sejak awal Oktober 2006, maka volume lumpur yang akan pindah ke
Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan Desember 2006. Volume lumpur
8

yang begitu besarmembutuhkan frekuensi dan volume penggelontoran air


dari Sungai Brantas yang tinggi, dankegiatan pengerukan dasar sungai yang terus
menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadiwaduk lumpur. Sedangkan
untuk mencegah pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di perairanSelat
Madura,diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di kawasan
pantaiSidoardjo.Para pakar yang melakukan simposium di ITS pada minggu
kedua September, menyampaikaninformasi bahwa kawasan pantai di Kabupaten
Sidoardjo mengalami proses reklamasi pantaisecara alamiah dalam beberapa
dekade terakhir disebabkan oleh proses sedimentasi dan dinamika perairan Selat
Madura. Setiap tahunnya, pantai Sidoardjo bertambah 40 meter.Sehingga upaya
membentuk kawasan lahan basah di pantai yang terbuat dari lumpur
panasSidoardjo, merupakan hal yang selaras dengan proses alamiah reklamasi
pantai yang sudah berjalan beberapa dekade terakhir.Dengan mengumpulkan
lumpur panas Sidoarjo ke tempat yang kemudian menjadi lahan basahyang akan
ditanami oleh mangrove, lumpur tersebut dapat dicegah masuk ke Selat
Madurasehingga tidak mengancam kehidupan nelayan tambak di kawasan pantai
Sidoardjo dan nelayan penangkap ikan di Selat Madura. Pantai rawa baru yang
akan menjadi lahan reklamasi tersebutdikembangkan menjadi hutan bakau yang
lebat dan subur, yang bermanfaat bagi pemijahan ikan,daerah penyangga untuk
pertambakan udang. Pantai baru dengan hutan bakau di atasnya dapatditetapkan
sebagai kawasan lindung yang menjadi sumber inspirasi dan sarana pendidikan
bagimasyarakat terhadap pentingnya pelestarian kawasan pantai..

Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur

Pada 9 September  2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


menandatangani surat keputusan pembentukan Tim Nasional Penanggulangan
Semburan Lumpur di Sidoarjo, yaitu Keppres Nomor 13 Tahun 2006. Dalam
Keppres itu disebutkan, tim dibentuk untuk menyelamatkan penduduk di sekitar
lokasi bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan menyelesaikan masalahsemburan
lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil. Tim dipimpin Basuki Hadi
Muljono,Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan
9

Umum, dengan tim pengarah sejumlah menteri, diberi mandat selama enam bulan.


Seluruh biaya untuk pelaksanaantugas tim nasional ini dibebankan pada PT
Lapindo Brantas.Namun upaya Timnas yangdidukung oleh Rudy Rubiandini
ternyata gagal total walaupun telah menelan biaya 900 milyarrupiah.

Keputusan Pemerintah

Rapat Kabinet pada 27 September  2006 akhirnya memutuskan untuk


membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu
dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000
meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik perhari, untuk memberikan
tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan
sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan
lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

Pendapat Kontra pembuangan lumpur secara langsung

Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, diantaranya Walhi


dan ITS, Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, dalam Rapat Dengar
Pendapat dengan Komisi IV DPR  RI, 5 September  2006, menyatakan luapan
lumpur Lapindo mengakibatkan produksi tambak pada lahan seluas 989 hektar di
dua kecamatan mengalami kegagalan panen.Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada budidaya tambak di
kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur, mencapaiRp10,9
miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan
caramengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan dampak
yang semakin

Dosen ITB dalam Penanggulangan Lumpur Lapindo

Semenjak keluarnya semburan lumpur dari sumur banjar panji-1 milik


Lapindo Brantas, Sidoarjo, Jawa Timur pada 29 Mei 2006 yang lalu, sampai saat
ini semburannya belum dapat dihentikan. Itu berarti telah hampir 10 bulan
bencana lumpur lapindo atau lumpur Sidoarjo terjadi.  Dengan melihat keadaan
demikianlah, tiga orang dosen dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
10

Alam (FMIPA) ITB bergabung dengan tim nasional penanggulangan lumpur


lapindo. Dr. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, Dr. Umar Fauzi dan Dr. Satria
bijaksana inilah yang menjadi tim insersi bola beton. Dengan metoda ini mereka
berharap dapat memperkecil volume semburan lumpur lapindo. Metoda bola
beton ini bertujuan untuk mengurangi debit semburan lumpur, sehingga
memperkecil volume semburan lumpur tersebut ujar Dr. Satria Bijaksana, wakil
ketua tim metode insersi bola beton di ruang kerjanya (Kamis, 22/03). 

Bola beton ini merupakan high density ball yang berbentuk untaian.
Masing-masing untaian terdiri dari empat bola beton dengan ukuran yang
berbeda. Dua bola beton teratas berdiameter 20, berat 18 kg. Sedangkan dua bola
beton terbawah berdiameter 40 cm dengan berat 80 kg. Saat ditanya mengapa
beton ini berbentuk bola, Dr. Satria Bijaksana menjelaskan bahwa dengan beton
berbentuk bola mampu memperkecil luas penampang pusat semburan lumpur
tetapi tidak menutup pusat semburan tersebut, ini dimaksudkan agar tidak lahirnya
pusat semburan baru seperti yang dikhawatirkan banyak orang. Layaknya banyak
kelereng yang dimasukkan dalam sebuah wadah, tapi kelereng-kelereng itu tidak
menutup total wadah tersebut, tambah Dr. Satria Bijaksana.

Rencana awal dari metoda ini adalah memasukkan 1000 untaian bola
beton kedalam pusat semburan lumpur, namun teknisnya dibagi dalam beberapa
tahapan. Untuk saat ini, metoda bola beton ini terdiri dari 2 tahap. Tahap yang
pertama telah diselesaikan dengan memasukkan 374 untaian bola pada pusat
semburan lumpur. Memasukkan untaian bola beton pertama (24/02) hingga
untaian bola beton terakhir (16/03) yang kuantitas untaian bola beton yang
dimasukkan tergantung dari keadaan cuaca. Tahap kedua direncanakan akan
memasukkan bola beton sebanyak 500 untaian. 

Tidak hanya memasukkan bola beton, mengetahui geometri kawah dengan


menggunakan sistem sonar, mengukur bagaimana bola beton tersebut jatuh,
mengukur temperatur lumpur juga dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dari
lumpur. Metoda inipun tidak luput dari kendala. Faktor alam menjadi kendala
dominan seperti hujan, ketinggian tempat dan arah pergerakan angin. Tim insersi
11

bola beton selalu melakukan monitoring, evaluasi serta analisis dalam metoda ini.
Memang setelah dilakukannya metoda bola beton ini, kadar gas H2S menjadi
meningkat. Ini dikarenakan insersi bola beton yang menurunkan tekanan sehingga
banyak gas yang keluar, jelas Dr. Satria Bijaksana.

Pihak Lapindo telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau sekitar
665 milyar untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Dana ini digunakan untuk
salah satunya adalah membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur.
Namun dengan terus bertambahnya volume semburan lumpur lapindo, pembuatan
tanggul dirasa tidak menyelesaikan masalah. Ditambah lagi dengan datangnya
musim hujan, volume yang tertampung dalam tanggul akan menjadi besar dan
dapat mengakibatkan jebolnya tanggul. Hal ini sangat bebahaya jika terjadi dalam
jangka waktu yang pendek, karena kawasan sekitar tanggul adalah jalan raya, rel
kereta api, dan rumah penduduk. Ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk
menyelesaikan masalah bencana lumpur lapindo. Tiap tim terdiri dari perwakilan
Lapindo Brantas Inc., pemerintah dan sejumlah ahli dari beberapa universitas
terkemuka. Tim ini dibentuk untuk menyelamatkan penduduk sekitar, menjaga
infrastuktur, dan menangai semburan lumpur dengan resiko lingkungan terkecil.
Seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas tiap tim akan ditanggung
oleh Lapindo Brantas Inc.

Selain itu Lapindo Brantas Inc. juga harus memberikan ganti rugi bagi
para korban. Lapindo Brantas Inc berkewajiban untuk membayar sebanyak 13.237
berkas. Saat ini masih ada 3.348 berkas dengan total pembayaran 786 milyar yang
masih belum tertangani. Dengan kata lain sebanyak 75 persen dari berkas yang
ada telah dilunasi. Lapindo Brantas Inc telah mengeluarkan dana sebanyak 8
triliun, dimana 5 triliun digunakan untuk penanganan semburan lumpur lapindo
dan triliun digunakan untuk pembayaran aset warga.

Bantuan Pemakaman – Pemakaman sementara di Desa Mindi dengan


Kompensasi Rp. 1,000,000/per orang.8. Bantuan lain termasuk ketentuan akan
makan, air, dll di pusat tempat pengungsian.Table 6 berikut ini menunjukkan total
biaya dari lumpur sidoarjo yang ditanggung Lapindo hingga Maret 2011.
12

Total Pengeluaran (Anggaran) BPLS (2009, 2010, 2011)Selain tanggung


jawab sosial pendanaan yang dimiliki BPLS, mereka jugabertanggung jawab
untuk mitigasi dan pengelolaan semburan lumpur tersebut. Initermasuk biaya
transfer lumpur kedalam Sungai Porong dan akhirnya lautan dan biaya
infrastruktur pemerintah sepertimemindahkan jalan tol untuk ke lokasi
baru.Pengeluaran BPLS tahun 2009Untuk tahun 2009, total anggaran BPLS
adalah sedikit diatas Rp 1,1 triliun yang telahmereka habiskan 61,5%. Alokasi
anggaran dibagi menjadi empat bidang utama:

1. Pengaturan tanah dan bangunan 3 desa Besuki, dan


KedungcangkringPejarakan (skema pembayaran kembali 80%)sebesar
Rp 227 miliar2.
2. Untuk relokasi jalan arteri Porong, termasuk penyelesaian
pembebasantanah Rp 523 miliar dollar.
3. Penerusan untuk infrastruktur tanah longsor, termasuk pemantauan
danpenanganan penanganan deformasi geologi: Rp 241 miliar dolar.
4. Kesejahteraan Sosial: Rp 59 miliarPengeluaran BPLS tahun
2010Untuk 2010 alokasi anggaran sebesar sedikit lebih dari Rp 1,2
triliun yang BPLSmenghabiskan 52,37%. Tabel 7 berikut
menunjukkan alokasi pengeluaran dananggaran dan berbagai
pengeluaran aktual.
13
14
15

Sumber BPLS 2011

Anggaran BPLS tahun 2011Di tahun 2011 ada 4 area utama lagi yang menarik
bagi BPLS. Ini adalah:

1. Pengalihan lumpur ke Sungai Porong.


2. Relokasi jalan tol termasuk jasa konstruksi dan jasa konsultasi
mengawasi,pembangunan jalan depan sepanjang jalan arteri baru dan
konstruksi darisebuah jalanan jembaran melayang (flyover )
3. Pengelolaan semburan lumpur konstruksi infrastruktur terdiri dari
jasakonstruksi dan jasa konsultasi, pengembangan / pemeliharaan
16

tanggul,hubungan dengan media, pengelolaan sistem drainase, manajemen


muaradan perbaikan dari jalanan ke muara
4. Pengelolaan masalah social

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berbagai resiko dapat terjadi dalam lingkungan kerja, dapat dikarenakan


kondisi tidak aman, tindakan tidak aman, atau kelemahan sistem manajemen. Hal
ini dapat berpengaruh besar pada lingkungan kerja dan lingkungan hidup
sekitarnya. Upaya pencegahan pada hal ini sangat diperlukan, diantaranya
perlunya peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan
industry, standarisasi baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan
alat pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan
agar tidak mengganggu kualitas lingkungan, dilakukan pelatihan dan tindakan
persuasif bagi pengusaha dan pekerja sehingga diharapkan dapat lebih berhati-hati
dalam melakukan pekerjaan terutama yang menggunakan peralatan ataupun bahan
kimia yang dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan.

3.2. Saran

Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan berbagai


hal mengenai pertambangan, sehingga para penambang lebih memperhatikan
dampak lingkungan daripada keuntungan semata. Diharapkan juga pemerintah
lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar peraturan
penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan
dampak lingkungan dan resiko kecelakaan. Diharapkan dengan penambang yang
bertanggungjawab terhadap reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada
akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral Batubara

Departemen ESDM. 2006.Batubara Indonesia. Jakarta: Departemen ESDM

Soemarwoto, O.2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Suhala, S.A.F, Yoesoef dan Muta’alim.1995.Teknologi Pertambangan Indonesia.Jakarta:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal


Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi

Wardana, W.A.2001.Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit Andi

Yogyakarta

http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-
lingkungan-hidup/
18

Anda mungkin juga menyukai