Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH:

ONGXY PRATAMA
(NIM:11724035)

Dosen Pembimbing : Yessi Arisandi,SKM,M.Kes

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Prilaku Sehat dan Sakit,
Pengobatan Tradisional, Hubungan Antara Budaya dan Perkembangan Budaya dengan
Penyakit, dan Pengaruh sosial Budaya Masyarakat dalam Kesehatan. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Prilaku Sehat dan Sakit, Pengobatan
Tradisional, Hubungan Antara Budaya dan Perkembangan Budaya dengan Penyakit, dan
Pengaruh sosial Budaya Masyarakat dalam Kesehatan dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
    

Palembang, 07 Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................
B.Rumusan Masalah.............................................................................................
C.Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perilaku sehat sakit.........................................................................................
2.1.1 Pengertian perilaku sehat sakit..............................................................
2.1.2 Perilaku mencari pelayanan kesehatan (j.young, 1980)........................
2.1.3 Pengertian masyarakat tentang sehat sakit............................................
2.1.4 Pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap penyakit........................
2.1.5 Definisi sakit ditentukan oleh kebudayaan...........................................
2.2 Pengobatan tradisional...................................................................................
2.1.1 Istilah “pengobatan tradisional”...........................................................
2.1.2 Definisi pengobatan tradisional............................................................
2.1.3 Jenis pengobatan tradisional di indonesia............................................
2.1.4 Perkembangan pengobatan tradisional ditinjau dari perkembangan
kebudayaan..........................................................................................................
2.1.5 Pengobatan tradisional dalam masyarakat jawa...................................
2.1.6 Masa depan pengobatan alternatif di indonesia...................................
2.3 Hubungan antara budaya dan perkembangan budaya dengan penyakit........
2.1.1 Adaptasi budaya dan penyakit..............................................................
2.1.2 Budaya dan prevalensi tersembunyi.....................................................
2.4 Pengaruh sosial budaya masyarakat dalam kesehatan..................................
2.1.1 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi..........................
2.1.2 Aspek sosial budaya dalam program KB.............................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada hakekeatnya sehat atau kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang normal
dari kehidupan manusia. Kesehatan adalah hak azasi setiap manusia yang dibawa sejak lahir.
Hidup sehat adalah hidup yang mengikuti hukum alam atau cara-cara alamiah (kebutuhan
udara segar, istirahat, relaksasi, tidur, kebersihan, sikap mental, (attitudes of mind) yang baik,
kebiasaan yang baik dan pola hidup (pattern of living) yang baik, dan lain-lain), baik dari segi
fisik, kejiwaan, dan lingkungan hidupnya. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa
Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai
dengan kenyataan. 
Sakit dan penyakit tidaklah sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak
membuat definisi tentang ‘penyakit’, tetapi merumuskan definisi ‘sehat’. Penyakit (disease)
adalah suatu bentuk reaksi biologis, terhadap suatu organisme, benda asing atau luka
(injury). Sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit tersebut dalam arti
penganlaman dia langsung. Sebagai contoh pasien dengan Leukemia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan pasien lain dengan
kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan 
merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Dalam 30 tahun terakhir berbagai istilah digunakan untuk cara-cara pengobatan yang
berkembang di tengah mayarakat. WHO menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healing”. Ada pula yang
menyebut “folk medicine”, “alternative medicine”, “ethnomedicine” dan “indigenous
medicine”. Dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah pengobatan dukun, penggunaan
ramuan asli, atau pengobatan tradisional, pengobatan alternatif dan lain-lain.
Beberapa contoh dari adaptasi budaya dan penyakit yaitu meningkatnya taraf
hidup,berubahnya nilai budaya dalam pergaulan hidup,sistem pendidikan dan scientific
thingking,disiplin,terorganisir,terencana dan sistem informasi.
Masalah kurang gizi dapat diketahui dari kebiasaan suatu masyarakat mengkonsumsi
makanan tertentu serta bagaimana masyarakat tersebut menilai makanan serta bagaimana
masyarakat tersebut menilai makanan menurut persepsinya masing-masing. Misalnya pada
wanita yang baru melahirkan tidak boleh makan makanan yang amis seperti ikan, sementara
ikan sangat dibutuhkan ibu maupun bayi yang sedang menyusui, karena kandungan calcium
yang tinggi untuk pertumbuhan tulang. Sehingga kemungkinan pada masyarakat yang kurang
mengkonsumsi ikan, bila tidak dikompensasi makanan lain yang setara dengan nilai gizi yang
terkandung dalam ikan, maka keungkinan akan mengalami kekurangan gizi terutama zat-zat
yang terkandung dalam ikan.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu prilaku sehat sakit ?

2. Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat ?

3. Apa itu istilah dan definisi dari pengobatan tradisional ?

4. Bagaimana perkembangan pengobatan tradisional menurut kebudayaan ?


5. Adaptasi apa yang mempengaruhi budaya dan penyakit ?

6. Aspek sosial budaya apa yang mempengaruhi status gizi ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu prilaku sehat sakit

2. Untuk mengetahui konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat

3. Untuk mengetahui apa itu pengobatan tradisional

4. Untuk mengetahui perkembangan pengobatan tradisional menurut kebudayaan

5. Untuk mengetahui adaptasi yang mempengaruhi budaya dan penyakit

6. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perilaku sehat sakit


2.1.1 Pengertian Perilaku

2.1.1.1 Perilaku sehat


 Definisi Sehat Menurut Dasar Keperawatan
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan social seseorang.
Dalam hal ini sehat mengandung 3 karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian. Bukan merupakan
suatu keadaan, tapi merupakan proses. Proses di sini adalah adaptasi individu yang tidak
hanya terhadap fisik mereka, akan tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
 Definisi Sehat Dalam Keperawatan
1.Definisi Sehat Pender (1982)
Sehat merupakan perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan perawatan
diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas struktural.
2. Definisi Sehat Paune (1983)
Sehat merupakan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
 Self care Resoureces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions : perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan menigkatkan fungsi psicososial da piritual.
 Definisi sehat menurut UU no. 23/1992
            —UU no. 23/1992: keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi.

2.1.1.2  Perilaku sakit
Sakit berariti suatu keadaan yang memparlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit
secara subjektif dan objektif, sehingga penderita tersebut memerlukan pengobatan untuk
mengembalikan keadaan sehat.
1.Definisi Sakit Pemons (1972)
Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Definisi Sakit Bauman (1965)
Seseoang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit
1. Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.
2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.

3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, bersekolah.


2.1.2 Perilaku mencari pelayanan kesehatan (J.Young, 1980)
J. Young (1980) membuat model perilaku tentang “pilihan berobat”, dimana adaptasi
lintas budaya yang terdapat dalam model kepercayaan kesehatan ( health belief model )
digunakan untuk menjelaskan pengambilan keputusan tentang pengobatan. Perumusan
Young meliputi 4 unsur utama, yakni :

1. “Daya tarik” (gravity), yaitu tingkat keparahan yang dirasakan oleh kelompok
referensi individu ( anggapan bahwa hal itu adasebelum jatuh sakit, yakni kesamaan
pendapat dalam kelompok tentang berat ringannya tingkat keparahan dari berbagai
jenis penyakit).
2. Pengetahuan tentang cara – cara penyembuhan popular ( home remedy), yang
bersumber pada system rujukan awan ( yaitu jika pengobatan tidak diketahui, atau
setelah dicoba ternyata tidak efektif, maka individu akan beralih pada system rujukan
professional)
3. “Kepercayaan” (faith) atau tingkat kepercayaan terhadap keberhasilan daei berbagai
pilihan pengobatan ( terutama dari penyembuhan tradisional)
4. “Kemudahan” (accessibility), meliputi biaya dan tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan (sama halnya dengan “kendalayang dirasakan” pada model kepercayaan
kesehatan dan “factor kesanggupan”, pada model Anderson) (Muzaham,Fauzi
2007:75).

Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian


yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan secara
cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti. Karakteristik tersebut
dapat berupa sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, bahkan
dapat pula untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan
gejala lain dalam masyarakat. (Ulber Silalahi,2009:28-29) Pengambilan sampel
merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu penelitian karena sampel inilah yang
akan mewakili dan merepresentasikan apa yang akan diteliti, jadi pemilihan sampel
haruslah benar-benar tepat dan sesuai dengan obyek penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah purpossive sampling yaitu
dengan cara memilih sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Pemilihan sampel dengan cara ini digunakan karena sudah mengetahui karakteristik
responden yang dibutuhkan untuk menjelaskan tentang judul yang diteliti. Proses dalam
pengambilan sampel ini adalah, peneliti datang langsung ke tempat penelitian yaitu
puskesmas gundih. Pada saat itu peneliti langsung mewawancarai orang-orang yang
cocok sebagai sumber data. Tentunya responden yang dipilih oleh peneliti yaitu
responden yang menggunakan pelayanan pengobatan tradisional. Jumlah sampel yang
diambil sebanyak 50 orang, hal ini dikarenakan jumlah pasien yang berkunjung di
puskesmas sebanyak 188 orang.

2.1.3 Pengertian masyarakat tentang sehat sakit


Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal ini dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
            Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka
tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
            Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan
lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil,
dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, yang dapat dibuat ramuan untuk di
minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan
sembuh.
            Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah,
makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
            Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati
dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh
dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman
masalalu di samping unsur sosial budaya. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau
sakit, tidak selalu bersifat obyektif. Oleh karena itu, petugas kesehatan berusaha sedapat
mungkin menerapkan kreteria medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna
mendiagnosis kondisi fisik individu.

 Perilaku Sehat Sakit Pada Masyarakat


Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti
perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir
seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-
pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu
kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan
bergizi.
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara
medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan
penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehatpun subyektif sifatnya.

2.1.4 Pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap penyakit

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Bidang Kesehatan Kebudayaan memiliki pengaruh


yang sangat besar dalam perkembangan ilmu kesehatan diantarnya : Pengaruh Tradisi
Pengaruh tradisi adalah pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat
yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. Misalnya Seorang ibu yang
baru saja melahirkan mendapat pantangan untuk memakan telur, daging, dan sebagainya. Ibu
tersebut hanya diperbolehkan memakan nasi dan garam serta kecap saja dengan alasan gatal –
gatal dan alasan lain, hal ini sudah dilakukan turun temurun dan membudaya di lingkungan
masyarakat tersebut. Seharusnya adalah ibu yang baru melahirkan memakan makanan bergizi
agar mempercepat proses penyembuhan jaringan dalam tubuh ibu tersebut. Karna hal tersebut
sudah merupakan kebiasaan pada msyarakat setempat sehingga ibu yang melahirkan
melaksanakan anjuran tersebut.
Pengaruh Fatalistis Pengaruh fatalistis adalah pengaruh yang mampu membuat
seseorang  bersikap putus asa apabila menghadapi suatu masalah Sikap fatalistis ini juga
mempengaruhi perilaku kesehatan. Contonya : beberapa anggota masyarakat dikalangan
kelompok tertentu (fanatik) yang beraga islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan
sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya. Sikap Etnosentris Sikap etnosentris adalah sikap yang
memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain. Masyarakat tentu memiliki budaya dan ilmu kesehatan juga memiliki budaya.
Misalnya : pada masyarakat tertentu seorang anak yang sedang luka dilarang memakan telur
karna alasan telur dapat membuat luka tersebut infeksi gatal – gatal dan lama sembuh, itu
adalah budaya yang salah dan tidak sesuai dengan budaya kesehatan yang mengharuskan
anak tersebut memakan telur agar mempercepat penyembuhan jaringan.
Pengaruh perasaan bangga pada statusnya Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
misalnya dalam upaya perbaikan gizi disuatu daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan
daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki
ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing dan
mereka menolaknya karna status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
Pengaruh Norma Contonya dalam hal upaya untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi banyak mengalami hambatan karna ada norma yang melarang hubungan antara
dokter yang memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan.
Pengaruh Nilai Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan. Contonya : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada
beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas daripada
beras putih.
Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh
terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya manusia biasa makan nasi
sejak kecil akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
Perubahan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Ada tiga alur tingkatan pengaruh
budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan
peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan.
Pada alur paling atas terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik
contonya : suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet yang dapat mempengaruhi biologi
manusia dan kesehatan secara langsung. Misalnya sejenis kanker kulit.
Alur dua tingkatan lain yaitu ditengah dan bawah mengilustrasikan proses – proses
dengan kompleksitas lebih tinggi termasuk hubungan antara kondisi lingkungan fungsi –
fungsi ekosistem dan kodisi sosial ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak
mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi
kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan – perubahan lingkungan
ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor – faktor penyangga
utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti : Produksi bahan makanan Air bersih
Kondisi iklim Keamanan fisik Kesejahteraan manusia dan jaminan keselamatan serta kualitas
sosial Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi ekologi lokal,
sirkulasi lokal penyebab infeksi sampai kepengaruh lingkungan dalam skala besar yang
bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa
resiko terbesar dari dampak perubahan budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling
rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

2.1.5 Definisi sakit di tentukan oleh kebudayaan

 Dalam pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang tidak
bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu
terhadap situasi tersebut, misalnya acara-acara ritual tertentu.
 Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda dan gejala yang
diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat mungkin diabaikan
pada masyarakat lain.
 Karena mendefinisikan penyakit secara berbeda-beda, maka penanganannya pun akan
berbeda pula untuk masing-masing budaya. Misalnya untuk penyakit karena
gangguan jiwa ada yang ditangani secara pasung, ada yang ditangani dengan cara di
mandikan air kembang, atau bahkan ada yang ditangani secara lebih tidak
manusiawi,karena dianggap kemasukan roh jahat. Jadi penyakit yang diyakininya
berasal dari kekuatan alam gaib, tidak akan dapat disembuhkan oleh ilmu kedokteran
 Untuk masyarakat yang mempunyai kebudayaan lebih tinggi, seperti masyarakat
tionghoa, dan bahkan masyarakat jawa menyelesaikan penyakit dengan menggunakan
ramuan-ramuan dari tumbuh-tumbuhan.

2.2 Pengobatan tradisional


2.1.1 Istilah “pengobatan tradisional”
Dalam 30 tahun terakhir berbagai istilah digunakan untuk cara-cara pengobatan yang
berkembang di tengah mayarakat. WHO menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healing”. Ada pula yang
menyebut “folk medicine”, “alternative medicine”, “ethnomedicine” dan “indigenous
medicine”. Dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah pengobatan dukun, penggunaan
ramuan asli, atau pengobatan tradisional, pengobatan alternatif dan lain-lain.

2.1.2 Definisi

Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan,


keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan
pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau
tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan
atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga
salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang
dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang
memuaskan (Asmino, 1995).

2.1.3 Jenis pengobatan tradisional di indonesia


Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara
penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri daripada pijatan, kompres,
akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan
bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat
tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari
bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang
diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun
dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa
didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah contohnya, air mata air zam-zam yang
terletak di Mekah Mukarramah.

 Obat Herbal

Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami seperti
tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa
terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya
(Mangan, 2003). Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesis tumbuhan yang diketahui di
dunia adalah berasal dari kawasan tropika. Di Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis spesies
tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998). Kaum
Melayu misalnya sering menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar
melur (Jasminum sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha
arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).

Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data laboratorium tentang
khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab itu, di kalangan ahli dokter
moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak didukung dengan
data klinis yang valid. Para ahli pengobatan tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan
sebagai satu pendekatan holistik di mana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ
tubuh maka ini akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya.
Tujuan utama pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan
kondisi organ-organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala sahaja (Mursito, 2002)

 Pijat Tradisional

Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, di mana terapis memanipulasi otot dan
jaringan lunak lain dari tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Berbagai
jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam untuk memijat otot
serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai terapi penyembuhan selama
berabad-abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan di seluruh dunia. Ini dapat
membantu meringankan ketegangan otot, mengurangi stres, dan membangkitkan rasa
ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, hal itu terutama
mempengaruhi aktivitas, sistem muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan juga saraf.

 Akupunktur
Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara menusuk jarum pada titik-
titik tertentu pada tubuh badan manusia dan digunakan untuk mengembalikan serta
mempertahankan kesehatan seseorang dengan menstimulasi titik-titik itu.

 Chiropractic
Chiropractic (siropraktik) adalah suatu bentuk terapi koreksi tulang baik
menggunakan tangan saja atau menggunakan alat khusus, yang berfokus pada hubungan
antara struktur dan fungsi, khususnya pada tulang belakang. Chiropractor (dokter
Chiropractic) melakukan manipulasi terhadap sistem muskuloskeletal untuk mengurangi rasa
sakit dan mendorong tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Chiropractic, “Chiro”
berasal dari kata Greek yang berarti “tangan” dan “practor” yg berarti “dikerjakan dengan”.
Chiropractor menggunakan manipulasi dgn tangan atau alat untuk memperbaiki struktur
tulang belakang. Seluruh tubuh manusia, baik otot, organ dan sel sekalipun dikontrol oleh
sistem saraf. Sedangkan sistem saraf (otak dan saraf tulang belakang) dilindungi oleh
tengkorak dan tulang belakang. Sehingga jika pada tengkorak dan tulang belakang terjadi
“subluksasi” atau struktur tulang yg tidak pada tempatnya akan menyebabkan gangguan pada
system saraf manusia. Jika terjadi subluksasi (partial dislocated yang menyebabkan gerakan
sendi tidak normal) pada tengkorak dan tulang belakang, akan menyebabkan gangguan
kinerja otot dan organ. Subluksasi pada seseorang dapat terjadi dikarenakan:
1.) Posisi monoton yang salah dalam jangka panjang seperti tidur, duduk atau berdiri
2.) Kehamilan dan proses kelahiran
3.) Cedera atau kecelakaan
4.) Mengangkat barang dengan posisi yang salah
5.) Over Exercise, olahraga yang berlebihan

 Aroma terapi
Aroma terapi adalah teknik perawatan tubuh dengan menggunakan atau memanfaatkan
minyak atsiri (essential oil) yang berkhasiat. Cara pengguanaan aroma terapi dapat dengan
penghirupan, pengompresan, pengolesan dikulit, perendaman dan akan lebih efektif disertai
pijatan. Aroma terapi ialah istilah generic bagi salah satu jenis pengobatan alternative yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak
essensial, dan senyawa aromatic lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi
suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan
alternative dan kepercayaan kebatinan. Menurut Permenkes 1205/Menkes/Per/X/2004 bahan
yang digunakan dalam aroma terapi adalah zat aktif yang diambil dari tumbuh-tumbuhan
aromatic ( ekstraksi dari bunga, daun, akar, batang/ ranting, buah, biji, dan lain-lain yang
memberikan efek stimulasi atau relaksasi. Jenis-jenis dari aroma terapi yaitu Jenis-jenis
aroma terapi Cedarwood, Geranium, Ginger, Grapefruit, Jasmine, Ylang-ylang (kenanga),
Lavender, Lemon, Mawar, Orange, Patchouli, Peppermint, Rosemary, dan
Sandalwood(cendana).

2.1.4 Perkembangan pengobatan tradisional ditinjau dari perkembangan


kebudayaan

Ada 4 tahap perkembangan pengobatan tradisional ditinjau dari


perkembangan kebudayaan yaitu :
1. Tahap irasionalisme dini
2. Tahap irasionalisme fajar
3. Tahap irasionalisme awal
4. Tahap irasionalisme lanjut

2.1.5 Pengobatan tradisional dalam masyarakat jawa


Pengobatan tradisional tidak memakai gelar apapun, tetapi masyarakat menyebut
meraka sebagai”tiang sepuh”, “kyai”, “dukun”, dan “tiang saged” dan lain-lain. Di samping
mengobati orang sakit juga memberi nasihat misal untuk menentukan hari baik, membuat
ramuan cinta, menemukan barang hilang, dan lain-lain.

Pengetahuan pendukunan di dapat dari kelompok aliran kebatinan di mana dia


menjadi anggotanya, warisan keluarga, guru dukun, otodidak, tanpa belajar ( tiba-tiba
mendapatkan kekuatan untuk mengobati sesudah berpuasa atau bertapa atau mendapat
wangsit/wahyu menurut mereka ).

Di daerah urban, dukun-dukun datang dari berbagai lapisan masyarakat. Yang


bersakutan tidak bekerja tetap sebagai dukun, ada yang PNS, Pedagang, atau bahkan dari
pesantren dan lain-lain. Kadang-kadang semula tidak berniat membuka praktek pengobatan,
tetapi orang sakit berdatangan terus semakin lama semakin banyak, sehingga perlu di atur.
Kedudakannya tetap tinggi di mata masyarakat luas terutama di lingkungan dekatnya.
Menjadi dukun di daerah rural mungkin bisa meningkatkan kedudukannya dari petani biasa
menjadi orang yang mempunyai pengetahuan dan dapat mengobati orang.

Dukun biasanya tidak meminta biaya, berapa saja di beri di terima dengan baik dalam
wujud uang maupun barang. Dalam menjalankan prakteknya dukun menggunakan
kepercayaan budaya sebagai alat diagnostik dan pengobatan yang utama. Pengobatan pada
dasarnya bertujuan memberikan rasa aman, seorang dukun yang bijaksana betul-betul harus
menguasai seni guna memanipuler kepercayaan budaya sedemikian rupa sehingga
mengutungkan orang sakit.

2.1.6 Masa depan pengobatan alternatif di indonesia


Beberapa jenis penyakit buka pintu/peluang pengobatan bagi para dukun/pengobatan
tradisional misal penyakit “psiokofisiologis/psikosmatik”. Dengan penenang,
reassurance,dapet di sembuhkan oleh siapa saja (dokter, dukun, ulama, pendeta, orang tua,
saudara,sahabat,dll). Penyakit yang oleh dokter tidak bisa diobati, misal kanker lanjut.
Demikian pula penyakit yang sukar diagnosisnya dan membutuhkan pemerksaan labo-ratoris
yang banyak,fasilitas yang tidak lengkap,biaya yang banyak/mahal dan waktu penyembuhan
lama memungkinkan penderita mencari pengobatan alternatif

Pemerintah telah mengatur mengenai praktek pengobat alternatif di bawah


pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, seperti dukun bayi, tukang gigi, pijat refleksi,
sedangkan untuk penelitian mengenai jamu dan khasiatnya terus dilakukan. Hanya masalah
pemantauannya masih sulit dilaksanakan, karena minimnya tenaga yang ada di Kabupaten
Kota. Permasalahnnya adalah para pengobat tradisional sering melakukan kebohangan dan
penipuan kepada masyarakat.

Untuk mempertahankan diri di kota dengan pendidikan yang semakin maju mungkin
kedukunan akan meminjam beberapa presedur kedokteran atau pseudo ilmiah dan
memperhebat pengiklanan, Hal seperti ini memang telah ada dalam peraturan tersebut, tetapi
pada kenyataannya mereka tetap ada dalam peraturan tersebut, seperti ini memang telah ada
dalam peraturan tersebut, tetapi pada kenyataannya mereka tetap melakukannya dan tidak ada
sanksi apapun, kecuali masyarat yang melakukannya

Masalah yang lain adalah pada beberapa penyakit tertentu memang kadang tidak
membutuhkan pengobatan medis, cukup dengan istirahat dan memenangkan fikiran, maka
penyakitnya akan sembuh dengan sendirinya.

2.3 Hubungan antara budaya dan perkembangan budaya dengan


penyakit
2.1.1 Adaptasi budaya dan penyakit
1. Meningkatnya taraf hidup: peningkatan taraf hidup sering tidak disertai dengan
peningkatan pendidikan/pengetahuan dan kedisplinan, terutama di negara berkembang,
karena tergantung dari bagaimana masyarakat tersebut memandang suatu gengsi/prestise.
Dana yang ada dipergunakan untuk kepentingan yang konsumtif, dan meningkatkan gengsi.
Pola hidup yang diserap menjadi peminum minuman keras, merokok, serta gaya hidup serat,
banyak lemak, dan kurang olah raga. Penyakit kulit, bergeser manjadi penyakit menular baru
seperti HIV-Aids, SARS

2. Berubahnya nilai budaya dalam pergaulan hidup, misalnya nilai keberhasilan


seseorang/keluarga disuatu daerah/masyarakat mungkin dilihat dari keberhasilan dalam
ekonomi saja, sehingga nilai-nilai yang lain dilupakan, misalnya pendidikan, dan kesehatan.
Hal ini banyak terjadi di daerah perbatasan/pinggiran kota dan desa, dimana suasana
perkotaan sudah terasa/modernisasi sudah merebak, tetapi kemampuan untuk meningkatkan
pendidikan tak sebanding, dengan kemajuan informasi dan teknologi.

3. Sistem pendidikan dan scientific thinking, biasanya terjadi dinegara-negara maju.


Mereka lebih dapat berfikir rasional, dan kergantungan terhadap pelayanan kesehatan sudah
sangat bagus, Sehingga di butuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan prefesional.

4. Disiplin, terorganisir, terencana, ini juga terjadi pada negara-negara maju, dimana
semua orang berpacu dalam alam yang serba praktis, waktu adalah uang, membuat orang
semakin stres dalam melaksakan kehidupannya.

5. Sistem Informasi, dan transportasi yang semakin maju dan canggih, terutama di
negara maju dimana segala sesuatunya terbesar secara cepat, dapat menerima berita baik itu
berupa wadah penyakit, atau informasi lainnya secara cepat, memungkinkan orang dapat
segera mengatispasi lebih awal. Dapat segera mengantisipasi lebih awal. Misalnya terjadi
wabah di suatu negara atau daerah, maka negara lain atau daerah lain akan segera
mempelajari dan mengantisipasi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan
bagaimana pencegahannya. Tetapi juga memungkinkan cepat tersebarnya penyakit menular
kedaerah lain, karena mobiliasasi penduduk yang tinggi.

- Penyakit menular semakin cepat menular, karena mobilitas penduduk tinggi. Sementara
penyakit menular karena perilaku seks, juga semakin meningkat, karena sistem informasi
yang cepat dan merubah nilai-nilai budaya. Atau menimbulkan pola penyakit menular baru
seperti HIV-Aids, dan SARS

- Penyakit infeksi tertentu hilang karena semakin canggihnya obat-obat antibiotik, tetapi
timbul penyakit baru yang belum ditemukan obatnya, misalnya SARS, HIV-Aids.

- Gizi buruk, atau gizi berlebih untuk masyarakat tertentu.

- Kematian karena penyakit infeksi baru yang belum ditemukan obatnya.

- Kematian ibu dan bayi neonatal, karena kekerasan dalam rumah tangga, dan kelahiran bayi
yang tidak diinginkan

- Meningkatnya penyakit degeneratif, akibat dari Umur Harapan Hidup/Lansia meningkat.

- Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja (daerah industri, maupun pekerja informal
misalnya petani, nelayan, pekerja home industri).

- Pencemaran lingkungan semakin meningkat karena padat dan tidak disiplinnya penduduk
serta kurang perhatiannya pemerintah. Kebijakan tentang transportasi pribadi yang semakin
sulit dikendalikan, penggunaan pestisida yang berlebih pada petani karena petani semakin
tergantung dengan obat pestisida.

2.1.2 Budaya dan prevalensi tersembunyi


Prevalensi adalah angka kejadian suatu penyakit dalam suatu kelompok pada suatu
waktu tertentu. Sementara insiden adalah angka perkembangan penyakit dalam suatu
kelompok, selama jangka waktu tertentu. Beberapa kejadian penyakit sangat erat
hubungannya dengan budaya yang ada pada suatu masyarakat tersebut, tetapi petugas
kesehatan kesulitan mendapatkan data yang akurat atau bahkan tidak terdeteksi kejadiannya
karena hambatan budaya yang berkembang, seperti budaya:

1. Malu, banyak penyakit yang tidak terlaporkan atau diobati karena antara lain ada

perasaan malu pada keluarga,sehingga sulit untuk mengadakan pendekatan dalam

rangka pengobatan ataupun pendapatan. Misalnya : stress atau gangguan

jiwa,narkoba,minuman keras/peminum,penyakit kelamin, penyakit kulit , cacingan,


TBC, bahkan trauma (fisik dan psikologis) karena kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT).

2. Bukan urusan wanita, karena para lelaki/suami menganggap bahwa beberapa urusan

(termasuk masalah kesehatan keluarganya) adalah tanggung jawab suami, meskipun

yang menjadi penderita adalah istrinya. Misalnya ketika sang istri akan melahirkan,

masih banyak para suami yang harus memutuskan akan dibawa kemana istrinya

melahirkan. Sehingga ketika sudah waktunya melahirkan dan ketika sang suami

belum pulang maka sang istri tidak berani memutuskan, sehingga pertolongan sering

terlambat, apalagi ketika yang sakit adalah anaknya.

3. Ketidak mampuan sosial ekonomi,ketidak terjangkauan untuk berobat, merupakan

salah salah satu masalah untuk negara negara berkembang, termasuk indonesia.

Sebenarnya pada kondisi ketidak mampuan masalah ekonomi, berlanjut menjadi

ketidak mampuan pendidikan, dan ketidak mampuan mengambil keputusan. Biasanya

mereka menjadi lebih apatis, pasrah, dan tidak terpantau oleh petugas pemerintah.

Konsekuensinya mereka menjadi berperilaku hidup yang kuarang bersih dan sehat.

Daerah-daerah kumuh masih banyak, sehingga dampaknya terhadap kesehatan adalah

sanitasi lingkunganyang buruk. Bila sanitasi lingkungan buruk, penyakit menular

sangat mudah mewabah, misalnya diare, ISPA, TBC, Thypoid, penyakit kulit gizi

buruk, DHF dan lainnya. Biasanya penderita datang ke pelayanan kesehatan keadaan

telah parah, atau telah meninggal.

4. Beberapa penderita penyakit tertentu merasa tidak terganggu dengan penyakitnya, dan

meraka masih dapat bekerja. Hal ini sering dijumpai pada penyakit misalnya gondok

karena kekurangan yodium, anemi zat besi, penderita masih dapat bekerja dan merasa

tidak terganggu, disamping memang penghasilan mereka biasanya harian/buruh


harian, sehingga bila ditinggal untuk berobat, mereka akan kehilangan uang untuk

makan pada hari itu

5. Sebagian besar penduduk Asia dan khusunya Indonesia, masih sangat percaya dengan

pengobatan alternatif. Mungkin karena keterbatasan pengetahuan, anggaran dan

alasan lain, misalnya keyakinan. Sehingga pengobat alternatif, adalah pilihan yang

banyak dipilih dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan. Meskipun menurut

Kuumanto.S, beberapa penyakit akan sembuh dengan sendirinya (Self Healing atau

proses penyembuhan sendiri.) ada penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan

Sosio-Kultural (IIIness), sementara disease adalah penyakit yang disebabkan karena

adanya gangguan medik dan organobiologik. Demikian pola menurut Yacob,

beberapa penyakit dapat sembuh dengan sendiri tanpa obat. Adanya sugesti yang

besar terhadap orang yang diaanggap pinter, sehingga pengobat alternatif dapat

dipandang sebagai aset budaya, juga sebagai penghambat keberhasilan pengobatan

pada penyakit-penyakit yang diagnosisnya sudag jelas.

6. Mobilitas tinggi dan adanya kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah yang

belum matang dalam persiapannya, juga berdampak sering tidak terpantaunya

penyakit, karena ketika sakit penderita kembali kekampungannya untuk dirawat

keluarganya, hal ini sering terjadi pada wanita hamil yang bekerja dikota, atau balita

yang keluarganya tidak punya pengasuh, sehingga sering dititipkan kepada keluarga

di desa sementara orang tuanya bekerja di kota. Padahal untuk asuransi masyarakat

miskin berdasarkan alamat yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk, sehingga

sering dititipkan kepada keluarga di desa sementara orang tuanya bekerja di kota.

Padahal untuk asuransi masyarakat miskin berdasarkan alamat yang tercantum dalam
Kartu Tanda Penduduk, sehingga bagi penduduk pendatang belum dapat dilayani
kesehatannya, sementara ketika dia pulang ke rumah setelah bekerja seharian,
puskesmas di wilayahnya sudah tutup. Beberapa penyakit yang sulit dipantau seperti
hipertensi, DM,anemi,gizi buruk. Bahkan dengan pos yandu (balita maupun lansia)
yang ada di wilayah mereka belum mampu menjaring mereka baik karena kondisi
penderitanya maupun kondisi kemampuan kadernya yang belum memadai.
7. Di beberapa daerah seperti Jakarta telah mempunyai Peraturan Daerah tentang

larangan merokok di tempat-tempat umum. Tetapi pada kenyataannya para perokok

belum dapat mematuhi aturan tersebut, sementara pemerintah tidak dapat mengambil

tidakan tegas. Sehingga sulit untuk melindungi orang-orang yang berada di sekitar

perokok untuk bebas dari asap rokoknya. Hal ini menyebabkan tidak diketahuinya

secara pastu berapa banyak jumlah perokok pasif sebenarnya. Atau jumlah penderita

ISPA yang sesungguhnya terutama yang disebabkan karena asap rokok.

2.4 Pengaruh sosial budaya masyarakat dalam kesehatan


2.1.1 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi
Masalah kurang gizi dapat diketahui dari kebiasaan suatu masyarakat mengkonsumsi
makanan tertentu serta bagaimana masyarakat tersebut menilai makanan serta bagaimana
masyarakat tersebut menilai makanan menurut persepsinya masing-masing. Misalnya pada
wanita yang baru melahirkan tidak boleh makan makanan yang amis seperti ikan, sementara
ikan sangat dibutuhkan ibu maupun bayi yang sedang menyusui, karena kandungan calcium
yang tinggi untuk pertumbuhan tulang. Sehingga kemungkinan pada masyarakat yang kurang
mengkonsumsi ikan, bila tidak dikompensasi makanan lain yang setara dengan nilai gizi yang
terkandung dalam ikan, maka keungkinan akan mengalami kekurangan gizi terutama zat-zat
yang terkandung dalam ikan.

Sementara ada masyarakat yang percaya bahwa bayi yang baru lahir juga
membutuhkan makanan seperti orang tuanya, sehingga makanan itu dikunyah terlebih dahulu
oleh ibunya, kemudian diberikan kepada bayya setelah lumat didalam mulut ibunya.
Tindakan seperti ini dapat mengakibatkan ketegangan pada usus bayi yang belum siap
menerima makanan padat meskipun telah dilumatkan oleh ibunya, selain akan menularkan
penyakit kepada bayinnya melalui mulut ibunya.

Mkanan tertentu dipantangkan untuk anak perempuan misalnya pisang ambon,


mentimun, nanas, atau terong dilarang makan untuk para lelaki, dan lainnya, yang belum
dapat dibuktikan secara ilmiah mengapa dilarang?

Selain masalah pengetahuan dan kebiasaan, masalah lain adalah faktor ekonomi, baik
ekonomi kurang maupun ekonomi berlebih.

1. Masalah Gizi
- Dari 4 bilyum manusia di dunia, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan

kekurangan gizi, terutama di negara berkembang, seperti indonesia.

- Sedangkan kelaparan merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan

kesehatan di sebagian besar negara di dunia

- Kekurangan gizi mengakibatkan menurutnya daya tahan tubuh terhadap infeksi,

bila tidak mendapatkan penangannan yang bagus, dapat berlanjut menjadi

penyakit kroni, dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kemampuan kerja

keras secara masal/menyeluruh di wilaya itu. Terutama di negara sosial

ekonomipenduduk masih jauh dari rata-rata hal ini menjadi lingkungan serta yang

sulit diputus.

- Di belahan bumi yang lain, masalah gizi buruk bukan lagi menjedi masalah, tetapi

muncul masalah lain yaitu kelebian gizi, atau obesitas/ kelebihan berat badan. Hal

ini dapat tejadi karena telah terjadi penggeseran budaya masyarakat kota untuk

memakan makanan cepat saji dengan tidak memperhatikan kandungan gizi

seimbang. Makanna yang di konsumsi dalam cepat saji biasanya renda lemak,

sementara gaya hidup orang perkotaan mengerjakan sesuattu secara

mekanik/otomatis, sehingga menggunakan gerak tubuh semakin berkurang.

Artinya pengeluaran enenggi sangat terbatas, sementara asupan makanan sangat

tinggi lemak, tersimpan menjadi lemak dalam tubuh.

- Pada saat ini indonesia sedang berada di area trasmisi demografi, dimana masalah

gizi kurang masih banyak, timbul masalah baru untukn daerah prkotaan yang

berasal dari keluargga mampu tetapi palah hidup kurang sehat, yaitu gizi belebih.

Angka ini semakin meninggat dengan adanyah perubahan perilaku penduduk kota

akan pola makan fastfood serta kurangnya olah raga mennambah semakin

banyaknya kasus-kasus gizu berlebih, obisita, dan komplikasinya


2. Masalah kekurangan/kelebuhan gizi disebabkan

- Ketidak mampuan negara non industri menghasilkan cukup makanna untuk

memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang berkembang ( kurang behasinya

sektor pertanian )

- Kepercayaan yang keliru tentang hubungan antar makannan dan kesehatan, hal ini

masih banyak terjadi di daerah pedesaan.

- Kepercayaan, pantangan dan ucapan-ucapan yang mencegah orang

memampaatkan sebaik baiknya makanan yang terjadi bagi mereka

- Kebiasaan kebiasaan makannan yang buruk seperti makanan yang di suka atau

tidak, kepercayaan terhadap apa yang bisa dimakan atau tidak. Kebiasaan makan

ini telah ditanamkan sejak dini, melalui norma-norma keluarga.

- Untuk daerah perkotaan kebiasaan makanna cepat saji yang merupakan pola/ gaya

hidup baru bagi penduduk kota,berdampak pada obisitas atau timbunya penyakit

lain seperti diabetes melitus

- (DM) dan hiprtensi.

- Selain paktor ekonomi yang tidak kalah pentingnya, mengakibatkan masyarakat

kelebihan atau kekurangan gizi.

3. Pembatasan budaya terhadap kecukupan gizi

Meskipun gizi buruk di dunia banyak disebabkan karena kekurangan pangan, masalah
bertambah parah akibat kepercayaan budaya dan pantangan-pantangan yang sering
membatasi pemanfaatan makanan yang tersedia.
a. Kegagalan untuk melihat hubungan antara makanan dan kesehatan

 Susunan makanan yang cukup cenderung ditafsirkan dalam kuantitas bukan

kualitas, bukan keseimbangan dalam hal berbagai makanan, sehingga gizi

buruk dapat terjadi di tempat dimana sebenarnya makanan cukup. Seperti

wanita hamil dari kelompok para nelayan yang tidak memperbolehkan istrinya
makan ikan ketika sedang hamil dengan alasan nanti anaknya akan menjadi

amis atau lainnya .

 Kegagalan untuk menggunakan apa uang tersedia sering disebabkan oleh

kepercayaan bahwa yang dianggap makanan hanyalah `makanan istimewa`

(makanan pokok), sedang makanan lain tidak penting.

 Hasan (1971) meneliti masyarakat di desa Chinaura di India utara: “umumnya

percaya bahwa kuantitas makanan yang cukup adalah yang penting. Konsep

kualitas hanya terbatas pada makanan-makanan tertentu yang di anggap

`memperkuat` tubuh, tidak terdapat perbedaan antara makanan perlindung dan

makanan penghasil energi.”

 Jeliffe dan Bennett (1962) meneliti masyarakat di Buganda : “nutrien yang

cukup memang tersedia untuk mencegah gizi buruk, namun kekurangan

kalori-protein sejak balita umum terdapat di masyarakat, karena mereka tidak

memanfaatkan sepenuhnya makanan bergizi yang tersedia”

 Masyarakat sering melihat hubungan yang negatif antara makanan dengan

penyakit, artinya pada waktu seseorang sedang sakit, makanan yang sangat

dibutuhkan oleh penderita tadak diberikan.

Hasil penelitian Solien& Scrimshaw (1957) di Guatemala : kesehatan yang


baik memperbolehkan seseorang untuk makan berbahai jenis makanan, namun
keadaan sakit membatasi pilihan seseorang terhadap makanan.
 Pada banyak masyarakat usia atau kondisi dapat dipakai sebagai alasan untuk

melarang makan makanan tertentu.

Hasil penelitian Hendrickese (1966) di Ghana menyebutkan: anak kecil tidak


diberi makan telur karena kepercayaan masyarakat bahwa telur akan menunda
menutupnya ubun2, pada anak laki-laki yang makan telur akan jadi pencuri,
anak perempuan akan mempunyai moral yang longgar/bebas.
Di jawa dikatakan telur akan mengakibatkan anak menjadi bisulan.
b. Kegagalan mengenali kebutuhan gizi pada anak.
 Hendrickse: `kenyataan bahwa seorang balita boleh mendapatkan sedikit

daging, ikan, telur tidak dianggap penting karena tidak ada pengertian tentang

kebutuhan khusus bagi anak akan makanan yang mengandung protein, dan

dalam tiap kasus pantangan lokal terhadap makanan memberi pembatan pula

terhadap konsumsi berbagai makanan tersebut oleh anak.”

 Jeliffe dan bennett : “di banyak tempat, pikiran bahwa anak-anak memerlukan

makanan yang dimasak khusus dan makan 3 atau 4 kali sehari adalah hal yang

belum pernah mereka dengar, tidak membuat hubungan antara pertumbuhan

dan makanan atau antara gizi buruk dan kekurangan makanan tertentu.”

4. Masalah gizi dalam perubahan budaya

Dubos menggambarkan penurunan mutu makanan sebagai suatu “kemajuan”


ekonimi yang sering dengan “hilangnya kebijaksanaan biologis”. Hal ini dapat
dilihat dari semakin banyaknya anak-anak atau orang dewasa yang obesitas
atau kelebihan berat badan. Obesitas terjadi karena meng-Globalnya budaya
negara tertentu yang belum tentu baik untuk negara lainnya. Seperti trend
terhadap makanan yang cepat saji, yang sudah tentu akan sangat kurang nilai
gizinya, biasanya kaya kenaj dab rebdag serat. Untuk Negara-negara
berkembang yang tadinya biasanya sudah bagus, berganti dengan makanan-
makanan dari negara lain yang tidak sesuai dengan budaya setempat, atau
mereka mengadopsi pola makanan tersebut tidak lengkap seperti negara
asalnya.

2.1.2 Aspek sosial budaya dalam program KB

 kepercayaan dan ajaran dalam agama, yang memandang anak adalah suhah

ketentuan dari tuhan

 Budaya keluarga besar, yang mempercayai bahwa banyak anak banyak rezeki.

 Budaya patriarchal, bahwa keputusan ada di tangan lelaki. Sehingga bila sang

suami tidak menguzinkan untuk ber KB, sang istri tidak akan melakukannya.

Atau sebuah keluarga tidak akan behenti mengandung bila blum mendapat

anak lelaki sebagai pengurus keturunnan.


 NKKBS, dahulu penekanan pada aspek “kecil” melalui pengaturan kelahiran

sekarang paradikma baru program KB visi : “keluarga berkualitas tahun 2015”

 Keluarga berkualitas ditandai antara lain oleh keluarga yang maju, mandiri

yang mampu merencanakan dan mengatur proses reproduksinya, sejatra lahir

Dn batin, serta sanggup menghadapi tantangan masa depan

 Misi menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reprodoksi, sebagai

upaya integral dalam meningkatkan lualitas keluarga.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

 Hidup sehat adalah hidup yang mengikuti hukum alam atau cara-cara alamiah
(kebutuhan udara segar, istirahat, relaksasi, tidur, kebersihan, sikap mental, (attitudes
of mind) yang baik, kebiasaan yang baik dan pola hidup (pattern of living) yang baik,
dan lain-lain), baik dari segi fisik, kejiwaan, dan lingkungan hidupnya.
 Sakit dan penyakit tidaklah sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak
membuat definisi tentang ‘penyakit’, tetapi merumuskan definisi ‘sehat’. 
 Pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang digunakan dalam berbagai
masyarakat sejak jaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan secara bertahap
dari generasi kegenarasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia terhadap
pengetahuan dari masa ke masa.
 Dengan dasar hukum tersebut maka berbagai pengobatan tradisional sangat beragam.
Beberapa pengobatan tradisional yang sangat terkenal yaitu :
akupuntur,chiropractic,aroma terapi,hipnotherapi,dan yoga.
 Beberapa contoh dari adaptasi budaya dan penyakit yaitu meningkatnya taraf
hidup,berubahnya nilai budaya dalam pergaulan hidup,sistem pendidikan dan
scientific thingking,disiplin,terorganisir,terencana dan sistem informasi.
 Masalah kurang gizi dapat diketahui dari kebiasaan suatu masyarakat mengkonsumsi
makanan tertentu serta bagaimana masyarakat tersebut menilai makanan serta
bagaimana masyarakat tersebut menilai makanan menurut persepsinya masing-
masing.
 Selain masalah pengetahuan dan kebiasaan, masalah lain adalah faktor ekonomi, baik
ekonomi kurang maupun ekonomi berlebih yaitu : masalah gizi,masalah kekurangan
dan kelebihan gizi, Pembatasan budaya terhadap kecukupan gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Ratna,Wahyu./2010./Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan./Yogyakarta./Pustaka Rihana./.


Pengobatan tradisional./Prof.DR.H.Azwar Agoes,T,Jacob:editor Surya
Satyanegara./Jakarta,1996.Obat tradisional Dan Antropologi
kesehatan./Agus,H.Azwar.Jacob,T.Satyanegara,surya.,Pengobatan tradisional orang
jawa./Prof.Dr.Bonokamsi Dipojono./Jakatra,1996.

Anda mungkin juga menyukai