Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN TERKAIT KORUPSI DAN MENENTUKAN

JENIS KORUPSI

Dosen Pembimbing:
Ns. Julimar, M.Kep

Nama Kelompok 5 :
Annisa Huriyah
Arindy Selaria
Berkat Raja
Fitri Primawanti
Hastri Kholifah
Indah Denni Pratiwi
Isfa Wisliyani
Putri Zulnandita
Ricka Riyanti
Rizma Safira
Sella Angraini Wulandari

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2018/ 2019

i
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik.
          Atas bantuan dan bimbingan semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, patutlah kami menyampaikan terima kasih kepada :
      1.     Ibuk Ns. Julimar, M.Kep selaku dosen mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi di
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
      2.     Orang tua kami yang banyak memberikan motivasi dan bantuan baik moril maupun materi,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, saya
memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

Pekanbaru, 6 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Pengamatan ................................................................................................1
D. Manfaat Pengamatan ..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kasus. .....................................................................................................................2
B. Ciri Kasus................................................................................................................4
C. Jenis Korupsi...........................................................................................................4
D. UU Yang Berkaitan Dengan Kasus.........................................................................5

BAB III PENUTUPAN

A. KESIMPULAN .....................................................................................................6
B. SARAN...................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka korupsi di Indonesia membuat pemerintah Indonesia membuat


berbagai usaha dalam pencegahan atau upaya pemberantasan korupsi seperti membuat sebuah
lembaga yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, upaya lain adalah dengan
Kementrian Pendidikan yang memasukkan mata kuliah Pendidikan Budaya  Anti Korupsi di
perguruan tinggi guna meningkatkan rasa anti korupsi sehingga dapat diharapkan membantu
mengurangi angka korupsi di Indonesia. Korupsi adalah salah satu faktor yang menyebabkan
suatu kemunduran suatu negara sehingga sangat penting untuk menanamkan sifat/sikap anti
korupsi sejak dini.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai  berikut:
1. Bagaimana kasus korupsi dari Annas Maamun?
2. Bagaimana ciri kasus korupsi tersebut?
3. Apa saja jenis korupsi dari kasus korupsi tersebut?
4. Apa saja UU yang berkaitan dengan kasus korupsi tersebut?

C. Tujuan Penulisan

Seperti yang kita ketahui, korupsi adalah tindak pidana yang dapat merugikan orang
banyak, oleh karena itu tujuan penulis yaitu untuk memaparkan ciri kasus korupsi, cara
menentukan jenis-jenis korupsi dari sebuah kasus dan mengetahui UU apa saja yang
berkaitan dengan kasus tersebut.

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan makalah ini dapat diharapkan menjadi referensi dalam menambah
pengetahuan mahasiswa/i atau masyarakat umum lainnya serta menambah rasa anti korupsi
pada diri pembaca.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A.Kasus Korupsi

Gubernur Riau Nonaktif Annas Maamun Didakwa Tiga Kasus Suap Rp


5,5 M

Bandung - Gubernur Riau Nonaktif Annas Maamun didakwa tiga kasus suap yang totalnya
sekitar Rp 5,5 miliar. Dia didakwa pasal 11, 12a dan 12b UU Tipikor dengan ancaman
hukuman maksimal 20 tahun penjara.

Sidang perdana Annas digelar di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LRE Martadinata, Rabu
(11/2/2015). Sidang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Parulian Lumban Gaol.

Dalam dakwaannya, JPU menjerat Annas dengan tiga perbuatan menerima suap. JPU yang
dipimpin oleh Irene Putrie dalam dakwaannya menyatakan kasus pertama Annas adalah telah
menerima uang sebesar Rp 166.100 dollar US atau sekitar Rp 2 miliar dari salah seorang
pengusaha bernama Gulat Medali Emas Manurung pada September 2014 lalu.

"Uang itu diberikan karena terdakwa selaku gubernur Riau telah memasukkan areal kebun
sawit milik Gulat yang terletak di Kabupaten Kuantan seluas 1.188 hektare, di Kabupaten
Rokan Hilir seluas 1.214 hektare dan 120 hektare milik Edison Marudut Marsadauli Siahaan,
ke dalam usulan revisi surat perubahan bukan kawasan hutan," ujar Irene dalam persidangan.

Dalam berkas dakwaan, terungkap bahwa Annas langsung menelepon Gulat meminta uang
Rp 2,9 miliar dengan dalih uang itu untuk anggota DPR RI komisi IV untuk mempercepat
pengesahan perubahan lahan.

Namun Gulat dan Edison hanya menyanggupi 166.100 US Dollar atau sekitar Rp 2 miliar.
"Dengan perincian dari Edidon sebesar 125 ribu US Dollar atau setara Rp 1,5 miliar, dan dari
Gulat 41.100 US dollar setara Rp 500 juta," ujar JPU.

Untuk dakwaan pertama, Annas diancam pidana pasal 12 huruf b dan pasal 11 UU Tipikor.

Kasus suap kedua, Annas didakwa telah menerima uang Rp 500 juta dari Edison Marudut
Marsadauli Siahaan melalui Gulat Medali Emas Manurung. "Uang itu diberikan agar
terdakwa selaku Gubernur Riau memberikan pekerjaan proyek PU di Pemprov Riau," ujar
Irene.

Pada tahun 2014, perusahaan milik Edison yaitu PT Citra Hokiana Triutama memenangkan
sejumlah proyek dari dinas pekerjaan umum Pemprov Riau antara lain peningkatan jalan
Taluk Kuantan-Cerenti senilai Rp 18 miliar.

Untuk suap kedua ini, Annas didakwa pasal 12 huruf a pasal 11 UU Tipikor.

v
Kasus suap lainnya yang menjerat Annas adalah karena ia menerima hadiah uang dalam
bentuk dollar Singapura dari Surya Darmadi melalui Suheri Tirta yang nilainya setara Rp 3
miliar dari uang yang dijanjikan seluruhnya Rp 8 miliar.

Diduga uang itu agar Annas bisa memasukkan lahan milik PT Palma Satu, PT Panca Agro
Lestari, PT Banyu Bening Utama, dan PT Seberida Subur di Kabupaten Indragiri Hulu yang
merupakan anak perusahaan PT Darmex AGro dalam surat revisi usulan perubahan luas
kawasan bukan hutan di Provinsi Riau. Padahal lokasi tersebut tidak termasuk dalam lokasi
yang diusulkan tim terpadu.

Uang sebesar Rp 3 miliar itu dititipkan melalui Gulat Medali Emas Manurung. Bahkan Gulat
sendiri menerima uang Rp 650 juta dari Suheri.

Terdakwa dijerat pasal 12 huruf a jo pasal 11 UU Tipikor. "Jadi kalau ditotal, terdakwa telah
menerima suap Rp 5,5 miliar," ujar Irene usai sidang.

Usai dibacakan berkas dakwaan, Annas mengaku tidak mengerti dengan dakwaan kedua.
"Dakwaan kedua (suap Rp 500 juta) saya tidak mengerti, karena saya belum pernah dimintai
keterangan dan dikonfirmasi soal kasus itu," ujarnya saat ditanya majelis hakim soal dakwaan
dari JPU.

Meski begitu, Annas dan kuasa hukumnya menyatakan tidak akan mengajukan eksepsi. "Soal
keberatan klien kami, nanti akan kami singgung di pledoi kami nanti yang mulia," ujar salah
satu kuasa hukum Annas.

Saat majelis hakim menutup sidang, sejumlah massa yang mengenakan pakaian LSM
Ganyang Mafia Hukum berteriak di luar ruangan sidang. "Gantung koruptor!"

Sebelumnya massa itu sempat beroasi di halaman Pengadilan Tipikor saat jaksa membacakan
berkas dakwaannya.

vi
B. Ciri kasus
1. Dalam dakwaannya, JPU menjerat Annas dengan tiga perbuatan menerima suap. JPU
yang dipimpin oleh Irene Putrie dalam dakwaannya menyatakan kasus pertama Annas adalah
telah menerima uang sebesar Rp 166.100 dollar US atau sekitar Rp 2 miliar dari salah
seorang pengusaha bernama Gulat Medali Emas Manurung pada September 2014 lalu.

"Uang itu diberikan karena terdakwa selaku gubernur Riau telah memasukkan areal kebun
sawit milik Gulat yang terletak di Kabupaten Kuantan seluas 1.188 hektare, di Kabupaten
Rokan Hilir seluas 1.214 hektare dan 120 hektare milik Edison Marudut Marsadauli Siahaan,
ke dalam usulan revisi surat perubahan bukan kawasan hutan," ujar Irene dalam persidangan.

Dalam berkas dakwaan, terungkap bahwa Annas langsung menelepon Gulat meminta uang
Rp 2,9 miliar dengan dalih uang itu untuk anggota DPR RI komisi IV untuk mempercepat
pengesahan perubahan lahan.

2. Kasus suap kedua, Annas didakwa telah menerima uang Rp 500 juta dari Edison Marudut
Marsadauli Siahaan melalui Gulat Medali Emas Manurung. "Uang itu diberikan agar
terdakwa selaku Gubernur Riau memberikan pekerjaan proyek PU di Pemprov Riau," ujar
Irene.

Pada tahun 2014, perusahaan milik Edison yaitu PT Citra Hokiana Triutama memenangkan
sejumlah proyek dari dinas pekerjaan umum Pemprov Riau antara lain peningkatan jalan
Taluk Kuantan-Cerenti senilai Rp 18 miliar.

3. Kasus suap lainnya yang menjerat Annas adalah karena ia menerima hadiah uang dalam
bentuk dollar Singapura dari Surya Darmadi melalui Suheri Tirta yang nilainya setara Rp 3
miliar dari uang yang dijanjikan seluruhnya Rp 8 miliar.

Diduga uang itu agar Annas bisa memasukkan lahan milik PT Palma Satu, PT Panca Agro
Lestari, PT Banyu Bening Utama, dan PT Seberida Subur di Kabupaten Indragiri Hulu yang
merupakan anak perusahaan PT Darmex AGro dalam surat revisi usulan perubahan luas
kawasan bukan hutan di Provinsi Riau. Padahal lokasi tersebut tidak termasuk dalam lokasi
yang diusulkan tim terpadu.

C. Jenis korupsi
1. Pada kasus yang pertama, termasuk jenis korupsi suap

2. Pada kasus yamg kedua, termasuk jenis korupsi investif

3. Pada kasus yang ketiga, termasuk jenis korupsi gratifikasi

vii
D. UU yang berkaitan dengan kasus korupsi

Pasal 12 UU No. 20/2001

• Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar:

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,padahal
diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya.

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Pasal 11 UU Tipikor

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga,
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

viii
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dari kasus korupsi yang di
lakukan Annas Maakmun yang menjabat sebagai Gubernur Riau adalah jenis kasus korupsi
yang di lakukan Annas yaitu: kasus pertama termasuk jenis korupsi suap, kasus kedua
termasuk jenis korupsi investif, dan kasus yang ketiga termasuk jenis korupsi gratifikasi.
Serta UU yang berkaitan dengan kasus korupsi tersebut yaitu pasal 12 huruf A dan B serta
pasal 11 UU Tipikor.

B.    Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis memberikan saran sikap untuk menghindari
korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini, dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal
yang kecil. Penulis juga memohon maaf jika terdapat kekurangan pada penulisan makalah
dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga bermanfaat.

ix
DAFTAR PUSTAKA
Cholid Narbuko & Abu Achmadi. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta. : Bumi Aksara.
Endang Sutarti. (2008). Artikel Pelayanan Prima Dalam Pelayanan Publik. (http://pelayanan
%20prima.htm diunduh 8 Mei 2013).
Fandy Tjiptono. (2001). Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Offset.
Fandy Tjiptono. (2003). Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi.
Fandy Tjiptono. (2004). Strategi Pemasaran, Edisi 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Freddy, Rangkuti. (2002). Riset Pemasaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Freddy, Rangkuti. (2003). Measuring Costumer Satisfaction. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hatmoko. (2006). Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda : Universitas
Mulawarman.
Jenu Widjaja Tandjung. (2004). Pendekatan Pada Nilai-Nilai Pelanggan. Malang. : Banyumedia
Publishing.
Kompasiana. (2010). Pelayanan Publik Menurut UU No 25 Tahun 2009.
(http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/01/pelayanan-publik.htm, diunduh 29 November
2012).
Lijan, Poltak Sinambela. (2008). Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI. (2003). “Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Publik”. (http://asiamaya.com/undang-undang/index_kepres.htm, diunduh 30 November 2012).
Moenir. (2000). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta : Bina Aksara.
Ratminto. (2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sitinjak, Roida. (2007). “Agar Puskesmas Diminati Masyarakat Kota Medan.”
Tangkilisan. Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Perkantoran Modern. Yogyakarta : Liberty.
The Liang Gie. (2007). Administrasi Perkantoran Modern, Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty.

Anda mungkin juga menyukai