Anda di halaman 1dari 25

MODUL III

TITRASI POTENSIOMETRI

KELOMPOK VIII/RABU
Fauzan Agra Ibrahim
NRP : 02211940000028
Arief Duta Setiawan
NRP : 02211940000036

ASISTEN
Ahmad Farid Arrosyid
NRP : 02211640000098

Tanggal Percobaan : 15 April 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan : 15 April 2020
TUJUAN
1. Menentukan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri dan dengan indikator

DASAR TEORI
Titrimetri atau analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumLah zat
kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi,
cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan
untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.
(Rivai,49,1995)
Potensiometri merupakan metode analisa kimia berdasarkan hubungan antara
potensial elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini
berguna untuk menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti
indikator visual. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah potensiometer atau pH
meter dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur. Hasil
pengukuran berupa harga potensial elektroda yang dapat dibuat kurva hubungan antara
potensial ( E ) dan volume pereaksinya ( V ).
Elektroda indikator mempunyai tiga jenis, yaitu elektroda logam, inert, dan
membran. Elektroda logam yaitu elektroda dimana ion analit berpartisipasi langsung
dengan logamnya dalam suatu reaksi paruh yang dapat balik. Elektroda inert yaitu
elektroda dimana memiliki logam untuk membangkitkan kecenderungan sistem dalam
mengambil atau melepaskan elektron, logam itu sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam
reaksi redoks. Dan potensialnya merupakan fungsi Nernst. Elektroda membran yaitu
elektroda dimana tidak langsing terlibat, alih-alih, membran-membran tersebut berfungsi
melalui jenis dari penetrasi diferensial ion-ion. Elektroda membran yang sering dipakai
yaitu elektroda pH kaca.
(Underwood, 312, 2002)
Potensiometri memiliki dua jenis yaitu potensiometri langsung dan titrasi
potensiometrik. Pada potensiometri langsung, seseorang memasang suatu sel Galvani yang
tegangannya bergantung pada aktivitas analit. Sedangkan pada titrasi potensiometrik,
perkembangan ke arah titik ekuivalen dikaji dengan memonitor tegangan sel yang
tergantung pada aktivitas salah satu reaktan atau pada suatu perbandingan seperti a Fe2+ /
aFe3+ yang berubah selama titrasi. Syarat pengukuran potensiometri yaitu menggunakan
persamaan Nernst yang bersifat reversibel, memiliki potensial elektroda yang konstan oleh
waktu, dan terdapat elektroda yang bersifat non polarisasi secara ideal.

III-1
(Underwood, 308, 2002)
Prinsip kerja titrasi potensiometrik manual, prinsipnya sederhana yaitu dengan
menambahkan kenaikan berurutan dari larutan titran, lalu mengukur tegangan sel setiap
penambahan, setelah itu menyiapkan suatu tabel volume titran dan nilai tegangan yang
sesuai kemudian plot suatu garis, kemudian menyatakan dimana grafik tersebut yang
paling curam dan mengambul volume tersebut untuk titik ujung, untuk hasil terbaik
praktikan menginginkan bagi langkah terakhir suatu metode yang lebih tepat dan yang
kurang subjektif daripada hanya mengamati grafik secara sederhana. Seseorang dengan
sendirinya merasa bahwa titik ujung yang ditentukan grafik atau bahkan meletakkan
penggaris di sepanjang kurva. Adapun grafiknya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Pengeplotan data titrasi potensiometri


(Underwood, 327,2002)
Sel akan selalu memiliki dua elektroda, elektroda acuan yang potensialnya tetap
konstan selama pengukuran dan elektroda indikator yang potensialnya merespons
perubahan aktivitas dalam larutan uji. Selain itu, kelebihan metode potensiomterik
mencakup biaya yang rendah, voltmeter dan elektroda jauh lebih murah daripada
instrumen-instrumen saintik yang paling modern. Model-model yang cocok untuk
potensiometrik langsung di lapangan yang jauh dari laboratorium harganya tidak mahal,
kompak, kuat, dan pemakaiannya mudah. Potensiometri pada dasarnya bersifat non
destruktif terhadap sampel dalam artian bahwa penyisipan elektroda tidak mengubah
komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit acuan). Jika spesies yang
direspons oleh elektroda indikator berpartisipasi dalam kesetimbangan larutan, maka
aktivitasnya diukur ketika ia hadir.
(Underwood, 308,2002)

III-2
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. pH meter 1 buah 1. Larutan H3PO4 0.2 N 60 mL
2. Buret 50 mL 1 buah 2. Larutan NaOH 0.5 N 120 mL
3. Erlenmeyer 300 mL 4 buah 3. Indikator MM 8 mL
4. Beaker glass 250 mL 2 buah 4. Indikator PP 8 mL
5. Pipet ukur 25 mL 1 buah 5. Akuades 1200 mL
6. Pengaduk magnet 1 buah 6. Larutan Na3PO4 0.2 N 60 mL
7. Corong 1 buah 7. Larutan HCl 0.5 N 120 mL
8. Klem holder 1 buah
9. Statif 1 buah
10. Pipet volume 10 mL 1 buah
11. Botol pencuci 1 buah
12. Pipet mata 2 buah

PROSEDUR
A. Dengan indikator
a. Larutan H3PO4 0.2 N

Mulai

Larutan H3PO4 0.2 F, NaOH 0.5 F, Aquades,


indikator MM dan PP

Memasukkan larutan H3PO4 0.2 N ke dalam 4 erlenmeyer masing-masing 10 mL

Mengencerkan dengan akuades Mengencerkan dengan akuades

Menambahkan 2 tetes MM pada Menambahkan 2 tetes PP pada


erlenmeyer 1 dan2 Erlenmeyer 3 dan 4

A B
III-3
A B

Warna larutan merah


Warna larutan bening
muda

Menitrasi dengan larutan NaOH Menitrasi dengan larutan NaOH

Larutan menjadi Larutan menjadi


kuning merah muda

Mencatat volume NaOH Mencatat volume NaOH

Selesai

b. Larutan Na3PO4

Mulai

Larutan Na3PO4 0.2 F, NaOH 0.5


F, Aquades, indikator MM dan PP

Memasukkan larutan H3PO4 0.2 N ke dalam 4 erlenmeyer masin-masing 10 mL

Mengencerkan dengan 50 mL Mengencerkan dengan 50 mL


akuades akuades

C D

III-4
C D

Menambahkan 2 tetes MM pada Menambahkan 2 tetes PP pada


erlenmeyer 1 dan2 Erlenmeyer 3 dan 4

Warna larutan merah


Warna larutan kuning
muda

Menitrasi dengan larutan HCl Menitrasi dengan larutan HCl

Larutan menjadi Larutan menjadi


merah muda bening

Mencatat volume HCl Mencatat volume HCl

Selesai

B. Dengan pH meter

Mulai

Larutan buffer (H3PO4 0.2 F+Na3PO4


0.2 F), akuades, NaOH 0.5 F, HCl
0.5 F

Mengkalibrasi dengan larutan buffer pH 4.0


dan pH 6.8

III-5
C

Larutan H3PO4 Larutan Na3PO4

Memasukkan 10 mL ke beaker Memasukkan 10 mL ke beaker


glass 250 mL glass 250 mL

Menambahkan akuades hingga Menambahkan akuades hingga


setengah volume beaker glass setengah volume beaker glass

Mengaduk dengan pengaduk Mengaduk dengan pengaduk


magnet magnet

Masukkan elektroda ke larutan Masukkan elektroda ke larutan

Menentukan pH dan potensial Menentukan pH dan potensial


awal larutan awal larutan

Menambahkan NaOH dengan Menambahkan HCl dengan


buret setiap 1 mL buret setiap 1 mL

Mencatat pH dan potensial Mencatat pH dan potensial

Tidak Tidak

pH larutan = ± 11 pH larutan= ± 2.6


E = 300 E = ±2.25

Ya Ya

III-6
C D
C D

Mematikan pH meter Mematikan pH meter

Merendam pH meter dalam Merendam pH meter dalam


akuades akuades

Melakukan perhitungan TE 1 x Melakukan perhitungan TE 1 x


TE 2 TE 2

Volume NaOH pada Volume NaOH pada


TE 1 X TE 2 TE 1 X TE 2

Selesai

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, terdapat 2 metode titrasi dengan 3 metode percobaan yang
dilakukan. Titrasi yang pertama adalah dengan menggunakan indikator dan metode yang
kedua menggunakan potensiometri dengan alat pH meter. Pada percobaan pertama, yaitu
titrasi menggunakan indikator metil merah (MM) dan Fenoftalein (PP) pada larutan H3PO4,
titrat diencerkan dengan akuades terlebih dahulu supaya titrat tidak terlalu pekat, sehingga
dapat mempercepat proses reaksi serta dapat meminimalisir penggunaan titran yang
digunakan.
Saat menitrasi setelah meneteskan indikator MM pada erlenmeyer 1,2 dan
meneteskan indikator PP pada erlenmeyer 3,4 terjadi reaksi sebagai berikut :
H3PO4 + NaOH → NaH2PO4 + H2O (MM)
NaH2PO4 + NaOH → Na2HPO4 + H2O (PP)
Na2HPO4 + NaOH → Na3PO4 + H2O
Penggunaan MM pada H3PO4 dikarenakan NaH2PO4 memiliki PH yang berada pada
rentang perubahan warna pada indikator MM yaitu antara 4,2-6,3. Kemudian indikator PP

III-7
digunakan pada NaH2PO4 dikarenakan Na2HPO4 memiliki pH yang berada di rentang
perubahan warna pada indikator PP yaitu 8-9,6. Pada percobaan ini tidak digunakan titik
ekuivalen III dikarenakan pada saat mencapai titik ekuivalen III, larutan menjadi sangat
lemah sehingga tidak ada indikator yang berada pada pH yang sangat lemah tersebut.
(Harjadi, 1987)
Pada percobaan kedua, yaitu percobaan titrasi menggunakan indikator metil merah
(MM) dan Fenoftalein (PP) pada larutan Na 3PO4 yang kurang lebih caranya sama dengan
H3PO4 dan terjadi reaksi sebagai berikut.
Na3PO4 + HCl → Na2HPO4 + NaCl (MM)
Na2HPO4 + HCl → NaH2PO4 + NaCl (PP)
NaH2PO4 + HClH3 → PO4 + NaCl.
Hasil dari percobaan 1 dan 2 jika disajikan dalam tabel adalah sebagai berikut
Tabel 1. Volume NaOH dan HCl yang digunakan
V
Larutan Titran Indikator

MM 6 mL 6 mL
H3PO4 NaOH
PP 8.5 mL 7 mL
PP 7.9 mL 8.3 mL
Na3PO4 HCl
MM 4.2 mL 4.4 mL
Pada percobaan ketiga, yaitu titrasi dengan metode potensiometri, digunakan pH
meter sebagai pengukur pH dan potensial larutan. Mula-mula sebelum digunakan, pH
meter dinyalakan dan di diamkan selama 15 menit, hal ini dilakukan dengan tujuan supaya
alat mencapai kesetimbangan normal dan akurat dalam pengukuran. (Rivai, 1995)
Data yang di dapat dalam percobaan ketiga ini jika disajikan dalam tabel adalah
sebagai berikut
Tabel 2. Titrasi H3PO4 dengan NaOH secara Potensiometri
VNaOH
pH E (mV) ΔV ΔE ΔE/ΔV ΔV2 Δ2E Δ2E/ΔV2
(mL)
0 11,65 -249 0 0 0 0 0 0
1 10,99 -209 1 40 40 1 40 40
2 10,97 -208 1 1 1 1 -39 -39
3 10,21 -165 1 43 43 1 42 42
4 7,41 -1 1 164 164 1 121 121
5 6,42 55 1 56 56 1 -108 -108
6 5,99 97 1 42 42 1 -14 -14
7 3,15 252 1 155 155 1 113 113
8 2,11 304 1 52 52 1 -103 -103
9 1,85 318 1 14 14 1 -38 -38
Tabel 3. Titrasi Na3PO4 dengan HCl secara Potensiometri

III-8
VHCl
pH E (mV) ΔV ΔE ΔE/ΔV ΔV2 Δ2E Δ2E/ΔV2
(mL)
0 2,22 299 0 0 0 0 0 0
1 2,36 290 1 -9 -9 1 -9 -9
2 2,53 286 1 -4 -4 1 5 5
3 3,2 257 1 -29 -29 1 -25 -25
4 6,33 58 1 -199 -199 1 -170 -170
5 6,62 42 1 -16 -16 1 183 183
6 7,24 13 1 -29 -29 1 -13 -13
7 9,36 -113 1 -126 -126 1 -97 -97
8 10,69 -196 1 -83 -83 1 43 43
9 11,08 -214 1 -18 -18 1 65 65
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa data seperti titik
ekuivalensi dan volume titran yang digunakan. Pada metode indikator, didapatkan titik
ekuivalensi pada lautan larutan H3PO4 yaitu TE I sebesar 6 mL dan TE II sebesar 7.75 mL.
Kemudian untuk titik ekuivalensi pada larutan Na3PO4 yaitu TE I sebesar 8.1 mL dan TE II
sebesar 4.3 mL.
Kemudian untuk percobaan ketiga yaitu menggunakan metode potensiometri,
didapatkan titik ekuivalensi dan volume titran yang digunakan. Titik ekuivalensi pada
larutan H3PO4 yaitu TE I sebesar 4.52838 mL dan TE II sebesar 7,5113 mL. Kemudian
untuk titik ekuivalen pada larutan Na3PO4 yaitu TE I sebesar 4.50 mL dan TE II sebesar
7.70 mL. Titran yang digunakan adalah HCl dan NaOH sebagai asam dan basa kuat. Titik
ekuivalen tersebut didapatkan dari data perbedaan potensial (ΔE) yang paling besar,
sehingga saat dibuat grafik akan didapatkan grafik yang sangat curam dikarenakan
selisihnya yang sangat besar (hubungan Δ2E/ΔV2), Volume pada bagian grafik yang curam
itulah yang didapatkan sebagai TE 1 dan TE 2.

SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode indikator
a) Pada H3PO4 TE I = 6 mL dan TE II = 7.75 mL
b) Pada Na3PO4 TE I = 8.1 mL dan TE II = 4.3 mL
2. Metode potensiometri
a) Pada H3PO4 TE I = 4.52838 mL dengan galat sebesar 13.2095%
dan TE II = 7.51131 mL dengan galat sebesar -6.108625%
III-9
b) Pada Na3PO4 TE I = 4.50 mL dengan galat sebesar 12.5% dan TE II = 7.70 mL
dengan galat sebesar -3.75%

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi,W.1987.”Ilmu kimia analitik dasar”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Rivai, Harrizul .1995. Asas pemeriksaan kimia. Jakarta: UI press
Underwood, A. L. 2002. Analisa kimia kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga

APENDIKS
Perhitungan secara teoritis pada titrasi H3PO4
NH3PO4 x VH3PO4 = NNaOH x VNaOH
0,2 x 10 = 0,5 x VNaOH
0,2 x 10
VNaOH =
0,5
VNaOH = 4 mL (TE I)
VNaOH = V1 + TE1
= 4 mL + 4 mL
= 8 mL (TE II)
1. Titrasi larutan H3PO4 menggunakan indikator
Pada saat titik akhir 1, didapatkan volume NaOH sebesar 6 mL
6
%galat = [ ]
4
−1 . 100% = +50%

Pada saat titik akhir 2, didapatkan volume NaOH sebesar 7.75 mL


7.75
%galat = [ 8 ]
−1 x 100 % = -3.125%

2. Titrasi larutan H3PO4 menggunakan potensiometri

Δ2 E 0

TE I : V =V 0+ ΔV
[ ] ΔV 0
2
Δ2 E Δ E1

2

Δ V 02 Δ V 12

121
V =4+ 1 x
121−(−108)
V = 4.52838 mL
4.52838
%galat = [ 4 ]
−1 x 100 %= +13.2095%

III-10
Δ2 E 0

TE II : V =V 0+ ΔV
[ ] Δ V 02


2
Δ2 E Δ E1
Δ V 02 Δ V 12

113
V =7 +1 x
113−(−108)
V = 7.51131 mL
7.51131
%galat = [ 8 ]
−1 x 100 %= -6.108625%

Perhitungan secara teoritis pada titrasi Na3PO4


NNa3PO4 x VNa3PO4 = NHCl x VHCl
0,2 x 10 = 0,5 x VHCl
0,2 x 10
VHCl =
0,5
VHCl = 4 mL (TE I)
VHCl = V1 +TE1 (TE II)
= 4 mL + 4 mL
= 8 mL (TE II)
3. Titrasi larutan Na3PO4 menggunakan indikator
Pada saat titik akhir 1, didapatkan volume HCl sebesar 8.1 mL
8.1
%galat = [ 4 ]
−1 x 100 % = +102.5%

Pada saat titik akhir 2, didapatkan volume HCl sebesar 4.3 mL


4.3
%galat = [ 8 ]
−1 x 100 %= -46.25%

4. Titrasi larutan Na3PO4 menggunakan potensiometri

Δ2 E 0

TE I : V =V 0+ ΔV
[ ] Δ V 02


2
Δ2 E Δ E1
Δ V 02 Δ V 12

−170
V =4+ 1 x
−170−183
V = 4.48159 mL ≈ 4.50 mL
4.50
%galat = [ 4 ]
−1 x 100 %= 12.5%

III-11
Δ2 E 0

TE II : V =V 0+ ΔV
[ ] Δ V 02


2
Δ2 E Δ E1
Δ V 02 Δ V 12

−97
V =7 +1 x
−97−43
V = 7.6928 mL ≈7.70 mL
7.70
%galat = [ 8 ]
−1 x 100 % = -3.75%

PERTAYAAN :
1. Apa yang dimaksud dengan potensiometri?
2. Sebutkan macam-macam elektroda?
3. Apa saja keunggulan elektrode kaca dibandingkan dengan elektrode hidrogen?

JAWABAN :
1. Potensiometri merupakan salah satu pemeriksaan kimia-fisika yang menggunakan
peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator.
2. Elektroda
a. Indikator : elektroda yang potensial nya merespons perubahan aktivitas dalam
larutan uji. Elektroda indikator terdiri dari indikator logam dan indikator selaput.
b. Pembanding : elektroda yang tetap dalam pengukuran
3. Elektroda kaca dibuat sangat kecil sehingga dapat digunakan untuk mengukur larutan
dengan volume kecil. Nilai-nilai pH dari larutan yang kurang tersangga bisa diukur
secara akurat, elektroda kaca sangat cocok untuk memonitor pH secara kontinu pada
waktu yang lama.

III-12
E - VNaOH
400
304 318
300 252

200
97
E (mV)
100 55
-1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-100 -165
-209 -208
-200
-249

-300
VNaOH (ml)

Grafik 1. Hubungan antara E dan V pada H3PO4 0.2 F + NaOH 0.5 N

ΔE/ΔV - VNaOH
180
160
140
120
100
ΔE/ΔV

80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

VNaOH (ml)

Grafik 2. Hubungan antara ΔE/ΔV dan V untuk H3PO4 0.2 F + NaOH 0.5 N

Grafik
Δ2E/ΔV2 - VNaOH
3.
150

100

50
Δ2E/ΔV2

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-50

-100

-150

VNaOH (ml)

Hubungan antara Δ2E/ΔV2 dan V untuk H3PO4 0.2 F + NaOH 0.5 N


III-13
Grafik 4. Hubungan antara E dan V pada Na3PO4 0.2 F + HCl 0.5 N

E (mV)
400
299 290 286
300 257

200

100 58 42
E (mV)

13
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-113
-100
-196 -214
-200

-300
VHCl (mL)

Grafik 5. Hubungan antara ΔE/ΔV dan V untuk Na3PO4 0.2 F + HCl 0.5 N

ΔE/ΔV - VHCl
0 -4
-9 -16
0 -18
0 1 2 -29
3 4 5 -29
6 7 8 9 10

-50
-83

-100
-126
ΔE/ΔV

-150
-199
-200

-250
VHCl (mL)

Grafik 6. Hubungan antara Δ2E/ΔV2 dan V untuk Na3PO4 0.2 F + HCl 0.5 N

III-14
Δ2E/ΔV2 - VHCl
250
183
200
150
100 65

Δ2E/ΔV2
43
50 5
0 -9 -13
0 -25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-50
-97
-100
-150 -170

-200
VHCl (mL)

III-15
III-16
III-17
III-18
III-19
III-20
III-21
III-22
III-23

Anda mungkin juga menyukai