Anda di halaman 1dari 23

BBC News Indonesia

menu

Virus corona: Apa dampak Covid-19 terhadap tata


cara ibadah agama?
Lebo DisekoBBC World Service

  10 Maret 2020


Bagikan artikel ini dengan Email Bagikan artikel ini dengan
Facebook Bagikan artikel ini dengan Twitter Bagikan artikel ini dengan
Whatsapp

Image copyrightABDEL GHANI BASHIR


Image captionJumlah kunjungan peziarah ke Masjid Agung Makkah berkurang
drastis.

Virus corona bukan hanya merenggut ribuan nyawa tetapi juga


mengubah tata cara kehidupan manusia di seluruh dunia mulai dari
interaksi sesama maupun proses berhubungan dengan Tuhan.

Beberapa orang mengurung diri di rumah, menghindari tempat


keramaian, dan menunda perjalanan ke tempat lain.

Sebagian lainnya mengubah tata cara bersalaman dari berjabat


tangan dan berpelukan menjadi salam menggunakan siku dan kaki.

 Pemerintah umumkan 13 kasus baru positif virus corona, total yang


terjangkit 19 orang
 Wisata Bali makin terpuruk, pebisnis 'hanya bisa mengupah
karyawan setengah gaji'
 Apakah masker bisa mencegah kita tertular virus, mengapa perlu
hand sanitizer, dan bagaimana sebaiknya bersalaman?

Wabah virus corona juga berdampak dalam kehidupan keagamaan


umat manusia. Sejumlah gereja, masjid, kuil, dan sinagoga
mengubah tata cara ibadah demi menahan penyebaran penyakit
Covid-19.

Apa saja pengaruh virus corona terhadap kehidupan beragama umat


manusia di dunia? Berikut penjelasannya.
Islam

Image copyrightGETTY IMAGES

Image captionUmat Islam berdoa di Masjidil Haram usai dilakukan sterilisasi


dari virus corona.

Masjidil Haram di Mekah biasanya dipenuhi oleh ribuan peziarah,


tetapi jumlah itu kini berkurang drastis.

Masjidil Haram telah dibuka kembali usai menjalani sterilisasi,


tetapi di sekitar Ka'bah tetap tidak dipasang penghalang agar
orang-orang tidak menyentuhnya.

Larangan mengunjungi Mekah dan Madinah juga masih


diberlakukan.
Berbagai umat Muslim dari seluruh dunia biasanya datang untuk
menjalani ibadah umrah yang berlangsung sepanjang tahun.

Kemudian ada sekitar delapan juta umat Muslim menunaikan ibadah


haji ke sana setiap tahun.

Image copyrightGETTY IMAGES

Image captionMasjidil Haram Makkah biasanya dipenuhi peziarah Muslim.

Pemilik biro perjalanan haji dan umrah di Nigeria, Hadiza Tanimu


Danu, mengatakan muncul beragam reaksi atas larangan kunjungan
ke Mekah.

"Orang-orang sedih," kata Hadiza. "mereka ingin melakukan


perjalanan untuk beribadah."
Dan mungkin bukan hanya perjalanan umrah yang terpengaruh.

"Banyak juga yang khawatir seandainya ini terus terjadi hingga


Ramadan, atau bahkan sampai musim haji. Apa yang akan terjadi?'"
katanya.

Pihak berwenang Arab Saudi mengatakan larangan kunjungan hanya


bersifat sementara dan hingga kini belum ada indikasi proses
ibadah haji akan terganggu.

Sementara itu, praktik keagamaan yang bisa menyebarkan virus


masih terjadi.

Sempat muncul kekhawatiran ketika beberapa orang Iran menjilat


kuil suci Syiah yang terekam dalam video yang sempat viral baru-
baru ini.

Seorang pria terlihat menjilat dan mencium gerbang Kuil Masumeh,


di Provinsi Qom, sembari berkata: "Saya tidak takut dengan virus
corona".

Beberapa orang percaya kuil itu memiliki kekuatan ilahi dan dapat
membantu menyembuhkan penyakit.

Konten tidak tersedia

Dua orang yang terlibat dalam video itu kini terancam penjara
akibat perbuatannya.

Bagi beberapa umat Muslim, yang penting adalah memfokuskan diri


para perubahan dalam perilaku sehari-hari.

Contohnya, ketika Afrika Selatan menghadapi virus corona, pemuka


agama di sana memanfaatkan salat Jumat untuk memberi nasihat
kepada jamaah untuk ikut serta melakukan pencegahan.

Mohammed Allie dari BBC Afrika mengatakan bahwa umat di


masjidnya disarankan untuk tidak berjabat tangan atau berpelukan
seusai ibadah.

"Memang perlu waktu untuk terbiasa," ujarnya.

"Orang-orang masih berjabat tangan seusai salat, bukan karena


mengabaikan pesan, tetapi karena sudah jadi refleks."
Allie mengatakan beberapa orang sudah mulai bersalaman dengan
saling menyentuh kaki bukan lagi berjabat tangan. Allie sendiri kini
menggunakan siku tangan untuk bersalaman.

"Perlahan, orang mulai melakukan penyesuaian," katanya.

Ia menambahkan bahwa mereka juga telah disarankan untuk


membawa sajadah sendiri saat salat Jumat berikutnya, seperti
halnya yang dilakukan para jamaah di Singapura.

Hindu

Image copyrightSANJAY KANOJIA

Image captionUmat Hindu mengenakan masker saat perayaan Holi Uttar


Pradesh, India.
Bagi umat Hindu, saat ini adalah waktunya Holi - "festival warna" -
dirayakan.

Perayaan Holi merupakan peringatan kemenangan kebaikan atas


kejahatan, serta musim semi, cinta dan kehidupan baru.

Sebagai bagian dari perayaan, orang-orang melemparkan bubuk


berwarna di udara dan saling melukis wajah.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan tidak akan


ambil bagian dalam perayaan publik Holi kali ini.

Ia menyarankan agar orang-orang menghindari pertemuan ramai dan


besar.

Walau demikian, masih banyak umat Hindu India turun ke jalan


merayakan Holi selama akhir pekan, meskipun mereka tetap
mengambil tindakan pencegahan, seperti mengenakan masker
wajah.

Beberapa dari mereka tidak mau mengambil risiko, seperti yang


diungkapkan Nicky Singh yang tinggal di Amritsar, di negara bagian
Punjab, India.

Nicky memilih tinggal di dalam rumah dan bertukar salam melalui


telepon daripada merayakan Holi di tempat ramai.

"Karena, bersin saja sudah cukup untuk membuat waspada. Itulah


perasaan umum di sini."

"Saya merasa senang bahwa saya memilih keamanan daripada


perayaan," katanya.

Yahudi

Image copyrightAFP

Image captionMasih banyak umat Yahudi yang mencium dan menyentuh


mezuzah sebelum masuk bangunan atau ruangan.

Bagaimana cara memberi tahu agar orang tidak memeluk dan


merangkul seorang janda yang sedang berduka di pemakaman?

Itu situasi sulit yang dihadapi oleh Rabi Jackie Tabick, dari
Sinagoga West Central Liberal London.

"Situasi itu sangat sulit," katanya padaku.


"Saya akan bilang: 'Saya tahu Anda ingin mengekspresikan cinta
dengan memeluk janda yang berduka itu. Namun cara terbaik
sekarang ini adalah dengan berbicara dengannya, mengangguk
padanya. Jangan memeluk atau merangkulnya, karena itu bukan hal
yang tepat untuk dilakukan saat ini. Saya pikir dia akan mengerti."

Rabi Jackie berencana untuk memberikan layanan dan pelajaran


keagamaan secara daring, metode yang sudah dilakukan banyak
sinagog liberal dan reformis.

Kepala Rabi Israel David Lau telah mengeluarkan imbauan untuk


tidak menyentuh atau mencium mezuzah, yaitu gulungan berisi ayat-
ayat agama yang ditempatkan di tiang pintu rumah.

Mezuzah biasanya disentuh atau dicium ketika memasuki bangunan


atau ruangan.

Konferensi rabi Eropa juga telah menyarankan orang untuk tidak


mencium barang-barang seperti gulungan Taurat.

Rabi Tabick mengatakan bahwa tidak mencium mezuzah bukan soal


besar dalam kehidupan kaum Yahudi, tetapi "beberapa hal seperti
itu telah menjadi rutinitas".

Kristen

Image copyrightALBERTO PIZZOLI

Image captionPaus Fransiskus menyampaikan khotbah berkat Minggu melalui


siaran langsung di televisi.

Ratusan orang yang beribadah di Gereja Kristus di Georgetown,


Washington DC, sebuah gereja bersejarah di ibu kota Amerika
Serikat, diimbau untuk mengarantina diri sendiri.

Ini disebabkan seorang pendeta gereja menjadi orang pertama


positif terjangkit virus corona di distrik itu.

Pendeta Timothy Cole dinyatakan positif Sabtu (07/03) lalu, dan kini
tengah menjalani karantina bersama keluarganya.

Dilaporkan ada sekitar 550 orang yang menghadiri ibadah dimana


Timothy memberikan komuni.

Di Vatikan, Paus Fransiskus memilih untuk tidak menyampaikan


berkat tradisional Minggu dari teras jendela yang menghadap
Lapangan Santo Petrus.
Sebagai gantinya ia menyampaikan berkat Minggu secara langsung
melalui media internet, dalam upaya untuk mengurangi keramaian
di Vatikan.

Ini dilakukan saat jutaan orang di Italia bagian utara tengah


menjalani karantina.

Gereja-gereja Katolik dari Ghana hingga Amerika Serikat dan Eropa


telah mengubah cara melaksanakan Misa guna menghentikan
infeksi.

Para imam gereja meletakkan hosti atau roti sakramen di tangan


para jemaat daripada di lidah. Mereka juga berhenti memberi anggur
di piala komunal.

Alih-alih berjabatan tangan saat tanda perdamaian dalam prosesi


ibadah, anggota jemaat diminta cukup mendoakan orang yang
duduk di sebelah mereka.

Sekalipun paham pentingnya langkah-langkah semacam itu,


beberapa jemaat merasa kehilangan.

Image copyrightGETTY IMAGES

Image captionGereja Katolik mengubah tata cara ibadahnya guna menghindari


penyebaran virus corona.

Alexander Seale, seorang wartawan Prancis yang tinggal di London


mengungkapkan "tidak ada lagi kegembiraan yang sama seperti
sebelumnya."

"Tidak melakukan tanda damai dengan bersalaman dan tidak


menerima hosti di mulut seakan menghilangkan bagian terpenting
Misa itu sendiri."

"Bagi saya, secara pribadi, menerima komuni adalah hal yang


berharga, Ini benar-benar tubuh Kristus, itu benar-benar berharga."

"Ini memalukan, tetapi saya mengerti bahwa tindakan ini harus


diambil."

Penolakan untuk mengikuti perubahan tata cara ibadah dituding


menjadi penyebab pesatnya penyebaran virus corona di Korea
Selatan.

Kebanyakan orang yang terinfeksi corona di negara itu terkait


dengan kelompok Kristen yang disebut Gereja Shincheonji Yesus.
Tata cara ibadah dengan duduk berdekatan, diduga menyebabkan
virus menyebar lebih cepat di antara jemaat, yang kemudian meluas
dan menginfeksi orang lain.

Para pemimpin gereja ini juga dituduh menyembunyikan nama-nama


anggota jemaat, yang menghambat pihak berwenang
mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi sebelum virus itu
menyebar pesat.

Untungnya, kasus di Korea Selatan unik.

Gereja-gereja di seluruh dunia terus mencari cara terbaik untuk


membantu menghentikan penyebaran virus corona dalam pedoman
pemerintah.

Berita terkait

Virus corona: Seberapa cepat vaksin Covid-19 tersedia?

01 April 2020

Virus corona: Kecepatan penyebaran 'mengkhawatirkan' dengan


kasus baru dilaporkan di Singapura, Vietnam dan Arab Saudi

23 Januari 2020

Kematian akibat virus corona melampaui epidemi SARS pada tahun


2003

09 Februari 2020

Virus corona: Kenapa wabah seperti ini semakin banyak di dunia?

29 Januari 2020
Copyright © 2020 BBC. BBC tidak bertanggung jawab atas isi situs dari luar.

LIHAT KE HALAMAN ASLI

Gobin Dd
Peminat kata
TERVERIFIKASI

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

FO LL OW

Wabah Corona yang Sedang Menantang Hal-hal yang Bernilai Suci


di Masyarakat
    

4 April 2020   09:08 |

Diperbarui: 4 April 2020   09:22

Upacara kematian di Ghana, Afrika. Sumber foto: BBC.com


Tidak disangkal, virus Corona mempengaruhi pelbagai sendi kehidupan manusia. Sendi
kesehatan hanyalah satu dari sekian sendi yang terkoyak di masyarakat.

Agama, budaya, ekonomi adalah beberapa sendi kehidupan yang ikut mendapat imbas dari
wabah virus Corona.

Di kampung halaman saya yang masih dinyatakan negatif Corona harus merelakan pelbagai
aktivitas massa yang bernuansa budaya mesti ditunda.
Padahal, konteks masyarakat kami sangat lekat dengan acara-acara budaya yang melibatkan
banyak orang. Saya kira hal ini juga berlaku pada banyak tempat di Indonesia.

Di Filipina, masyarakat yang bermayoritaskan Kristen Katolik ini harus rela merayakan
Paskah dari rumah. Upacara Paskah di Gereja yang biasa dibanjiri oleh banyak umat tidak
akan terjadi.

Tentunya, kenyataan ini terasa asing karena kehidupan menggereja merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini bisa juga berlaku pada banyak pemilik agama
lain, di mana upacara agama dibatasi karena alasan wabah Corona.

Kenyataan-kenyataan ini memang menyakitkan. Tetapi demi kepentingan dan kebaikan


umum, apa yang sudah menjadi bagian dari keseharian hidup harus direlakan untu ditunda
hingga situasi membaik.

Hal ini juga diamini Elizabeth Ohene, seorang mantan menteri di pemerintahan Ghana, yang
menyatakan tentang dampak virus Corona bagi negara Ghana, Afrika (BBC.com 26/3/2020).

Menurutnya, negara Ghana memang akan mengalami krisis besar karena wabah virus
Corona. Krisis itu bukan menyangkut persoalan kesehatan semata, tetapi lebih dari itu
dampak wabah Corona pada cara hidup dalam rupa kehidupan budaya dan sosial masyarakat.

Elizabeth Ohene menyatakan kalau di Ghana ada beberapa hal yang dinilai suci di dalam
kehidupan mereka dan hal itu sulit tersentuh oleh situasi apa pun. Hal-hal yang dianggap suci
di mata orang Ghana adalah agama, berjabatan tangan dan pemakaman.

Sejauh ini, ketiga hal ini sangat dianjurkan untuk dihentikan praktiknya untuk sementara
waktu. Pasalnya, banyak kasus penyebaran virus Corona berkaitan erat  dengan ketiga hal
yang dinilai suci di mata orang Ghana.

Contohnya, berjabatan tangan. Sejak virus Corona mewabah, gesture berjabatan tangan
sangat dilarang keras. Alasannya kontak fisik bisa memungkinkan penyebaran virus Corona.

Namun dalam pandangan masyarakat Ghana, menolak berjabatan tangan dengan seseorang
berarti orang itu adalah musuh. Dengan dikeluarkannya aturan untuk tidak berjabatan tangan,
pastinya menciptakan kesan yang berbeda.

Selain itu, hal yang menjadi tantangan serius bagi masyarakat Ghana juga adalah soal
kematian. Upacara pemakaman di Ghana dirayakan dengan upacara besar.

Sejak adanya pasien yang dinyatakan positif virus Corona, pemerintah Ghana menyatakan
kalau yang ada hanyalah pemakaman pribadi tanpa kehadiran banyak orang.

Persoalannya, tidak ada dalam pemahaman orang Ghana tentang pemakaman yang dirayakan
dalam jumlah yang terbatas. Pemakaman seseorang selalu dipenuhi banyak orang.

Pemakaman itu sendiri memberikan banyak manfaat pada banyak sektor. Banyak usaha yang
bersandar dari upacara pemakaman. Saat pemakaman dilarang, usaha-usaha itu bisa
mendapat imbas besar.
Negara Ghana juga terkenal dengan praktik hidup keagamaan. Saat presiden Ghana, Nana
Akufo-Addo mengumumkan tentang larangan upacara agama secara massal, hal itu
menimbulkan ketidakpercayaan pada banyak tokoh agama.

Pasalnya, doa bersama dan jadwal upacara keagamaan menjadi pusat kehidupan masyarakat.
Larangan untuk terlibat dalam upacara agama bisa berdampak hebat pada masyarakat.

Wabah virus Corona yang menghantam Ghana juga menghantam banyak negara. Bukan
hanya kehidupan ekonomi dan sosial yang mendapat dampak dari virus ini. Bahkan wabah
virus Corona juga mengancam hal-hal yang bernilai suci di mata masyarakat.

Hemat saya, situasi ini bisa membuka kesempatan untuk merenung tentang makna kesuciaan
itu sendiri. Benar kalau ekspresi pada yang suci hadir lewat bahasa tubuh dan upacara
tertentu. Tetapi hal-hal ini sudah terbatas saat berhadapan dengan wabah virus Corona.

Kita berhadapan dengan realitas yang berbeda karena wabah virus Corona. Di tengah realitas
yang berbeda ini, kita mungkin bisa berpikir bagaimana kita membahasakan dan
mengekspresikan nilai kesucian.

Secara umum, nilai kesucian itu berhubungan dengan Sang Khalik. Karenanya, segala
sesuatu yang berlekatan dengan nilai suci mesti dihormati.

Di tengah wabah Corona, kita mungkin sadar kalau nilai kesucian itu tidak terbatas pada
ruang tertentu (tempat Ibadan), bahasa tubuh tertentu dan upacara tertentu. Toh, tidak ada
gunanya upacara keagamaan kalau cara hidup kita berseberangan dengan makna kesucian.

Dengan ini, Kita bisa mewujudnyatakan nilai kesucian itu lewat relasi harmonis di dalam
keluarga dan solidaritas di antara kita satu sama lain. Tinggal di rumah dan berada bersama
keluarga bisa menjadi kesempatan untuk mendekati Tuhan, sumber kesucian.

Dalam situasi seperti ini, kita juga mungkin patut berefleksi bagaimana kita telah memaknai
kesucian lewat upacara-upacara agama dan budaya dan dampaknya untuk hidup harian kita.

Toh, kesucian akan bernilai saat praktik hidup merupakan cerminan langsung dari apa yang
kita rayakan lewat agama dan budaya.  

Video Pilihan
TERPOPULER

Akankah Riza Patria Alat Istana untuk Kontrol Anies Baswedan?


Terpopuler: Ketika Guru Kehabisan Kuota akibat WFH hingga Budaya
Jepang Cegah Corona
Inilah Alasan Riza Patria Berpotensi Menjadi "Duri dalam Daging" bagi
Anies Baswedan
Inilah Alasan Mengapa Pria Lebih Banyak yang Meninggal akibat Covid-19
PSBB Jakarta dan 3 Tantangannya

NILAI TERTINGGI

Dirikan Posko, Bukan Hanya Corona, Lapar Juga Bisa Membunuh Manusia
Belajar Nyetir di Kala Lockdown, Denda 16 Juta Rupiah
Bagai Sirip Ikan Beku
Cerpen | Cinta nan Abadi
Akankah Riza Patria Alat Istana untuk Kontrol Anies Baswedan?

FEATURE ARTICLE

Hari Kesehatan Dunia dan Cakupan Kesehatan Semesta

TERBARU

[Cerita yang Terlepas] Selasar Usia


Hari Kesehatan Dunia Ditengah Keprihatinan Akibat Covid 19
Pengertian Aliran Realisme, Tokoh-tokoh FIlusuf Aliran Realisme
Berapa Jumlah Sebenarnya Penderita Covid-19 di Indonesia?
Menghantam pertumbuhan perekonomian Indonesia melalui covid-19

HEADLINE

Dalgona Ginger Soda, Rahasia Pendongkrak Imun nan Segar


Pulang Kampung Saat Corona, Kebutuhan Emosional Vs Evaluasi Rasional
Diarahkan ke Mana Fokus dan Energimu Selama Ini?
PSBB Jakarta dan 3 Tantangannya
Usir Bosan dengan Bikin Podcast, Gak Pakai Susah!
Copyright by

   

 Resonansi

Virus Corona, Splinter Agama (1)


Corona adalah laskar ‘Ababil’ dari Allah untuk menghancur China yang menindas
Uighur
Kamis , 26 Mar 2020, 09:34 WIB

Republika

Azyumardi Azra

Red: Karta Raharja Ucu

Oleh: Azyumardi Azra

Apa hubungan antara virus corona atau popular juga sebagai Covid-19 dengan
agama? Dalam wacana, percakapan atau bahkan perdebatan tentang virus
mematikan yang telah menjadi pandemi global lebih terkait dengan hal ihwal
kesehatan atau sanitasi, bukan dengan agama.

Perbincangan juga lebih terkait dengan dampak ekonomi luar biasa yang diakibatkan
virus corona. Dampak ekonominya mencakup hampir semua sektor sejak dari
ekonomi formal sampai informal; sejak dari sektor digital dan jasa sampai
tradisional.

Tapi menjawab pertanyaan di awal, wabah virus corona sejak wabah meluas
melibatkan langsung dan tidak dengan agama, khususnya agama-agama dengan
banyak penganut secara global seperti Kristianitas, Islam, Hindu atau Budha. Respon
agama terhadap wabah corona terkait dengan sentimen, teologi dan praksis
keagamaan di kalangan umat beragama.

Ada kalangan umat dari agama berbeda yang meyakini teologi dan menjalankan
praksis keagamaan tertentu yang kontra-produktif dengan usaha membendung
penyebaran wabah Covid-19. Mereka ini dapat disebut kelompok splinter—kalangan
umat beragama yang berbeda dengan arus utama (mainstream) penganut agama
masing-masing.

Simaklah kasus-kasus di kalangan umat beragama dari agama berbeda menyikapi


ledakan penyebaran virus corona. Sebagaimana bisa terlihat, pandangan dan sikap
itu tidak selalu selaras dengan upaya mengendalikan  wabah Covid-19. Kita simak
dulu kasus umat Islam.

Ketika wabah corona mulai meledak di Wuhan, provinsi Hubei, China Daratan, sejak
pada 31 Desember 2019 dengan jumlah korban tewas yang meningkat cepat, ada
pandangan splinter umat Islam.

 
Intinya, virus corona adalah laskar ‘Ababil’ yang dikirim Allah Swt untuk
menghancurkan China yang menindas kaum Muslim Uyghur di Provinsi Otonom Xin
Jiang.

Sekadar diingat kembali, lasykar ‘Ababil’ atau kumpulan burung dalam jumlah sangat
banyak yang menjatuhkan batu ke atas pasukan gajah pimpinan Abrahah yang ingin
menghancurkan Ka’bah di Makkah. Hasilnya, lasykar Ababil berhasil menghancurkan
pasukan Abrahah.

Masalahnya, virus corona tidak pandang agama. Warga Wuhan tidak hanya
penganut Tao atau ateis-komunis, ada catatan resmi tentang Muslim China Hui yang
wafat terkena wabah corona. Populasi Muslim Hui Wuhan saja hampir 2 persen dari
total penduduk 11 juta; mereka memiliki empat masjid utama di Wuhan.

Ketika virus corona menyebar secara global terlihat jelas virus corona tidak
mempedulikan agama. Banyak warga negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti
Iran, Indonesia, Malaysia, Mesir, Turki dan seterusnya juga terkena. Sebelumnya
beberapa media.com berorientasi Islam menyebarkan fake news (berita bohong)
Turki sebagai bebas virus corona.

Virus corona juga menyerbu negara berpenduduk mayoritas Kristianitas semacam


Filipina, Italia, Inggris, Amerika Serikat dan banyak lagi. Tidak terkecuali negara
berpenduduk mayoritas Budha semacam Thailand, atau bermayoritas Hindu seperti
India juga diserbu Covid-19.

Masih ada pandangan splinter di kalangan Muslim yang beredar dalam media sosial;
misalnya tentang orang-orang China daratan berbondong-bondong ke masjid belajar
berwudhu dan masuk Islam. Pandangan ini bersumber dari keyakinan bahwa mereka
yang berwudhu bakal selalu bersih dan karena itu imun dari virus corona.

Juga ada cerita bohong tentang dokter Palestina, Manar Saadi al-Shenawi yang
katanya diumumkan otoritas China sebagai telah menemukan vaksin, Disebutkan
vaksin itu manjur 100 persen untuk menyembuhkan mereka yang terjangkit virus
corona.

Kedua cerita di atas terbukti termasuk di antara 242 hoaks tentang virus corona
yang diumumkan Kominfo pekan lalu (17/3/2020). Tidak ada warga China yang
ramai-ramain belajar berwudhu dan masuk Islam; juga tidak benar ada dokter
Palestina yang menemukan vaksin anti Covid-19. Bahkan di dunia internasional
sekalipun belum ditemukan vaksin manjur.

Pandangan splinter lain muncul ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI); ulama al-
Azhar Kairo, Mesir; dan hay’ah kibar ulama’ (ulama-ulama besar) Arab Saudi
mengeluarkan fatwa tentang kebolehan mengganti shalat Jumat di masjid dengan
shalat zhuhur di rumah atau tidak shalat berjamaah di masjid. Kebolehan ini berlaku
di daerah wabah bencana corona atau untuk mencegah terjadinya penyebaran virus
Covid-19.

Tetapi ada kalangan Muslim splinter dari pandangan mainstream.


Argumennya: kenapa harus takut pada virus corona? Bagi mereka, yang  patut
ditakuti hanyalah Allah Swt saja. Argumen simplistis memakai kacamata kuda dan
literalisme ini didukung pejabat dan tokoh politik tertentu yang tidak punya ilmu
memadai dan pemahaman baik tentang ajaran Islam khususnya maqashid al-
syari’ah dan sejarah Islam.

 virus corona
 
 pandemi corona
 
 covid 19
 
 covid-19
 
 resonansi
 
 wni positif corona
 
 azyumardi azra
 
 muslim uyghur
 
 islam
 
 abrahah
 
 allah
 
 china
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Berita Terkait

  Kasus DBD di Gunung Kidul Capai 558 Orang

  WHO Puji Langkah Trump Hadapi Virus Corona

  Gubernur Riau Instruksikan Pengaturan Tradisi Ceng Beng

  Radja Nainggolan Takut Hadapi Corona, Ini Alasannya

  Pemkab Purwakarta Kerja Sama RS Swasta untuk Ruang Isolasi

Berita Terpopuler

Rabu , 08 Apr 2020, 00:00 WIB - Nusantara

Ini 8 Sektor yang Bisa Beroperasi Saat PSBB Diberlakukan


Rabu , 08 Apr 2020, 00:13 WIB - Nusantara

Anies: Warga Dilarang Berkumpul Lebih dari Lima Orang

Rabu , 08 Apr 2020, 00:03 WIB - Nusantara

Anies akan Hukum Warga yang Melanggar PSBB di Jakarta

Rabu , 08 Apr 2020, 00:30 WIB - dunia-islam

Ini Dampak Sosial Jika Ramadhan Masih Pandemi Corona

Rabu , 08 Apr 2020, 00:03 WIB - Nusantara


Anies: Dua Hari ke Depan Jadi Masa Sosialisasi PSBB

Rabu , 08 Apr 2020, 00:40 WIB - nasional

MER-C Desak Bebaskan Siti Fadilah untuk Bantu Tangani Corona

Rabu , 08 Apr 2020, 00:05 WIB - senggang

Alami Pelecehan, Soraya Larasati Didatangi Polisi

Rabu , 08 Apr 2020, 00:46 WIB - Nusantara


Banyak Orang Bersuhu 38 Derajat Naik Angkot di Bogor

Rabu , 08 Apr 2020, 00:13 WIB - nasional

Bantu Tangani Corona, Cheil Jedang Indonesia Donasi Rp 4 M

Rabu , 08 Apr 2020, 00:02 WIB - dunia-islam

Ini Upaya Kemenag Cegah Penyebaran Covid-19 di Pesantren

 Home
 About Us
 Contact Us
 Dari Redaksi
 Privacy Policy
 Disclaimer
 Pedoman Siber
 Karir
© 2019 republika.co.id - All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai