Anda di halaman 1dari 36

Tugas Mata Kuliah manajemen pendidikan

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Disusun

Oleh:

NAMA : SRI WULANDARI

NIM : 1706103030022

JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA

KELAS :A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT, yang mana Allah masih memberikan
kita nikmat ilmu dan nikmat kehidupan sehingga kita masih dapat menghirup
udara segar hingga saat ini. Tak lupa pula salawat beriringkan salam kita sangjung
sajikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang mana beliau yang telah
membawa kita dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Terima kasih juga saya ucakan kepada dosen pembimbing mata kuliah
manajemen pendidikan yaitu Ibu ( Prof. Dr. murniati Ar, M.Pd ) yang mana beliau
telah membimbing saya hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini hingga
selesai.

Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Segala saran
dari pembaca akan saya terima dengan senang hati

Darussalam, 24 November 2019

Sri Wulandari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1

A. latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................4

BAB III : PENUTUP.....................................................................................24

A. Kesimpulan..................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari keanggotaan suatu
organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa
dimana pun dan kapan pun manusia berada (berinteraksi) maka disitu muncul
organisasi. Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari
orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkebang pada interaksi
orang untuk maksud tertentu. Organisasi dapat di identifikasi sebagai keluarga,
rukun tetangga, rukun warga, kelurhan, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi,
negara, perserikatan dua negara atau lebih, perserikatan bangsa-bangsa, dan lain
sebagainya. Kemestian manusia saat ini, suatu organisasi ditujukan untuk
mencapai tujuan bersama dengan efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu
kondisi yang kebetulan. Efektivitas dan efisiensi ini dapat digambarkan sebagai
seratus sapu lidi yang diikiat secara bersaam akan memilki kekuatan yang lebih
besar untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah seratus
sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihkan satu halaman.
Pendidikan sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia (SDM)
merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga,
masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan
yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan. Pada level negara,
tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, pada level provinsi disebut tujuan
provinsi, pada level kabupaten disebut tujuan kabupaten, dan pada sekolah dikenal
level pendidikan sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi dalam perkembangan
zaman pada saat ini dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai pekerjaan,

4
proses pendidikan bagi anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi
pendidikan formal (sekolah/madrasah).
Manfaat penting membangun organisasi belajar adalah mampu menghadapi
tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan kehidupan dan
menyesuaikan diri dengan perubahan itu agar tetap bertahan dan berkembang,
mencapai kinerja yang tinggi dan memenangkan persaingan, dan memperbaiki
kualitas dengan memunculkan inovasi.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh
mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa
diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya.
Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada kerendahan hati.

5
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu manajemen?
b. Apa itu kepemimpinan?
c. Apa itu organisasi?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemimpinan
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian organisasi

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok
sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode,
lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Istilah organisasi bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, karena dari pertama
kita menimba ilmu pada tingkat pertama, kita sudah dikenalkan dengan salah satu
organisasi kesiswaan seperti OSIS. Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering
kita jumpai yang namanya organisasi, baik organisasi kepemudaan dan bahkan
sampai organisasi kepemerintahan.

Berikut ini definisi organisasi yang dipaparkan oleh beberapa para ahli, yaitu


seperti:

1.   Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1996:6) mendefinisikan organisasi


sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Lebih
lanjut ketiganya menyebutkan bahwa organisasi adalah suatu unit
terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi  mencapai suatu sasaran
tertentu atau serangkaian sasaran. Definisi ini menekankan pada upaya
peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan efesien
melalui koordinasi antar unit organisasi.

7
2. Stephen P. Robbins ( 1994:4 ) mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan
(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan
yang relative dapat didefinisikan, yang bekerja atas dasar yang relative
menerus mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Definisi
dari Robbins tersebut, menekankan bahwa organisasi adalah suatu sistem
sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manjemen. Batasan organisasi
menurut Robbins tesebut akan berubah sebagaimana tuntutan lingkungan
organisasi, sehingga dikatakan “relatif”.
3. Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel ( 2001:1 ) menelusuri kajian organisasi
dalam tiga pandangan, yaitu rational, natural, dan open sistem.
a. A rational-sistem perspective views organization as formal instrument
designed to achieve organizational goals; structure is the most
important feature. Telaahan ini menunjukkan bahwa dalam pandangan
sistem rational (logika) organisasi merupakan instrument formal yang
dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dan struktur aspek yang
paling penting.
b. A natural-sistems prefective views organization as typical social
groups intent on surving; people are the most important aspect. Dalam
pandangan sistem natural (alamiah) Robbins memandang organisasi
sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan;
orang-orang merupakan aspek yang paling penting/utama
c. An open-sistems perspective has the potential to combine rational and
natural elements in the same framework and provide a more complete
perspective. Robbins memandang organisasi dalam arti sebuah sistem
terbuka sebagai sesuatu yang potensial untuk menghubungkan
komponen rasional dan natural dalam satu kerangkan dan memberikan
satu pandangan yang lebih lengkap.
4. Edgar Schein (1973) mendefinisikan “An organization is the rational
coordination of the activity of the number of people for the achievement of
some common explicit of labor and function, and through a hierarchy of
outhority and responsibility”. (Suatu organisasi adalah koordinasi rasional

8
kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum dari tenaga
kerja dan fungsi, serta dengan tingkatan hirarki dan tanggungjawab.)
5. Ananda W.P Guruge (1977) mendefinisikan “Organization is difened as
arranging a complex of tasks into manageable units and defining the formal
relationship among the people who are assigned the various tasks”.
(Organisasi didefinisikan sebagai tatanan tugas yang kompleks yang dikelola
oleh suatu unit dan mendeskripsikan hubungan formal antara orang-orang
yang ditugaskan berbagai macam tugas).
6. SB Hri Lubis (1987) menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan pengertian dari
keseluruhan definisi organisasi yaitu pada dasarnya organisasi sebagai suatu
kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut
suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan
tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan
secara tegas dari lingkunagnnya.
7. Sutarto (1998) mendefiniskan bahwa organisasi adalah sistem saling
berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang
dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh
masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan


yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur
hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di
dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-
orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

9
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan
semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak
langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara
efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.
Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja
yang harus dilakukan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental


atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan.

Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan


jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran,
dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Menuruth Keith
Davis ada tiga unsur penting partisipasi:

1.        Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya


merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-
mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

2.        Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada


usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang,
kesukarelaan untuk membantu kelompok.

3.        Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan


segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota
artinya ada rasa “sense of belongingness”.

B. Prinsip-prinsip organisasi

10
Taylor menuliskan hasil penelitiannya tentang manajemen pabrik di Amerika
Serikat, Henry Fayol, orang Perancis, mengkonsolidasikan prinsip-prinsip
organisasinya. Meskipun mereka menulis pada waktu bersamaan, focus dari
Taylor dan Fayol cukup berbeda. Ide – ide Taylor didasarkan atas penelitian
ilmiah, sedangkan Fayol menulis atas dasar pengalamannya bertahun-tahun
sebagai seorang praktisi eksekutif.
Fayol mencoba mengembangkan prinsip – prinsip umum yang dapat
diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi, dan
menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer.
Sedangkan Taylor memusatkan perhatian pada tingkat yang paling rendah dari
organisasi manajemen, yaitu tingkat paling rendah dari sebuah pabrik (shop level
management).
Fayol mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan
secara universal dan dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas-
universitas. Banyak dari prinsip organisasi tersebut, meskipun kurang
keuniversalannya, diikuti secara luas oleh para manajer dewasa ini, yaitu:
1. Prinsip Pembagian kerja, Prinsip ini sama dengan “pembagian kerja”
Adam Smith. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat
para pekerja lebih efisien.
2.  Prinsip Wewenang, Manajer harus dapat member perintah. Wewenang
memberikan hak ini kepadanya,. Tetapi wewenang berjalan seiring dengan
tanggung jawab. Jika wewenang digunakan, timbullah tanggung jawab.
Agar efektif, wewenang seorang manajer harus sama dengan tanggung
jawabnya.
3. Prinsip Disiplin, Para pegawai harus mentaati dan menghormati peraturan
yang mengatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari
kepemimpinan yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara
manajemen dan para pekerja tentang peraturan organisasi serta penerapan
hukuman yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.
4. Prinsip Kesatuan komando, Setiap pegawai seharusnya menerima
perintah hanya dari seorang atasan.

11
5. Prinsip Kesatuan arah, Setiap kelompok aktivitas organisasi yang
mempunyai tujuan sama harus dipimpin oleh seorang manjer dengan
menggunakan sebuah rencana.
6. Prinsip Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan
individu. Kepentingan seorang pegawai atau kelompok pegawai tidak
boleh mendahulukan kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7. Prinsip Remunarasi, Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang
mereka berikan.
8. Prinsip Sentralisasi, ini merujuk kepada sejauh mana para bawahan
terlibat dalam pengambilan keputusan. Apakah pengambilan keputusan itu
disentralisasi (pada manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan)
adalah proporsi yang tepat. Kuncinya terletak pada bagaimana menemukan
tingkat sentralisasi yang optimal untuk setiap situasi.
9. Prinsip Rantai scalar, Garis wewenang dari manajemen puncak sampai
ke tingkat yang paling rendah merupakan rantai scalar. Komunikasi harus
mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah
tercipta kelambatan, komunikasi silang dapat diizinkan jika disetujui oleh
semua pihak, sedangkan atasan harus diberitahhu.
10. Prinsip Tata tertib, Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dari
waktu yang tepat.
11. Prinsip Keadilan, Para manajer harus selalu baik dan jujur terhadap para
bawahan
12. Prinsip Stabilitas masa kerja para pegawai, Perputaran (turnover)
pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan
perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi
kekosongan harus selalu adda pengganti
13. Prinsip Inisiatif, Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan
melaksanakan rencana-rencana akan berusaha keras
14. Prinsip Esprit de corps, Mendorong team spirit akan mmembangun
keselarasan dan persatuan di dalam organisasi.

12
Selain ke-14 prinsip organisasi di atas, ada beberapa prinsip-prinsip atau asas
organisasi lainnya. Diantaranya adalah:
1. Prinsip Perumusan Tujuan yang Jelas. Tujuan dan arah merupakan
hal yang sangat penting dalam pembentukan suatu organisasi. Karena
dari tujuan ini akan terlihat hasil yang akan dicapai baik itu secara fisik
maupun non fisik.
2. Prinsip Pembagian kerja. Dalam pembentukan suatu organisasi harus
terlihat dengan jelas akan pembagian kerja dari masing-masing unit
(sub) organisasi, hal ini supaya tidak terjadinya tumpang tindih
aktivitas dan dapat menghambat tercapainya suatu tujuan.
3. Prinsip Delegasi kekuasaan. Dengan adanya pembagian kerja
tersebut yang jelas maka akan telihat pula garis komando dan delegasi
kekuasaan (wewenang) dari masing-masing unit kerja.
4. Prinsip Rentang kekuasaan. Rentang kekuasaan merupakan
penjabaran dari pendelegasian suatu kekuasaan. Parameter dan tolok
ukur pun harus menjadi bagian dari rentang kekuasaan, sehingga tidak
timbul diktatoris kekuasaan atau kesewenangan kekuasaan tersebut.
5. Prinsip Tingkat pengawasan. Penggambaran tingkat pengawasan
yang timbul antar atasan dengan sub (unit) bawahannya harus lah
terlihat dalam struktur organisasi tersebut. Sehingga batasan apa yang
menjadi hak dan kewajiban baik itu atasan maupun bawahan akan
tercipta.
6. Prinsip Kesatuan perintah dan tanggung jawab. Dengan
tergambarnya struktur organisasi yang jelas maka kesatuan perintah
atau komando akan terlihat pula. Begitu juga dengan tanggung jawab
dari orang yang memberikan delegasi (perintah) akan nampak.
7. Prinsip Koordinasi. Ini pun harus terlihat dengan jelas dalam
penyusunan suatu organisasi. Koordinasi dari masing-masing divisi
atau unit kerja akan tercipta. Dengan demikian tujuan suatu organisasi
ini akan semakin  cepat tercapai.

13
C. Pola-pola Organisasi
Pola Organisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi informal.

1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan
mempunyai tujuan tertentu yang disadari pula dengan menggunakan sistem tugas.
hubungan wewenang, tanggung jawab maupun penanggung jawaban dirancang
oleh manajer agar pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
telah disepakati bersama. Dalam organisasi formal semua hubungan kewenangan
maupun responsibility akan terlihat dalam bagan struktur organisasi perusahaan,
di mana pada bagan tersebut akan diperlihatkan seberapa besar wewenang
maupun tanggung jawab yang harus dipikul untuk masing-masing pekerjaan yang
merupakan bagian dari pekerjaan yang lebih besar dengan (sasaran yang
tercapainya tujuan organisasi yang lelah ditetapkan).
2. Organisasi Informal
Organisasi Informal merupakan Organisasi yang tercipta karena adanya
hubungan antar pribadi yang secara tidak sadar terjadi keberadaannya tanpa
didasarkan pada hubungan wewenang formal pada struktur organisasi maupun
kesepakatan tujuan bersama.

D. Tujuan Organisasi
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan
dicapai dari setiap kegiatan yang telah dilakukan sebelumya. Untuk membahas
tujuan dari pada organisasi ini, ada beberapa hal yang akan kita bahas sebagai
pelengkap dari pada isi tujuan organisasi, yaitu:
1. Misi Dan Tujuan Organisasi  
Sebelum organisasi menentukan tujuannya, terlebih dulu menetapkan misi /
maksud organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud
organisasi. Sedangkan Misi organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar
yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan

14
mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar. Etzioni
mendefinisikan tujuan organisasi sebagai :
 Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi
bermaksud untuk merealisasikan
 Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi
sebagai kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya.
Tujuan dapat berupa tujuan umum / khusus , tujuan akhir / tujuan antara.
Tujuan Umum (tujuan strategic) secara operasioanal tidak dapat berfungsi
sebelum dijabarkan terlebih dahulu kedalam tujuan-tujuan khusus yang lebih
terperinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk hirarki tujuan.
2. Berbagai Fungsi Tujuan Organisasi
 Pedoman Bagi Kegiatan, melalui penggambaran hasil-hasil di waktu yang
akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan
organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan
 Sumber Legitimasi, akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk
mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya
 Standar Pelaksanaan, bila tujuan dilaksanakan secara jelas dan dipahami,
akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan
(prestasi) organisasi
 Standar Motivasi, berfungsi sebagai motivasi dan identifikasi karyawan
yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan
insentif bagi para anggota
 Dasar Rasional Pengorganisasian, tujuan organisasi merupakan suatu dasar
perancangan organisasi
3. Tipe-Tipe Tujuan
Klasifikasi tujuan dari Penow bagi organisasi pada umumnya dibedakan
menjadi 5 tujuan menurut “sudut pandangan mereka yang berkepantingan” , yaitu:
 Tujuan Kemasyarakatan (Societal Goals), berkenaan dengan kelas-kelas
organisasi luas yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat

15
 Tujuan Keluaran (Output Goals), berkenaan dengan jenis-jenis keluaran
tertentu dalam bentuk fungsi-fungsi konsumen. Contoh : barang- barang
konsumen, jasa-jas bisnis
 Tujuan Sistem (System Goals), cara pelaksanaan fungsi organisasi tidak
tergantung pada barang / jasa yang diproduksi / tujuan yang diambil
 Tujuan Produk (Product Goals) / Tujuan Karakteristik Produk, berbagai
karakteristik barang- barang / jasa-jasa produksi
 Tujuan Turunan (Derived Goals), tujuan digunakan organisasi untuk
meletakkan kekuasaanya dalam pencapaian tujuan lain
4. Proses Penetapan Tujuan
Merupakan usaha untuk menciptakan nilai-nilai tertentu melalui berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi. 6 Unsur dasar yang melatarbelakangi
penetapan tujuan organisasi adalah :
 Barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan
berbagai manfaat, paling sedikit sama dengan harganya
 Barang dan jasa dapat memuaskankebutuhan konsumen/ langganan
 Teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan
barang dan jasa dengan biaya dan kualitas bersaing
 Kerja keras dan dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat
beroperasi dengan baik
 Pelayanan manajemen akan memberikan public image yang
mengguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan modal dan
menyumbangkan tenaganya untuk membantu sukses organisasi
 Perusahaan mempunyai konsep diri (self concept) yang dapat
dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan dan pemegang
saham organisasi.
5. Bidang-Bidang Tujuan
Peter Drucker dan GE, mengidentifikasikan 8 bidang pokok di mana
perusahaan harus menetapkan tujuan :
 Posisi Pasar

16
 Produkivitas / Efesiensi, adalah rasio antara masukkan (tenaga kerja,
peralatan dan keuangan) dengan keluaran organisasi
 Sumber Daya Phisik dan Keuangan, tujuan harus ditetapkan dengan
memperhatikan mesin dan peralatan serta penyediaan bahan baku
 Profitabilitas
 Inovasi
 Prestasi dan Sikap Karyawan
 Prestasi dan Pengembangan Manajer
 Tanggung Jawab Sosial dan Publik
6. Kebutuhan Penyeimbangan Tujuan
Hampir semua organisasi mempunyai serangkaian tujuan yang berganda untuk
memnihi permintaan “trade off” dari berbagai pihak berkepentingan yang terlibat
dalam operasi organisasi. Akibatnya, sering menimbulkan konflik antara pihak-
pihak tersebut. Dalam proses pencapaian tujuan, manajemen harus menentukan
keseimbangan / campuran optimum tujuan-tujuan dam memadukan berbagai
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi.
7. Perumusan Tujuan
Tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan seluruh kekuatan yang terlibat
dalam operasi organisasi. Perumusan tujuan merupakan Hasil usaha perpaduan
untuk memuaskan semua pihak / himpunan berbagai tujuan individu dan
organisasi. Agar perumusan tujuan efektif manajer perlu memperhatikan beberapa
ketentuan sebagao berikut :
 Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
 Manajer puncak (sebagai perumus tujuan umum) hendaknya bertanggung
jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan yang lebih rendah
 Tujuan harus realistic, diselaraskan dengan lingkungn internal dan
eksternal
 Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang anggota organisasi
 Tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah
dipahami dan diingat oleh pelaksana

17
 Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum
 Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan telah ditetapkan.

E. Manajemen Kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu
Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan
untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti
yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Motivasi
orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut
yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu
kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk
berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada
kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu
kerjanya.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta

18
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.
Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam
organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan
mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran
yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan
untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau
memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu
keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki
itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam
ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
2. Pandangan Kepemimpinan
a. Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan
formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca,
menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
b. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada
pelayanan yang baik.
c. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang
positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun
hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk
jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
 Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan

19
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.
 Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara
kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti
seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
 Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini
tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang
dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
 Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,
Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih
efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
 Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi
pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa
komponen yang berhubungan dengan:
 Pemahaman materi;
 Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
 Mengajar materi kepada orang lain;
 Mengaplikasikan prinsip-prinsip;

20
 Memonitoring hasil;
 Merefleksikan kepada hasil;
 Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
 Pemahaman baru; dan
 Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena


beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
1)   Kemauan dan keinginan sepihak;
2)   Kebanggaan dan penolakan; dan
3)   Ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus
menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif
baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.
Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding
perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai
keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam
kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.
Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang
lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah
bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong.
Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti
dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada
bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk
melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan
untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin
seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ
dan SQ).

21
3. Hal Mendasar Yang Perlu Untuk Kepemimpinan
Manajemen dilaksanakan dalam suatu organisasi atau institusi tertentu yang
pada tahap awal implementasinya organisasi itu digerakkan oleh kepemimpinan
yang sangat peduli pada mutu dan bertekad kuat untuk membuat organisasinya itu
selalu dan terus menerus meningkatkan mutu kiner-janya, apakah itu dalam
bentuk produk atau jasa. Kepemimpinan untuk MMT itu memerlukan modal dasar
dalam bentuk penguasaan tujuh mendasar yang menyangkut kehidupan
organisasinya.

F. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi.
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses
pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab
seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di
dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-
hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk
para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk
mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi
teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari –
hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak

22
pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak
akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan
sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah
ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak
mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang
berani mengambil keputusan. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit
dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan
secara teknis agar diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang
akan diambil keputusannya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi
yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah
yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat
diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

G. Macam-macam Tipe Kepemimpinan

1.      Tipe Kepemimpinan Kharismatis


Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang

23
bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di
perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
2.      Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan
yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
 mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa,
atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
 mereka bersikap terlalu melindungi.
 mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
 mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif.
 mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri,
 selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3.      Tipe Kepemimpinan Militeristik


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik
adalah:
 lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
 menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
 sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan.

24
 menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
 tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
 komunikasi hanya berlangsung searah.

4.      Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)


Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
 mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
  pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
 berambisi untuk merajai situasi.
 setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
 bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan.
 semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi.
 adanya sikap eksklusivisme.
 selalu ingin berkuasa secara absolute.
 sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
 pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5.      Tipe Kepemimpinan Laissez Faire


Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan
sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau

25
karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya
morat marit dan kacau balau.

6.      Tipe Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme.

7.      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya
terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada
tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8.      Tipe Kepemimpinan Demokratis


Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap
warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas
setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

H. Gaya Kepemimpinan

26
1.      Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk
yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak
adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan
bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan
menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk
memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan
dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.

2.      Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan,
kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.

3.      Gaya Kepemimpinan Delegatif


Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan
anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor,
2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.

27
Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang
dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar
dapat menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif
sangat cocok dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi
yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi
kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan
kepada bawahannya.

4.      Gaya Kepemimpinan Birokratis


Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan
peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur
yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada
umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara
kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan
dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak
boleh lepas dari ketentuan yang ada.

5.       Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini
hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan
keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau
sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.

6.      Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Gaya kepemimpinan Otoriter / Authoritarian dalah gaya pemimpin yang
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri
secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan

28
tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu
lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan
diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif
yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.

7.      Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka
sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe
kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong
yaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.

8.      Gaya Kepemimpinan Diplomatis


Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan
jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini.
Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun
kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang
tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali
hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

29
9.      Gaya Kepemiminan Moralis
  Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena
kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan
seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa
tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya
kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini  
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

10.  Gaya Kepemimpinan Administratif


Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko
dan mereka cenderung  mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah  kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.

11.  Gaya kepemimpinan analitis (Analytical)


Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan
didasarkan pada proses analisis,  terutama analisis logika pada setiap informasi
yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini
sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang
masuk akal serta kuantitatif.

12.  Gaya kemimpinan   asertif (Assertive)

30
Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian
yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan
kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa
sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

I. Peran Pemimpin dalam Organisasi


Kepemimpinan dalam organisasi mencakup segala aspek. Kepemimpinan
tentu saja sangat penting bagi jalannya organisasi karena jika sebuah organisasi
berjalan tanpa adanya unsur kepemimpinan yang baik dari anggotanya juga dari
pimpinan organisasinya, maka setiap masalah yang muncul dalam berjalannya
organisasi tersebut akan sulit untuk diselesaikan secara cepat dan efisien, yang
mengakibatkan tujuan adanya organisasi tersebut terhambat. Karakteristik
pemimpin yang sukses yaitu cerdas, terampil secara konseptual, kreaktif,
diplomatis, taktis, lancar berbicara, memiliki pengetahuan tentang tugas
kelompok, dan memiliki keterampilan sosial. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan
pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain
terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh
dan berkembang.
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca”
situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ada beberapa peran pemimpin yang harus ada dalam sebuah organisasi yaitu :
1.      Bersikap adil (Arbitrating)

31
Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para
anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa kebersamaan pada hakekatnya merupakan
pencerminan dari kesepakatan antar sesama bawahan, maupun antar pemimpin
dengan bawahan, dalam mencapai tujuan organisasi. Tetapi dalam hal-hal
terttentu mngkin akan terjadi ketidaksesuaian atau timbul persoalan dalam
hubungan diantara para bawahan. Apabila diantara mereka tidak bisa
memecahkan persoalan tersebut, pemimpin perlu turun tangan untuk segera
menyelesaikan. Dalam hal memecahkan persoalan hubungan diantara bawahan,
pemimpin harus bertidak adil dan tidak memihak.

2.      Memberikan sugesti (suggesting)

Sugesti bisa disebut saran atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan, sugesti
merupakan kewibawaan atau pengaruh yang seharusnya mampu menggerakkan
hati orang lain. Sugesti mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memelihara dan membina rasa pengabdian, partisipasi dan harga diri, serta rasa
kebersamaan diantara para bawahan.

3.      Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives)

Tercapainya tujuan organisasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan harus


didukung oleh berbagai sumber. Oleh sebab itu, agar setiap organisasi dapat
efektif dalam arti mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta pendayagunaan
sumberdaya manusianya secara optimal, perlu disiapkan sumber pendukungnya
yang memadai. Seperti mekanisme dan tata kerja, sarana, serta sumber yang lain.

4.      Katalisator (catalysing)

Secara kimia, arti kata “katalis” atau katalisator” ialah saat yang tidak ikut
bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia). Dalam dunia kepemimpinan, seorang
pemimpin dikatakan berperan sebagai seorang katalisator apabila pemimpin
tersebut berperan selalu meningkatkan penggunaan segala sumber daya manusia

32
yang ada, berusaha memberikan rewaksi yang memberikan semangat dan daya
kerja cepat dan semaksimal mungkin, serta selalu tampil sebagai pelopor dan
pembawa perubahan.

5.      Menciptakan rasa aman (providing security)

Setiap pemimpin berkewajiban menciptakab rasa aman bagi para bawahannya.


Fungsi ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu mampu
memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme dalam menghadapi setiap
permasalahan, sehingga dengan demikian dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
bawahan merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, dan
merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

6.      Sebagai wakil organisasi (representing)

Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun selalu memandang
atasan atau pimpinannya mempunyai peranana dalam segala bidang kegiatan,
lebih-lebih kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan atau panutan”.
Seorang pemimpin adalah segala-galanya, oleh karenanya segala perilaku,
perbuatan dan kata-katanya akan selalu memberikan kesan tertentu terhadap
organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang pemimpin akan
memberikan gambaran yang positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain juga diakuai sebagai tokoh yang
mewakili dalam segala hal dari organisasi yang dipimpinnya.

7.      Sumber inspirasi (inspiring)

Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para


bawahannya. Oleh karena itu setiap pemimpin harus selalu dapat membangkitkan
semangat para bawahan, sehingga para bawahan menerima dan memahami tujuan

33
organisasi secara antusias dan bekerja secara efektif ke arah tercapainya tujuan
organisasi.
8.      Bersikap menghargai (praising)

Setiap orang pada dasarnya mengkehendaki adanya pengakuan dan


penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu
organisasi memerlukan adanya pengakuan dalam penghargaan dari atasannya.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin harus mau memberikan
penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin.
Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan
anggota yang lain yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang
kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang
memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari
pendidikan dan pengalamam.
Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua
anggota merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua
rencana dijalankan dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang
pemimpin dimana semua tumpuan dan harapan berada di tanganya.

B. Saran
Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama. Maka untuk menjadi seorang pemimpin haruslah mempunyai
pengetahuan dan jiwa pemimpin.
Seharusnya Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan
pada dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain,
dan hanya me-nyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang
pimpinan.

35
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S dan Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Chaniago, Nasrul Syakur. 2011. Manajemen Organisasi. Bandung:Citapustaka
Dharma Agus, 1992, Organisasi, perilaku, struktur dan proses ( Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Fathoni, Abdurrahman,2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Friska. 2004. Kepemimpinan dalam Organisasi. Medan: Universitan Sumatera
Utara.
Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII
Press.
Rifa’i, Muhammad, dan Fadhli, Muhammad. 2013. Manajemen Organisasi.
Bandung. Cita Pustaka.
Robbins, S.P. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat
Sarwoto. 1988. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya.
Veithzal Rivai. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

36

Anda mungkin juga menyukai