Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Laporan World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa status
kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami
gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%
populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar
20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan
peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental.

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara


signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia
prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh
lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut
mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.

Kecemasan atau sering dikenal khawatir adalah suatu pengalamn subjektif


mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidak
mampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menyenangkan umunya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (gemetar, bekeringat,
detak jantung meningkat) dan gejala-gejala psikologis (panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi). Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan
dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas. Gangguan depresi merupakan
kelainan psikiatrik yang paling sering dijumpai. Kira-kira 20% dari semua wanita dan
10% dari semua pria akan mengalami masa depresi berat semasa hidupnya.

Menurut siti arifah (2012) menjelaskan bahwa prevalensi gangguan


kecemasan di Amerika Serikat, lebih dari 23 juta peduduk (kira-kira satu dari empat
individu) terkena kecemasan. Kurang dari 25% yang mengalami gangguan panik
mencari bantuan terutama karena mereka tidak menyadari bahwa gejala fisik yang
mereka alami misal : palpitasi jantumg, nyeri dada, sesak nafas, disebabkan oleh
masalah kecemasan.

Di indonesia prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari


populasi umum (perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi laki-laki).
Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan
merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa
yang mengancam kehidupanya baik itu ancaman external dan internal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis


jurnal tentang “Pengaruh expressive writing terhadap penurunan tingkat
kecemasan“.

1.2 Tujuan
Mendiskripsikan pengaruh expressive writing terhadap penurunan tingkat
kecemasan
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat
dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan
dan aplikasi dalam asuhan keperawatan jiwa.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang keperawatan jiwa.
b. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit
dalam melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai