Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK INSTRUMEN ASESMEN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF PADA MATERI MINYAK BUMI

Nanda Resti Monika1, Maria Erna2, Rasmiwetti3

(1renandresti15@gmail.com, 2mariaerna@lecturer.unri.ac.id, 3rasmiwetti19@gmail.com)

Postgraduate Department of Chemistry Education, FKIP, University of Riau


Pekanbaru, 28293, Riau, Indonesia

Abstract. Perkembangan era globalisasi turut berimbas pada perubahan dunia pendidikan.
Pendidikan yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran Abad 21. Aspek
penting dalam pembelajaran 21 salah satunya menuntut peserta didik memiliki kemampuan
berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif peserta pada proses pembelajaran tidak terlepas dari
peranan seorang guru. Deskripsi kemampuan berpikir kreatif peserta didik diukur dengan
melakukan asesmen atau penilaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
instrumen asesmen berpikir kreatif materri materri minyak bumi (validitas konstruk, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda soal). Penelitian ini menggunakan metode Research and
Development (R & D) yang mengacu pada model Borg and Gall. Teknik pengambilan sampel
adalah Purposive Random Sampling. Sampel penelitian berjumlah 80 orang peserta
didik SMA kelas XII di kota Pekanbaru. Teknik analisis data menggunakan
program spss 24.0. Hasil uji validitas konstruk masing-masing soal bernilai > 0,208
dengan 18 soal yang dinyatakan valid, uji reliabilitas adalah 0,846. Persentase taraf kesukaran
didapatkan 18,75 % butir soal kategori mudah, 62,50 % butir soal kategori sedang, dan 18,75 %
butir soal kategori sukar.Persentase daya pembeda soal didapatkan 12,50 % butir soal kategori
baik, 68,75% butir soal dengan kategori cukup, 12,50 % butir soal dengan kategori buruk.

Keyword: Instrumen Asesmen, Kemampuan Berpikir Kreatif, Minyak Bumi

1. Introduction
Kimia dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri di tingkat
SMA/MA. Eka Yuli Sari Asmawati (2018) kimia mampu memberikan bekal ilmu kepada peserta
didik, mata pelajaran Kimia yang dimaksudkan sebagai wahana menumbuhkan kemampuan
berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dirumuskan dengan mempertimbangkan tujuan
pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar manjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu
dalam merumuskan SKL juga mempertimbangkan kebutuhan masa depan dan menyongsong
generasi emas Indonesai Tahun 2045 yang berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus
Demografi Indonesia dan Potensi Indonesia menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar
Dunia dan sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia.
Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-undang No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa SKL
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Studi internasional yang diadakan oleh international Association for the Evaluation of
Educational Achievement (IEA) yaitu Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun
2013 Kimia Indonesia memperoleh nilai 397, nilai ini berada dibawah nilai rata-rata
internasional yaitu 500 (Julia Toblas, dkk, 2014). Dari hasil TIMSS dapat digunakan untuk
melihat profil kemampuan berpikir peserta didik yang dapat dikatakan bahwa kemampuan
berpikir peserta didik Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan karena peserta didik Indonesia
pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-
soal TIMSS (Eka Yuli Sari Asmawati, 2018).

Mengadopsi bentuk dan tipe soal yang serupa TIMSS diharapkan dapat mendorong proses
pembelajaran dan sekaligus menggali potensi kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif dan
inovatif. Abad ke-21 merupakan abad dimana ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
bekembang pesat. Perkembangan IPTEK juga berpengaruh pada tantangan dan persaingan global
bagi setiap negara termasuk Indonesia. Untuk dapat mengikuti persaingan global setiap negara
mutlak menyiapkan generasi yang memiliki 21st Century Skill (Rozita Dass, 2014). Kesuksesan
peserta didik tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga peserta didik harus belajar untuk
memilikinya (Rotherham and Willingham, 2009). National Eduacation Association (2002)
terdapat 18 macam 21st century skill yang perlu dibekalkan pada setiap individu, dimana salah
satunya keterampilan abad 21 ialah Learning and Skills yang terdiri dari 4 aspek, yaitu critical
thinking (berpkir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi/ kerjasama) dan
creative thinking (berpikir kreatif).

Kurikulum 2013 Revisi 2017 yang diterapkan saat ini juga bertujuan untuk menghadapi
tuntutan pendidikan di era globalisasi tersebut yaitu kurikulum yang dapat menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi. Hal tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah Nomor 32
Tahun 2013, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangban fisik serta psikologis peserta didik (Muslim Ibrahim dan Rudiana
Agustini, 2014).

Kemampuan berpikir yang dituntut dalam kurikulum 2013 salah satunya adalah
kemampuan berpikir kreatif (Maria erna, dkk., 2018). Kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan menemukan suatu hubungan baru, melihat berbagai subjek dari suatu perspektif
baru dan menemukan kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang ada (Sibel dan Fatma,
2014). Kemampuan berpikir kreatif akan membentuk individu kreatif dalam menjawab tantangan
global, sebab individu yang kreatif akan mampu bersaing dalam kondisi apapun. Kemampuan
berpikir kreatif menjadi kemampuan yang sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi
keadaan kehidupan yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir
peserta didik, sikap dan perilaku kreatif peserta didik. Diantaranya dengan menerapkan model
pembelajaran yang menjurus kepada pemecahan masalah dan membuat suatu instrumen
penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar sesuai dengan Permendiknas No 16
Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru yaitu
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar. Untuk mengetahui
apakah proses belajar mengajar yang berlangsung telah mencapai tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan maka diperlukan sebuah asesmen.
Asesmen merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan kualitas asesmen (Iqbal Habiby, 2016). Rencana penilaian, proses penilaian dan sistem
pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik (Docktor dan Heller,
2009). Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil asesmen. Selanjutnya, asesmen yang
baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi
peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh sebab itu, dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan diperlukan perbaikan asesmen yang diterapkan (Rasyid dan Mansur, 2007).

Mengingat kondisi kurikulum sekarang ini kurikulum 2013 revisi 2017 yang
mengharapkan peserta didik untuk memunculkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran,
maka asesmen tes tertulis yang dibuat guru diharapkan mampu mengarahkan peserta didik untuk
memunculkan kemampuan berpikir kreatifnya dalam membuat pemecahan masalah pada
asesmen tersebut. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat diketahui dengan memberikan
asesmen yang telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ciri-ciri yang terdapat pada
klasifikasi kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Dengan demikian, diharapkan peserta didik
nantinya tidak hanya paham mengenai materi yang diajarkan oleh guru saja. Tetapi, mampu juga
untuk menerapkan pemikiran kreatifnya itu agar dapat digunakan dalam penyelesaian masalah
yang dihadapinya di luar sekolah.

Abdul Rahman (2016) berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan masih banyak


ditemukan kegiatan penilaian pada berbagai sekolah yang tidak sesuai dengan kaidah
penyusunan asesmen yang baik, guru tidak membuat kisi-kisi saat menyusun soal sehingga
ketercapaian yang diukur tidak jelas. Hasil penelitian Dian Agustin, dkk., (2015) menyimpulkan
masih banyak guru yang belum membuat asesmen untuk mengukur ranah kognitif sesuai dengan
kompetensi dasar pada materi teori atom yaitu mencakup ranah kognitif, mengingat, memahami
dan mengaplikasikan. Kemampuan berpikir divergen, yaitu menjajaki kemungkinan jawaban
atas suatu masalah jarang dirangsang dan diukur (Ulul Faizah, 2018)

Studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN Plus Provinsi Riau, SMA Negeri 14
Pekanbaru dan SMA IT Al-Fityah Pekanbaru menunjukkan bahwa guru mata pelajaran kimia
pada sekolah tersebut telah menggunakan instrumen asesmen untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis namun untuk asesmen kemampuan berpikir kreatif masih sedikit. Jenis instrumen
penilaian yang digunakan berupa soal pilihan ganda dengan lima disktakter, isian singkat dan tes
esai namun belum mengacu pada soal kemampuan berpikir kreatif khususnya soal minyak bumi,
materi minyak bumi adalah materi yang kontekstual dan aplikasi dari minyak bumi sangat dekat
kehidupan kita seperti bensin, pemanasan global dan bahan bakar alternatif selain minyak bumi
dan gas alam sehingga cocok untuk diukur kemampuan berpikir kreatif melalui soal berpikir
kreatif yang dikembangkan. Sejalan dengan pendapat Harry Firman (2013) soal uraian terbuka
yang dibuat oleh guru haruslah materi yang kontekstual.
2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Sampel penelitian berjumlah
80 orang peserta didik yang berasal dari SMA Negeri Plus Provinsi Riau, SMA Negeri 14
Pekanbaru, dan SMA Al-Fityah Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive
Random Sampling. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
diperoleh dari hasil wawancara dengan guru bidang studi, jurnal-jurnal penelitian terbaru, buku-
buku dan sumber-sumber lain yang terkait seperti undang-undang sistem pendidikan nasional,
permendiknas, kurikulum 2013 revisi 2017, kemendikbud, artikel, tesis dan internet. Sedangkan
data kuantitatif diperoleh dari skor data hasil soal tes uraian kemampuan berpikir kreatif. Uji
validitas konstruk, reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan daya beda soal
diolah menggunakan program SPSS 24.0.

3. Results and Discussion


Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk dalam bentuk soal kemampuan
berpikir kreatif pada materi minyak bumi dengan melihat karakteristik soal yang baik (validitas
konstruk, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran). Pengujian validitas konstruk,
reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda dengan menggunakan program SPSS 24.0.
a. Validitas Konstruk
.Validitas menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada
objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti (Widoyoko, 2012). Uji validitas dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Pearson Correlation. Setelah harga
koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, kemudian hasil diatas dibandingkan dengan nilai
r dari tabel pada taraf signifikansi 5 % dan taraf signifikansi 1 % dengan df= N-2. Jika r hitung>
rtabelmaka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikansi yang dipakai (Suharsimi
Arikunto, 2010). Berikut adalah hasil uji validitas yang diujikan terhadap 80 orang peserta
didik pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Validitas menggunakan SPSS


Aspek
berpikir
No Soal Butir Soal kreatif R Hitung Keterangan
Butir soal 1a Elaboration 0,610 Valid
1 Butir soal 1b Orginality 0,638 Valid
Butir soal 1c Fluency 0,678 Valid
Butir soal 2a Flexibility 0,508 Valid
2
Butir soal 2b Flexibility 0, 524 Valid
Butir soal 3a Elaboration 0,606 Valid
3 Butir soal 3b Elaboration 0,572 Valid
Butir soal 3c Flexibility 0,596 Valid
Butir soal 4a Elaboration 0,647 Valid
4 Orginality
Butir soal 4b 0,629 Valid
Butir soal 4c Fluency 0,698 Valid
Flexibility
5 Butir soal 5 dan Fluency 0,749 Valid
Butir soal 6a Flexibility 0,668 Valid
6 Butir soal 6b Elaboration 0,194 Tidak Valid
7 Butir soal 7 Fluency 0,718 Valid
Butir soal 8a Elaboration 0,717 Valid
8 Butir soal 8b Orginality 0,223 Valid
Butir soal 8c Fluency 0,559 Valid
9 Butir soal 9a Elaboration 0,431 Valid
Butir soal 9b Orginality 0,164 Tidak Valid

Tabel 1. memperlihatkan hasil yang diperoleh 20 butir soal validitas konstruk adalah
terdapat 18 butir soal valid dan 2 butir soal tidak valid. Soal dikatakan valid pada taraf
signifikanis 5 % apabila nilai > 2,220. Butir soal yang tidak valid tidak dapat digunakan dalam
penelitian, maka data tidak valid dihapuskan. Nilai pearson correlation pada Tabel 1 masing-
masing item > 0,220 jika n = 80, oleh karena itu data yang dapat digunakan sebanyak 18 soal.

b. Reliabilitas Soal
Uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Cronbach Alpha,
apabila nilai signifikansi > 0,6 maka instrumen dikatakan reliable (Ety Rochaety, 2012). Hasil
pengujian reliabilitas penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. The Result of Reliability Test

Cronbach's Alpha N of Items


0,846 80

Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa variable yang diuji menghasilkan nilai koefisien cronbach
alpha lebih besar dari pada 0,6 dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
instrumen reabel dan layak digunakan.

c. Tingkat Kesukaran Soal


Nana Sudjana (2011) analisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari
segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan
sukar.

Table 3. The Result fo Question Difficulty Level

Index of
Criteria of Number
Difficulty Total %
Difficulty Level of Questions
Level
Easy 0,71 - 1,00 1a, 1c, 3a, 7 4 22.222
Medium 0,31 - 0,70 1b, 2a, 3c, 4a, 4b, 4c, 11 61,111
6a, 6c, 8a, 8b, 9a
Difficult 0 - 0,30 2b, 3b, 5 3 16,667
Tabel 3 memperlihatkan hasil taraf kesukaran didapatkan 22,222 % butir soal kategori mudah,
61,111 % butir soal kategori sedang, dan 16,667 % butir soal kategori sukar. Asumsi yang
digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan
reliabilitas adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara
proporsional. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3, artinya 30% soal
kategori mudah, 40% soal kategori sedang, dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan lain yang
termasuk sejenis dengan proporsi di atas adalah 3-5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50%
soal kategori sedang, dan 20% soal kategori sukar (Hery Susanto,dkk., 2015)
Persentase taraf kesukaran soal yang didapatkan untuk kategori mudah 22,222%, kategori
sedang 61,111%, kategori sukar 16,667% mendekati teori secara proporsional perbandingan
antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-5-2 yaitu 30% soal kategori mudah, 50% soal
kategori sedang, dan 20% soal kategori sukar sudah hampir mendekati, artinya soal yang telah
dikembangkan ini memiliki taraf kesukaran soal yang cukup baik.

d. Daya Pembeda Soal


Daya beda butir soal, yaitu butir soal dapat membedakan kemampuan individu peserta didik (Ali
Hamzah dan Muhlisrairi, 2014).Daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalammembedakan peserta didik yang tergolong mampu (tinggi
prestasinya) dengan peserta didik yang tergolong kurang atau lemah prestasinya (Nana Sudjana,
2011).

Table 4. The Result of Question Differentiation

Criteria of Index of
Question’s Number Total %
Differentiation Differentiation
Very Poor DP ≤ 0,00 - - -
Poor 0,00 ≤ Dp ≤ 0,20 2a, 3b 2 11,111
1a, 1b, 1c, 2b, 3c, 4a, 4b, 4c,
Fair 0,20 ≤ Dp ≤ 0,40 12 66,667
6a, 6c, 7, 8b, 8c, 9a
Good 0,40 ≤ Dp ≤ 0,70 3a,8a,5 3 16,667
Excellent 0,70 ≤ Dp ≤ 1,00 - - -

Tabel 4 memperlihatkan daya pembeda menunjukkan bahwa 3 soal kriteria baik dengan
presentase 16,667 %, 12 soal dengan kriteria cukup presentase 66,667% dan 2 soal kriteria jelek
dengan presentase 11,111%. Hasil pengembangan soal berpikir kreatif yang telah divalidasi oleh
ahli dalam bidangnya dan dianalisis berdasarkan kriteria instrumen asesmen yang baik dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Soal berpikir kreatif pada materi minyak bumi

Aspek Berpikir
Indikator Soal Butir soal
Kreatif
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat!

Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak


Pusako berhasil menemukan cadangan minyak
bumi baru yang berasal dari sumur Benewangi
yang berada di Desa Dayun Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak. Penemuan cadangan minyak
didapat dari hasil pengeboran sumur dengan total
kedalaman 2.800 kaki. Namun, belum
diungkapkan secara pasti berapa besar cadangan
minyak yang baru ditemukan di sumur ini
(riau.antaranews.com 11/2/2019)

Menganalisis proses Elaboration a. Bagaimana proses terbentuknya minyak bumi


terbentuknya minyak (Berpikir Merinci) berdasarkan teori anorganik dan organik?
bumi

Membagankan Originality b. Berdasarkan jawaban pada poin a, sesuai


proses terbentuknya (Berpikir Orisinil) dengan teori organik buatlah bagan proses
minyak bumi pembentukan minyak bumi dengan idemu
sendiri!

Memprediksi Pemanasan global merupakan salah satu penyebab


keadaan bumi di naiknya suhu bumi. Di perkirakan, sebesar 90 persen
masa yang akan pemanasan global ini disebabkan emisi karbon dari
datang berdasarkan Fluency aktivitas manusia. dilansir dari Scientific American,
data pemanasan (Berpikir Lancar) pihak Intergovernmental Panel on Climate Change
global dan cara (IPCC) para peneliti mengungkapkan bahwa lautan
mengatasinya Flexibility memanas sekitar 40 persen lebih cepat dari
pemanasan global (Berpikir Luwes) perkiraan sebelumnya (KOMPAS. COM
tersebut. 12/01/2019, 15:16 WIB). Cobalah kamu lihat dari
sudut pandang yang berbeda apa yang akan terjadi
pada bumi tahun 2050 dengan memberikan 5 cara
mencegah kenaikan suhu bumi!

Hasil temuan ini juga didukung Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007
bahwa seorang pendidik harus mampu mengembangkan instrumen penilaian dan pedoman
penilaian sesuai bentuk dan teknik penilainnya. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
instrumen asesmen yang dibuat oleh pendidik haruslah baik. Pitri Rahma Dewi (2019)
menyimpulkan bahwa soal berpikir kreatif pada materi asam basa yang dikembangkan sudah
berada pada kriteria yang baik. Instrumen asesmen yang baik adalah sudah valid, reliabel, dan
memiliki tingkat kesukaran serta daya pembeda soal sesuai pedoman. Selain itu, instrumen
asesmen juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu kemampuan berpikir
kreatif peserta didik.
4. Conclusion
From the result, it can be concluded that instrument question of creative thinking ability
categorized valid and reliable. The level of question difficulty is almost approach propotion at
easy, medium, and difficult category. Question differentiation is on category good, fair, and easy.
The means, the instrument asessment can be use to measure creative thinking ability of students
especially to crude oil topic.

5. Referensi
Abdul Rahman, dan Ansari Saleh Ahmar. (2017). Problem Posing of High School Mathematics
Student’s Based on Their Cognitive Style. Educational Process: International Journal,
6(1), 7-23.
Ali Hamzah & Muhlisrairi. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Raja
Wali Press. Jakarta.
Eka Yuli Sari Asmawati, Undang Rosidin, Abdurrahman. (2018). Effectivity of Assessment
Instrument Model Creative Problem Solving on Physics Learning Towards Students’
Critical Thinking Ability. Journal of Physics Education, 6(2), 2442-4838.
Daryanto and Karim. S. (2016). 21st Century Learning. Yogyakarta: PT Gava Media.
Dass, R. (2014). Literature and 21 st Century Learner,Jurnal Procedia Social and Behavior
Science Taylor’s University, 123(14), 289-298.
Demir, S. and Sahin, F. (2014). Asessment of Prospective sience Teachers’ metacognition and
Creativity perceptions anda sientific toys in terms of scientific creativity. Procedia-
Social and Behavior 152, 686-691.
Dian Agustin, Nina Kadaritna, Lisa Tania. (2015). Developing Knowledge Assessment
Instrument on Topic Theory of Atom Bohr and Quantum Mechanics. Journal of
Education and Chemistry Learning, 4(1), 209-221.
Docktor, J. dan Heller, K. (2009). Robust Assessment Instrument for Student Problem Solving.
Prosiding the NARST 2009 Annual Meeting, Minnesota university.
Harry Firman. (2013). Chemistry Learning Evaluation. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia Press.
Iqbal Habiby. (2016). Developing Instruments of Creative Thinking Ability on Topic Acid and
Alkali Arrhenius. Journal of Chemistry Learning, 12(4) : 64-71.
Maria Erna, R. Usman Rery & Wiji Astuti. (2018). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik pada Materi Termokimia di SMA Pekanbaru Melalui Penerapan Strategi
Pembelajaran POGIL. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 8(1) :17-27.
Muslimin Ibrahim, Rudiana Agustini dan Tilal Afian. (2014). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Sains Berorientasi Guided Discovery Untuk Mengajarkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep. Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya, 4(1)
Nana Sudjana. (2011). Assessment for Teaching Learning Achievement. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rasyid, H. dan Mansur. (2007). Achievement Assessment. Bandung : Wacana Prima.
Rotterham, A.J and Willingham, D. (2009). 21 st Century Skill: The Chaleenges Ahead. Journal
Educational Leadership, 67(1), 16 -21.
Sugiyono. (2012). Educational Research Method Quantitative, Qualitative, and R&D Approach,
Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). The Basics of Educational Evaluation. Jakarta : Bumi Aksara.
Sunardi dan Sujadi, I. (2017). Sumber Belajar Calon Peserta Program PLPG Penilaian Dan
Evaluasi Pembelajaran. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan.
Toblas, J., Wales., Joseph., Ekki, S., & Suharti. (2016). Towards Better Education Quality.
Indonesia’s Promising Path. Development Progress Case Study Summary. London.
Overseas Development Institute.
Ulul Faizah, Agus Prasetyo Kurniawan dan Suparto. (2018). Profil Kemampuan Berpikir
Divergen Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended. Jurnal Pendidikan
Matematika, 43 (3), 44-52
Widoyoko. (2012). Technique of Making Research Instruments. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai