Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang dikerjakan dengan kaidah struktur dan konstruksi yang
benar dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan sebab pada dasarnya tidak ada satu bangunan pun
yang dikatakan tahan sepenuhnya terhadap gempa bumi yang ada adalah bangunan yang mengurangi
resikpo akibat gempa
1. Pondasi harus di pasang di tanah yang kering, padat dan merata kekerasannya agar bangunana
dapat berdiri dengan stabil dan pondasi yang baik penampang melintangnya harus simetris
2. Penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah lunak harus di hindari
karena pondasi rentan pada keretakan, lebih baik menggunakan pondasi menerus mengikuti
panjang denah bangunan
3. Pondasi bertangga tidak diperkenankan karena akan berpotensi labil terhadap guncangan
4. Bila di gunakan pondasi setempat maka masing-masing pondasi setempat harus di ikat satu
sama lain secara kaku oleh balok pengikat
5. Bila kondisi tanah lunak maka digunakan pondasi plat beton atau jenis lainnya
1. Pembuatan Pondasi
Ada 4 jenis pondasi yang dapat di guanakan yaitu pondasi setempat batu kali, pondasi batu kali
menerus, pondasi pasangan bata merah dan pondasi plat beton setempat. Pada umumnya pondasi yang
di gunakan pondasi batu kali menerus
a. Pembuatan pondasi di awali dengan pengukuran dan galian pondasi, peletakan bangunan akan
berada pada posisi yang benar dan setiap sisinya membentuk sudut 90 derajat dan bangunan
dalam posisi rata, pasang papan bouplank ataupun waterpas atau benang sebagai pengacu.
b. Susun di atas permukaan pasir urug , pasangan batu tanpa adukan dengan ketinggian 10-15 cm
c. Pondasi batu kali menerus di pasang di atas pasangan batu kosong. Setiap jarak 80 cm pasang
angker bentuk L dan baja tulangan diameter 8 mm dengan kedalaman 20 cm kedalam pondasi
dan 15 cm ke dalam sloof
d. Pasang sloof beton bertulang 15/20. Sloof adalah balok pengkitak pondasi. Pasang angker
diameter 12 mm dengan jarak 1,5 m untuk menyempurnakan system ikatan antara pondasi dan
sloof
e. Penulangan sloof pada setiap ujung dari tulangan harus di tekuk ke dalam dan tulangan pada
bagian sudut di tekuk 90 derajat sepanjang 40 D
3 Dinding
a. Penempatan dinding penyekat dan bukaan pintu dan jendela harus di buat simetris terhadap
sumbu denah bangunan, pemasangan batu bata merah atau batako harus disusun secara
bersilangan agar bangunan lebih kokoh,
b. Setiap luas maksimum 12 m2 dinding harus di beri rangka kolom atau balok praktis, luas bukaan
pintu dan jendela pada suatu dinding tidak melebihi panajng sepertiga dinding, bila lebar
bukaan melebihi sepertiga luas dinding maka pada bukaan tersebut harus diikat oleh rangka dari
beton bertulang
c. Kusen pintu dan jendela harus terikat oleh dinding, gunakan angker pada kusen dengan baja D 6
mm dalam rangka kusen atau menggunakan paku 12 cm
d. Pasanagn bata harus terikat kolom dan balok menggunakan stek D 8 mm setiap 10 lapis bata/ 50
cm
e. Setiap sier vertical atau horizontal harus diidi adukan dengan camouran 1 semen : 5 pasir. Sier
pada daerah basah 50 cm dari permukaan tanah perbandingan adukan campuran 1 semen : 2
pasir
4Rangka atap