SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan
OLEH :
ELISABETH SARASI ULI
NIM. G2B205013
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul
“Persepsi klien ketergantungan NAPZA pada pelaksanaan terapi metode spiritual pada
tahap pemulihan di pusat Rehabilitasi Rumah Damai desa Cepoko Kec.Gunung Pati
Kodya Semarang”
Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Skripsi di Program Studi
Ilmu Keperawatan. dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Dra. Setyowati, S.Kp, M.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
2. Bambang Edi Warsito, S. Kp, M.Kes, sebagai pembimbing I yang telah berkenan
kesibukannya.
3. Nur Setiawati Dewi, S.Kp, sebagai pembimbing II yang telah berkenan memberikan
5. Kedua orang tua, kakak dan adikku yang telah memberikan semua dukungan materiil
6. Teman-temanku di PSIK angkatan B7 yang selama ini menjadi teman dekat maupun
Gunung Pati, Kodia Semarang, yang telah bersedia memberikan kemudahan untuk
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis berharap adanya kritik yang membangun dan masukan dalam usaha
Peneliti
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1 Kategorisasi 43
Nomor Lampiran
3. Pedoman wawancara
7. Jadwal Penelitian
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
SKRIPSI, FEBRUARI 2006
ABSTRAK
Elisabeth Sarasi Uli
Persepsi klien ketergantungan NAPZA pada pelaksanaan terapi metode spiritual
dalam tahap pemulihan dipusat rehabilitasi rumah damai Desa cepoko kecamatan
Gunung pati Kodya semarang
Latar belakang : Pengguna jarum suntik pada penyalahgunan NAPZA dalam 3 tahun
terakhir mengalami peningkatan dari 22% pada tahun 2001, 46% pada tahun 2002, dan
menjadi 61,8% pada tahun 2003 program metode spiritual dilakukan sebagai salah satu
terapi pemahaman. Nilai-nilai spiritual merupakan salah satu hal penting dalam upaya
rehabilitasi ketergantungan NAPZA. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian
Persepsi klien ketergantungan NAPZA pada pelaksanaan terapi metode spiritual dalam
tahap pemulihan dipusat rehabilitasi Rumah Damai.
Metode : penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di Pusat Rehabilitasi Rumah
Damai Semarang, dengan mengambil empat responden. Pengumpulan data menggunakan
Indepth Interview dan observasi tak terstuktur dengan menggunakan alat bantu perekam
suara. Setelah mendapatkan data kemudian dilakukan analisa data kedalam kata kunci,
pola, klategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
keterkaitan antar tema, sehingga muncul sebuah kesimpulan.
Hasil : Dari hasil wawancara mendalam dan observasi tak tersruktur, keempat
responden Persepsi terhadap pemenuhan kebutuhan berbeda–beda, hal ini disebabkan
adanya perbedaan faktor budaya, pendidikan keterbatasan informasi dan pengalaman
responden selama proses pemulihan (lamanya manjalankan terapi spiritual), serta
pengalaman dari orang lain, dimana hal ini berpengaruh terhadap persepsi pada program
metode spiritual. Faktor-faktor yang berpengaruh pada klien ketergantungan NAPZA
pada pelaksanaan terapi metode spiritual yaitu faktor-faktor penghambat dan pendukung
dapat mempengaruhi seseorang untuk menyalahgunakan NAPZA kembali dan responden
memiliki suatu harapan yang sama yaitu bisa kembali kemasyarakat, bisa bersosialisasi,
berdaya guna, mandiri, untuk menghadapi kehidupan yang akan mereka jalani.
Kesimpulan:Kemauan dari klien untuk sembuh untuk sembuh dari
ketergantungan NAPZA dapat diatasi dengan kesadaran diri sendiri untuk berusaha dan
tak lepas mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya, yaitu keluarga yang kemudian
direalisasikan dengan klien masuk rehabilitasi untuk menjalani program pemulihan
dengan melaksanakan terapi spiritual
Background : Hypodermic needle user on the NAPZA abuse for 3 years has increased
from 22% in 2001, 45% in 2002 and 61% in 2003. Spiritual method programme is
conducted as one of knowledge therapy. The spiritual values is an important issue in
effort of Rehabilitation for NAPZA dependence client by the spiritual method therapy
when they are going on cure phase in Rumah Damai rehabilitation centre.
Method : the research is conducted using the qualitative method with fenomenology
approach. The researcah is conducted in Rumah Damai rehabilitation centre Semarang,
with it takes four respondents. The data collecting use Depth Interview and unstructure
observation with using tape recorder voice. After the data is obtained then it is conducted
analyse the data into keyword, pattern, category and base series unit. So it can be found
theme and can be formulated the relevance of among theme, then emerging a conclusion.
Result : from result of dept interview and unstructure observation, all of four rspondents
has different perception to achieveng need, it caused the existence of difference on
culture factor, education, lack of information and respondent experience for going on
cure process (duration of spiritual therapy process) and also experience from the others,
which it is influenced to perception on spiritual method programme. Factor influenced on
client with NAPZA dependence when in conducting the influence some one for reabuse
NAPZA and respondent has the same hope such as abble to come back to society, can be
socialization, some one who utilizable, self sopporting, for face the life that they will go
on.
Conclucion : the wilingness of client to heal from NAPZA dependence can be overcome
by ownself awareness to effort and morever supporting by surroundings environment,
such as their family who then realized with client into rehabilitation centre to experience
the cure programme by spiritual therapy.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(NAPZA) atau yang lebih dikenal dengan NARKOBA (Narkotika dan Obat
mengalami peningkatan dari 22% pada tahun 2001, 46% pada tahun 2002, dan
menjadi 61,8% pada tahun 2003, sedangkan menurut golongan umur walaupun pada
3 tahun terakhir jumlah terbanyak didominasi kelompok umur 20-24 tahun akan
tetapi pada kelompok umur 25-29 tahun telah terjadi peningkatan, yaitu dari 33,9%
pada tahun 2001, 26,2% pada tahun 2002 dan 29,4% pada tahun 2003. Peningkatan
presentasi juga terjadi pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu 5,5% pada tahun 2001,
Pada tahun 2003, 1,17% pasien dirawat dirumah sakit karena gangguan
mental dan perilaku yang disebabkan penggunaan NAPZA telah meninggal dunia.
Data bagian forensik FKUI Jakarta pada tahun 1999-2003 juga menunjukkan adanya
penulis mendapati adanya kecenderungan angka yang naik dengan cepat. Penggunaan
membantunya untuk tumbuh berkembang dijalur mental dan emosional serta spiritual
karena itu dibutuhkan proses untuk membantu mereka lepas dari masalah ini
NAPZA 5.
berkelanjutan, serta tanpa henti oleh sebab itu dapat dilakukan salah satu pendekatan
pemahaman. Nilai-nilai spiritual merupakan salah satu hal penting dalam upaya
dan Maha Pencipta. Dalam pandangan Dadang Hawari, faktor penting untuk
mencegah bahaya NAPZA adalah dengan menyadarkan bahwa barang itu haram
dikonsumsi 6
Beberapa metode rehabilitasi ketergantungan NAPZA di luar negeri maupun
dalam negeri yang tidak memasukkan konsep spiritual, ternyata tak bisa berjalan
sekitar 12 %. 6
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang bahwa di dapatkan data dari tahun 1999-
2005 terdapat 420 orang mantan ketergantungan NAPZA yang menjalani metode
spiritual dengan menggunakan kelompok bantu diri (self help group). Melalui
dukungan yang sangat berarti dari anggota melalui pengintegrasian diri dalam
tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya pemulihan dari penyalahguna dan
ketergantungan NAPZA5
Damai desa Cepoko Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang. Dalam menjalani
nilai terapi dari seorang pecandu adalah menolong pecandu lainnya. Pendekatan
“Peer Support” (dukungan sebaya) dalam kelompok bantu diri akan menciptakan rasa
pemecahan yang ditawarkan. Hal-hal yang dilakukan seperti wajib membaca Alkitab
setiap pagi dan mengikuti kegiatan doa diruang doa juga menjadi kegiatan dari klien
konseling tentang apa yang dirasakan tentang perkembangan atau kemunduran yang
terjadi pada diri ketergantungan NAPZA baik secara fisik maupun kejiwaan individu
tersebut yang dikhususkan datang tiap minggunya di rehabilitasi Rumah Damai desa
dari klien ketergantungan NAPZA tidak dapat menempuh waktu yang diberikan
percaya pada pelaksanaan terapi metode spiritual dan tidak melaksanakan seluruh
spiritual pada tahap pemulihan dipusat rehabilitasi Rumah Damai desa Cepoko
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang. Dan seorang pecandu akan lebih terbuka
terhadap solusi yang diberikan oleh rekan pecandu lainnya, karena hal ini dapat
komunikasi antara pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu dan menjadi
Dari hasil observasi awal peneliti dipusat rehabilitasi “Rumah Damai desa
Cepoko Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang.” didapatkan data dari tahun
metode yang cukup berhasil menolong dan mengembalikan hidup ratusan klien
keterbukaan pikiran dan kesediaan untuk berubah karena ketiga prinsip ini juga
merupakan prinsip spiritual utama dalam proses tumbuh kembang menuju pemulihan
yang seutuhnya.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
terapi metode spiritual dalam tahap pemulihan di Rumah Damai desa Cepoko
D. Manfaat penelitian
1. Bagi klien ketergantungan NAPZA mempunyai motivasi yang kuat untuk bebas
2. Bagi keluarga
3. Bagi lingkungan
Lingkungan menjadi bahan evaluasi yang lebih luas dalam menilai keberhasilan
5. Bagi perawat
Sebagai tenaga kesehatan dengan klien supaya terjun langsung dan akan
6. Bagi masyarakat.
pemulihan.
7. Bagi peneliti
Akan menambah wawasan bagi peneliti sejauh mana pelaksanaan terapi metode
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian persepsi
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku
dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi
Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi dan terbentuk oleh
dalam cara pandang antar individu yang berinteraksi dan dapat menjadi kendala
dalam komunikasi 8
adalah 7
a. Proses Masukan
stimulus atau suatu stimulus yang ditentukan baik oleh faktor dari luar
b. Proses Seleksi
perhatian pada stimulus tertentu saja. Hal yang dapat mempengaruhi proses
seleksi ini adalah faktor perhatian yang berasal dari dalam maupun dari luar
individu.
c. Proses Penutup
Proses dimana stimulus yang tidak bisa diproses kemudian dilengkapi oleh
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat sosial
ekonomi. Selain itu, pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari juga
akan menyebabkan terjadi perbedaan interpretasi. Dengan kata lain, apa yang
kita lihat akan mempengauhi apa yang akan kita rasakan di kemudian hari.
kesehatan terhadap dirinya maupun orang lain dalam bentuk yang berbeda-
beda.
seseorang dengan adanya sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
B. NAPZA
Undang-undang R.I No.22/1997 ditetapkan sebagai zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik buatan maupun semi buatan yang dapat
perawatan 9
Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Gejala dini yang nampak pada individu yang menyalahgunakan NAPZA adalah
sebagai berikut :
a. Akibat zat itu sendiri, akan menyebabkan terjadi intoksikasi bertahap dengan
c. Akibat cara pakai yang tidak steril membuat pemakai akan terinfeksi virus
Pemakaian narkoba akan membuat individu dalam keadaan emosi yang labil,
mendorong individu untuk lebih menyalahgunakan NAPZA. Hal yang lebih berat
secara sembarangan tanpa mengindahkan cara pakai yang benar sesuai petunjuk
satu bulan.
rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, sebagian
tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik, perilaku agresif
dan tidak wajar, hubungan dengan teman terganggu, sering bolos, sampai
e. Ketergantungan, yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila
C. Rehabilitasi
tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam
lingkungan sosialnya. 10
bulan. Adapun hasil yang diharapkan setelah mereka selesai menjalani program
3. Memiliki ketrampilan
dimasyarakat 11
arti komplikasi medik diobati dan disembuhkan atau dengan kata lain terapi
kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang bernilai
tinggi, tapi juga kegiatan olah raga yang teratur disesuaikan dengan
dan infeksi HIV 33,33%. Termasuk dalam rehabilitasi medik ini adalah
memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan makanan bergizi
semula berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain
sebagai “rehabilitasi” keluarga terutama bagi keluarga yang broken home. Hal
sistem keluarga.
apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, resiko kekambuhan 21,50% dan
mencapai 71,67%
D. Spiritual
1. Pengertian spiritual
yang paling komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argument yang
sangat kuat yang diberikan untuk pilihan yang dibuat untuk hidup kita 9
2. Aspek spiritual 12
dalam kehidupan.
diri sendiri.
Maha Tinggi.
dan cinta.
4. Karakteristik Spiritual
Harmoni
Tidak harmonis
1) Sembahyang/berdoa/meditasi
2) Perlengkapan keagamaan
5. Perkembangan Spiritual
yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam
Bayi dan toddler belum memilki rasa salah dan benar, serta keyakinan
diri mereka.
b. Prasekolah
Anak pra sekolah meniru apa yang mereka apa yang mereka lihat bukan
yang dikatakan orang lain. Permasalahan akan timbul apabila tidak ada
kesesuaian atau bertolak belakang antara apa tang lihat dan apa yang
moralitas agama. Pada usia ini metode pendidikan spiritual yang efektif
c. Usia sekolah
Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan melepaskan atau
tua. Pada masa remaja mereka membandingkan standart orang tua mereka
dengan orang tua yang lain da menetapkan standart apa yang akan
d. Dewasa
kepadanya.
e. Usia pertengahan
agama yang lebih matang sering dapat membantu orange tua untuk
sebagai contoh, ada agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan
tidak boleh dimakan. Begitu pula motedo keluarga berencana ada agama
b. Sumber dukungan
lama dengan hasil yang belum pasti. Sembah yang atau berdoa, membaca
tubuh.
c. Sumber kekuatan dan penyembuhan
menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang
d. Sumber konflik
Pada situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang
persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembayang yang berbeda bentuk usia,
b. Keluarga
termasuk niali moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam
pengalaman tersebut.
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
Lima isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dank klien, adalah
1) Pluralisme :
2) Fear :
4) Bingung
spiritual.
8. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
a. Verbalisasi distres
b. Perubahan perilaku
Desain dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
NAPZA pada saat pemulihan untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi klien
NAPZA sebagai individu yang mengalami keadaan yang sebenarnya dan peneliti
mempunyai tujuan menghadirkan deskripsi yang akurat dari suatu fenomena yang
metode spiritual. Dengan menekankan pada aspek subjektif dari perilaku klien
ketergantungan NAPZA dan bahwa apa yang tampak dipermukaan termasuk pola
perilaku manusia hanyalah gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi dari diri
seorang klien ketergantungan NAPZA yang sebenarnya dan memahami arti peristiwa
kehidupan sehari-hari.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti mengambil empat responden yang sesuai
dengan kriteria peneliti dan didasarkan pada pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
Semarang
penambahan data dianggap tidak lagi memberikan informasi yang diinginkan oleh
peneliti.
C. Tempat Penelitian
Kecamatan Gunung Pati Kotamadya Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena
D. Definisi istilah
1. Persepsi adalah tanggapan klien ketergantungan NAPZA tentang apa yang terjadi
pada dirinya dan lingkungan sekitar NAPZA yang dikemukakan karena perasaan,
ketergantungan NAPZA dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera
sehari-hari
suatu pilihan dalam hidup atau nilai final yaitu argument yang sangat kuat yang
mendalam). Indept interview ini menggali dan lebih intensif pada pokok tertentu.
Dengan demikian peneliti mendapat keterangan secara lisan dari responden dari
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah
peneliti sendiri dan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dan dibantu
dengan alat tulis, buku catatan, tape recorder serta mengacu pada pokok pertanyaan
dan kegiatan klien ketergantungan NAPZA dan dapat diamati oleh peneliti.
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dari klien
1. Persiapan
Yayasan rumah Damai, peneliti menunggu sampai diberi kabar selanjutnya bahwa
proposal penelitian sudah dipelajari. Oleh pengurus Yayasan Rumah Damai, proposal
Sesuai dengan proposal dan metodelogi penelitian kualitatif bahwa sampel dalam
Komposisi terdiri dari empat orang klien yang sedang menjalani program
rehabilitasi. Klien sudah melalui tahap detoksikasi sebelumnya klien hidup denga
orang tua atau keluarga yang lain, klien berusia produktif, dan klien bersedia menjadi
responden.
Waktu dan lamanya wawancara disesuaikan dengan jadwal program rehabilitasi
kontrak waktu wawancara dengan mentor. Alat perekam yang digunakan tape
recorder.
2. Tahap Pelaksanaan
disesuaikan dengan jadwal program terapi yang tidak hanya dilakukan didalam
gedung yayasan Rumah Damai, wawancara dilakukan dalam tiga kali pertemuan
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti, seperti tidak ada ruang yang
begitu tenang untuk wawancara karena waktu tidak ada kegiatan, merupakan acara
pertama terhadap responden dilakukan 23 desember 2006 jam 09.00 pagi diruang
3. Perkenalan
Pertama-tama penel;iti memperkenalkan diri terlebih dahulu dengan menyebutkan
nama, tempat kuliah, dan tempat asal, setelah itu calon responden memperkenalkan
4. Wawancara
berlangsung relatif lancar walaupun kadang-kadang ada jedah waktu sebentar seperti
ada siswa-siswa lain yang tertawa keras secara bersama, ataupun saat responden
diejek bicara oleh siswa yang lain. Tetapi hasil wawancara dapat terekam dengan baik
5. Penutup
Saat bagian terakhir dari wawancara adalah ucapan terimakasih atas kesediaan
kembali tujuan dari penelitian, waktu dan tempat kontrak. Menurut Morse 1996,
lama wawancara disarankan kurang dari satu jam, karena lama wawancara yang
sebentar lebih efektif daripada wawancara dalam jangka waktu yang lama.
telah disusun oleh peneliti. Peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting
walaupun selama proses wawancara dilakukan perekaman dengan tape recorder.
Bila jawaban dari responden melenceng dari topik pertanyaan, maka peneliti
1. Pengolahan Data
Pada prinsipnya penelitian kualitatif ini adalah menemukan teori dari data.
pergerakan tenaga, fisik dan pikiran. Analisa data dalam riset kualitatif ini
2. Analisa Data
Terdapat empat langkah dalam proses analisa data kualitatif yaitu comprehending,
synthesizing ada dua macam analisa, yaitu analisa interpartisipan dan analisa
analisa untuk menentukan topik permasalahan yang muncul. Kategori yang muncul
telah menjadi suatu gambaran keterikatan yang relatif erat dan saling mempengaruhi
spiritual yang sudah dilakukan di Rumah Damai dipengaruhi oleh faktor penghambat
tergolong berbeda.hal ini juga erat hubungan dengan kepribadian pengguna NAPZA
itu sendiri. Fasilitas, kegiatan yang kurang dapat mengakibatkan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual yang ada di Rumah damai kurang. Diantaranya ada yang
mengemukakan bahwa terapi spiritual yang digunakan cukup efektif dalam proses
pemulihan khususnya bagi para pengguna NAPZA. Tetapi ada juga yang mengeluh
bahwa terapi spiritual terlalu kencang dan fasilitas yang kurang memadai.
Pada saat pertama kali diwawancarai oleh peneliti, responden tampak berhati-hati
dalam mengungkapkan jawaban dari peneliti. Dengan sikap tersebut, peneliti juga
pemenuhan kebutuhan spiritual yaitu baca alkitab, jam doa, berserah diri dan lain-
lain. Dalam menjalankan ritualnya tersebut terkait pula dengan faktor budaya
misalnya, kepercayaan dan norma yaitu pandangan benar atau salah terhadap sesuatu
pemakaian lebih dari 10 tahun dan 2 orang lainnya kurang dari 10 tahun. Keempat
responden tersebut memiliki latar belakang hidup yang berlainan, latar belakang
rehabilitasi saat ada dalam pusat rehabilitasi maupun setelah ada ditengah masyarakat
kembali. Dari hasil wawancara ada 2 responden pernah mengalami kegagalan dalam
Saat kegagalan responden belum menyadari bahwa mereka masih diikat oleh
penggunaan NAPZA yang pasti mempunyai efek pada pengguna ataupun pada orang-
orang yang ada disekitarnya. Pada satu titik tertentu, dimana responden menyatakan
kemauan untuk lepas dari NAPZA akan terjadi suatu perubahan yang cukup besar
Pada saat itulah harus suatu kekuatan besar yang dapat membantu pengguna
sembuh. Kemauan untuk sembuh ini kemudian disambung dengan respon dari diri
sendiri maupun orang-orang yang ada disekitarnya untuk mendapatkan kekuatan yang
lebih besar misalnya dengan keluarga mencari informasi tempat rehabilitasi yang
relatif lebih baik dengan memasukkan program pembinaan rohani untuk membantu
responden. Diungkapkan adanya respon malu dari keluarga ataupun kekecewaan dari
G. Validitas Data
Dalam penelitian ini, validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi data
dengan cara data yang sudah didapat kemudian disimpulkan dan kembali ditanyakan
NAPZA.
H. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dalam
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sebagai alat
kelompok dalam masyarakat yang memiliki adat kebiasaan, norma, nilai sosial dan
nilai pribadi yang ada dimasyarakat tersebut. Oleh sebab itu peneliti akan
Yayasan Rumah Damai untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan
suatu lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian lembar ini agar
jika tidak bersedia menjadi responden maka peneliti harus menghormati hak
mereka.
dengan cara tidak memberikan nama responden pada alat bantu penelitian.
c. Confidentiality ( kerahasiaan )
HASIL PENELITIAN
tahun. Keempat responden tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dan latar
menceritakan dengan apa adanya, hal ini dikarenakan responden sudah merasa lebih
masing penyebabnya.
(lamanya manjalankan terapi spiritual), serta pengalaman dari orang lain, dimana
hal ini berpengaruh terhadap persepsi pada program metode spiritual. Hal ini
responden sendiri.
Hasil wawancara dengan responden menggambarkan persepsi klien
R I : “Menurut saya sih lebih bagus, saya bisa mendapat semangat yang baru dari
:”Ya lebih bagusnya, disini kan tiap pagi baca alkitab ada sharing, pengenalan
”Kalo saya cerita sama mentor saya merasa ada yang dengerin saya ada yang
perhatiin saya, saya senang ada yang mau menanggapi cerita saya, jadi saya bisa
lebih curahin isi hati saya lebih lega mba rasanya karna dia cerita dan bagi
pengalamannya”
:”Disini dituntut untuk lebih dewasa, harus mengalah, disini diajar supaya kita”
RII :“Ada baiknya orang yang make itu mengarah ke spiritual. Kalau spiritualkan
spiritual jadi ga kambuh lagi tapi spritual ada baiknya karena dalam hal spiritual
kalo ada masalah kan kita bisa bentengi dengan firman Tuhan gitu mba”
:”Ya kalo disini kita dalam mental setelah dibina secara rohani kita diajari untuk
:“Ya saya inikan dari makasar dan punya kebiasaan cara bicara kasar dan nada
suaranya tinggi dan ga seperti teman-teman disini saya malu aja kalo punya
:“Spiritual berbicara tentang suatu kebenaran dan jujur itu memerdekaan saya”
:”Timbul sesuatu kekuatan yang baru untuk saya bisa melangkah kedepan dan
Dari keempat responden didapatkan faktor-faktor yang ada pada diri sendiri,
keluarga, kejenuhan, dan faktor teman seperti gesekan atau pertengkaran dengan
teman, aturan-aturan di Rumah Damai, sulit bergaul, merupakan tekad dari diri
sendiri, keluarga selalu kasi support, harapan buat masa depan, teman.
selama program terapi spiritual dalam proses pemulihan tersebut dapat digambarkan
R I : “Ya menurut saya sih, yang jadi faktor penghambat saya kepikiran terus
kadang saya merasa bosan mba, tidak tau kenapa kadang kalo pagi-pagi
saya bangun dan rasanya malas mau melakukan kegiatan sehari-hari gitu
mba”
R II :“Kalau saya sih teman yang jadi faktor penghambat. Kayak ada gesekan
(kalau kita minta sesuatu harus jelas), yah…sering merasa jenuh juga,
:“Ya saya inikan dari makasar dan punya kebiasaan cara bicara kasar dan
juga”
R IV : “Hem kalo saya sih mba kadang saya merasa faktor yang menghambat
:Saya ya kadang saya merasa berbeda dari yang lain,misalnya keluarga saya
2. Faktor pendukung
R I : “Hm…kalau saya sih mba faktor pendukung cuma dari diri sendiri aja,
saya sudah punya tekad untuk berubah dan tidak mengulangi lagi”
R II :“Yang pasti keluarga yang jadi faktor pendukung aku, mereka udah aku
kecewain, aku juga uda capek make narkoba, aku nih uda tua.
Yah…punya harapan untuk berumah tangga (waktu make sih aku nggak
R IV:“Penerimaan, waktu saya datang saya merasa saya perlu ditolong, jadi
:”Sebenarnya sih uda bagus program disini udah ada tempat fittnes, ada bahasa
inggris, ada komputer tapi kalau bisa sih lebih diperbaiki lagi aja kayak meja
yang sudah agak rusak,pokoknya kalo bisa barang-barang yang udah mulai
RII :“Kalau saya sih yah…disini spiritualnya kekecengan, kalau bisa diimbangi
RIII:”Tetap begini aja tapi harus lebih banyak kegiatan seperti PA, sharing baca
alkitab supaya kalau jam kosong nggak sumpek, kalau kegiatannya ditiadakan
penerimaan.
D. Penyajian Data
Data mentah hasil wawancara yang telah dikumpulkan dari empat responden,
ditulis selengkap mungkin sesuai dengan hasil yang terekam pada alat perekam. Data
mentah yang ditulis tersebut kemudia dipahami dengan sebaik-baiknya agar peneliti
dapat menentukan kata kunci dalam kalimat atau ungkapan responden. Dari kata
menentukan kata kunci dalam kalimat atau ungkapan respoden. Dari kata kunci
kategori dari data, dibuat identitas kategori kemudian diberi nomor pada setiap
kategori. Kata kunci yang dikelompokan adalah kata kunci yang mendukung kategori
tersebut. Hasil yang didapat dari pengelompokan kata kunci kedalam kategori adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Kategorisasi
ketergantungan • Memotivasi
Tuhan
• Adanya
• Belajar bergaul
tua
• Lebih dewasa
• Lebih teratur
• Rajin beribadah
spiritual Menikmati
Jenuh
Kekencangan
Kebiasaan
Penghambat • Istri
• Anak
• Teman-teman
• Sulit bergaul
• Tidak bebas
• Banyak aturan
• Monoton
• Kejenuhan
skema seperti diatas, merujuk pada tujuan semula, dapat disimpulkan bahwa topik atau
memerdekaan, lebih bagus, mendekatkan diri pada Tuhan, adanya Tuhan didalam
hati. Adanya perubahan pada pelaksanaan terapi seperti lebih takut sama Tuhan,
pemberani, tidak pakai obat, belajar bergaul, lebih menghormati orang tua, lebih
dewasa, lebih teratur. Perasaan klien ketergantungan NAPZA saat mengikuti terapi
menjalani terapi pada pelaksanaan terapi metode spiritual dalam tahap pemulihan
spiritual pada tahap pemulihan dipusat rehabilitasi “Rumah Damai” seperti lengkapi
fasilitas, jangan terlalu rohani, lebih banyak kegiatan, menyenangkan orang tua,
persiapan kerja.
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai tema-tema yang muncul dari
perasaan pada pelaksanaan terapi metode spiritual dalam tahap pemulihan dipusat
rehabilitasi. Dalam hal ini, menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrence G. 1980
berperan sebagai faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
diperoleh, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adanya perbedaan faktor
pengalaman dari orang lain, dimana hal ini berpengaruh terhadap persepsi pada program
metode spiritual 8
didalam hati yang memerdekakan hidup dan memotivasi responden selama masa
ketergantungan NAPZA terhadap spiritual sudah baik karena sudah sesuai dengan
pengertian yang dikemukakan dalam buku ajar aspek spiritual dan Spiritual
komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argument yang sangat kuat yang
diberikan untuk pilihan yang dibuat untuk hidup kita 9.Hal ini juga dikuatkan juga
merupakan pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari juga akan
lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam ilmu itu
2000, yaitu menjalankan ibadah, membaca dan memahami isi kitab suci,
mengubahkan niat dan kehidupan kita kepada kasih Tuhan sebagaimana kita
responden adalah lebih takut sama Tuhan, pemberani, tidak pakai obat, belajar
bergaul, lebih menghormati orang tua, lebih dewasa, lebih teratur, rajin beribadah,
adanya Tuhan didalam hati dan metode spiritual yang dilakukan merupakan
metode yang lebih bagus, dan bisa mendapat semangat yang baru dari mentor,
membuat mereka tidak mudah jatuh, program terapi spiritual itu sendiri lebih
diajari bagaimana mendekatkan diri pada Tuhan merasa lebih kuat dalam mental,
dapat lebih menghormati kedua orang mereka dan lebih rajin gereja, menjadi
tidak penakut lagi jika berbicara dengan orang lain, jauh lebih berani dan
spiritual dapat menjadi bagian dari diri pribadi klien ketergantungan NAPZA itu
sendiri dengan berjalan seiringnya waktu untuk pilihan yang dibuat untuk hidup
sudah cukup memahami adanya perubahan yang terjadi pada dirinya setelah
mengikuti terapi spiritual dan pada. Perubahan yang diungkapkan dari responden
kembali sehat sesuai dengan definisi sehat WHO dan American Psychiatric
berubah manjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan anti sosial dapat
keimanan ini akan menumbuhkan kekuatan kerohanian (spiritual power) pada diri
apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, resiko kekambuhan 21,50% dan
pemahaman untuk beralih dari sisi dalam ilmu itu kepermukaan individu , tempat
mentor (pembimbing klien masing-masing) dan hasilnya sesuai dengan apa yang
Perasaan saat menjalani terapi spiritual menurut semua responden ada yang
yang ditulis dibuku ajar aspek spiritual. Individu yang mengalami gangguan
Sebaimana diamati oleh Aristoteles, yang dikehendaki adalah emosi yang wajar
bukan emosi terlampau ditekan, tercipatalah kebosanan dan jarak, bila emosi tak
bicara). Faktor lain yang dikemukakan oleh Sukanto dan Handoko bahwa
untuk beralih dari sisi dalam ilmu itu kepermukaan individu , tempat individu
Australia, menyebutkan bahwa pada diri setiap manusia (sekalipun dia atheis)
pelaksanaan program terapi metode spiritual sudah cukup baik, hal ini dipengaruhi
oleh adanya sumber informasi tentang keadaan klien ketergantungan NAPZA dari
para mentor maupun kepala yayasan Rehabilitasi “Rumah Damai ” serta dari
orang lain, hal ini dapat dikuatkan dengan teori Lawrence G. tahun 1980 bahwa
maupun orang lain dalam bentuk yang berbeda-beda. Ketersediaan sarana dan
yang baik terhadap kebutuhan seseorang terhadap kesehatan dengan aplikasi peran
1. Faktor Pendukung
faktor dari keluarga, niat dari diri sendiri, tekad berubah, harapan masa depan,
terapi spiritual dan pernyataan responden sesuai dan pengguna NAPZA memiliki
keyakinan bahwa setiap orang mempunyai masalah dan ingin menemukan jalan
keluarnya, berjuang dan menumbuhkan sikap yang penuh percaya diri dan penuh
harapan, sertya belajar untuk mengubah pengalaman yang buruk menjadi sesuatu
Selain itu yang selalu dilakukan dalam proses rehabilitasi yang ada di
pemulihan diri pengguna NAPZA. Jadi pemahamn tentang spiritual yang dimiliki
oleh pengguna NAPZA di”Rumah Damai” mereka mempunyai visi dan misi yang
kuat untuk sembuh, memiliki keyakinan bahwa setiap masalah ada saja jalan
keluarny dan belajar untuk mengubah pengalaman yang buruk menjadi sesuatu
kebutuhan kesehatan terhadap dirinya maupun orang lain dalam bentuk yang
yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non verbal ,
saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang merasa mendapat dukungan
sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau
kesan yang menyenangkan pada dirinya 21 Dan pernyataan ini juga sesuai dengan
untuk melakukan sesuatu adalah individu tersebut sebagai faktor pendukung dan
keadaan emosi pada klien ketergantungan NAPZA seperti perasaan marah, sedih,
psikoterapi keluarga, yaitu ditujukan tidak hanya kepada individu, tetapi juga
dapat pulih kembali dalam suasana harmonis dan religius sehingga resiko
antara lain pengalaman hidup bersama dengan klien ketergantungan NAPZA dan
pada kemampuan fisik dan psikologis yang mampu hidup secara normal tanpa
2. Penghambat.
metode spiritual dalam proses pemulihan istri, anak, teman-teman, sulit bergaul,
ada pada diri sendiri, keluarga maupun teman yang dapat mempengaruhi
faktor penghambat seperti faktor keluarga, sulit bergaul, tidak bebas, monoton,
bisa menjadi perhatian bagi keluarga dan lingkungan dalam mencegah adanya
penggunaan NAPZA itu sendiri tak lepas dari penyebab penggunaan NAPZA itu
Manusia juga merupakan mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia
lainnya, dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan dimana manusia itu
yang harus segera diselesaikan secara bersama-sama antar anggota keluarga juga
lingkungan sehingga tidak ada ketimpangan hasilnya terlebih antara suami, isteri,
anak maupun orang tua paling tercipta komunikasi yang baik. Lebih membantu
lagi apabila keluarga tersebut cukup taat dalam beribadah, karena hal ini akan
sangat membangun saling pengertian, perhatian dan kasih sayang serta anggota
NAPZA .
pemulihan dengan melaksanakan terapi spiritual adalah usia 26-34 tahun. Pernyataan
responden diatas, tentang terapi spiritual pada dasarnya adalah sama yaitu dengan
orang tua, persiapan kerja adalah suatu kegiatan yang dikerjakan responden untuk
tetap mengembalikan fungsinya dengan baik, bisa bersosialisasi lagi dan mandiri
dimana dengan melaksanakan terapi spiritual didalam diri responden muncul suatu
terapi spiritual pada klien ketergantungan NAPZA adalah kesadaran diri sendiri,
fasilitas lebih diperbaiki lagi, jangan terlalu rohani, diimbangi dengan kegiatan yang
non spiritual juga, lebih dibanyakin kegiatannya jangan sampai ada waktu yang
kosong, adanya program khusus untuk lebih siap untuk bisa kerja dan kemasyarakat.
tertentu dari seorang individu seorang yang berdasarkan atas pengalaman yang telah
lampau, baik pengalaman diri sendiri atau orang lain. Perbedaan persepsi juga dapat
menimbulkan SET dimana ada harapan seseorang tentang rangsangan yang akan
bagaimana cara mendapatkan NAPZA, efek yang timbul saat memakai dan setelah
tidak memakai NAPZA. Mereka kecanduan NAPZA antara kurun waktu 6 bulan-15
tahun, waktu tersebut merupakan waktu yang cukup lama untuk mengetahui banyak
harapan-harapan responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan itu dimana
responden tertarik melakukan terapi spiritual karena dalam diri sendiri ada suatu
harapan semua responden mempunyai memiliki harapan yang sama yaitu dengan
kegiatan, menyenangkan orang tua, persiapan kerja adalah suatu kegiatan yang
guna, mandiri, untuk menghadapi kehidupan yang akan mereka jalani. Walaupun
diungkapkan dengan pernyataan yang berbeda tapi mempunyai maksud yang sama
berusaha melakukan terapi spiritual. Begitu juga dari pernyataan responden dapat
juga diperkuat dengan pernyataan yang ditulis dalam buku Aspek spiritual dalam
Adapun menurut Hawari 2003 pusat atau lembaga rehabilitasi yang baik haruslah
profesional, menajemen yang baik, program sesuai kebutuhan, peraturan tata tertib
yang ketat, dan keamanan yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran NAPZA di
dalam pusat rehabilitasi termasuk merokok dan minum minuman keras hal ini juga
dikuatkan oleh teori Lawrence G.1980 bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari juga akan menyebabkan
perbedaan interpretasi.8
BAB VI
A. KESIMPULAN
sebagai berikut :
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pendukung dan faktor
pelaksanaan program terapi metode spiritual ini dipengaruhi oleh adanya sumber
hidup bersama klien ketergantungan NAPZA atau pengalaman dari orang lain,
kemauan dari klien untuk sembuh dapat diatasi dengan kesadaran diri sendiri
untuk berusaha dan tak lepas mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
3. Mengetahui harapan klien ketergantungan NAPZA pada pelaksanaan terapi
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Dalam penelitian ini didapat bahwa
spiritual adalah usia 26-34 tahun. Pernyataan responden diatas, tentang terapi
spiritual pada dasarnya adalah sama yaitu suatu kegiatan yang dikerjakan
lagi dan mandiri. Perbedaan persepsi juga dapat menimbulkan SET dimana ada
B. SARAN
Pengguna NAPZA diharapkan bisa menjadi role model, dapat membantu klien
2. Bagi keluarga
yang menimpanya dan klien keluarga mampu memberikan dukungan bagi klien.
3. Lingkungan
Lingkungan dimana klien mulai berinteraksi kembali, diharapkan menjadi
5. Bagi perawat
rehabilitasi.
6. Bagi masyarakat.
pemulihan.
7. Bagi peneliti
Akan menambah wawasan bagi peneliti sejauh mana pelaksanaan terapi metode
.
DAFTAR PUSTAKA
2. DjoerbanZ.remaja,narkoba,danhivhttp://www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map20remaja.
html diakses tanggal 2 oktober 2006.
5. Badan Narkotika Nasional. 2005. Metode Spiritual Lebih Efektif. BNN : Jakarta
10. Informasi Panti Rehabilitasi NAPZA Secara Terpadu. Dinas Kesejahteraan Sosial
Semarang. 15 juli 2005. www.infonarkoba.com (2 oktober 2006)
12. Yanis Achir. Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta. Widia Medika,
1999.
13. Maleong,L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
15. Nursalam S.P. Pendekatan Proses Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: SV.
Sagung Seto, 2001
17. Alimul Azis. Riset keperawatan dan Tehnik penulisan ilmiah. Jakarta: salemba
Merdeka. 2003.
18. Hudelson P.M. Qualitatif Research for Health Programmer. Geneva: World Health
Organization, 1996.
19. Morse J.M. Nursing Research The Application of Qualitatif Approach. Ed.2.
England: Clays Ltd, 1996.
20. Noeng, Muhadjir. Metodologi penelitian kualitatif. Ed.3. Yogyakarta: Rake Sarasin :
1996.
21. Zainuddin sri kuntjoro. Dukungan sosial pada lansia. 16 Agustus 2002. http
://72.14.235.104/search?q=cache: pl5tedzgJ:www.e.psikologi.com/usia/160802.htm.
diakses tanggal 28 2006.
22. Marylin M. friedman. Keperawatan keluarga :teori dan praktik. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1998
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di “Rumah Damai” Semarang
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Elisabeth Sarasi Uli
NIM : G2B205013
Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Alamat : Jl. Ngesrep Timur VI Gang Rukun No. 23 Semarang
Adalah mahasiswa PSIK UNDIP yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Persepsi klien ketergantungan NAPZA terhadap terapi metode spiritual pada tahap
pemulihan di pusat Rehabilitasi Rumah Damai desa Cepoko Kec Gunung Pati Kodya
Semarang”
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai responden
dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga serta hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak
ada ancaman bagi saudara. Bila saudara telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang
memungkinkan untuk mengundurkan diri, saudara berhak untuk tidak ikut dalam
penelitian ini. Apabila saudara menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan saya
ajukan kepada saudara.
Peneliti
Nomor responden : R3
Nama :H
Umur : 29 Tahun
Asal : Makasar
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Cina
Nomor responden : R4
Nama :A
Umur : 26 Tahun
Asal : Jakarta
Pendidikan : D1
Suku Bangsa : Ambon