Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut
(ISNBA) (Silvia A. Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan
sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang paru-
paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
meradang. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli
dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen
menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal.

2. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat
menimbulkan pneumonia dan penyakit ini baru akan timbul apabila
ada faktor-faktor presipitasi, namun pneumonia juga sebagai
komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang
terjadi karena etiologi di bawah ini:
a. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus
Pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial
Pneumonia), Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia adalah bakteri steprokokus
pneumonia, steprococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pneumonia
virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan
biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma
Pneumonia.
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi
seperti pada penderia AIDS.
e. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi
protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang
tidak sempurna.
Klasifikasi berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)
1) Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar
dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersummbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya.
3) Pneumonia interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang
terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobular.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:

1) Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen
atipikal pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah
panti jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum
lunas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya
resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang
timbul onset pneumonia.
3) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia akibat
aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya
cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat.
4) Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi.
Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,
protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
3. Manifestasi Klinik
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi
meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan
disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher,
adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu
turun,
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit
melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai
tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dpat mementap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
h. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.
j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan per oral.
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum,
atau memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distress pernapasan berat.
m. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas
cepat saja.
- Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan >50 kali/menit
- Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40 kali/menit.
4. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat akan mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah:
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga
menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura
c. Abses otak
d. Endokarditis
e. Osteomielitis
f. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau
reflek batuk hilang.
g. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga
pleura.
h. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
i. Infeksi sistemik
j. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
k. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

5. Patofisiologi dan Pathway


Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh bakteri yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan paru. Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi
pada daerah mulut dan tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu
masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru
dan selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah
selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang
akan menyebabkan terjadinya gagal napas.
Pathway :

Normal (system
organisme
pertahanan)
terganggu

Sel nafas bagian bawah Stapilokokus


Virus
pneumokokus

Trombus
Kuman patogen mencapai Eksudat masuk ke alveoli
bronkioli terminalis merusak
sel epitel bersilis, sel goblet Toksin,coagulase
Alveoli

Cairan edema + leukosit Permukaan lapisan


ke alveoli Sel darah merah, pleura tertutup tebal
leukosit,pneumokokus eksekudat thrombus
mengisi alveoli vena pulmonalis
Konsolidasi paru

Leukosit +fibrin
mengalami
Kapasitas vital, Nekrosis
konsolidasi
hemoragik
compliance
menurun,hemorogik kk
Leukositosis
Abses
pneumatocele
Intoleransi aktivitas Suhu tubuh meningkat (kerusakan
jaringan parut)
Defisiensi pengetahuan

Resiko kekurangan
volume cairan hipertemi Ketidakefektifa
n pola nafas

Produksi sputum meningkat

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Keperawatan:
Simtomatis
a. Kompres dengan air hangat ketika terjadi peningkatan suhu
b. Beri posisi nyaman untuk melancarkan pernapasan
c. Asupan nutrisi yang adekuat ketika terjadi gejala anoreksia

Medis:

a. Pemberian oksigen dengan cairan intravena biasanya diperlukan


campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/ batas infus
b. Kemoterapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan
Eritromicin 4 x 500 mg sehari atauu tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan
terutama pada kasus yang berat.
c. Obat-obatan penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan
Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle,
polidikocid pengobatan simptomatik.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotik diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75mg/kgBB/ hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital based:

- . Sefotaksim 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian


- Amikasin 10-15mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Data subjektif
Kemungkinan akan ditemukan data bahwa anak dikeluhkan batuk
pilek, muntah, panas, diare, nafsu makan menurun, jumlah jam
tidur berkurang, sesak, rewel dan mual. Orang tua pasien bertanya-
tanya tentang keadaan penyakit anaknya.
Data Objektif
Kemungkinan data yang ditemukan adalah anak/pasien tampak
sesak, napas cepat dan dangkal, terlihat napas cuping hidung,
retraksi dada, penggunaan otot bantu pernapasan, cyanosis,
respirasi >60x/menit, anak tampak pucat, batuk-batuk, suhu
meningkat >38˚C, berkeringat, bibir kering, terjadi leukositosis,
ronkhi positif, ekspirasi memanjang, dan hasil rontgen tampak
adanya konsolodisai atau infiltrasi paru, kultur nasofaring positif,
berat badan menurun.
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak
jelas.
- Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan
nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
- Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
- Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang
pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus
pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar
bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
c. Pemeriksaan Penunjang ( Diagnostik/ Laboratorium)
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara
lain :
1) Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar,
bronchail); dapat juga menyatakan abses).
2) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
3) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus.
4) Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua orgaisme yang ada.
5) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan.
6) Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang
diaspirasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d inflamasi dan
obstruksi jalan napas.
b) Ketidakefektifan pola napas
c) Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat,
takipnea, demam.
d) Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory.

3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan


keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)

No Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi


1. Keti Setelah dilakukan tindakan NIC label
dakefektifan keperawatan selama ..x .. jam Respiratory Monitoring
bersihan jalan diharapkan jalan nafas pasien
nafas b.d inflamasi bersih. 1. Monitor vital sign (suhu, RR,
dan obstruksi jalan NOC Nadi).
nafas. 1. Respiratory status: 2. Monitor respirasi dan
ventilation. oksigenasi.
2. Respiratory status: airway 3. Auskultasi bunyi napas.
patency. 4. Anjurkan keluarga pasien
Kriteria hasil: memberikan minuman hangat
1. Mendomonstrasikan atau susu hangat.
batuk efektif dan suara 5. Kolaborasi dalam pemberian
nafas bersih, tidak ada terapi nebulizer sesuai
sianosis dan dyspneu. indikasi.
2. Menunjukkan jalan nafas 6. Berikan O2 dengan
yang paten. menggunakan nasal.
3. Mampu mengidentifikasi 7. Penghisapan (suction) sesuai
dan mencegah faktor indikasi.
yang dapat menghambat
jalan nafas.
2. Ketidakefektif- Setelah dilakukan tindakan NIC
an pola nafas keperawatan selama ..x .. jam
b.d proses diharapkan pola nafas pasien 1. Buka jalan nafas.
inflamasi dalam normal. 2. Pastikan posisi untuk
alveoli NOC: memaksimalkan ventilasi.
3. Auskultasi suara nafas, catat
1. Respiratory status: adanya suara tambahan.
ventilasi. 4. Monitor vital sign (pernafasan)
2. Respiratory status: dan status O2.
airway patency. 5. Keluarkan secret dengan batuk
3. Vital sign status. atau suction.

Kriteria hasil:

1. Mendemonstrasikan
batuk efektif, suara
nafas yang bersih,
tidak ada cyanosis,
dyspneu.
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(irama nafas, tidak
tercekik, tidak ada
nsuara nafas
abnormal).
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal

3. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC


volume cairan keperawatan selama ..x.. jam 1. Monitoring status hidrasi
b.d intake oral diharapkan kebutuhan volume (kelembaban membrane mukosa,
tidak adekuat, cairan pasien terpenuhi. nadi yang adekuat) secara tepat.
takipnea, NOC 2. Atur catatan intake dan output
demam. 1. Fluid balance. cairan secara akurat.
2. Hydration. 3. Beri cairan yang sesuai.
3. Nutritional status: Fluid monitoring:
food and fluid intake. 4. Identifikasi factor risiko
Kriteria hasil: ketidakseimbangan cairan
1. Mempertahankan (hipertermi, infeksi, muntah dan
urine output sesuai diare).
dengan usia, dn BB, 5. Monitoring tekanan darah, nadi
BJ, urien normal, HT dan RR.
normal. IV teraphy:
2. Tekanan darah, nadi, 6. Lakukan 5 benar pemberian
suhu tubuh dalam terapi infuse (benar obat, dosis,
batas normal. pasien, rute, frekuensi).
3. Tidak ada tanda-tanda 7. Monitoring tetesan dan tempat IV
dehidrasi, elestisitas selama pemberian.
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan NIC Activity Therapy
aktivitas b.d keperawatan selama ..x.. jam 1. Kaloborasikan dengan tenaga
isolasi diharapkan energi psikologis rehabilitasi medik dalam
respiratory maupun fisiologi pasien merencanakan program terapi
terpenuhi. yang tepat.
NOC 2. Bantu pasien mengidentifikasikan
1. Energy conervation. aktivitas yang mampu dilakukan.
2. Activity tolerrance. 3. Bantu untuk mendapatkan alat
3. Self care: Adls. bantuan aktivitas seperti kursi
Kriteria hasil: roda.
1. Berpartisipasi dalam 4. Bantu pasien dan keluarga untuk
aktifitas fisik tanpa mengidentifikasi kekurangan
disertai peningkatan dalam aktivitas.
tekanan darah, nadi, 5. Bantu pasien mengembangkan
RR. motivasi dan peguatan.
2. Mempu melakukan 6. Monitor respon fisik, emosi,
aktivitas sehari-hari sosial, dan spiritual.
secara mandiri.
3. Tanda tanda vital
normal.
4. Energy psikomotor.
5. Level kelemahan.
6. Mampu berpindah:
dengan atau tanpa
bantuan.
7. Status
kardiopulmonari
adekuat.
8. Sirkulasi status baik.
9. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat.

4. Evaluasi Keperawatan
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
c. Tidak terjadi potensial komplikasi infeksi
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
e. Orang tua tidak cemas lagi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.
Jakarta: EGC

Dahlan, Zul. 2010. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit
FKUI.
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2014.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby.
Doenges, E. Marilyn. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue et al. 2009. Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :


Mosby.
Nanda. 2015. Panduan Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic NocJakarta: penerbit buku kedokteran
EGC.
Smeltzer,Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai