Anda di halaman 1dari 17

PAPER

Auditing II
Peranan Auditor dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) di Indonesia

Oleh:
ADZALIA FITRI ANNISA
1910536019

PROGRAM STUDI DIII INTAKE AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
ABSTRAK

Dalam kegiatan operasional maupun non operasional perusahaan atau


organisasi dalam melaksanakan pencatatan akuntansi harus dilakukan yang
namanya audit, dimana auditor harus mengaudit pencatatan akuntansi tersebut
untuk meminimalisir resiko berupa kecurangan. Pelaku kecurangan bisa dilakukan
oleh pihak manajemen atau karyawan, kecurangan ini terjadi karena lemahnya
pengawasan dan pengendalian internal terhadap sumber daya manusia, walaupun
suatu kebijakan atau peraturan telah berlaku. Lemahnya pengendalian internal ini
dapat menyebabkan timbulnya celah untuk melakukan kecurangan. Paper ini
bertujuan untuk melihat peranan auditor terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
di Indonesia. Paper ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif karena sumber
data bersifat tidak dalam bentuk kepastian dengan pendekatan deskriptif yang berisi
gambaran secara umum. Metode penghimpunan data yang dipilih adalah metode
teknik dokumentasi yang disebabkan penulis tidak melakukan penelitian langsung.
Sedangkan metode analisis data yang dipilih adalah metode deskriptif analisis yang
berupa gagasan umum dari penulis. Hasil dari paper ini adalah dalam proses
pencatatan akuntansi perlu dilakukan audit oleh auditor. Dimana auditornya terdiri
dari tiga kategori yaitu auditor eksternal, internal, pemerintah. Auditor melakukan
audit agar dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan (fraud) yang muncul.

Kata Kunci : Audit, Auditor dan Fraud

ii
ABSTRACT

In operational or non-operational activities of companies or organizations in


carrying out accounting records must be done whose name is an audit, where the
auditor must audit the accounting records to minimize the risk of fraud. Perpetrators
of fraud can be committed by management or employees, this fraud occurs due to
weak supervision and internal control over human resources, even though a policy or
regulation has been in force. This lack of internal control can lead to loopholes to
commit fraud. This paper aims to look at the role of auditors in the prevention of
fraud in Indonesia. This paper is a qualitative study because the data source is not in
the form of certainty with a descriptive approach that contains a general description.
The data collection method chosen is the method of documentation technique which is
caused by the writer not doing direct research. While the data analysis method
chosen is a descriptive analysis method in the form of a general idea from the author.
The result of this paper is that in the process of accounting records it is necessary to
conduct an audit by the auditor. Where the auditor consists of three categories,
namely external, internal, government auditors. The auditor conducts audits in order
to detect and prevent fraud that arises.

Keywords: Audit, Auditor and Fraud

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i
Abstrak .........................................................................................................ii
Abstract.........................................................................................................iii
Daftar Isi ......................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang......................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1. Auditor
2.1.1. Pengertian dan tujuan Auditor.............................................3
2.1.2. Peranan Auditor...................................................................4
2.2. Kecurangan (fraud)
2.2.1. Defenisi kecurangan (fraud)................................................5
2.2.2. Bentuk bentuk kecurangan (fraud).......................................6
2.2.3. Kecurangan (fraud) audit....................................................7
2.2.4. Faktor penyebab kecurangan (fraud)...................................8
2.2.5. Pendeteksian kecurangan (fraud).........................................9
Bab III Kesimpulan
Kesimpulan.........................................................................................11
Daftar Pustaka

iv
Bab I
Pendahuluan

Latar Belakang
Dalam pencatatan akuntansi banyak proses yang dilalui untuk mencapai tujuan
perusahaan namun pada era globalisasi saat ini banyak celah celah untuk melakukan
kecurangan baik secara manual maupun komputerisasi. Maka dari itu proses
akuntansi tersebut harus dilakukan audit. Audit adalah runtutan peristiwa yang
berurutan yang harus dipraktekan secara sistematis agar memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit yang telah dikumpulkan secara keadaan sebenarnya
mengenai asersi agenda dan kejadian ekonomi untuk memberikan penilaian atas
kesepadanan antara asersi dengan ketepatan dan kriteris ysng berlaku dan pada tahap
terakhir dilakukan penyampaian hasil atas kegiatan audit tersebut kepada pihak yang
membutuhkan dan pihak yang berkepentingan. Saat melakukan audit, auditor akan
melihat kemungkinan terjadinya resiko informasi untuk menilai resiko yang terjadi.
Salah satu resiko yang terjadi pada proses audit tersebut adalah kecurangan
(fraud). Kecuurangan adalahh tindakann yang tidakk sesuai dengan hukum yang
ditandai dengan dengan pembohongan, penyimpanan atau perbuatan mengancam atas
kepercayaan. Pembohongan ini dapat dilakukaan oleh perorangan, dan kelompok
untuk memperoleh uang, aset tetap atau tagihan untuk menghindari pembayaran. Pada
kecurangan (fraud) sangat perlu peranan auditor untuk mendeteksi kecurangan yang
ada.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) melakukan survei yang
menghasilkan kesimpulan data setiap tahun bahwa rata rata perusahaan atau
organisasi mengalami fraud yang menyebabkan kehilangan 5% dari pendapatannya.
Untuk mendeteksi kecurangan ini dibutuhkan waktu rata rata 18 bulan untuk
mendeteksinya fraud.
Di Indonesia kecurangan ini banyak terjadi seperti penyalahgunaan aset seperti
penggelapan kas, korupsi dan fraud laporan keuangan. Namun yang sering terlihat di
berita korupsi yang paling merajalela dalam fraud ini.
Contoh kasusnya yaitu kasus korupsi e- KTP yang paling marak dan sering di
perbincangkan pada beberapa tahun belakangan dari yang anak anak sampai yang
orang dewasa. Semua rakyat selalu membahasnya, karena pelakunya adalah orang
yang memiliki kepentingan atau jabatan tinggi di Indonesia, yakni Setya Novanto

1
yang sering berulah bahkan telah dipenjarakan sekalipun. Ia merupakan ketua Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang menjabat juga sebagai ketua umum partai politiknya
yaitu Golongan Karya (Golkar).
Saat menjadi ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Setnov mengingkar janjinya saat
pengambilan sumpah dengan cara menyelewengkan wewenang dan jabatannya untuk
melakukan pembengkakkan anggaran biaya proyek e-KTP sebesar Rp 5.9 Truliun.
Setnov tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, dia juga memberikan komisi pada
rekan rekan anggota DPR sebesar 5%.
Proses pendeteksian fraud pada kasus ini cukup berlangsung lama, dimana
auditor yang digunakan pada kasus ini adalah auditor pemerintah yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun sebelum ditangkap Setya Novanto beberapa kali melakukan sandiwara
agar terbebas dari kasus ini, seperti pura- pura sakit sampai pura- pura kecelakaan.
Namun akhirnya dia terbukti melakukan kecurangan yang mengakibatkan Setnov
harus mendekap selama 16 tahun dibalik jeruji besi. Tidak hanya itu negara pun
diperkirakan telah mengalami kerugian akibat perbuatannya sekitar Rp 2.3 Triliun.
Berdasarkan seluruh uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk
menulis sebuah paper dengan judul “ Peranan Auditor dan Pencegahan
Kecurangan (fraud) di Indonesia”.

2
Bab II
Pembahasan

2.1. Auditor
2.1.1. Pengertian dan profesi auditor
Suatu kegiatan penyelidikan atau pengusutan yang dilakukan dengan sistematis
dan teliti oleh pihak independen atas laporan keuangan yang sudah dibuat serta bukti
bukti yang telah didapatkan dengan tujuan untuk memberi penilaian kewajaran atas
penyajian laporan keuangan yang disebut dengan auditing. Pihak independen yang
disebut pada auditing tersebut adalah auditor.
Defenisi auditor menurut Arens et.al. adalah seseorang akuntan publik
independen yang melakukan penghimpunan dan evaluasi bukti dari pihak manajemen
untuk menentukan kewajaran dan kriteria yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2013:1) auditor adalah akuntan publik yang
memberikan jasa kepada pihak yang membutuhkan untuk menyelidiki laporan
keuangan agar bebas dari salah saji.
Berdasarkan defenisi diatas auditor adalah seseorang akuntan publik yang
kompeten dan independen yang memberikan jasa dalam melakukan pengumpulan dan
evaluasi bukti dalam pemeriksaan laporan keuangan sesuai dengan kriteria yang
ditentukan agar terbebas dari salah saji.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya auditor harus memiliki pengetahuan ,
keterampilan dan kompetensi lainnya. Syarat auditor menurut APIP harus lulus dari
pendidikan strata 1 (S1) atau yang setara. Untuk menentukan kinerja audit yang baik,
maka diperlukan beberapa kriteria untuk mendapatkan penilaian atas prosedur audit
yang baik.
Menurut Arum (2013) ada tiga kategori auditor yaitu auditor eksternal, auditor
internal dan auditor pemerintah
A. Auditor Eksternal
Auditor eksternal merupakan seseorang auditor yang bukan dari pegawai
perusahaan yang independen terhadap kliennya, auditor ini dapat melakukan
semua jenis audit yang dibutuhkan kliennya, dan biasanya resiko auditor
eksternal ini lebih besar daripada auditor internal.

3
B. Auditor Internal
Auditor internal merupakan seorang auditor yang berasal dari pegawai
perusahaan yang independen dan tidak memiliki klien. Auditor internal
biasanya melakukan audit kepatuhan dan audit operasional.
C. Auditor Pemerintah
1) Auditor pemerintah eksternal : Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
2) Auditor pemerintah internal : Badan Pengawasan Keuangan
Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ,
Inspektorat Jenderal
2.1.2. Peranan Auditor
Dalam suatu perusahaan atau organisasi memerlukan seorang auditor baik auditor
internal maupun eksternal Walaupun mereka memiliki sasaran, tugas dan tanggung
jawab yang berbeda tetapi mereka memiliki kepentingan bersama agar terciptanya
koordinasi untuk menjaga kepentingan perusahaan dengan cara menyediakan
informasi yang tepat dan dipercaya.
Namun kecurangan itu sering terjadi pada auditor internal, karena auditor internal
ini merupakan pegawai perusahaan. Dimana kecurangannya itu bisa dibaca oleh
auditor internal karena sering berinteraksi dan melakukan kegiatan di perusahaan.
Auditor internal memiliki tanggung jawab untuk membantu pihak manajemen dalam
menjalankan dan mengambil keputusan yang tepat dalam kegiatan operasional
maupun non operasional.
Agar tujuan tersebut tercapai, auditor internal memiliki tugas sebagai berikut :
A. Mempelajari dan mengkaji sistem pengendalian manajemen, intern dan
operasional lainnya.
B. Menentukan kepatuhan terhadap perencana, rancanagan dan tahap kegiatan
yang telah diputuskan oleh manajemen.
C. Menetapkan kekayaan perusahaan yang wajib ditanangung dan diliindungi
dari resiko terjadinya segala bentuk fraud.
D. Mengatakan bahwa proses kelola data dapat dipercaya.
E. Menilai ukuran kinerja setiap bagian dalam melaksanakan pekerjaan

4
2.2.Kecurangan (fraud)
2.2.1. Defenisi kecurangan (fraud)
Kecurangan (fraud) adalah suatu perbuatan yang hampir terdapat pada setiap
bagian organisasi atau sebuah perusahaan, mulai dari jajaran atas sampai kepada
jajaran bawah. Kecurangan (fraud) dapat dilakukan oleh siapa dan dimana saja,
bahkan oleh individu yang jujur dalam Sudarmo et.al. (2008)
Berbeda dengan Sinaga (2008) menjelaskan bahwa kecurangan (fraud)
merupakan penggelapan atau manipulasi suatu tindakan karena pekerjaan, pencurian,
perbuatan tidak jujur, perbuatan buruk, perbuatan lalai, penggelapan pajak,
penyuapan, pemerasan, penyerobotan, dan perlakuan salah saji.
Sedangkan ACFE menjelaskan kecurangan (fraud) sebagai suatu kegiatan
pengecohan atau kesalahan yang dibuat oleh seseorang atau kelompok yang
mengetahui bahwa kesalahan tersebut memberikan kerugian kepada seseorang atau
kelompok.
Namun pada Subagio (2014) mengatakan fraud adalah suatu tindakan yang
mengakibatkan pada pihak lain baik secara individu maupun organisasi yang dapat
dinilai sebagai suatu kejahatan dari sisi hukum dan fraud dapat terjadi dalam sisi
keuangan, IT dan bidang lainnya.
Berdasarkan pengertian diatas kecurangan (fraud) dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan yang dilakukan oleh oranh luar atau pegawai dalam perusahaan untuk
memperoleh keuntungan atau manfaat yang merugikan orang lain karena tidak sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang seharusnya.
2.2.2. Bentuk bentuk kecurangan (fraud)
Menurut Examination Manual 2006 dari Association of Certified Fraud
Examiner dalam Arum (2017) fraud dikelompokkan menjadi empat hal berikut:
A. Kesalahan dalam penyajian laporan yang terdiri dari laporan keuangan dan
kecurangan laporan lainnya. Kesalahan dalam penyajian laporan keuangan
dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari sebenarnya
atau lebih buruk dari sebenarnya.
B. Penyalahgunaan aktiva yang terdiri dari kecurangan kas, serta kecurangan
persediaan dan aset lainnya.
C. Korupsi, yaitu perilaku yang merugikan keperluan umum untuk keperluan
pribadi atau kelompok tertentu.

5
D. Penyalahgunaan teknologi yang berkaitan dengan komputer. Penyalahgunaan
ini terjadi seperti:
1) Menambah, menghilangkan, atau memasukkan data palsu.
2) Tidak benar memposting atau memposting sebagian transaksi saja.
3) Mengubah program misalnya mengambil uang dari banyak rekening.
4) Mengubah dan menghilangkan master file.
5) Melalaikan pengendalian intern.
6) Melaksanakan sabotase.
7) Mencuri waktu penggunaan komputer.
8) Melaksanakan pengamatan elektronik dari data pada saat dikirim.
2.2.3. Kecurangan (fraud) audit
Menurut Subagio (2013) memiliki sasaran untuk menentukan tingkat
kemungkinan terjadinya kecurangan (fraud), tujuannya membuat ramalan yang
memenuhi apakah kecurangan (fraud) benar terjadi. Sumber bukti pada kecurangan
(fraud) adalah melakukan pembuktian data keuangan dan non keuangan, melakukan
pencarian fakta termasuk interview untuk memperoleh kebenaran.
Kecurangan dari sudut pandang audit yaitu tindakan salah saji dalam laporan
keuangan yang dilakukan sesuai rencana. Golongan dalam fraud adalah fraud laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset. Fraud dalam laporan keuangan terdiri dari salah
saji atau penghapusan terhadap jumlah atau pengungkapan yang sengaja dilakukan
guna mengelabui para pengguna. Sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan
keuangan adalah melebihkan dan mengurangi pendapatan guna untuk mengurangi
pajak dan menciptakan cadangan laba. Dalam penyalahgunaan aset kecurangan yang
sering terjadi adalah proses mencuri aset suatu entitas. Penyalahgunaan aset seringkali
digunakan untuk mengacu pada proses mencuri yang dilakukan oleh pegawai serta
pihak internal dalam organisasi dan dapat pula dilakukan oleh pihak eksternal.
2.2.4. Faktor penyebab kecurangan (fraud)
Faktor penyebab terjadinya kecurangan menurut Karni (2001) adalah sebagai
berikut :
A. Tidak kuatnya pengendalian Internal
1) Manajemen melalaikan pengendalian internal
2) Pelaku kecurangan tidak ditindak lanjuti manajemen
3) Auditor internal tidak memiliki wewenang untuk menyelidiki para
eksekutif

6
B. Tekanan keuangan
1) Memiliki uang yang banyak
2) Pendapatan tidak mencukupi
3) Gaya hidup boros
C. Tekanan non keuangan
1) Tuntutan dari eksekutif
2) Tidak diskusi dalam menetapkan suatu tujuan
3) Penurunan penjualan
D. Indikasi lainnya
1) Kurangnya penerimaan pegawai
2) Kurangnya Integritas pribadi
3) Adanya koneksi dengan organisasi kriminal
Empat faktor pendorong seseorang melakukan kecurangan menurut Simanjuntak
(2008) dalam Nur Asiah yang disebut dengan teori GONE, yaitu:
A. Greed (Keserakahan)
B. Opportunity (Kesempatan)
C. Need (Kebutuhan)
D. Exposure (Pengungkapan)
Greed dan Need adalah hal yang bersifat sangat individu dan perusahaan
susah mengendalikannya. Sehingga undang undang pun tidak bisa membatasinya.
Karna memiliki alasan kebutuhan ditambah dengan motivasi yang membuat ia
melakukan itu, maka sikap serakah seseorang akan cenderung melanggar
peraturan yang berlaku
Oppurtunity dan Exposure merupakan faktor yang disebabkan didalam
perusahaan atau genetik yang bisa dikendalikan oleh perusahaan. Pada umumnya
ada kesempatan yang membuat seseorang untuk melakukan kecurangan karena
pelaku cenderung ada peluang yang bisa dilakukan sekarang karena tidak ada lagi
kesempatan melakukan kecurangan. Sementara exposure berkaitan dengan proses
pembelajaran atau hukuman untuk berbuat fraud karena kurangnya sanksi yang
tegas terhadap pelaku fraud yang menyebabkan para karyawan perusahaan tidak
merasa takut dan hobi untuk melakukan fraud.
Pada umumnya faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud adalah
tekanan, baik itu tekanan keuangan dan non keuangan yang dibantu karena

7
adanya kesempatan yang disebabkan perusahaan tidak menindak tegas pelaku
fraud sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku fraud.
2.2.5. Pendeteksian kecurangan (fraud)
A. Mencegah kecurangan dengan menerapkan manajemen risiko
Kasus kecurangan banyak terjadi akhir akhir ini yang dapat menghasilkan
kerugian yang sginifikan bagi perusahaan. Apabila kecuranga tidak dapat
dideteksi dapat mengakibatkan kondisi yang dapat memperburuk keadaan suatu
perusahaan. Untuk itu manajemen harus melakukan pencegahan melalui
manajemen risiko.
Dalam Pusdiklatwas BPKP (2008), pencegahan fraud yang lazi ditetapkan
oleh manajemen mencakup beberapa langkah berikut:
1) Penentuan peraturan anti fraud
2) Tata cara pencegahan baku
3) Suatu kelompok
4) Tata cara pengendalian
5) Menaruh rasa atau cepat tanggap terhadap fraud
Setiap aktivitas kelompok akan selalu ada ketidakpastian yang identik dengan
risiko sehingga manajemen harus bertanggung jawab untuk mengelola risiko yang
dihadapi. Untuk mencapai tujuan organisasi maka manajemen harus yakin bahwa
proses pengelola risiko telah berjalan dengan baik. Proses pengelolaan
manajamen risiko meliputi berikut ini:
1) Melakukan netapkan konteksi termasuk situasi tepat, situasi kelompok,
situasi manajemen risiko, memperluas situasi risiko, dan menetapkan
struktur risiko.
2) Melakukan penilaian penetapan risiko merupakan tahapan untuk mencari
dan menemukan risiko untuk melakukan analisis tentang apa yang terjadi,
mengapa dan bagaimana terjadinya.
3) Melakukan analisis risiko untuk runtutan menentukan kemungkinan terjadi
dampak dan konsekuensi yang dapat terjadi.
4) Melakukan evalusi risiko untuk melakukan perbandingan antara kelas
risiko yang dihasilkan dalam proses analisis, dengan ketentuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5) Melakukan penilaian risiko adalah mengurangi kesempatan terjadinya
konsekuensi dari risiko tersebut dalam pencapaian tujuan organisasi.

8
B. Mendeteksi kecurangan dengan mengidentifikasi gejala fraud
Menurut W. Steve Albrect (2002) dalam Arum (2017:84) menyebutkan
bahwa ada enam jenis gejala kecurangan, yaitu sebagai berikut:
1) Keanehan akuntansi
Tindakan rekayasa yang sengaja dilakukan oleh pelaku fraud yang dapat
menyebabkan kesalahan yang terjadi tidak dapat dideteksi dari akuntansinya.
Keganjilan akuntansi biasanya dilakukan melalui:
a. Ketidakberesan dokumen pendukung akuntansi seperti melenyapkan,
menghancurkan, serta mengganti dokumen pendukung aktivitas.
b. Kekeliruan pencatatan transaksi antara lain berupa catatan transaksi
tanpa dokumen pendukung catatan transaksi (jurnal) koreksi tanpa
otoritas dan catatan- catatan yang banyak dibuat pada akhir periode
akuntansi.
2) Kelemahan pengendalian intern
Pengendalian intern bertujuan sebagai alat yang dirancang untuk dapat
mengamankan harta milik perusahaan. Kelemahan pengendalian intern
seperti tidak menetapkan kunci pengendalian seperti pembatasan fungsi,
persetujuann transaksi yang baik, dokumentasi dan pencatatan yang sesuai
dengan ketetapan seperti Standar Akuntansi Keuangan, pengendalian fisik
terhadap aktiva dan pencatatan, serta pengecekan independen dalam
menjalankan tanggung jawab.
3) Tindakan yang tidak sesuai penyelidikan
Ciri- ciri fraud dapat terjadi dengan melakukan berbagai penyelidikan
berupa penyelidikan berupa penyelidikan vertikal, penyelidikan horizontal,
analisiss rasio dan analisiss remenden serta teknik analisis lainnya.
4) Pola hidup berlebihan
Pengaruh ekonomi termasuk salah satu akibat terjadinya niat untuk
melakukan tindakan kecurangan. Pola hidup pelaku fraud akan mengalami
perubahan seperti hidup konsumtif dan boros. Pola hidup berlebihan
merupakan tanda adanya fraud yang perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti.
5) Perilaku tidak biasa
Perilaku tidak biasa terjadi karena rasa tidak tenang dan adanya rasa
gelisah dapat terlihat antara lain takut atau tidak dapat tenang karena selalu

9
dihantui rasa gelisah dan tidak tenang, bila diajak mengenai fraud biasanya
sensitif atau mengeluarkan pendapat untuk mencari pembenaran atau alasan.
6) Pengaduan
Pengaduan adalah keluh kesah atas peristiwa atau agenda dalam melayani
organisasi atau pegawai. Pengaduan belum tentu merupakan justifikasi bahwa
fraud telah terjadi. Gejala fraud melalui pengaduan harus segera ditelaah
lebih lanjut, diuji dan dianalisis.
Perlu pencegahan untuk menerima tanda tanda awal yang cukup
mengenai kecurangan yang membuat kegiatan pelaku kecurangan terhalang,
karena kegiatan pelaku tersebut telah tercium dalam Kumaat (2011)
1) Penyebab yang mempengaruhi di pihak pelaku, yaitu kesanggupan
menelaah sistem atau mengakhiri celah dari praktek fraudnya, sehingga
menentukan tingkat kerumitan suatu tindak fraud.
2) Penyebab yang mempengaruhu ditentukan oleh kepandaian auditor sendiri
yaitu kesanggupannya memperlebar audit yang didasarkan resiko dan
menciptakan relasi informasi dengan tepat dan penuh perhitungan.

10
Bab III
Kesimpulan

Dalam kegiatan operasional maupun non operasional perusahaan, perusahaan


akan selalu menghadapi suatu resiko, salah satu bentuk dari resiko ini adalah
kecurangan (fraud). Kecurangan adalah suatu tindakan yang tidak sesuai dengan
hukum atau melakukan kegiatan tidak semestinya yang sudah direncanakan untuk
membohongi yang lain dimana ada pihak yang dirugikan dan pelaku fraud
memperoleh keuntungan. Dalam aspek kecurangan, baik auditor internal maupun
auditor eksternal memegang peran penting dalam pencegahaan dan pendeteksian.
Auditor adalah seseorang akuntan publik yang independen yang melakukan
pemeriksaan proses akuntansi dari awal sampai akhir, serta memberikan pendapatnya
terhadap objek yang telah auditor audit. Auditor terdiri dari tiga kategori yaitu auditor
eksternal, internal dan pemerintah. Auditor melakukan audit dengan tujuan untuk
memperoleh keyakinan pada kliennya tentang laporan keuangan yang telah diaudit
tersebut telah bebas dari salah saji ataupun fraud. Kecurangan ini secara umum terdiri
dari kecurangan laporan keuangan dan kecurangan atas aset dan persediaan.
Tanggung jawab auditor independen untuk mendeteksi fraud diatur dalam standar
profesional akuntan publiknya.
Kecurangan ini terjadi karna beberapa faktor yang secara umum karena suatu
tekanan finansial dan non finansial. Setelah terdeteksinya suatu kecurangan maka
auditor harus melakukan pencegahan agar tidak terjadi kembali kecurangan dengan
cara menetapkan suatu kebijakan manajemen resiko.

11
Daftar Pustaka

ACFE (2016). Survei Fraud di Indonesia Report to the Nation (RTTN)


http;//acfe-indonesia.or.id. Diakses 01 Desember 2019
Arens, Alvin A, Jams K Loebbecke. 2009. Auditing and Assurance Services. Jakarta:
Salemba Empat
Arum. 2017. Audit Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Asiah, Nur. 2012. Pengaruh Penerapan Whistleblowing System terhadap
Pencegahan Fraud. Tidak dipublikasi
Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat
Pusdiklatwas BPKP. 2008. Kode etik dan Standar Audit. Queena Percila Prima.
Subagi dkk. 2013. Konsep dan Studi Kasus Fraud di Indonesia dan Global.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Sudarmo, Sawardi da Agus Yulianto. 2008. Fraud Auditing. Bogor: Pusdiklatwas
BPKP
Karni, Soejono. 2000. Auditing Audit Kasus dan Audit Forensik dalam Praktik.
Jakarta: Widyatama
Kumaat, Valery G. 2011. International Audit. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai