Cover

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Sistem Pendidikan Di Negara-Negara ASEAN


Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“ PERBANDINGAN PENDIDIKAN”

Dosen Pembimbing : ZAINI DAHLAN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 3

Halimatun SQ
Elma Ade Pratiwi
Fitri Ramadhana
Isderi

SEMESTER/PRODI : VII /PAI A (EKSKLUSIF)


STAI SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN
AL ISHLAHIYAH BINJAI
Tahun 2019
KESIMPULAN

Aspek yang di Perbandingan Pendidikan


bandingkan indonesia
Kurikulum KTSP
sistem PAUD : 1 thn
pendidikan segi SD : 6 thn
kelembagaan & SMP : 3 thn
masa belajar SMA : 3 thn
perguruan tinggi : 4 thn
Sistem Danem
penilaian
belajar
Identitas Menggunakan Angka (nomor
Sekolah induk siswa) sebagai nomor
pengenal di kartu pelajar
Tujuan Mencerdaskan kehidupan bangsa
pendidikan & mengembangkan manusia
indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman &
bertaqwa terhadap tuhan yang
maha Esa & berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan &
keterampilan, kesehatan jasmani
rohani kepribadian yang mantap
serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan & kebangsaan
Tahun Juli sampai dengan juni
Akademik
Anggaran Hanya mendapat 20% dari
pendidikan anggaran pemerintah
Sistem Desentralisasi
pendidikan

Aspek yang Perbandingan pendidikan


di Malaysia
bandingkan
Kurikulum Kurikulum nasional malaysia
Sistem Prasekolah : 2 tahun
pendidikan Pendidikan rendah : 6 tahun
segi Pendidikan menengah : 3 tahun
kelembagaa Perguruan tinggi : 4 tahun
n & masa
belajar
Sistem British
penilaian
belajar
Identitas Menggunakan nama murid sebagai
sekolah nomor pengenal dikartu pelajar
Tujuan Untuk mewujudkan suatu sistem
pendidikan pembelajaran yang memenuhi
keperluan negara & menggalakan
perkembangan kebudayaan, sosial,
ekonomi & politik
Tahun Juli sampai dengan juni
Akademik
Anggaran Hanya mendapat 25 %dari
Pendidikan anggaran pemerintah
Sistem Desentralisasi
pendidikan

Aspek yang Perbandingan pendidikan


dibandingkan Indonesia
Kurikulum mata Pendidikan agama, Pkn, B.
pelajaran Indonesia,matematika,Ipa,Ips,
Penjaskes, muatan lokal
Sistem Tk : 2 tahun
pendidikan segi SD : 6 tahun
kelembagaan & SMP : 3 tahun
masa belajar SMA : 3 tahun
perguruan tinggi : 4 tahun
Pembiyayaan Sekolah negeri di biayai oleh
pendidikan pemerintah sekolah swasta
hanya mendapatkan subsidi
Usia normal 6-12 tahun
memasuki
sekolah
Nasional Mencerdaskan kehidupan
kurikulum/tujua bangsa & mengembangkan
n pendidikan manusia indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman &
bertaqwa terhadap tuhan yang
maha Esa & berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan &
keterampilan, kesehatan
jasmani rohani kepribadian
yang mantap serta rasa
tanggung jawab
kemasyarakatan & kebangsaan
Bahasa Nasional Bahasa Indonesia
Evaluasi Ujian naik kelas berdasarkan
nilai harian sikap dan ujian
semester, ujian nasional.

Aspek yang Perbandingan Pendidikan


dibandingkan Singapura
Kurikulum mata B.Inggris,Matematika,Sains,B.Ib
pelajaran u, Geografi, Fisika, Biologi,
Sejarah, B. Prancis, B. Jepang
Sistem SD
pendidikan segi Sekolah Lanjutan
kelembagaan & Junior college centeroes Institut
masa belajar
Pembiyayaan Semua sekolah tingkat dasar
pendidikan dibiayai oleh pemerintah
sekolah lanjutan junior college
di subsidi pemerintah
Usia normal 7-13 tahun
memasuki
sekolah
Nasional Bertujuan mendidik anak
kurikulum/tujua masing- Masing potensi perlu
n pendidikan untuk menemukan talenta &
untuk mengembangkan dalam
dirinya semangat untuk belajar
Bahasa Nasional English language
Evaluasi SD = Prinigry School Leaving
Exaniination
Sekolah Lanjutan = General
Certificare Of Education
Cordinary
Aspek yang Perbandingan Pendidikan
dibandingka Indonesia
n
Kurikulum Pendidikan Agama, Pkn, B.
mata Indonesia, Matematika, Ipa, Ips,
pelajaran seni budaya dan kesenian
pendidikan jasmani dan olahraga,
Muatan lokal.
Sistem Tk : 2 tahun
pendidikan SD : 6 tahun
segi SMP : 3 tahun
kelembagaan SMA : 3 tahun
& masa perguruan tinggi : 4 tahun
belajar
Masa Wajib Wajib Belajar 9 Tahun
Belajar
Pembiyayaa Sekolah negeri di biayai oleh
n pendidikan pemerintah sekolah swasta hanya
mendapatkan subsidi
Tujuan Mencerdaskan kehidupan bangsa &
Pendidikan mengembangkan manusia indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang
beriman & bertaqwa terhadap
tuhan yang maha Esa & berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan
& keterampilan, kesehatan jasmani
rohani kepribadian yang mantap
serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan & kebangsaan
Evaluasi Ujian nasional, Ujian naik kelas
berdasarkan nilai harian, sikap,
ujian semester, soal UN pilihan
ganda
Konsekuensi Jika siswa tidak lulus ujian nasional
tahap 1 siswa harus mengikuti UN
tahap 2, jika siswa tidak lulus tahap
2 mereka harus mengikuti program
kejar paket A
Program Bebas Buta Aksara
Pemerintah
Kurikulum KTSP
Anggaran 20 % dari pemerintah
Pendidikan
Aspek yang Perbandingan Pendidikan
dibandingka Brunei Darussalam
n
Kurikulum B. Melayu, B.
mata Inggris,Matematika,Ilmu Sosial,
pelajaran Pkn, Sains, pendidikan jasmani,
seni kreatif, dan teknologi
Sistem SD 5-11 thn
pendidikan SMP 11-14 thn
segi SMA 14-16 thn
kelembagaa
n & masa
belajar
Masa Wajib Wajib Belajar 9 tahun
Belajar
Pembiyayaa Sekolah negeri di biayai oleh
n pendidikan pemerintah sekolah swasta hanya
mendapatkan subsidi
Tujuan Untuk mewujudkan manusia yang
Pendidikan memiliki kekuatan spiritual
keagamaan Pengendalian diri,
kepribadian, akhlaq mulia, serta
keterampilan yang di perlukan oleh
dirinya,masyarakat,bangsa dan
negara dan dari pada itu
terbantuknya manusia yang
berakhlaq dan beragama serta
menguasai teknologi yang tinggi
Evaluasi Ujian akhir tahun, di tahun 2 siswa
akan mengalami ujian penentuan
tingkat yang di kenal dengan
BCGCF(Brunei Cambrige General
Certificater Of Education) yang
terdiri dari 2 tingkat AO dan AN
dan ujian berupa pilihan berganda
Konsekuensi Bebas buta aksara dan menguasai
Dwi bahasa yaitu B. Melayu dan B.
Inggris
Program SPN 21
Pemerintah
Kurikulum 25 % dari anggaran pemerintah
REFLEKSI
Sistem, strategi dan konsep pendidikan telah
mengalami proses perubahan yang panjang untuk
menemukan konsep pendidikan yang up to date
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
yang selalu mencari bentuknya dan dinamis.
Inovasi-inovasi dan pemikiran kreatif selalu digali
oleh para pakar, praktisi dan pemerhati
pendidikan, namun selama ini belum ditemukan
konsep pendidikan yang ideal dan aspiratif
terhadap peserta didik dengan kebutuhan
lingkungannya.
Berbagai konsep yang ditawarkan tidak terlepas
dari kekurangan dan kelemahan meskipun tidak
sedikit keunggulannya, semua itu merupakan
hasanah intelektual yang perlu dibanggakan dan
dijadikan landasan pemikiran untuk menentukan
arah kebijakan yang inovatif dimasa mendatang.
Inovasi-inovasi pendidikan baik mencakup
kebijakan maupun metode pengajaran dalam
interaksi belajar yang diterapkan dalam
Pendidikan Nasional memang sudah baik dalam
tataran konsep, namun belum menyentuh kepada
tataran praktis dilapangan.
Pengawasan dan monitoring belum optimal
dilaksanakan akhirnya tidak ada perubahan
dengan konsep lama. Kebijakan penggunaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun
2004, nampaknya belum siap dilaksanakan oleh
sekolah-sekolah yang didalamnya terdapat guru-
guru yang tidak proaktif.
Kondisi guru yang tidak kapabel dalam
menerapkan KBK ini disebabkan oleh iklim
pendidikan masa lalu yang telah berurat dan
berakar sehingga menjadi karakter dan sifat
pribadi guru yang akhirnya tidak siap untuk
menerapkan sistem baru, barangkali nanti KBK
hanya menjadi slogan yang tinggal nama saja
seperti penerapan CBSA sebelumnya, yang aktif
bukan siswanya melainkan gurunya.
Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor juga
lemah, sedangkan lembar supervisi serta penilaian
prestasi kerja guru hanya sebagai formalitas
belaka. Kepala sekolah jarang bahkan tidak
pernah memberi motivasi dan arahan kepada guru
untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab akhirnya guru hanya santai saja
pokoknya mengajar beres. Disamping itu guru
berkecenderungan tidak berpikir kreatif dalam
membuat inovasi dan variasi dalam proses
pembelajaran.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi


harapan yang besar bagi dunia pendidikan menuju
pendidikan yang sempurna. Oleh karena itu perlu
adanya pengawasan yang ketat terhadap
pelaksanaan MBS ini agar tidak menyimpang dari
konsep yang sebenarnya. Fungsi transparansi,
pengelolaan dan partisipasi masyarakat harus
selalu ditingkatkan dan dijalankan paling tidak
sesuai dengan rencana disamping pemikiran baru
yang lebih akomodatif dan inovatif.
Namun, ketika seminar dan sarasehan mengenai
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
mengenai bagaimana cara guru berinteraksi
dengan siswa, biasanya selalu ada pendapat dari
guru – paling tidak berbicara dalam hati – “itukan
dalam teori, kalau dilaksanakan pasti sulit”
terutama bagaimana penguasaan kelas ketika
menghadapi siswa-siswanya yang selalu membuat
ulah negatif.
Teori mengatakan bahwa siswa tidak boleh
dihukum, dimarahi, atau guru melakukan
penyerangan fisik dan psikologis bagaimanapun
rupanya dan sekecil apapun bentuknya. Namun,
kadang guru kesulitan mempraktekkannya, karena
siswa sudah tidak dapat lagi dihadapi dengan
kelembutan dan kasih sayang. Sehingga guru
dengan terpaksa melakukan kekerasan baik
kekerasan fisik maupun psikologis.

Hal ini menimbulkan kenyataan yang paradoksal


dalam dunia pendidikan. Sebagai guru, pasti akan
mengalami perasaan bersalah ketika melakukan
perbuatan-perbuatan yang dalam keyakinannya
adalah salah, tetapi dihadapkan dengan kenyataan
yang menuntut melakukan perbuatan yang tidak
seharusnya dilakukan.
Oleh karena itu, setiap hari guru selalu dihantui
oleh rasa bersalah dan perasaan tidak enak ketika
mengajar.
Dalam pendidikan, peran guru sangat penting bagi
keberhasilan dan kesuksesan siswa dalam belajar.
Sebab guru sebagai pembimbing siswa mempunyai
pengaruh yang besar bagi terciptanya iklim
pendidikan yang kondusif. Oleh karena itu guru
harus selalu bertanggungjawab terhadap
lingkungan belajar siswanya.
Tanggungjawab guru yang besar tersebut
seyogyanya diimbangi dengan penghargaan yang
tinggi bagi jasa-jasanya. Penghargaan itu mestinya
tidak hanya berupa lagu Hymne guru saja, yang
didalamnya disebut sebagai “Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa”. Dan kenyataanya dilihat dari segi
ekonomi guru juga sebagai pahlawan tanpa apa-
apa.

Sudah semestinya, Pemerintah dan masyarakat


sebagai stakeholders pendidikan memberikan
penghargaan yang tinggi atas jasa guru sebagai
pahlawan bangsa dengan meningkatkan taraf
ekonomi dan penghidupan yang layak. Taraf
ekonomi yang baik bagi guru sudah barang tentu
akan berpengaruh bagi kinerja dan profesionalitas
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang semua
itu akan berpengaruh positif bagi dunia
pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai