Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ASING”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

 Jusriana. H 105731106817
 Risawati 105731114617
 Nurul Aisyah 105731109717
 Sulfiana 105731107117
 Nurfadila Kurnianingsih 105731108817

Kelas : Ak17. C

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun  isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Takalar, 05 April 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1. Perbedaan dalam Prinsip Akuntansi........................................................ 3
2.2. Penentuan dalam Mata Uang Fungsional................................................ 4
2.3. Translasi Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing......... 7
2.4. Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional menjadi Mata Uang
Pelaporan Perusahaan Indonesia............................................................. 9
2.5. Pengukuran Kembali Pembukuan ke dalam Mata Uang Asing Fungsional
................................................................................................................. 12
2.6 Investasi Luar Negeri dan Anak Perusahaan Tidak Dikonsolidasikan.... 16
2.7 Lindung Nilai Investasi Bersih di Anak Perusahaan Luar Negeri........... 16
2.8 Keharusan pengungkapan......................................................................... 19
2.9 Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi Untuk Operasi Entitas Luar
Negeri...................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP............................................................................................. 13
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 13
3.2. Saran........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat menyusun laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan


perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang
digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak
perusahaan Indonesia di Inggris memberikan laporan keuangan ke induk
perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling, menggunakan sistem akuntansi
Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di Indonesia.
Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah
dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris.

Sehubungan dengan hal diatas, maka pada makalah ini kami akan
membahas mengenai “Translasi Mata Uang Asing”

1.2   Rumusan Masalah

1. Apa saja perbedaan dalam prinsip akuntansi?


2. Bagaimana penentuan dalam mata uang fungsional?
3. Bagaimana menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam
rupiah?
4. Bagaimana penyajian laporan keungan dari selisih translasi?
5. Bagaimana cara investasi luar negeri dan anak perusahaan tidak
dikonsolidasi?
6. Bagaimana cara penilaian persediaan nilai terendah antara biaya perolehan
dan nilai pasar dalam pengukuran?

1
1.3    Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

 Untuk menyelesaikan tugas mata kelompok Akuntansi Keuangan Lanjutan II

 Untuk memberikan pemahaman mengenai Translasi Laporan Keuangan


Asing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Perbedaan Dalam Prinsip Akuntansi

Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi


berbeda-beda di seluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah
hukum, pendidikan dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan
tradisi, serta berbagai faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor
yang mempengaruhi perkembangan standar akutansi dan profesi di suatu negara.
Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara
standar-standar akutansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar di
berbagai negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak
penyusun dan pengguna laporan keuangan. Beberapa negara mengembangkan
prinsip akutansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas pajak. Negara
lain mempunyai prinsip akutansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari
pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi. Model di Indonesia berfokus pada
kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui
penerapan prinsip akutansi yang berlaku umum.

Standar pelaporan akutansi yang utama saat ini sedang dalam proses
penyusunan oleh International Accounting standard Board (IASB). IASB adalah
sebuah badan yang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar
laporan keuangan international dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi
standar yang berlaku secara international tersebut. IASB mengatur susunan
keanggotaan, dengan komposisi sebagai berikut :

a) 5 anggota sebagai auditor


b) 3 anggota berlatar belakang penyusunan laporan keuangan (dari
manajemen)
c) 3 anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan dan
d) 1 anggota berlatar belakang akademi, sedangkan

3
e) 2 anggota lainya dapat berlatar belakang dari bidan lainya

IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai


Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting
Standards-IFRS). Sebelum terbentuknya ISAB, International Accounting
Standard Committe telah menerbitkan International Accounting Standard (IAS).
IAS di terbitkan dari tahun 1973 hingga tahun 2001. IASB mengadopsi IAS
secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkanya, yang disebut IFRS.

2.2 Penentuan Mata Uang Fungsional

Ada dua isu yang ditunjukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan
dari mata uang asing pada rupiah Indonesia yaitu:

1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentraslasikan nilai


mata uang asing menjadi mata uang domestik?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian
tersebut? Haruskah hal itu dimasukan dalam laba rugi?
3. Nilai tukar sekarang, merupakan nilai tukar pada akhir tanggal neraca

Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengonversi nilai
mata uang asing menjadi rupiah yaitu:
1. Nilai tukar sekarang, merupakan nilai tukar pada akhir tanggal neraca
2. Nilai tukar historis, merupakan nilai tukar yang pada saat transakasi awal
terjadi, seperti nilai tukar pada tanggal saat aset diterima atau kewajiban
diakui.
3. Nilai tukar rata-rata, merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.

PSAK No 11 tentang “translasi mata uang asing” (PSAK 11) memberikan


panduan khusus untuk mentranslasi laporan keuangan dari mata uang asing
menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK 11 menyajikan hasil secara
langsung memeperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai

4
tukar. PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubunganya
dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui proses translasi. PSAK
mengadopsi konsep mata uang fungsional (functional currency) yang definisikan
sebagai mata uang dari lingkungan ekonomi primer untuk membedakan antara
dua jenis kegiatan operasional luar negeri yaitu;

1. Kegiatan dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana


entitas asing itu beroperasi, dan
2. Kegiatan terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya.

Indikator-indikator Mata Uang fungsional

Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi


indikator di bawah ini

Arus kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan
didominasi oleh mata uang tersebut.
Harga jual Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan
perubahan nilai mata uang tersebut atau produksi perusahaan
sebagian besar di ekspor.
Beban Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional


yang berbeda dengan mata uang lokalnya. PSAK telah mengadopsi pendekatan
mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi
berikut.

1. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh


ekonomi yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan
ekuitas perusahaan.
2. Mencerminkan laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan
hubungan antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang

5
fungsional yang sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku secara umum
di Indonesia.

Penentuan Mata Uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi


Tinggi

Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika


entitas asing berlokasi di negara seperti Argentina dan Peru yang mengalami
inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang sangat tinggi didevinisikan sebagai inflasi
yang melibihi 100% selama periode 3 tahun. PSAK memutuskan bahwa
volativitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan
keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas
asing. Oleh karena itu, dalam kasus operasi entitas asing yang berbeda dengan
perekonomian dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari
induk perusahaan Indonesia-rupiah-harus digunakan sebagai mata uang
fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan
laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan
dan prosedur translasi yang normal digunakan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa
anak perusahaan di luar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso
pada saat nilai tukar adalah Rp500 = 1 peso. Kemudian diasumsikan bahwa
karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan luar negeri tersebut, maka
nilai tukar menjadi Rp0,05 = 1 peso. Nilai gedung hasil translasi pada saat
dibangun dan setelah hiperinflasi adalah sebagai berikut.

Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi

(peso) Nilai Jumlah hasil Nilai Tukar Jumlah Hasil Traslasi


Tukar Translasi

1.000.000 Rp500 Rp500.000.000 Rp0,05 Rp50.000


Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biaya
perolehan historis dari gedung tersebut. Oleh karna itu, PSAK mengharuskan
penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk
memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.

6
2.3 Translasi Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan


keuangan entitas asing kedalam rupiah yaitu;

1. Tranlasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah.


2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang
fungsional entitas tersebut, selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam
rupiah.

Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata
uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan
Indonesia di Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang
fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke
rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif.Metode
translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas
asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas
asing.Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda
dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang
relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang
fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang
pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung
siap digabung dengan laporan induknya di Indonesia.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari
mata uang lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal
methods). Aset dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk
menerima atau memenuhi pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing
dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang
untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya pos

7
nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan ,
biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar
dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban
dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai rata-rata
sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang timbul akibat ketidakseimbangan
pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing
menjadi mata uang fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang
fungsional tidak diperlukan lagi penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan
Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi
rupiah.
Mata Uang Pembukuan
dan  Pencatatan Afiliasi Mata Uang Fungsional Metode Pernyataan
Luar Negeri. Kembali
Mata uang lokal ( yaitu Mata uang lokal Translasi ke rupiah
mata uang negara tempat menggunakan nilai tukar
afiliasi berlokasi ) sekarang
Mata uang lokal Rupiah Indonesia Diukur kembali dari
( seperti yang diharuskan mata uang lokal ke
dalam perekonomian rupiah
hiperinflasi
Mata uang lokal Mata uang negara ketiga Pertama, diukur kembali
( bukan mata uang lokal dari mata uang lokal ke
atau rupiah ) mata uang fungsional,
kemudian ditranslasikan
dari mata uang
fungsional ke rupiah
Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Tidak diperlukan
pernyataan kembali,
sudah dinyatakan dalam
rupiah.

8
Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama adalah afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata
ang lokal. mata uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut.
Afiliasi asing  inidapat mereinvestasi mata uang yang mereka hasilkan atau
mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam bentuk
dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk
perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset
dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto
induk perusahaan dientitas tersebut.
Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan
perpanjangan dari perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing
tetspi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena
mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan,
komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang
fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap  aset neto
afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia,
sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.  

2.4 Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional menjadi Mata Uang
Pelaporan Perusahaan Indonesia
Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke
mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun laporan laba rugi :
Pendapatan dan beban Umumnya, nilai tukar rata-rata
tertimbang untuk periode  laporan.
Akun neraca:
Aset dan kewajiban Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca
Ekuitas pemegang saham Nilai tukar historis

 Penyajian Laporan Keuangan dari Selisih Translasi

9
Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan
komprehnsif untuk periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua
perubahan dalam ekuitas selama tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul
dari investasi pemilik dan bagian ke pemilik. Pendapatan komprehensif
termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya" yang merupakan
bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain pemilik ( yaitu
bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK
mengharuskan laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan
keuangan utama entitas. Pos utama yang menjadi bagian dari pendapatan
komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode berjalan ,
keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual,
penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam kewajiban
pensiun minimum.
Akun akumulasi Pendapan Komprehensif lainnya – Selisih Translasi
mempunyai saldo kredit karena kurs tunai pada akhir periode pertama
kepemilikan lebih tinggi dari kurs pada awal periode atau kurs rata-rata periode
tersebut.
Ayat Jurnal pada Pembukuan Induk Perusahaan. Ayat jurnal
perusahaan induk perusahaan dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari
bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan, amortisasi selisih biaya
perolehan dengan nilai buku, selisih translasi kumulatif dari diferensial dan
dividen yang dierima drai anak perusahaan luar negeri. Selain itu, induk
perusahaan harus mengakui bagiannya atas selisih translasi yang timbul dari
translasi laporan keuangan anak perusahaan. Beban periodik dalam selisih
translasi induk perusahaan dari investasi luar negeri dilaporkan sebagai komponen
pendapatan komprehensif lainnya induk perusahaan.
PSAK 11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara
investasi dan nilai bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak
perusahaan dan jumlah tersebut kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang
sesuai dalam kertas kerja pada tanggal neraca.

10
Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur
menggunakan kurs rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba
rugi. Di lain pihak, sisa saldo diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan
dalam neraca dan ditranslasi menggunakan kurs sekarang yang digunakan untuk
akun neraca. Pengaruh dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih
translasi induk perusahaan sebagai revisi dari bagian investasi awal induk
perusahaan di anak perusahaan.
            Kertas kerja konsolidasi setelah akuisisi. Kertas kerja konsolidasi
disusun setelah proses translasi selesai. Proses konsolidasi sama dengan anak
perusahaan domestik, kecuali untuk dua perbedaan utama : (a) induk perusahaan
akan mencatat bagian selisih translasi yang timbul dari translasi akun anak
perusahaan luar negeri. Maka kepemilikan minoritas akan mendapat alokasi
sebesar bagian persentasenya atas selisih translasi. (b) amortisasi paten untuk
periode berjalan ditranslasikan menggunakan menggunakan kurs laba rugi,
sedangkan saldo akhir paten ditranslasikan menggunakan kurs neraca.
 Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahaan Indonesia lebihsukauntukmemiliki 100% anak
perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen
yang lebih efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun
laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan minoritas. Akan tetapi,
jikaanakperusahaanluarnegeritidakmemlikisepenuhnya, maka kepemilikan
minoritas harus dihitung dan diperlakukan. Satu-satunya perbedaan alokasi selisih
translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar
negeri.

2.5 Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam Mata Uang Asing


Fungsional

Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar


negeri ke rupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali
untuk umum sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang

11
fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang uang lokal. Pengukuran kembali
sama seperti translasi di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara
rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau
dikonsolidasi dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs
yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan
dalam traslasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun
afiliasi asing.

Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama


seakan-akan transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah.
Oleh karna itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai
setara rupiah menggunakan kurs historis. yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal
terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan
non moneter. Aset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan
jangka panjang dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai jumlah
yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami keuntungan
atau kerugian dari perubahan kurs. Aset non moneter adalah akun-akun seperti
persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.

Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca


percobaan mata uang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara
rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan
atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukan dalam laporan laba rugi
periode berjalan.

Penyajian Laporan Keuangan Dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran


Kembali

Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran


kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam
“pendapatan lain-lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti keuntungan
(kerugian) mata uang asing, keuntungan (kerugian) mata uang, keuntungan

12
(kerugian) nilai tukar, atau keuntungan (kerugian) pengukuran kembali. Pos
keuntungan (kerugian) pengukuran kembali digunakan disini karena nama ini
yang paling menggambarkan sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena
jika transaksi sejal awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian
nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagian dari penyesuaian yang
diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang di dominasi dalam mata
uang asing.

Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis

Efek beharga:

 Efek ekuitas
 Efek utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampe jatuh tempo
 Persediaan
 Biaya dibayar dimuka sperti asuransi, iklan, dan sewa
 Aset tetap
 Akumulasi depresiasi atas aset tetap
 Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
 Goodwill
 Aset tak berwujud lainya
 Beban dan kredit ditanggungkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya
perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa
 Pendapatan ditangguhkan
 Saham biasa
 Saham preferen yang di catat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan beban terkait dengan pos non moneter, sebagai contoh:

 Harga pokok penjualan


 Depresiasi aset tetap
 Amortisasi aset tak terwujud seperti paten, lisensi, dan lain-lain

13
 Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan

Pengukuran kembali neraca percobaan anak perusahaan luar negeri untuk


setelah akuisisi

Tiga pos memerlukan perhatian kusus yaitu:

1. Aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk
perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar negeri. Jika anak
perusahaan membeli aset tetap tambahan setelah induk perusahaan
mengakuisisi saham anak perusahaan, maka tambahan aset tetap tersebut
akan diukur kenbali menggunakan kurs pada tanggal pembelian.
2. Harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai
kurs.
3. Beban operasi juga terjadi pada kurs yamg berbeda.

Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode


berjalan. Keuntungan pengukuran kembali adalah sebagai pos penyeimbang untuk
membuat total debit sama dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan
menganalisis perubahan pos meneter selama periode berjalan.

Ikhtisar Proses Translasi Pengukuran Kembali

Pos Proses Translasi Proses Penukuran Kembali


Mata uang Unit mata uang lokal Rupiah indonesia
fungsional luar
negeri
Metode yang Metode kurs sekarang Metode moneter-non moneter
digunakan
Akun-akun
laporan laba rugi :
 Pendapatan Kurs rata-rata Kurs rata-rata tertimbang, kecuali
tertimbang pendapatan terkait dengan pos
nonmoneter (kurs historis)
 Beban Kurs rata-rata Kurs rata-rata tertimbang, kecuali

14
tertimbang pendapatan terkait denan pos
nonmoneter (kurs historis)
Akun-akun
Neraca:
 akun-akun Kurs sekarang Kurs sekarang
moneter
 akun-akun Kurs sekarang Kurs sekarang
nonmoneter
 akun-akun Kurs historis Kurs historis
modal
pemeang
saham
 saldo laba Saldo laba periode Saldo periode sebelumnya
sebelumya ditambah ditambah laba dikurangi dividen
laba dikurangi dividen
Selisish kurs yang Selisih translasi Keuntugan atau kerugian
timbul dari proses dilakukan di ekuitas pengukuran kembali yang
pemegang saham dimasukkan dalam laporan laba
rugi periode berjalan.

2.6 Investasi Luar Negeri dan Anak Perusahaan Tidak Dikonsolidasikan


Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri
sesuai denan  PSAK No 4 “laproan keuangan konsolidasi”. Dalam beberapa
kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang
digunakan untuk anak perusahaa luar negeri. Umumnya, induk perusahaan
mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri kecuali jika salah satu kondisi berikut
sangat ketat sehinga tidak dapat melaksanakan tingkat penendalian ekonomis atas
sumber daya dan operasi keuangan seperti berikut ini :
1.      Pembatasan pertukaran mata uang asing di neara asing
2.      Pembatasan transfer properti di neara asing
3.      Ketidakpastian lain yan gditerapkan oleh pemerinatah

15
Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporakan sebagai
investasi dalam neraca perusahaan indonesia. peruashaan investor indonesia harus
menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemempuan untuk menggunakan
pengaruh signifikan atas kebijakan keuangan dan operasional investee. Jika
metode ekuitas digunakan untuk anak perusahaan luar negeri yang tidak
dikonsolidasi, laporan keuangan investee diukur kembali atau ditranslasi
tergantung pada penentuan mata uan fungsional.
Likuidasi Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi translasi terkait langsung dengan invesatasi
perusahaan di entitas luar negeri. Jika investor menjjual sebagian besar investasi
sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro rata dari akun akumulasi selisish
translasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukkan dalam perhitungan
deuntungan atau kerugian pelepasan investasi.
2.7 Lindung Nilai Investasi Bersih di Anak Perusahaan Luar Negeri
PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih di anak
perusahaan luar negeri, sebagai contoh, PT induk mempunyai investasi bersih
sebesar €50.000 di anak perusahaan german, yang di bayar dengan harga Rp.
660.000.000, PT Induk dapat memutuskan untuk melindung nilai investasi bersih
dengan melakukkan kotrak kurs dimuka untuk mejual euro, atau perusahaan dapat
mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapkan bahwa keuntungan
atau kerugian dari bagian efektif lindung nilai investasi bersih dimasukkkan dalam
pendapaatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan
tetapi, jumlah pengganti kerugian untuk pendapatan konprehensif dibatasi sebesar
selisih translasi untuk investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar
di muka untuk mengukur efektifitas, jumlah pengganti kerugian dibatasi sebsar
perubahan kurs tunai periode tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari
lindung nialai harus diakui dalam laba periode berjalan.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 januari 20x1, PT Induk memutuskan untuk
melakukan lindung nilai bagian investasinya yang baru saja dilakukan di german
company yang terkaiit dengan nilai buku aset bersih German company. Pt induk
tidak yakin dengan kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun

16
tersebut dan ingin melindung nilai investasi aset bersihnya, pada tanggal 1 januari
20x1, kepemilikan 100% PT Induk atas aset bersih German company sama
dengan €50.000 (€40.000 saham biasa di tambah €10.000 saldo laba). PT Induk
meminjam €50.000, pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di
German company, dan modal serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1
januari 20x2.
Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai
investasi bersih adalah sebagai berikut.
1 januari 20x1
(19) Kas                                                          800.000.000
            Utang Pinjaman(€)                                          800.000.000
            Meminjam utang yang didominasi dalam euro untuk lindung nilai
investasi bersih di anak perusahaan German Rp.800.000.000= €50.000 x 16.000
kurs tunai

31 Desember 20x1
(20) Pendapatan Konprehensif lainnya           100.000.000
                        Utang pinjaman (€)                                         100.000.000
            Menilai kembali uatang yang didominasi dalam amata uang asing
berdasarkan kurs tunai akhir periode:
Rp 100.000.000 = €50.000 x (Rp18.000 – Rp16.000)

(21) Beban bunga                                            42.500.000


             Kerugian translasi mata uang asing      2.500.000
                        Utang bunga                                                   45.000.000
Akru beban dan utang bunga atas utang euro:
Rp42.500.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 17.000 kurs rata-rata
Rp45.000.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 18.000 kurs tunaiakhir periode

(22) Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya –selisih


              Translasi                                            100.000.000

17
              Iktisar Laba rugi                                   2.500.000
                        Kerugian transaksi mata uang asing                2.500.000
                        Pendapatan komprehensif lainnya             100.000.000

Sehingga, pada saat modal bunga dibayar pada tanggal 1 januari 20x2, di buat
ayat jurnal berikut.
1 januari 20x2
(23) Utang bunga (€)                          45.000.000
             Utang pinjaman (€)                            900.000.000
                        Kas                                                                  945.000.000
             Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai investasi bersih di
anak perusahaan luar negeri.
Selama tahun 20x1 PT Induk melindung nilai bagian dari aset bersih
investasinya di anak perusahaan luar negeri, Rupiah melemah terhadap euro (kurs
langsung meningkat) dan PT Induk akan mengakui keuntungan dari investasi aset
bersih dan kerugiann pembayaran kewajiban dalam euro.
Tanpa lindung nilai aset bersih PT Induk akan melaporkan saldo kredit sebesar
Rp. 117.125.00 dalam bagian kumulatif translasi dari akumulasi pendapatan
komprehensif lainnya (Rp.117.125.000= Rp.110.000.000 + 7.125.000
penyesuaian deferensial). Dengan lindung nilai investasi bersih PT Induk akan
melaporkan hanya Rp. 17.125.000 (Rp.117.125.000 – Rp.100.000.000 efek
lindung nilai) sebagai perubahan dalam selisih transalasi kumulatif untuk tahun
20x1, oleh karena itu , PT Induk menyeimbangkan sebagian eksponsur bersih dari
investasi aset bersih 1 januari 20x1 di German company.
Catat juga jumlah penggantinya kerugian dari pendapatan komprehensif
lainnya dibatasi sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan penilaian
kembali aset bersih, setiap selisih lebih dalam kasus ini kerugian Rp. 2.500.000
dari penilaian kembali utang bunga dalam ayat jurnal (21), dimasukkkan dalam
laba berjalan di laporan laba rugi.

18
2.8 Keharusan pengungkapan
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata
uang asing yang dimasukkan dalam laba diungkapkan terpisah dalam laporan laba
rugi atau dalam catatan atas laoran keuangan.
Dalam model translasi, perubahan berkala dalam selisih translasi dilaporkan
sebagai elemen perndapatan komprehensif lainnya, sebagai yang diharuskan oleh
PSAK 11, Figur 12-11 menyajikan pendekatan dua laporan keuangan  untuk
menampilkan pendapatan komprehensif. Laporan perubahan ekuitas konsolidasi
menyajikan perincian pendapatan komprehensif induk perusahaan sebesar Rp.
117.125.000 figur 12-12 menyajikan laporan ekuitas yang merekonsilisi semua
elemen ekuitas semua pemegang saham. Neraca akan menampilkan saham biasa,
saldo laba, dan akumulasi pendapatam komprehensif lainnya dalam bagian dari
perubahan kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap
transaksi mata uang asing ayng belum diselesaikan, jika signifikan.

2.9 Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi Untuk Operasi Entitas Luar


Negeri
Bagian ini membahas bagian khusus dalam akuntansi untuk perusahaan
multinasional. Walaupun beberapa dari pertimbangan tambahan ini sangat teknis,
pembelajaran bagian ini akan menambah pemahaman anda atas berbagai isu
akuntansi untuk entitas luar negeri.
 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan
mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas.
Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas
harus disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang
digunakan untk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata
digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan
dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan
arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik

19
yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak mempengaruhi perubahan arus
kas periode tersebut.
 Penilaian persediaan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai
pasar dalam pengukuran kembali
Penerapan antara nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar
untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang percatatan
bukan mata uang fungsional. oleh karena itu , laporan keuangan entitas asing
harus di ukur kembali ke dalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis
harus di ukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk
menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian
biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini di bandingkan dengan nilai pasar
dari persediaan yang di translasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah
terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar yang keduanya
sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk mengakui apakah di perlukan
penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan di lakukan dalam mata uang
fungsional, bukan mata uanag lokal atau pelaporan sehingga memungkinkan
adanya penurunan nilsi dalam laporan keuangan mata uang fungsional. Tetapi
tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak
perusahaan tetapi tidak dalam laporan keuangan konsolidasi.

 Transaksi antar perusahaan


Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai
transaksi penjualan atau pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri
yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan .
Jika transaksi mata uang asing antar perusahaan tidak di lunasi dalam
waktu dekat , maka transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari
investasi bersih di entitas luar negeri.selisih tranlasi dari piutang atau utang jangka
panjang di tangguhkan dan di akumulasi sebagai bagian dari akun tranlasi
kumulatif.
Salah satu masalah yang menarik yang timbul adalah pada saat terjadi
keuntungan yang belum di realisasikan dari transaksi antara induk perusahaan dan

20
anak perusahaan luar negeri. Masalahnya adalah bagaimana mengeliminasi
keuntungan lintas mata uang yang nilainya relatif berubah dibandingkan mata
uang lain.
 Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer
dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk
tujuan pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang
asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam
laba tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.

(29) Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi      x.xxx


                 Utang Pajak Penghasilan                                                        x.xxx

 Translasi Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional


Terdapat beberapa kasus di mana anak perusahaan mempunyai
pembukuan dan pencatatan dalam unit mata uang lokal tetapi mempunyai mata
uang ketiga sebagai mata uang fungsional. Sebagai contoh, asumsikan anak
perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan dalam mata uang
lokal, euro. Jika anak perusahaan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam
franc Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc Swiss adalah mata
uang fungsional anak perusahaan.
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang
fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut.
1.      Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang
fungsional. Dalam contoh kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro
akan diukur kembali ke dalam franc Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama
dengan yang diilustrasikan sebelumnya dalam bab ini. Laporan keuangan tersebut
sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas, yaitu franc Swiss.
2.      Laporan keuangan yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian
ditranslasikan ke dalam rupiah menggunakan proses translasi yang diilustrasikan
dalam bab ini.

21
Sebagaimana dijelaskan, hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang
mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam mata uang selain mata uang negara
tempatnya berlokasi. Pembahasan ini mengindikasikan bahwa penting untuk
pertama-tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai
proses translasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyajian laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat


dilakukan dengan menggunakan metode traslasi atau metode pengukuran kembali,
tergantung mata uang fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan
keuangan afiliasi luar negeri translasikan menggunakan metode kurs
sekarangkarena umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Jika
rupiah entitas luar negeri dari mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang

22
fungsional memengaruhi penilaian akan entitas luar negeri yang dilaporkan dalam
laporan keuangan konsolidasi.

3.2 Saran

Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, sehingga mungkin
penjelasan dalam makalah ini masih ada yang kurang, maka kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail lagi dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://meysasita.blogspot.com/2018/06/akuntansi-multinasional-translasi_6.html

https://docplayer.info/73039340-Akuntansi-multinasional-transaksi-mata-uang-
dan-instrumen-keuangan-serta-translasi-laporan-keuangan-entitas-asing-
akuntansi-keuangan-lanjutan-2.html

http://sharfanwae.blogspot.com/2014/11/makalah-akutansi-multinasional.html

Anda mungkin juga menyukai