Anda di halaman 1dari 18

NAMA : YURENI S.

DEDI
NIM : 856438774
KELAS : BI-B PGSD
MK : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

MODUL 4
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

KB I. HAKIKAT KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
1. Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh.
Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai
untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Nasution,1986)
2. UU Pendidikan No 2 tahun 1989 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
3. Wiryokusumo mengungkapkan bahwa kurikulum disusun sedemikian rupa agar
memungkinkan siswa melakukan berbagai ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas
hanya pada mata pelajaran mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah dan lain lain
4. Tentang ragam kurikulum, Goodlad (dalam Kaber,1988) membedakan lima jenis
kurikulum, seperti berikut:
a. Kurikulum ideal, yang diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan
pengetahuan yang diakumulasikan berzaman-zaman
b. Kurikulum formal, yaitu kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah
c. Kurikulum bayangan, kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan oleh orang
tua dan guru
d. Kurikulum operasional, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas
e. Kurikulum pengalaman, yaitu kurikulum yang dialami oleh anak didik
5. Galthorn membedakan kurikulum menjadi tujuh jenis
a. Kurikulum rekomendasi
b. Kurikulum tertulis
c. Kurikulum dukungan
d. Kurikulum yang diajarkan
e. Kurikulum yang diuji
f. Kurikulum yang dipelajari
g. Kurikulum tersembunyi

B. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM


1. Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a) bagi sekolah yang bersangkutan
kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan, pedoman bagi guru dalam
menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa serta sebagai pedoman
mengevaluasi perkembangan siswa, pedoman supervsisi bagi kepala sekolah,
b) bagi sekolah di tingkat atasnya
kurikulum berfungsi untuk keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru
2. Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapat sejumlah
pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan melengkapi bekal
hidup mereka setelah terjun dalam masyarakat.
3. Fungsi kurikulum bagi masyarakat, yaitu orang tua murid dan pemakai lulusan, adalah
orang tua akan mengetahui program program apa saja yang akan dilaksanakan oleh
sekolah sehingga bisa membantu sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana demi
keberhasilan proses belajar anaknya. Sedangkan bagi pemakai lulusan, dengan
memahami kurikulum, diharapkan bisa membantu memperlancar pelaksanaan program
sekolah dan memberikan saran/kritik untuk menyempurnakan program sekolah.
4. Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar Wiryokusuma
(1996:8-12)
a) The adjustive of adaptive function atau fungsi penyesuaian, yaitu penyesuaian bagi
anak didik terhadap lingkungannya.
b) The integrating function atau fungsi pemaduan, yaitu terciptanya kepaduan pribadi
anak didik
c) The differentiating function atau fungsi pembedaan, yaitu fungsi pembeda, maksudnya
kurikulum harus mampu melayani perbedaan perbedaan individu anak didik
d) The prapaedetic function atau fungsi penyiapan, yaitu kurikulum harus mampu
menyiapkan anak didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
e) The selective function atau fungsi pemilihan yang berhubungan dengan pemilihan
program
f) The diagnostic function atau fungsi diagnostic yang berhubungan dengan pelayanan
terhadap anak didik agar dia memahami akan dirinya sendiri
5. Fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI dalam kurikulum 2004:
a) Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dengan kedudukan dan fungsi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra Indonesia
adalah:
1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya
3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan iptek dan seni
4. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan
5. Sarana pengembangan penalaran
6. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah
kesusasteraan Indonesia
b) Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum:
1. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa Negara
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam macam tujuan,
keperluan dan keadaan
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan social.
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis)
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa
6. Siswa meghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia

C. KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM


Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat
komponen yaitu pengelolaan kurikulum berbasis kompetensi, kegiatan belajar mengajar,
penilaian berbasis kelas dan kurikulum hasil belajar

KB II. Aspek aspek Pembelajaran Bahasa


1. Dalam kurikulum 2004, dinyatakan bahwa ruang lingkup standar kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI terdiri atas empat aspek sebagai berikut:
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
2. Dalam keempat aspek keterampilan diatas, terdapat aspek kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi,
sedangkan pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


Standar kompetensi untuk kelas rendah SD/MI diantaranya;
KELAS 1
A. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
berbagai bunyi/suara dan bunyi bahasa, mendengarkan dan melakukan sesuatu sesuai
dengan perintah, dan mendengarkan deskripsi tentang benda benda disekitar serta
mendengarkan dongeng
B. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui memperkenalkan diri, menyapa, menjelaskan warna, nama dan fungsi anggota
tubuh, dan benda benda di sekitar, menceritakan pengalaman, melakukan percakapan,
dan menyampaikan rasa suka dan tidak suka serta mendeklamasikan puisi dan
memerankan tokoh dongeng
C. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer
(bersuara) beberapa kalimat sederhana
D. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf
sambung, menulis kalimat yang didikte guru, dan menulis rapi menggunakan huruf
sambung

KELAS 2
A. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
pembacaan teks pendek, dan menyimak pesan pendek serta mendengarkan dongeng
B. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan bertanya/menyapa, menceritakan kegiatan sehari hari, melakukan
percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan dan mendeskripsikan sesuatu serta
mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali cerita dan bermain peran

C. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer
(bersuara) beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi
D. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf sambung,
menulis kalimat yang didikte guru, dan menulis melengkapi cerita, menulis rapi
menggunakan huruf sambung, dan menuliskan pengalaman tentang kesukaan dan
ketidaksukaan

Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut dilaksanakan secara terpadu.


MODUL 5
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SEKOLAH DASAR KELASH RENDAH

KB. I. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa


A. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS TINGGI
Keterampilan berbahasa terdiri dari 4 (empat) aspek yaitu: mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis dimana yang termasuk kemampuan berbahasa yaitu
mendengarkan cerita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa,
lagu, kaset, pidato, dialog atau percakapan serta perintah yang didengar dengan
memberikan respon secara tepat.
A.1. STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 3
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal maupun dengan symbol dan mendengarkan
pembacaan cerita dan teks drama
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan menceritakan pengalaman lucu, menjelaskan urutan,
mendeskripsikan tempat, menceritakan pengalaman dan peristiwa, serta bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca
lancar (bersuara), dan membaca dalam hati secara intensif, dan membaca secara
memindai suatu denah serta membaca dongeng dan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
melalui menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis petunjuk.

STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 4


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami wacana lisan melalui menjelaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumuman serta
pembacaan pantun.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan bertanya/ menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan
percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan, dan mendeskripsikan sesuatu serta
mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali cerita, dan bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif dan
membacakan teks untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan pantun
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi,
mengisi formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat, menyusun
paragraf, dan menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan dan melanjutkan pantun

STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 5


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
pengumuman, mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan mendengarkan pesan
lewat tatap muka atau telepon serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menanggapi suatu persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar,
berwawancara dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat dan
menyampaikan dialog atau percakapan serta memerankan drama pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk
mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata tertib/ pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ekstensif, membaca sekilas dan membaca
memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai tulisan melalui menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas
buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatat dalam buku harian serta menulis
prosa sederhana dan puisi

STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA KELAS 6


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menengarkan
dan meringkas cerita dan mendengarkan dan mendiskusikan isi undang undang serta
mendengarkan pembacaan salah satu ayat dalam suatu undang-undang dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan/informasi, membahas isi
buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan berdiskusi serta memerankan
drama anak.
c. Membaca
Mampu memahami ragam/teks bacaan dengan berbagai cara/teknik membaca
melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta
mmbaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih popular.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke
dalam berbagai ragam tulisan melalui mengisi formulir sederhana menyusun naskah
sambutan/pidato, menulis iklan sederhana, menyusun ringkasan, menyusun rangkuman,
dan menulis surat resmi serta memparafrasekan puisi dan menyusun percakapan.

A.2. CARA MEMADUKAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA


1. Mencari Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan
2. Merancang Hasil Belajar yang merupakan perpaduan antar aspek keterampilan
berbahasa, contoh: 2 (dua) keterampilan misalnya keterampilan berbicara dan
mendengarkan. Keterampilan berbicara ada pihak yang berbicara dan ada pihak
yang mendengarkan. Dalam keterampilan mendengarkan ada yang didengarkan
dan ada yang mendengarkan.
3. Kemungkinan perpaduan keterampilan bahasa di kelas tinggi
a. Mendengar dan berbicara
b. Berbicara dan menulis
c. Membaca dan menulis
d. Mendengar, berbicara, dan menulis
e. Mendengar, berbicara, dan membaca
f. Dan lain-lain

A.3. PERPADUAN KETERAMPILAN BERBAHASA: MENDENGAR DAN


BERBICARA
Contoh : Kelas 3 aspek berbicara, kompetensi dasarnya menceritakan pengalaman
yang indikatornya adalah :
1. Menceritakan pengalaman tertentu yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari
2. Menanggapi cerita pengalaman teman dengan bertanya atau mengemukakan
pendapat
Kedua indikator tersebut berkaitan dengan keterampilan berbicara dan
mendengarkan. Pada indikator 1 ada pihak yang berbicara (menceritakan) dan ada pihak
yang mendengarkan (tidak mendengarkan) tidak mungkin siswa dapat menanggapi
kalau dia tidak mendengarkan. Dengan demikian pada hasil belajar menceritakan
pengalaman lucu, menarik atau mengesankan (aspek berbicara) kita tambah dengan
hasil belajar menjadi Menanggapi cerita pengalaman teman kemudian mengajukan
pertanyaan (perpaduan dari aspek mendengarkan dan berbicara)

A.4. PERPADUAN KETERAMPILAN: MENDENGAR, BERBICARA DAN


MENULIS
Contoh kelas 4, aspek mendengar, kompetensi dasarnya mendengarkan pengalaman
teman yang indikatornya adalah :
1. Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan cerita yang didengarnya
2. Mengutarakan kembali isi cerita
3. Menyampaikan cerita yang isinya mirip atau cerita yang lain
4. Menuliskan isi cerita
Pada indikator 1 ada aspek mendengarkan, indikator 2 dan 3 ada aspek berbicara dan
indikator 4 ada aspek menulis, sehingga pada hasil belajar mendengarkan pengalaman
teman menjadi: Mendengarkan Pengalaman Teman, Mengutarakan kembali dan
Menuliskan kembali

B. PERPADUAN ASPEK KETERAMPILAN BAHASA DENGAN ASPEK


SASTRA DI KELAS TINGGI

Yang termasuk kemampuan bersastra yaitu: mengapresiasi dan berekspresi sastra


melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita
rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.
Pada kelas 3 aspek sastra terdapat pada materi pokok teks cerita dan teks drama
serta teks fiksi dan dongeng.Pada kelas 4 aspek sastra terdapat pada materi pokok
dongeng dan pantun
Pada kelas 5 aspek sastra terdapat pada materi pokok teks cerita rakyat, drama
anak, puisi karya anak
Pada kelas 6 aspek sastra terdapat pada materi pokok cerita anak, drama anak,
novel anak dan puisi anak

B.1. Contoh kelas 3 pada aspek membaca dengan kompetensi dasar membacakan
dongeng dan indikatornya:
1. Membacakan dongeng dengan lafal dan intonasi yang wajar serta ekspresi yang
tepat
2. Menjelaskan isi dongeng
Pada indikator 1 terdapat aspek membaca dan aspek sastra berupa dongeng, pada
indikator 2 terdapat aspek mendengarkan dan menulis serta aspek sastra berupa dongeng

B.2. Contoh kelas 5 pada aspek mendengarkan dengan kompetensi dasar


mendengarkan cerita rakyat dengan indikatornya:
1. Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runut dan mudah dipahami
cerita rakyat yang sudah didengarkan.
2. Menuliskan tanggapan cerita terhadap isi cerita
Pada indikator 1 terdapat aspek mendengarkan dan menulis dan aspek sastra berupa
cerita rakyat. Sedangkan pada indikator 2 terdapat aspek menulis dan aspek sastra
berupa cerita rakyat
KB. II KAJIAN BUKU TEKS
A. SYARAT-SYARAT BUKU TEKS
Menurut W.F. Mackey ( dalam Hanafi, 1981) prinsip-prinsip penyususnan buku teks
adalah:
1. Seleksi, hal-hal yang dipertimbangkan adalah:
 Tujuan pengajaran bahasa, level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu
belajar
 Tipe bahasa yang diajarkan (dialek, register, style, dan media)
 Jumlah materi yang disajikan
 Pilihan butir-butir yang akan diajarkan mencangkup fonetik, tata bahasa,
kosakata dan makna kata.
 Kreteria yang dipakai melandasi pilihan
2. Gradasi Bahan Pelajaran yakni mempersoalkan tataan yang dipandang paling baik
untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
Dalam Gradasi:
 Dikelompokan berdasarkan sistem ( pengelompokan fonetis, leksikal) dan
berdasarkan bunyi-bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frase, frase
menjadi kalimat, kalimat menjadi konteks.
 Pengurutan / sekuensi mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu pihak
dan struktur di pihak lain.
3. Presentasi Bahan, pengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni:
 Penahapan bahan pelajaran, baik jumlah maupun satuan-satuannya.
 Pendemonstrasikan bahan pelajaran baik secara lisan maupun tertulis.
 Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri ragam
prosedur yaitu eksplanasi,translasi, otentik atau peragaan (dengan benda,
gerak atau situasi), gambar dan konteks.
4. Repetisi Bahan Pelajaran, perilaku guru dalam menyajikan bahan pelajaran yang telah
tertata dalam buku pelajaran (telah terseleksi, degradasi, dan dipresentasikan) yang
berhubungan dengan pembinaan keterampilan kepada peserta didik dalam hal
menyimak, berbicara, menulis atau mengarang.
Menurut Tarigan (1986) ada dua patokan dalam penyusunan buku teks adalah
 Patokan Umum (belaku untuk setiap buku) bersumber dari kurikulum.
 Patokan Khusus (berlaku untuk buku teks tertentu) bersumber dari
karakteristik setiap mata pelajaran.
 Patokan Umum ini harus dilengkapi, diisi dengan kekhususan setiap mata
pelajaran meliputi:
a. Pendekatan Keterampilan proses meliputi: mengamati,
menginterpretasikan, mengaplikasikan honsep, meramalkan,
merencanakan dan melaksanakan penelitian dan mengomunikasikan
hasil penelitian.
b. Tujuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor
c. Bahan Pengajaran
d. Program yang meliputi kelas, semester/cawu, jam pelajaran
e. Methode
f. Sarana dan sumber
g. Penelitian
h. Bahasa
Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995) dalam menyusun naskah buku pelajaran
harus memperhatikan:
a. Ketentuan Umum
Pertama, naskah yang ditulis hendaknya mempunyai bagian yang lengkap:
 Bagian awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar
gambar, daftar tabel, daftar lampiran.
 Bagian isi naskah
 Bagian akhir naskah (daftar pustaka dan jika ada lampiran, indeks)
Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan artinya uraian
dan susunan kalimat dalam menyajikan naskah merupakan hasil formulasi penulis
sendiri.
b. Ketentuan Khusus berkaitan dengan (1) keamanan nasional (2) isi buku teks, (3)
cara penyajian, (4) penggunaan bahasa, (5) ilustrasi.

Persyaratan yang berhubungan dengan keadaan nasional isi buku teks tidak boleh
bertentangan atau menyimpang dari Pancasila, UUD 1945, dan GBHN dalam cara
penyajian, bahasanya, dan ilustrasinya.
1) Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks yaitu:
a. memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai
siswa sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti
b. relevan dengantujuan pendidikan
c. menhormati kerukunan hidup umat beragama dan antarumat beragama
d. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. benar ditinjau dari segi ilmu pengetahuan
f. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
g. sesuai jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulisan buku sesuai teks.
2) Persyaratan yang berkaitan dengan cara penyajian yaitu:
a. urutan uraian yang teratur
b. penahapan dalam penyajian, dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks
atau dari yang mudah ke yang sulit
c. menarik minat dan perhatian siswa
d. menantang dan merangsang siswa untuk terus mempelajarai buku teks
tersebut.
e. pengorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mangacu kepada
berbagai aspek kemampuan siswa (kognitif, afektif, psikomotor)
3). Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa yaitu:
a) menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku
b) menggunakan kalimat yang sesuai tingkat kematangan dan perkembangan
siswa
c) menggunakan istilah, kosakata, dan simbol-simbol yang mempermudah
pemahaman isi buku teks
d) menggunakan transliterasi yang telah dibakukan.
4) Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi yaitu:
a) relevan dengan isi buku teks yang bersangkutan
b) tidak menggangu kesinambungan antarkalimat dan antar paragraf serta
bagian keseluruhan isi buku teks
c) merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks
d) jelas, baik dan merupakan hal yang esensial untuk membantu siswa
memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalm buku teks tersebut.

B. Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi


Buku teks resmi yang wajib digunakan dalam mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SD Kelas Tinggi adalah yang dikeluarkan oleh Diknas yaitu Lancar Berbahasa
Indonesia 2 untuk Sekolah Dasar Kelas 4 oleh Dendy Sugono.
Tugas guru sebelum pembelajaran dilaksanakan harus menetapkan terlebih dahulu
kompetensi siswa yang mana yang akan dikembangkan, misalnya kompetensi dasar
yang akan dikembangkan berhubungan dengan aspek membaca untuk siswa kelas 4
maka guru harus mencari dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk aspek
membaca siswa kelas 4. Misalnya Membaca: Standar Kompetensi: mampu membaca
dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca melalui membaca
memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan membacakan teks untuk orang lain,
serta membaca cerita rakyat dan pantun.
Modul 6
Penilaian dalam Pembelajaran MMP

Kegiatan Belajar I
Kegiatan membaca dan menulis di kelas rendah.
A. Pengertian MMP
MMP merupakan kependekkan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
itu MMP Merupaka program pembelajaran yang di oreantasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas –kelas awal pada saat anak-
anak mulai memasuki bangku sekolah.
B. Tujuan pembelajaran MMP
KBK merupakan kurikulum terkini yang digunakan di seklah-sekolah sebagai
pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1994.\
Tujuan membaca menulis permulaan menurut kurikulum 2004 tercermin dalam
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator aspek membaca dan menulis untuk
kelas 1 sd.

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan tinggkatkan menuju pemilihan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni kemampuan melek wacana adalah
kemampuan membaca sesunggguhnya yakni kemampuan mengubah lambing-lambang
tulis menjadi bunyi-bunyi bermakana di sertai pemahaman akan lambing lambing
tersebut.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca
permulaan. Pada tingkat dasar permulaan pembelajaran menulis lebih dioreantasikan
pada kemampuan yang bersifat mekanik.

Kegiatan Belajar II
A. Strategi Pembelajaran MMP
1. Metode Pembelajaran MMP
Metode Eja
Coba Anda perhatikan kasus putra Bu Imam, Gina, dalam ilustrasi percakapan di
atas. Sebelum memasuki SD, Gina sudah mengenal dan hafal abjad.Namun, dia belum
bisa merangakai abjad-abjad tersebut menjadi ujaran bermakna. Gina sudah mengenal
lambang-lambang berikut: /A/, /B/, /C/, /E/, /F/, dan seterusnya sebagai
[a], [be], [ce], [de], [e],[ef],dan seterusnya. Bu Imam mengajari anaknya membaca
denganMetode Ejaatau biasadisebut Metode Abjadatau Metode Alpabet.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana prinsip dasarMetode Ejatersebut?
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
Pengajarannya dengan memperkenlkan huruf-huruf secara alpabetis.Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai
contoh :
A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de],
[ef],dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti
a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d,dan seterusnya.Setelah
melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku katadengan cara
merangkaikan beberapa hurufyang sudah dikenalnya Misalnya :
b, a, d, umenjadi b-aba(dibaca atau dieja/be-a/à[ba ])
d-udu (dibaca atau dieja /de-u/à[du])
ba-dudilafalkanà/badu/
b, u, k, umenjadi b-ubu(dibaca atau dieja /be-u/à[bu])
k-uku(dibaca atau dieja/ ke-u/à[ku])
2. Metode Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke,
ko/,dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-
katabermakna.Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai
variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-
kata dimaksud, misalnya:bo-bicu–cida–da ka–kibi-buca–cidi–daku–kubi–bici–cada–
duka–kuba–caka–cadu–kaku–da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok
kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud,
seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki
ku-da
ba-ca
bu-ku
cu–ci
ka–ki(dan sebagainya).
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-
bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat
ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang
melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian melahirkan istilah lainuntuk
metode ini, yakniMetode Rangkai-Kupas
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan Metode Suku
Kata adalah:
(1) tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
(2) tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
(3) tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana;
(4)tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangakaian dan pengupasan:
(kalimatàkata-kataàsuku-suku kata)
Metode Suku Kata/Silabapopuler dalam pembelajaran bacatulis Al-Qur‟an.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an, metode ini dikenal dengan istilah
„‟Metode Iqro‟‟.

3. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di
atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai
contoh, 20proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu.
Kata ini,kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan
huruf.Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan
suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke
bentuk asalnya sebagaikata lembaga (kata semula).Karena proses pembelajaran MMP
dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasandan perangkaian maka
metode ini dikenal juga sebagai „MetodeKupas-Rangkai‟ (sebagai lawan dariMetode
Suku Katayang biasa juga disebut MetodeRangkai-Kupas).Sebagian orang menyebutnya
‟Metode Kata‟atau‟Metode Kata Lembaga‟.
4. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai‟Metode Kalimat‟. Dikatakan
demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini
diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan
kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.Di bawah gambar dimaksud,
dituliskansebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai
contoh, jika kalimat yang diperkenalkan berbunyi
‟ini nani‟, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang
anak perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah
prosespembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat dari
beberapakalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran tadi.Kalimat tersebut
dijadikandasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi(proses
penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku
kata, dan huruf),selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali).
Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidakdikembalikan lagi pada satuan di
atasnya, yakni suku kata.Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi
menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.Sebagai contoh, di bawah ini dapat Anda lihat
bahan untuk MMP yang menggunakan Metode Global
5. Metode SAS
“Struktural Analitik Sintetik’’. Metode SAS merupakan salahsatu jenis metode yang
bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulispermulaan bagi siswa
pemula.Pembelajaran MMP dengan metodeini mengawali pelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi
sebuahstruktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep „‟kebermaknaan‟‟pada dirianak.Akan
lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP
dengan metode ini adalahstruktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si
pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai,
gurudapat melakukan pra
-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang
gambar, benda nyata,tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah
ditemukan suatu strukturkalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah
KBM MMP yang sesungguhnyadimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan
pengenalan struktur kalimat.Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk
mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran
membaca permulaan inidiuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang
disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada
wujud satuan bahasaterkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Proses
penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
(a)kalimat menjadi kata-kata
(b)kata menjadi suku-suku kata, dan
(c)suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja
sintesis(menyimpulkan).Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi
kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata
menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses sintesis
ini, anak-anakakan menemukan kembali wujudstruktur semula, yakni sebuah kalimat
utuh.Melihat prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-
metode membaca permulaan seperti yang telah kita bicarakan di atas.Oleh karena itu,
penggunaanmetode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita ditingkat
SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh perintah.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di antaranya
sebagai berikut ini.
(1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan
bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh
satuan-satuan bahasa dibawahnya, ykni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-
huruf).
(2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, penga-
jaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal
dandiketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan
pemahaman anak.
(3)Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).Anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini
akanmembantu anak dalam mencapai kebrhasilan belajar.

6. Model Pembelajaran MMP


Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP
dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode
tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab
mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di
dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan
strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah
-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP
tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat d
igunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat
memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan
kondisi siswanya. Namun, penggunaan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif),
Pendekatankomunikatif-integratif, dan CTL (Contextual Teaching and Learning)
hendaknya benar-benar dilaksanakan oleh setiap guru.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan,
yakni (a) pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buk
a. Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
1) Menunjukkan gambar Variasi ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan
sebuah gambar yang melukiskan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan
dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat
dan perhatian anak.
2) Menceritakan gambarGuru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama
terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh
hendaknya menggunakan huruf-hurufyang pertama-tama hendak diperkenalkan
kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk
3) Siswa bercerita dengan bahasa sendiriSelanjutnya, satu dua orang siswa diminta
menceritakan kembali gambar tersebutdengan bahasanya sendiri.
4) Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambarPada fasse
ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah danmenempelinya
dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah
gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama”atau“ini ibu”(bergantung
kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS,Metode Kata,
Metode Eja, dan seterusnya).
5) Membaca tulisan bergambarPada fase ini, guru mulai melakukan proses
pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan
Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalanlambang tulisan akan diawali dengan
pengenalan huruf-huruf melalui proses drill(teknik tubian) atau proses hafalan.
Jika menggunakan Metode Global atau MetodeSAS proses pembelajaran
membaca akan dimulai dari pengenalan struktur kalimat (sederhana); lalu
diuraikan menjadi kata, kata menjadi suku kata, hingga unit terkecil ditingkat
huruf. Setelah itu dilakukan sintesis (perangkaian) huruf menjadi suku kata, suku
kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, hingga kembali lagi ke struktur semula.
6) Membaca tulisan tanpa gambarSetelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru
secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa
diupayakan untuk melihat bentuk tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai
dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan wacana
sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi
kepada anak.
7) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartuBerikut
ini akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa
melaluikartu-kartu.
a. memperkenalkan unsur kalimat/ kata
b. memperkenalkan unsur kata/suku kata
c. memperkenalkan unsur suku kata/huruf
b. Pengajaran menulis permulaan tanpa buku
Dapat dilakukan melalui pelatihan
mekanik untuk melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau
lingkaran di udara, membuat pagar di udara, menirukan gambar huruf di
udara, dan sejenisnya.Langkah-langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan
BukuSetelah Anda memastikan diri bahwa murid-murid Anda mengenal bentuk-bentuk
tulisan dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah selanjutnya
anak-anak mulai diperkenalkan dengan lambing-lambang tulis yang tercetak di dalam
buku. Langkah aal yang paling penting di dalam pembelajaran MMP dengan buku
adalahbagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku
(bacaan) dan mau belajar sendiri yang dilandasi motivasi intrinsik. Kondisi belajar
terpakasa atau dipaksakan harus dihindari.Ada beberapa tawaran alternatif langkah
pembelajaran MMP dengan menggunakan buku.Kegiatan pembeljaran pada fase ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa
buku.Dengan demikian, diasumsikan anak-anak tidak berangkat dari kondisi nol.

Kegiatan Belajar III.


Penilaian dalam Pembelajaran MMP
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam
data tersebut.
Sasaran penilaian harus mencakupi tiga ranah, yakni ranah kognitif (kemampuan
intelektual), ranah afektif (emosi dan sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Alat
penilaian yang berbentuk tes dan nontes yang dilakukan, baik terhadap proses maupun
hasil diharapkan akan dapat memberikan gambaran kemampuan dan kemajuan belajar
siswa secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan cara seperti ini dinamakan
penilaian dengan pendekatan holistik.
Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan untuk
menentukan tingkat keberhasilan anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan guru
A. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan
aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, informasi yang harus terekam melalui proses ini
meliputi tiga ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Alat penilaian yang
berbentuk tes pada umumnya cocok untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan
kemampuan kognisi, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan afeksi dan
psikomotor lebih cocok bila digali dengan alat penilaian nontes.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta
tes). Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan
menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan
(kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.
a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau
diperintahkan.
b) Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban
atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara
tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan
atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada
umumnya digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan
dalam penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua-
duanya, baik teknik tes maupun teknik nontes.

B. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa.
Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai
pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan
untuk menilai kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang
bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca
permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini.
a. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
b. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.
Teknik isian rumpang untuk membaca permulan tidak berpatokan pada teknik isian
rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman)
yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam,
atau ketujuh secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa
lambang huruf, penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan
menghilangkan bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga, dengan
perumpangan suku kata atau kata.

Anda mungkin juga menyukai