KELOMPOK 2
Dedi Gunawan
Dewi Sartika Simbolon
Dinda Sekar Ayu
Dita Andriani
Elisabeth Chatarina
Endang K.U Sinaga
Evani Harfah Damanik
Fani Anzelika Purba
Fitria Afifah
Gita Veronika Siburian
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan yang memberikan
kekuatan dan kesemoatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, maklaah ini membahas tentang
“Cara Mencegah Korupsi” dan kiraya makalah inidapat meningkatkanpengetahuan kita
khusunya tentang bagaimana upaya kitadalam memberantas korupsi.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah inimasih snagat minim,
sehingga saran dan kritik semua pihak masih sayaharapkan demi pembuatan makalah in.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Korupsi............................................................................................................................2
2.2 Gambaran Umum Tentang Korupsi diIndonesia dan Jenis Korupsi.................................................3
2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi......................................................................4
2.4 Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi...................................................................4
2.5 Potensi Yang Dimiliki Mahasiswa Dalam Memberantas Korupsi....................................................5
2.6 Peran Mahasiswa Dalam Pemberantas Korupsi ( Di Kampus )........................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................7
PENUTUP.....................................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
3.2 Saran.................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-
monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.
Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para koruptor.
Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu,
mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem
pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang
merata.Persoalan korupsi di Negara Indonesia terbilang kronis, bukan hanya membudaya tetapi
sudah membudidaya.
Pengalaman pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa kegagalan demi
kegagalan lebih sering terjadi terutama terhadap pengadilan koruptor kelas kakap dibanding
koruptor kelas teri.Dalam masyarakat yang tingkat korupsinya seperti Indonesia, hukuman yang
setengah-setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana juga merupakan masalah besar,
karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit penyakit birokrasi. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti
melekukan tindak korupsi
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus
(Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa
Eropa seperti Inggris: Corruption, Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie.
Kemudian arti kata korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia
disimpulkanoleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah
perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya (Poerwadarminta : 1976). Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No.20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah perbuatan setiap orang baik
pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa “korupsi adalah penyelewengan tanggung
jawab kepada masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk penggelapan, kecurangan
atau manipulasi”. Lebih lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa korupsi mempunyai
karakteristik sebagai kejahatan yang tidak mengandung kekerasan (non-violence) dengan
melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan penyembunyian suatu
kenyataan (concealment).
Selain pengertian di atas, terdapat pula istilah-istilah yang lebih merujuk kepada modus
operandi tindakan korupsi. Istilah penyogokan (graft), merujuk kepada pemberian hadiah atau
upeti untuk maksud mempengaruhi keputusan orang lain. Pemerasan (extortion), yang diartikan
sebagai permintaan setengah memaksa atas hadiah-hadiah tersebut dalam pelaksanaan tugas-
tugas Negara. Kecuali itu, ada istilah penggelapan (fraud), untuk menunjuk kepada tindakan
pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus untuk kepentingan diri sendiri
sehingga harga yang harus dibayar oleh masyarakat menjadi lebih mahal.
2
2.2 Gambaran Umum Tentang Korupsi diIndonesia dan Jenis Korupsi
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat
mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp
1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin
langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul
Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib”yang dilakukan Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek,
modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal
dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak
dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara
mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi
krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara
lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN).
Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 &
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas
dari KKN.
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada
tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas
tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan menjadi:
a) Kerugian keuntungan Negara
b) Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
c) Penggelapan dalam jabatan
d) Pemerasan
e) Perbuatan curang
f) Benturan kepentingan dalam pengadaan
g) Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah)
3
2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-
upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK
yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan
komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
4
Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governance.
Membangun kepercayaan masyarakat.
Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
5
Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
Hak untuk memperoleh perlindungan hokum
Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta orang-
orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara dengan birokrasi sebagai
prangkat pokoknya. Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti
halnya delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih
begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum menurut
kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana
korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu
bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya
pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.
3.2 Saran
Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indonesia agar
mendapat informasi yang lebih akurat.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu
https://id.scribd.com