Anda di halaman 1dari 8

Kondisi iklim yang sering berubah dan menurunnya kesuburan tanah

menjadi ancaman serius bagi produksi pertanian di Propinsi Nusa


Tenggara Timur (NTT). Dalam jangka panjang, diprediksikan bahwa
perubahan iklim akan memperparah situasi ini dengan musim panas yang
lebih panjang dan temperatur yang lebih tinggi. Bagi Propinsi NTT yang
mayoritas penduduknya bergantung pada hasil pertanian untuk menunjang
keberlansungan hidupnya, upaya nyata dan konkrit harus segera diambil
untuk meningkatkan produski pertanian dan memitigasi dampak
perubahan iklim. Teknologi yang telah diimplementasikan di Propinsi NTT
dan memiliki prospek untuk meningkatkan produksi pertanian dan
memitigasi perubahan iklim adalah Pertanian Konservasi.

APA ITU PERTANIAN KONSERVASI (PK)?

FAO (2007) mendefinisikan pertanian konservasi (PK) sebagai suatu


pendekatan dalam produksi hasil pertanian yang hemat sumberdaya tetapi
dapat menghasilkan keuntungan yang memadai dan pada saat yang
bersamaan mampu mempertahankan tingkat produktivitas yang tinggi dan
memelihara kelestarian alam. Penerapan PK bertujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian melalui tiga prinsip utama:

 Pengolahan tanah seringan-ringannya hingga tidak diolah sama


sekali;
 Penutupan permukaan tanah serapat-rapatnya secara terus menerus
sepanjang musim sepanjang tahun;
 Tumpang sari dan rotasi tanaman terutama antara tanaman non-
legum dengan legum.

Ketiga prinsip ini, secara bersama-sama, membentuk suatu sistem


pertanian yang terintegrasi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
ketiga prinsip ini harus diterapkan secara bersama-sama selain penerapan
praktek-praktek agronomi lainnya seperti waktu tanam yang tepat serta
penanganan gulma dan hama yang efektif dan terintegrasi.
Pengolahan Tanah Seringan-ringannya

Dalam PK, tanah tidak dibajak dan benih ditanam lansung pada lubang
tanam atau alur tanam. Dengan cara ini, bahan organik tanah tetap
dipertahankan. Bahan organik tanah ini tidak hanya menyediakan gizi yang
lebih untuk proses pertumbuhan tanaman tetapi juga memulihkan struktur
alamiah tanah yang pada gilirannya menghambat erosi, pemadatan tanah
dan pengerasan lapisan permukaan tanah; hal-hal yang dengan mudah
terjadi pada tanah yang dibajak. Dengan cara ini pula, kelembaban tanah
lebih terjaga karena penguapan air dapat ditekan, hal yang juga dengan
mudah terjadi apabila tanah yang dibajak. Lebih banyak karbon yang
dilepaskan ke dalam tanah dan emisi karbon dioksida ke udara dicegah
karena cara ini tidak membutuhkan bahan bakar minyak sebagaimana yang
digunakan dalam pembajakan tanah dengan traktor.

Penutupan Permukaan Tanah Serapat-rapatnya

Sisa tanaman tetap dipertahankan di dalam kebun sebagai mulsa dan atau
tanaman leguminosa penutup permukaan tanah ditanam sepanjang tahun
sepanjang musim. Penutupan permukaan tanah melindungi tanah dari
pengikisan oleh hujan dan angin serta membantu mempertahankan
kelembaban tanah dan menstabilkan temperatur tanah pada lapisan-
lapisan permukaan. Serangga, jamur, bakteria serta mikro-oganisme dan
makro-organisme hewan dan tumbuhan berkembang dengan baik dalam
lingkungan ekologis seperti ini. Aktivitas organisme-oranisme ini mengurai
mulsa dan meleburkannya ke dalam tanah dan secara perlahan dan berkala
memperbaiki kesuburan tanah. Penutupan permukaan tanah juga
meningkatkan retensi dan penyerapan air ke dalam tanah serta menekan
gulma dan patogen-patogen penyebab penyakit. Ringkasnnya, penutupan
permukaan tanah secara permanen memampukan tanah untuk
meregenerasi dirinya sendiri secara alamiah.

Tumpang Sari dan Rotasi Tanaman

Tumpang Sari dan Rotasi Tanaman telah selalu dipraktekkan secara turun
temurun dalam pertanian dan merupakan strategi pengontrolan hama dan
penyakit dengan cara memutuskan siklus hama dan penyakit itu sendiri.
Beberapa jenis tanaman membantu menekan gulma dan apabila tanaman
leguminosa digunakan, jenis tanaman ini juga menyuburkan tanah melalui
fiksasi nitrogen. Strutktur tanah juga diperbaiki melalui penetrasi berbagi
sistem pengakaran ke dalam tanah.

Pemupukan merupakan proses untuk memperbaiki atau memberikan tambahan unsur-unsur hara pada  tanah,
baik secara langsung atau tak langsung agar dapat memeuhi kebutuhan bahan makanan pada tanaman.

Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah,
memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman.

Selain itu, proses pemupukan sangat berperan dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman tersebut.

Dengan demikian, selain harus mengetahui jenis-jenis pupuk dan proses penyerapan pupuk tersebut.

Petani juga harus tahu dan memahami cara menggunakan pupuk pada tanaman, sehingga proses pemupukan
tersebut bisa lebih efektif dan efisien.

Agar dapat memperoleh hasil pemupukan yang memuaskan, bukan hanya menggunakan takaran pupuk yang
tepat saja.

Namun juga harus mengetahui cara pengunaan pupuk tersebut, sehingga tanaman dapat menerima nutrisi dari
pupuk dengan maksimal. Dengan semakin berkembangnya teknologi pada industri pertanian, mampu
menciptakan berbagai produk pupuk dengan cara pemupukan yang berbeda dari biasanya.

Namun secara garis besar pemupukan bisa dibedakan menjadi dua cara, yaitu melalui akar dan melalui daun
atau tubuh bagian atas tanaman.

Teknik-teknik Pemupukan.
PEMUPUKAN MELALUI AKAR TANAMAN
Pemupukan dengan teknik ini dapat menggunakan berbagai jenis pupuk baik organik atau anorganik dan padat
atau cair, karena digunakan dengan cara mencampurkan pupuk dengan tanah.

Tujuannya untuk memperbaiki dan mengisi tanah dengan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya
tanaman yang ditanam dapat tumbuh subur dan menghasilkan hasil yang memuaskan. Secara umum, teknik
pemberian pupuk melalui akar bisa dilakukan melalui cara ;

Broad Casting (Disebar)


Pupuk disebarkan dengan merata pada tanah, atau dapat dilakukan ketika pembajakan dan penggaruan terakhir
sehari sebelum tanam ditanam. Dengan demikian, pupuk dapat masuk ke dalam tanah.

Cara ini sangat efisien jika tanaman ditanam dengan jarak yang teratur atau tidak teratur dalam satu bidang
tanah, tanaman memiliki akar yang pendek atau dekat dengan permukaan tanah, dan pupuk harus memiliki daya
larut yang baik.

Pemupukan dengan cara ini biasanya digunakan untuk tanaman padi, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran.

Kerugian menggunakan cara ini adalah rumput atau gulma akan ikut tumbuh subur, karena unsur hara pada
tanah juga meningkatkan pertumbuhan rumput liar tersebut.

Ditempatkan dalam lubang


Pupuk ditanam pada kedalaman sekitar 10cm di samping tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

Untuk tanaman tahunan, pupuk ditanam melingkar dengan cara yang sama karena tanaman tahunan
memerlukan unsur hara yang lebih banyak.

Cara ini akan efisien jika tanaman yang ditanam memiliki jarak yang tidak berdekatan, ditanam dengan posisi
tidak teratur, dan tanaman memiliki akar yang panjang atau jauh dari permukaan tanah.

Ditempatkan diantara larikan atau tanaman


Pupuk diletakan atau ditaburkan diantara larikan, kemudian ditutup dengan tanah : Cara ini sangat efisien
karena hanya memerlukan pupuk dengan jumlah sedikit, tanah memiliki kesuburan yang buruk, dan tanaman
memiliki akar sedikit.
PEMUPUKAN MELALUI DAUN ( DISEMPROTKAN KE TANAMAN)
Pemupukan cara ini menggunakan pupuk yang dilarutkan ke dalam air, dengan konsentrasi sangat rendah dan
menggunakan perbandingan 60% Air 40% Pupuk.

Setelah tercampur secara merata, kemudian dimasukan ke alat penyemprot dan disemprotkan ke daun. Namun
jika pertanian yang akan disemprot memiliki hamparan yang luas, dapat menggunakan pesawat terbang untuk
menghemat waktu dan tenaga.

Sebelum melakuian pemupukan melalui daun, ada beberapa hal yang wajib diketahui antara lain ;

 Konsentrasi larutan yang dibuat harus serendah mungkin atau sesuai petunjuk dalam kemasan pupuk,
untuk menghindari kelebihan unsur hara pada tanah.
 Pupuk disemprotkan ke daun yang mengarah ke bawah, karena sebagian besar daun memiliki stomata
pada bagian bawah.
 Pemupukan sebaiknya dilakukan saat pagi atau sore hari, untuk menghindari penguapan pupuk yang
disemprotkan.
 Hindari melakukan penyemprotan pupuk saat musim hujan, karena beresiko melarutkan pupuk yang
disemprotkan.
KONTEN PENGGUNA

Techno - Geek

Yuk ikuti channel kita agar tidak ketinggalan jaman dengan teknologi dan gadget terkini!

1 Maret 2019 10:05

News

7 Jenis Irigasi Pertanian

Foto sawah. Foto:


Dok. Kementan

Irigasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam dunia pertanian. Melalui
irigasi yang teratur, lahan pertanian atau sawah tidak hanya mengandalkan hujan saja sebagai
sumber air. Di Indonesia ada beberapa jenis irigasi yang sering digunakan. Salah satu yang
terkenal adalah sistem subak di Bali. Namun, setidaknya ada tujuh jenis irigasi yang bisa Anda
terapkan untuk lahan pertanian seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Irigasi permukaan
Jenis irigasi yang pertama adalah irigasi permukaan. Irigasi ini merupakan yang tertua di
Indonesia dan paling banyak digunakan. Cara kerjanya pun juga sangat mudah, yakni dengan
mengambil air sungai sebagai sumbernya. Air sungai tersebut kemudian dibendung untuk
disalurkan lewat selang atau parit ke area pertanian dan sawah-sawah yang ada di sekitarnya.
Irigasi permukaan memanfaatkan gravitasi, sehingga sawah atau lahan dengan permukaan lebih
tinggi akan mendapatkan air terlebih dahulu. Selain itu, juga ada penjadwalan debit air agar
irigasi lancar dan merata.

2. Irigasi bawah permukaan

Kedua adalah irigasi bawah permukaan dengan cara memanfaatkan pengairan pada lapisan
tanah. Caranya adalah dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar dengan pipa
maupun saluran terbuka. Pipa yang digunakan biasanya memiliki diameter 10 sentimeter dan
tebalnya 1 sentimeter. Sistem irigasi ini sangat cocok diterapkan di daerah yang memiliki tekstur
tanah sedang sampai kasar agar tidak terjadi penyumbatan pada lubang air. Irigasi bawah
permukaan juga cocok untuk tanah dengan kadar garam rendah.

3. Irigasi menggunakan pompa air

Irigasi berikutnya adalah dengan menggunakan mesin pompa air. Banyak petani yang
menggunakan cara ini karena cukup mudah dan ringkas. Anda cukup mengalirkan air dari
sumbernya baik itu dari sumur air, ataupun sungai ke lahan pertanian dengan menggunakan
pompa air yang disalurkan lewat pipa. Apabila sumber air ini melimpah dan tidak kering saat
kemarau sekalipun, maka bisa dijadikan sumber untuk irigasi dengan menggunakan pompa air.

4. Irigasi dengan pancaran

Bila dibandingkan dengan jenis sebelumnya, irigasi jenis keempat ini sedikit berbeda dan lebih
modern. Masih belum banyak petani menggunakan jenis irigasi ini karena masih baru
dikembangkan beberapa waktu belakangan ini. Prinsip kerjanya yakni menyalurkan air dari
sumber ke daerah sasaran dengan pipa. Pada lahan dan sawah tersebut, pipa kemudian disumbat
menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah dengan begitu muncul pancaran air seperti air
hujan. Namun, sistem irigasi ini sebaiknya digunakan pada daerah dengan kecepatan angin yang
tidak terlalu besar.

5. Irigasi lokal

Pada dasarnya cara kerja dari irigasi lokal adalah sama seperti irigasi permukaan, yakni
menggunakan pipa dari sumber air ke lahan pertanian tertentu. Prinsipnya juga menitikberatkan
pada gravitasi, artinya bila daerah tersebut lebih tinggi maka lahan itulah yang akan
mendapatkan air terlebih dahulu. Bila irigasi permukaan mencakup hampir sebagian besar area
pertanian yang luas, maka irigasi lokal akan mengaliri area pertanian dengan cakupan yang lebih
kecil semisalnya satu area pertanian atau satu petak sawah. Maka dari itulah dinamakan dengan
irigasi lokal.

6. Irigasi menggunakan timba

Irigasi dengan menggunakan timba umumunya dilakukan dengan tenaga manusia. Dengan kata
lain, para petani mengairi lahannya dengan menggunakan timba atau ember. Para petani inilah
yang mengangkut air dari sumbernya kemudian menyiramkannya pada tanaman secara manual.
Saat ini, irigasi menggunakan timba sudah jarang dilakukan karena banyak yang beralih
menggunakan pompa air.

7. Irigasi tetes
Terakhir ada irigasi tetes yakni menyalurkan air ke lahan pertanian menggunakan pipa
berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan cara inilah air dari pipa akan muncul
dalam bentuk tetesan dan langsung mengarah pada bagian tanaman. Tujuannya agar air bisa
langsung menuju ke akar tanaman, sehingga tidak membasahi lahan dan mencegah air terbuang
karena penguapan. Keunggulan dari irigasi ini adalah cocok digunakan untuk tanaman di masa
awal pertumbuhannya.

Anda mungkin juga menyukai